Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
Pembimbing :
Kolonel CKM dr. Budi Wiranto, Sp. THT
Disusun Oleh :
A. Shandy Amelia
1310.221.060
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN
JAKARTA
2014
LEMBAR PENGESAHAN
TUTORIAL KLINIK
ANATOMI, FISIOLOGI, PEMERIKSAAN HIDUNG dan SINUS
PARANASAL
Kepaniteraan Klinik Bagian Telinga Hidung Tenggorokan
RST dr. Soedjono Tingkat II Magelang
Disusun oleh :
A. Shandy Amelia
1310.221.060
Dokter pembimbing
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat-Nya penulis
dapat menyelesaikan penyusunan tugas yang berjudul Anatomi, Fisiologi,
Pemeriksaan Hidung dan Sinus Paranasal. Makalah ini dibuat guna memenuhi
salah satu syarat kepaniteraan klinik di Departemen Ilmu Penyakit Telinga Hidung
Tenggorokan. Penulis berharap agar laporan ini juga dapat memberikan manfaat
kepada tenaga kesehatan dan instansi.
Dalam penyelesaian laporan ini, penulis banyak memperoleh bimbingan
dan dorongan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak. Untuk itu,
dalam kesempatan penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada :
1.
2.
Teman-teman
satu
departemen
ilmu
penyakit
THTselama
Penulis
ANATOMI
Hidung terdiri dari
a. Hidung luar
b. Hidung dalam
A.
HIDUNG LUAR
Tulang
os frontal
Tulang rawan : Kartilago nasalis lateralis superior, kartilago nasalis
lateralis inferior ( kartilago ala mayor), tepi anterior kartilago septum.
Otot M. Nasalis pars transversa dan M. Nasalis pars allaris : untuk melebarkan
dan menyempitkan lubang hidung
B. HIDUNG DALAM
- Vestibulum : Dilapisi oleh kulit banyak kelenjar sebasea dan rambut
- Kavum nasi : Terdiri dari septum nasi dan konka
Kavum Nasi
-
Medial
Lateral
Inferior
Superior
Posterior
: Septum
: Konka
: Os. Maxilla dan os. Palatum
: Lamina Kribiformis
: Koana
Dilapisi
- Periosteum
- Perikondrium
- Mukosa Hidung
Dinding lateral
- Konka inferior
- Konka media
- Konka superior
Konka
Terletak di lateral rongga hidung kanan dan kiri
Terdiri dari 4 konka, dari atas ke bawah
- Konka inferior
Vestibulum
Paling anterior sejajar dengan ala nasi
Bagian yang masih dilapisi kulit yang mempunyai banyak kelenjar sebasea
dan rambut rambut panjang ( vibrise)
Vaskularisasi
Vaskularisasi bagian depan rongga hidung
a. Arteri etmoid anterior
b. Arteri palatina mayor
c. Arteri spenopalatine
d. Arteri labial superior
Persyarafan
Depan dan atas n. Etmoidalis anterior cabang dari n. Nasosiliaris yang
berasal dari n. Oftalmikus (N. VI)
Rongga hidung n. Maksila melalui ganglion sfenopalatina. Ganglion
sfenopalatina memberikan juga persyarafan vasomotor (otonom) untuk
mukosa hidung
Fungsi penghidu n. Olfaktorius berasal dari lamina kribrosa
Mukosa Hidung
KOM merupakan tempat ventilasi dan drenase dari sinus sinus yang
letaknya di anterior yaitu sinus maksilla, sinus etmoid anterior, frontal
FISIOLOGI
a. Fungsi respiratori
Udara inspirasi masuk ke hidung melalui nares anterior naik ke atas
setinggi konka media turun ke bawah ke arah nasofaring ( aliran udara di
hidung ini berbentuk lengkungan atau arkus)
- Udara kering Humidifikasi oleh penguapan palut lendir
- Udara dingin Diatur sehingga kisaran 37C Oleh banyaknya pembuluh
darah di bawah epitel dan adanya permukaan konka dan septum yang luasnya
(sinusoid konka yang dapat vasodilatasi dan vasokonstriksi)
b. Fungsi Penghidu
- Partikel bau dapat mencapai daerah ini dengan cara difusi dengan palut
lendir atau bila menarik nafas dengan kuat dilakukan dengan n. Olfaktorius
c. Fungsi Fenotik
- Resonansi oleh hidung penting untuk membentuk kualitas suara ketika
berbicara dengan menyanyi
- Sumbatan hidung akan menyebabkan resonansi berkurangnya atau hilang
sehingga terdengar sengau (rinolalia)
- Hidung membantu proses pembentukan kata kata. Kata dibentuk oleh
lidah, bibir dan palatum mole. Pada pembentukan konsonan nasal (m, n, ng)
rongga tertutup dan hidung terbuk, palatum mole turun untuk aliran udara.
d. Refleks Nasal
- Mukosa hidung merupakan reseptor refleks yang berhubungan dengan
-
Mekanisme bersin
Benda asing dan debu bersentuhan dan melekat pada mukosa blanket
potensial elektris dari mukosa hidung adsorpsi dari kuman dan benda
asing diubah dalam mucous blanket dikeluarkan melalui refleks
bersin
Rangsang yang memulai refleks bersin iritasi pada saluran
hidung,impuls aferennya berjalan di dalam saraf maksilaris medulla
oblongata dimana refleks ini digerakkan di sini uvula tertekan
sejumlah besar udara mengalir dengan cepat melalui hidung dan mulut
membersihkan saluran hidung dari benda asing.
Mekanisme penciuman
Bernafas biasa Membawa odoriferosa (pembentuk bau) harus dilarutkan
dapat dideteksi oleh reseptor penghidu Mencapai reseptor dengan berdifusi
Mengendus:>> molekul odoriferosa berkontak dengan reseptor
olfaktorius Molekul harus dilarutkan agar terdeteksi oleh res penghidu
Pengikatan suatu molekul odoriferosa ke tempat perlekatan
khusus di silia Pembukaan saluran Na+-K+ Depolarisasi potensial
reseptor Potesial aksi
Sumbatan hidung
kontak
dgn
alergen?
Obat
tetes
hidung
dekongestan?
Bersin :
berulang-ulang? Setelah menghirup apa? Gatal di hidung, mata,
tenggorokan, telinga?
Gangguan penghidu :
hilangnya penciuman? Berkurangnya penciuman? Riw infeksi hidung,
sinus, trauma kepala? Sudah berapa lama seperti ini?
PEMERIKSAAN LUAR
Inspeksi
Palpasi
PEMERIKSAAN DALAM
1. Rinoskopi anterior
Cara pemakaian spekulum :
-
Yang dinilai
Vestibulum hidung
Konka inferior
Konka media
Konka superior
Mukosa
normal merah muda, apakah pucat , kebiruan, merah
Septum
biasanya di tengah, apakah ada deviasi, krista, spina, perforasi, hematom,
abses, dll
Konka
besarnya normal (eutrofi), hipertrofi, hipotrofi
Sekret
banyaknya, sifatnya, lokalisasinya
Massa
polip & tumor
2. Rinoskopi posterior
Cara Pemeriksaan :
-
Pasien diminta membuka mulut, , lidah 2/3 anterior ditekan dengan spatula
lidah
Alat :
-
SINUS PARANASAL
Sinus maksillaris
Sinus Frontal
Sinus Etmoid
Sinus Sfenoid
A.
SINUS MAXILLARIS
Bentuk: piramid
Ukuran: Merupakan sinus yang terbesar. Saat lahir bervolume 6 8 ml, kemudian
berkembang mencapai ukuran maksimal 15 ml saat dewasa.
Batas:
-
Dinding anterior
kanina
Dinding posterior
Dinding medial
Dinding superior
Dinding inferior
Ostium sinus maksila terletak lebih tinggi dari dasar sinus, sehingga
drenase hanya tergantung gerak silia, lagipula drenase juga harus melalui
infundibulum yang sempit. Infundibulum adalah bagian dari sinus etmoid
anterior dan jika terjadi pembengkakan di sini dapat menghalangi drenase
sinus maksila dan selanjutnya menyebabkan sinusitis
B.
SINUS FRONTAL
Letak: di os frontal
Bentuk: sinus frontal kanan dan kiri tidak simetris dipisahkan oleh sekat yang
terletak di garis tengah. Kurang lebih 15% orang dewasa hanya mempunyai 1
sinus frontal dan kurang lebih 5% sinus frontalnya tidak berkembang.
Ukuran:
-
Tinggi : 2,8 cm
Lebar : 2,4 cm
Dalam : 2 cm
Ostium:
Ostiumnya terletak di resesus frontal, yang berhubungan dengan infundibulum
etmoid
Segi klinik:
Sinus frontal dipisahkan oleh tulang yang relatif tipis dari orbita dan fosa serebri
anterior, sehingga infeksi dari sinus frontal mudah menjalar
C.
SINUS ETMOID
Dari semua sinus paranasal, sinus etmoid yang paling bervariasi dan akhir-akhir
ini dianggap paling penting, karena dapat menjadi fokus infeksi bagi sinus-sinus
lainnya
Letak: di dalam massa bagian lateral os etmoid, yang terletak di antara konka
media dan dinding medial orbita.
Bentuk: piramid dengan dasarnya di bagian posterior. Di dalamnya beronggarongga seperti sarang tawon.
Ukuran:
-
D.
SINUS SFENOID
Inspeksi
Yang diperhatikan
adalah
adanya
pembengkakan
pada
muka.
frontalis akut.
Palpasi
Nyeri tekan pada pipi dan nyeri ketuk di gigi menunjukkan adanya
sinusitis maksila.
Pada sinusitis frontal terdapat nyeri tekan di dasar sinus frontal yaitu pada
bagian medial atap orbita. Sinusitis etmoid menyebabkan rasa nyeri tekan
Pemeriksaan radiologi
Bila dicurigai adanya kelainan di sinus paranasal,maka dapat dilakukan
pemeriksaan radiologik. Posisi rutin yang dipakai ialah posisi Waters, P.A,
dan lateral.
Posisi Waters terutama untuk melihat adanya kelainan di sinus maksila,
Pemeriksaan sinuskopi
Pemeriksaan ke dalam sinus maksila menggunakan endoskop. Endoskop
dimasukkan melalui lubang yang dibuat di meatus inferior atau di fossa
kanina.
Dengan sinuskopi dapat dilihat keadaan di dalam sinus, apakah ada sekret,
polip, jaringan granulasi, massa tumor atau kista, bagaimana keadaan
mukosa dan apakah ostiumnya terbuka.
PERTANYAAN TUTORIAL KLINIK ANATOMI dan
PEMERIKSAAN SINUS PARANASAL
1. Pertanyaan Satrio
maksilaris ?
Secara anatomi dari sinus maksilaris letaknya berdekatan dengan akar gigi
rahang atas yang menonjol ke dalam sinus sehingga jika gigi berlubang
dan terjadi infeksi dapat mudah naik ke dalam sinus yang akhirnya dapat
menyebabkan infeksi pada sinus yang disebut sinusitis.
2. Pertanyaan Ni putu : Bagaimana cara memeriksa
fisik
untuk
4. Pertanyaan Nafish
ventilasi sinus terganggu. Dengan adanya ganggu stasis aliran pada rongga
sinus akan menyebabkan mudah berkembangnya bakteri maka dapat
terjadi sinusitis.
5. Pertanyaan Fikri
FESS?
Komplikasi dari tindakan
a. Caldwell Luc
Fisteloantral
Trauma nervus infraorbital
Trauma akar gigi
b. FESS
Jika mengenai lamina papiracea gangguan pada cavum
orbita (hematom orbita, kebutaan, trauma duktus nasolakrimal,
epifora)
Jika mengenai lamina kribosa trauma pada basis cranii,
trauma otak
6. Pertanyaan Wangsid : Mengapa Antihistamin di kontraindikasikan pada
terapi sinusitis?
Antihistamin tidak diberikan pada sinusitis yang penyebabnya bukan
alergi karena dapat menyebabkan sekret semakin mengental dan
memperparah sinusitis. Antihistamin hanya diberikan jika penyebabnya
alergi seperti rhinosinusitis.