Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
atau
daya
nalar
manusialah
yang
menyebabkannya
mampu
Dalam penilaiannya, terdapat dua bidang yang paling popular saat ini, yaitu
yang bersangkutan dengan tingkah laku dan keadaan atau tampilam fisik. Dengan
demikian, kita mengenal aksiologi dalam dua jenis, yaitu etika dan estetika
(menurut pendapat Langeveld). Keduanya merupakan masalah yang paling
banyak ditemukan dan dianggap penting dalam kehidupan sehari-hari.
1. Etika
Etika adalah bagian filsafat yang mempersoalkan penilaian atas
perbuatan manusia dari sudut baik dan jahat. Perlu diamati di sini, bahwa
perbuatan manusia senantiasa mendapat penilaian baik dan jahat.
Etika dalam bahasa Yunani, ethos yang artinya kebiasaan, habit
atau custom. Maksudnya, hampir tidak ada orang yang tidak memiliki
kebiasaan baik atau buruk. Oleh karena itu, istilah etis dan tidak etis dinilai
kurang tepat. Adapun istilah yang lebih tepat adalah etika baik dan etika
jahat. Etika disebut juga sebagai filsafat kesusilaan atau moral
(Driyarkara).
Craig (2005), dalam The Shorter Routledge Encyclopedia of
Phylosophy mengemukakan tiga permasalahan utama dalam etika, yaitu
masalah etika dan meta etika, masalah konsep etis dan teori etis, serta
masalah etika terapan.
a. Masalah etika dan meta etika
Apa yang dimaksud dengan etika, pada dasarnya meluputi empat
pengertian. 1) sistem-sistem nilai kebiasaan yang penting dalam
kehidupan kelompok khusus manusia yang digambarkan sebagai etika
kelompok ini. 2) etika digunakan pada satu di antara sistem-sistem
khusus tersebut, yaitu moralitas yang melibatkan makna dari
kebenaran dan kesalahan, seperti salah dan malu. 3) etika dalam sistem
moralitas itu sendiri mengacu pada prinsip-prinsip moral actual. 4)
etika adalah suatu daerah dalam filsafat yang memperbincangkan
telaahan etika dalam pengertian-pengertian lain. Penting untuk diingat
bahwa etika filosofis tidak bebas dari area filsafati lainnya. Jawaban
terhadap masalah etika bergantung pada jawaban terhadap banyaknya
pertanyaan metafisika dan area lain pemikiran manusia.
b. Masalah konsep dan teori etis
Dalam Craig (2005), menurut Crisp ada beberapa etika falsafiah
yang bersifat luas dan umum, serta berupaya untuk mendapatkan
3
yang
dibuat
untuk
kehidupan
Teori nilai intuitif dan teori nilai rasional beraliran obyectivis sedangkan teori
nilai alamiah dan teori nilai emotif beraliran subyektivis.
1. Teori Nilai intuitif (The Intuitive theory of value)
Teori ini berpandangan bahwa sukar jika tidak bisa dikatakan
mustahil untuk mendefinisikan suatu perangkat nilai yang absolut.
Bagaimanapun juga suatu perangkat nilai yang absolute itu eksis dalam
tatanan yang bersifat obyektif. Nilai ditemukan melalui intuisi karena ada
tatanan moral yang bersifat baku. Mereka menegaskan bahwa nilai eksis
sebagai piranti obyek atau menyatu dalam hubungan antar obyek, dan
4
validitas dari nilai tidak bergantung pada eksistensi atau perilaku manusia.
Sekali seseorang menemukan dan mengakui nilai tersebut melalui proses
intuitif, ia berkewajiban untuk mengatur perilaku individual atau sosialnya
selaras dengan preskripsi moralnya.
2. Teori nilai rasional (The rational theory of value)
Bagi mereka janganlah percaya pada nilai yang bersifat obyektif
dan murni independent dari manusia. Nilai tersebut ditemukan sebagai
hasil dari penalaran manusia. Fakta bahwa seseorang melakukan suatu
yang benar ketika ia tahu degan nalarnya bahwa itu benar, sebagai fakta
bahwa hanya orang jahat atau yang lalai yang melakukan sesuatu
berlawanan dengan kehendak atau wahyu tuhan. Jadi dengan nalar atau
peran Tuhan nilai ultimo, obyektif, absolut yang seharusnya mengarahkan
perilakunya.
3. Teori nilai alamiah (The naturalistic theory of value)
Nilai menurutnya diciptakan manusia bersama dengan kebutuhankebutuhan dan hasrat-hasrat yang dialaminya. Nilai adalah produk
biososial, artefak manusia, yang diciptakan , dipakai, diuji oleh individu
dan masyarakat untuk melayani tujuan membimbing perilaku manusia.
Pendekatan naturalis mencakup teori nilai instrumental dimana keputusan
nilai tidak absolute tetapi bersifat relative. Nilai secara umum hakikatnya
bersifat subyektif, bergantung pada kondisi manusia.
4. Teori nilai emotif (The emotive theory of value)
Jika tiga aliran sebelumnya menentukan konsep nilai dengan status
kognitifnya, maka teori ini memandang bahwa konsep moral dan etika
bukanlah keputusan factual tetapi hanya merupakan ekspresi emosi dan
tingkah laku. Nilai tidak lebih dari suatu opini yang tidak bisa diverifikasi,
sekalipun diakui bahwa penelitian menjadi bagian penting dari tindakan
manusia (Poedjawijatna, 2004).
2. Estetika
Estetika merupakan filsafat yang mempersoalkan penilaian atas
sesuatu dari sudut indah dan jelek. Indah dan jelek adalah pasangan
dikotomis, dalam arti bahwa yang dipermasalahkan secara esensial adalah
penginderaan. Secara umum, estetika disebut sebagai kajian filsafati
mengenai apa yang membuat rasa senang. Secara visual dan imajinasi,
estetika disebut juga kajian mengenai keindahan, atau teori tentang cita
rasa, dan kritik dalam kesenian kreatif serta pementasan. Tokoh yang
paling terkenal dalam bidang ini adalah Alexander Baumgarten (17141762) dalam disertasinya pada 1735 yang justru dianggap awal
diwacanakannya estetika.
Estetika merupakan
bagian
aksiologi
yang
membicarakan
pikiran manusia.
2. Scheler (fenomenologi)
Nilai adalah esensi yaitu entitas yang ada dengan sendirinya
yang diintuisikan secara emosional.
3. C.I. Lewis (Pragmatisme konseptual)
Penetapan nilai tunduk pada standar yang sama pada
pengetahuan dan validitas seperti halnya penilaian empiris kognitif
lainnya.
4. G. E. moore ( Intuisime)
Nilai adalah suatu yang tidak dapat diterangkan , yakni
tidak dapat dianalisis, tidak dapat direduksi dari terma itu
sendiri,meskipun nilai adalah suatu tindakan.
Subjektivisme Aksiologi
Penentuan nilai mereduksi penentuan nilai ke dalam statemen yang
berkaitan dengan sikap mental terhadap suatu objek atau situasi dan
penentuan sejalan dengan pernyataan benar atau salah. Subjektivisme
aksiologi
cenderung
mengabsahkan
teori
etika
yang
emotivisme
aksiologi
adalah
Nietzsche,Ayer,
menciptakan
10
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Aksiologi berasal dari bahasa Yunani kuno, terdiri dari kata aksios yang
berarti nilai dan kata logos yang berarti teori. Jadi, aksiologi merupakan cabang
filsafat yang mempelajari nilai. Secara singkat, aksiologi adalah teori nilai. Dalam
kamus Bahasa Indonesia aksiologi adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi
kehidupan manusia tentang nilai-nilai khususnya etika.
Terdapat dua kategori dasar aksiologi :
1. Objectivism, yaitu penilaian terhadap sesuatu yang dilakukan apa
adanya sesuai keadaan objek yang dinilai.
2. Subjectivism, yaitu penilaian terhadap sesuatu dimana dalam proses
penilaian terdapat unsur intuisi (perasaan).
Dari sini muncul empat pendekatan etika, yaitu :
1.
2.
3.
4.
unsur-unsur
obyektif
yang
menyusun
11
12
DAFTAR PUSTAKA
13