Professional Documents
Culture Documents
dilengkapi
dengan
yang
timbulnya
menyebabkan
kontraksi
otot jantung
b. Menkonduksikan
denga
cepat
ritmis
impuls
ke
ini
seluruh
jantung
Sistem
sistem
yang
berperan
konduksi
dalam
jantung,
Jalur Internodus
Ujung serat-serat nodus sinus bersatu dengan serat-serat otot atrium di
sekelilingnya dan potensial aksi yang berasal dari nodus sinus akan menjalar
keluar dan masuk ke dalam serat-serat ini. Kecepatan konduksi di dalam otot
atrium 0,3 m/detik. Pita antar atrium anterior berjalan sepanjang dinding
anterior dinding atrium kanan menuju atrium kiri dengan kecepatan 1
m/detik.
Berkas His
Berkas His adalah sebuah berkas pendek merupakan kelanjutan bagian
bawah simpul atrioventrikular yang menembus anulus fibrosus dan septum
bagian membrane. Simpul bagian membran. Simpul atrioventrikular bersama
berkas His disebut penghubung atrio-ventrikel.
Kearah distal, berkas His bercabang menjadi dua bagian, yaitu cabang
berkas kiri dan cabang- cabang ke ventrikel kiri, sedangkan cabang berkas
kanan
bercabang-cabang
ke
arah
ventrikel
kanan.Cabang
berkas
kiri
bercabang menjadi dua bagian, yaitu fasikel kiri anterior dan fasikel kiri
posterior.
Serabut Purkinje
Bagian terakhir dari sistem konduksi jantung ialah serabut- serabut
Purkinje, yang merupakan anyaman halus dan berhubungan erat dengan selsel jantung. Kecepatan penghantaran impuls dalam serat purkinje kira-kira
enam kali lipat dari otot jantung pada umunya, yaitu sekitar 1,5 sampai 4
m/detik. Penjalaran potensial aksi yang sangat cepat ini diyakini karena tingkat
permeabilitas taut celah (gap junction) yang makin tinggi di antara sel-sel
jantung yang menyusun serat purkinje.
Sekali impuls mencapai ujung akhir serat purkinje, impuls akan
dijalarkan ke massa otot ventrikel oleh serat-serat otot ventrikel itu sendiri
dengan kecepatan 0,3 sampai 0,6 m/detik. Sehingga impuls akan sampai ke
bagian akhir serat otot ventrikel dalam kira-kira 0,06 detik.
Terdapat
transmembran
saat
beberapa
istirahat
factor
yang
yang
mempertahankan
negative.
Factor
potensial
pertama
adalah
berperan
dalam
memulai
depolarisasi.
Diperlukan
potensial
menjadi
teraktivasi,
dan
influx
Ca++
menyebabkan
terjadinya
depolarisasi sel.
Fase Potensial Aksi Respons Lambat. Bentuk potensial aksi respons
lambat berbeda dari yang terdapat pada potensial aksi respons cepat
depolarisasi (atau fase 0) terjadi lebih lambat pada sel-sel yang berespons
lambat. Tidak terjadi fase 1. Fase 2 tidak jauh dari fase 3. Fase 3 timbul segera
setelah fase 0 karena saluran Ca ++ lambat menjadi tidak teraktivasi. Pada
waktu bersamaan, sejumlah besar K+ berpindah keluar sel, menyebabkan
potensial membrane saat istirahat kembali menjadi -55 hingga -60mV (fase 4),
yaitu titik ketika saluran K+ menjadi kurang permeable terhadap K +. Na+ terus
Sel Pacemaker
Serebut system hantaran khusus jantung (nodus SA, nodus AV, dan
serabut Purkinje) memiliki cirri khas automatisasi, yang berarti bahwa serabut
ini dapat mengeksitasi diri sendiri, atau menghasilkan potensial aksi secara
spontan. Nodus SA adalah pacemaker dominan jantung, karena mampu
mengeksitsi diri sendiri dengan laju yang lebih cepat daripada nodus AV atau
serabut purkinje. Namun demikian apabila nodus SA mengalami cedera, nodus
AV dan serabut purkinje kemudian dapat mengambil alih peran pacemaker
tetapi dengan laju yang lebih perlahan (40 hingga 60 denyut/menit pada
nodus SA dan 15 hingga 40 denyut/menit pada nodus AV dan serabut
purkinje).
Perpindahan ion selama fase 4 menentukan otomatisasi nodus SA
maupun nodus AV. Terjadi depolarisasi lambat pada fase 4 karena Na +
berpindah ke dalam sel, yang secara relative juga terjadi pada K +. Perpindahan
ini meningkatkan potensial transmembran ke nilai ambang, dan kemudian
timbul suatu potensial aksi. Potensial aksi ini timbul secara berulang dalam
pola siklik teratur, yang menunjukkan karakteristik lain dari kerja nodus SA
dan nodus AV-ritmisitas.
Bentuk Gelombang
Hantaran
EKG
Gelombang P
atrium)
Impuls
menyebar
dari
berkas
His
Interval PR
Kontraksi atrium
Pengisian ventrikel
(hambatan AV)
Kontraksi isovolumik
Impuls
menyebar
serabut
Purkinje
Pemompaan ventrikel
Kompleks QRS
(depolarisasi ventrikel)
Pemompaan
cepat
Pemompaan
lambat
Relaksasi isovolumik
Ventrikel
pulih
(repolarisasi ventrikel)
Gelombang T
Pengisian ventrikel
-
Pengisian cepat
Diastasis
yang
cukup
tinggi
dari
atrium
segera
mendorong
katup
ada kenaikan tegangan di dalam otot, namun tidak terjadi pemendekan seratserat otot.
jantung,
juga
meningkatkan
volume
sekuncup
dengan
parasimpatis
meningkat
setelah
masalah
terselesaikan.
dibawa
mendekati
tahap
interdigitasi
yang
optimal
untuk
f. Latihan (Exercise)
Latihan (exercise) mengaktifkan saraf simpatis, meningkatkan frekuensi
jantung, meningkatkan kekuatan kontaktilitasi jantung, dan akhirnya
meningkatkan volume sekuncup. Frekuensi jantung yang tinggi dan
aktifitas otot membuat aliran darah balik ke jantung meningkat sehingga
menyebabkan volume sekuncup meningkat.
tekanan
darah
mengurangi
aktifitas
simpatis
dan
volume sekuncup.
kapiler
merupakan
tabung
endotel
yang
atas sel-sel endotel tidak utuh dan terdapat celah lebar diantara sel-sel
tersebut. Membran basal sel tak utuh dan dinding sinusoid dipisahkan dari
parenkim organ hanya oleh jala-jala halus serat retikulin. Membran basal
tipis, untuk meningkatkan pertukaran antara isi darah dengan jaringan
sekitar.
Terdapat dua jenis kapiler lainnya, yaitu:
a. Kapiler arteri atau metarteriol berlumen lebih lebar daripada jaringjaring kapiler, serat otot polos bertebar di dindingnya, terdapat sfingter
prakapiler untuk mengatur besar arus yang melewati jalinan kapiler.
b. Kapiler-vena atau venula pascakapiler diameter cukup besar ( 30
mikron), secara fungsional kapiler-vena sama dengan kapiler sejati.
Arteri
Arteri membawa darah dari jantung. Secara histologis, struktur dinding arteri
pada umumnya terdiri dari 3 lapis atau tunika. Urutannya dari lumen keluar
yaitu:
a. Tunika intima Terdiri atas selapis sel endotel, sebelah luar diliputi
oleh lapisan subendotel yang merupakan jaringan fibroelastis halus,
lapisan terluar berupa sabuk serat elastis yang disebut tunika elastika
interna yang menyediakan nontrombogenik untuk aliran darah.
b. Tunika media Terdiri atas sel-sel otot polos yang tersusun
melingkar. Di antara sel otot polos terselip serat elastin dan kolagen
untuk mengontrol diameter pembuluh darah saat dilatasi dan kontriksi.
c. Tunika adventitia Terdiri atas jaringan ikat yang unsurnya tersusun
sejajar sumbu panjang pembuluh.
Penggolongan arteri :
a. Arteriol (arteri paling kecil)
Merupakan arteri terkecil, diameternya 100 m. Dindingnya terdiri
atas otot polos dengan serat elastin tersebar di antaranya. Dindingnya relatif
tebal dengan lumen relatif sempit. Arteriol mengontrol distribusi darah
ke dalam berbagai jaring jaring kapiler dengan vasokonstriksi dan
vasodilatasi setempat. Arteriol merupakan segmen sirkulasi yang secara
fisiologis penting karena merupakan unsur utama bagi tahanan perifer
terhadap aliran yang mengatur tekanan darah sistemik.
dalam
arteri
tipe
elastis.
Sifat
elastisitasnya
utama
arteri
seperti
arteri
karotis
komunis
sinistra,
arteri
brachiocephalic.
Vena
Berfungsi membawa darah menuju jantung. Semua vena membawa
darah yang kaya kanbondioksida kecuali vena pulmonalis. Vena memiliki
katup akibat lipatan dari tunika intima setempat yang berfungsi untuk
mencegah aliran balik dari darah. Struktur dinding vena pada umumnya sama
seperti arteri yaitu tunika intima, media, dan adventitia.
Tekanan darah dalam vena sepersepuluh tekanan darah dalam arteri
sehingga vena dapat menampung volume darah lebih besar dari arteri.
Dinding vena lebih tipis dari arteri karena unsur otot dan elastisnya sedikit
dengan lumen lebih besar daripada arteri. Vena digolongkan menjadi:
a.
Venula
Fungsi : sebagai saluran pengumpul dan terdiri dari sel endotel dan
jaringan fibrosa. Memiliki intima yang terdiri atas endotel saja dan
selubung serat kolagen di luarnya. Serat-serat ototnya tersusun lebih
renggang dengan tebaran serat elastin dan fibroblas.
b.
Tunika intimanya tipis. Tunika medianya tipis, terdiri atas berkas kecil
serat otot polos yang tersusun melingkar dipisahkan oleh serat kolagen dan
elastin.
c.
Vena besar
Tunika intimanya lebih tebal. Tunika media tanpa otot polos. Tunika
adventisia tebal, terdiri atas 3 lapisan, hanya terdiri atas jaringan kolagen
kasar dan elastin. Contohnya: vena cava, vena porta.
d.
Vasa vasorum
Berfungsi memvaskularisasi arteri atau vena dengan diameter >
1mm. Masuk ke tunika adventitia hingga lapisan terdalam tunika media.
Vena yang lebih besar, atau muara-muaranya, bergabung membentuk
vena yang lebih besar, yang biasanya membentuk hubungan satu dengan
yang lainnya, disebut dengan plexus venosus.
Arteri profunda yang berukuran sedang sering diikuti oleh 2 buah vena,
masing-masing berjalan di sisinya, disebut venae comitantes.
Vena yang keluar dari tractus gastrointestinal tidak langsung menuju ke
jantung, tetapi bersatu membentuk vena porta. Vena porta masuk ke hati
dan kembali bercabang-cabang menjadi vena yang ukurannya lebih kecil, dan
akhirnya bersatu dengan pembuluh menyerupai-kapiler di dalam hati yang
disebut sinusoid.
Perangsangan
Simpatis
Frekuensi denyut
jantung
Kekuatan Kontraksi
jantung
Viskositas
Darah
Resistensi Pemb.
darah
Tek.
darah
Curah
jantung
Elastisitas Pemb.
Darah
Aliran
Balik
Vasokonstriksi
Vena
Stimulus
Simpatis
Retensi Na &
H2o
Volume
Darah
Resisitensi Perifer
total
Volume
Darah
Sekresi NE
&E
Vasokonstriksi
Arteri
Sistem RA-A
Renin
Angiotensinog
en
Angiotensi
nI
Angiotensin
II
Aldoster
on
Intake
cairan
Rasa
haus
Vasopresi
n
HAL
APA
EKSITASI
YANG
AKAN
TERJADI
DAN
KONTRAKSI
PADA
JANTUNG
serat
otot
atrium
dan
ventrikel
dapat
membuat
potensial
dihalangai
total, mengakibatkan
blok
jantung
lengkap
sisanya
menjadi
pemacu
dan
frekuensi
irama
idioventrikular
hantar d an
denyut/menit, tetapi
frekuensi
pada
ventrikel
kasus
lebih
perseorangan
lambat, rata-rata
35
dapat
15
mencapai
menyebabkan
pusing
dan
pingsan
(sindrom
yang
stokes-Adam).
Penyebab blok jantung derajat tiga antara lain infark miokardium septum
dan kerusakan berkas His selama operasi perbaikan pada defek septum
intraventrikular congenital.
Bila hantaran antara atrium dan ventrikel diperlambat tetapi tidak
diputus lengkap, terjadi blok jantung tidak lengkap. Pada bentuk yang
dinamakan blok jantung derajat-satu, semua implus atrium mencapai
ventrikel tetapi interval PR memanjang abnormal. Dalam bentuk yang
dinamakan
blok
jantung
derajat-dua, tidak
semua
implus
atrium
dihantarkan
mengikuti
ke ventrikel. Mungkin
tiap
denyut
atrium
saja
kedua
misalnya, ventrikel
atau
ketiga. Pada
berdenyut
bentuk
blok
cadangan
berkas
kanan
mengakibatkan
eksitasi berjalan secara normal kebawah berkas pada sisi yang utuh dan
kemudian menjalar balik melalui otot untuk mengaktifkan ventrikel pada
sisi yang mengalami blok. Oleh karena itu frekuensi ventrikel normal,
tetapi kompleks QRS memanjang dan berubah bentuk. Blok dapat juga
terjadi
di fasikulus
anterior
atau
posterior
cabang
berkas
kiri,
hemiblok
posterior
kiri
menghasilkan
deviasi
sumbu
APA
YANG
ARTERIAL
DIMAKSUD
PRESSURE?
DENGAN
MENGAPA
MEAN
MAP
diastolic. Hal itu sebenarnya dapat ditentukan hanya dengan integrasi daerah
kurva tekanan, tetapi sebagai perkiraan, tekanan rata-rata setara dengan
tekanan tekanan diastolic ditambah sepertiga tekanan nadi.
APABILA
PASIEN
ANDA
SEORANG
PRIA
HIPERKOLESTEROLEMIA
MEMILIKI
TEKANAN
DARAH
PRIA
INI
YANG
MENYEBABKAN
obesitas
hiperkolesterolm
ia
atherosklerosi
s
Berkurangnnya
elastisitas pembuluh
darah
Meningkatnya
viskositas darah
Peningkatan
tekanan darah
REGULASI
AKSIS
RENINANGIOTENSIN
Renin itu sendiri merupakan enzim, bukan bahan vasoaktif. Renin bekerja
secara enzimatik pada protein plasma lain, yaitu suatu globulin yang disebut
bahan renin (angiotensinogen), untuk melepaskan peptide asam amino-10,
yaitu angiotensin I. angiotensin I memiliki sifat vasokonstriktor yang ringan
tetapi tidak cukup untuk menyebabkan perubahan fungsional yang bermakna
dalam fungsi sirkulasi. Renin menetap dalam darah selama 30 menit sampai 1
jam dan terus menyebabkan pembentukan angiotensin I selama sepanjang
waktu tersebut.
Dalam beberapa detik setelah pembentukan agiotensin I, terdapat 2 asam
amino
tambahan
yang
memecah
dari
angiotensin
untuk
membentuk
angiotensin II peptide asam amino -8. Perubahan ini hampir seluruhnya terjadi
selama beberapa detik sementara
pada paru-paru, yang mengkatalisis oleh suatu enzim , yaitu enzim pengubah ,
yang terdapat di enditelium pembuluh paru
Angiotensin II adalah vasokonstriktor yang sangat kuat, dan memiliki efek-efek
lain yang juga mempengaruhi sirkulasi . angiotensin II menetap dalam darah
hanya selama 1 atau 2 menit karena angiotensin II secara cepat diinaktivasi
oleh berbagai enzim darah adan jaringan yang seara bersama-sama disebut
angiotensinase.
Selama angiotensin II ada dalam darah, maka angiotensin II mempunyai dua
pengaruh utama yang dapat meningkatkan tekanan arteri. Penngaruh yang
pertama yaitu vasokonstriksi , timbul dengan cepat . vasokintriksi terjadi
terutama pada arteriol dan sedikit lebih lemah di vena. Konstriksi pada arteriol
akan meningkatkan tahanan perifer, akibatnya kan meningkatkan tekanan
arteri . konstriksi ringan pada vena juga kan meningkatkan aliran darah vena
ke jantung, sehingga membantu pompa jantung untuk melawan kenaikan
tekanan.
Yang kedua, dengan menurunkan ekskresi garam dan air. Bila system renin
angiotensin menjadi teraktivasi, maka biasanya pada saat itu kecepatan
sekresi aldosterone meningkat . salah satu fungsi aldosterone yang terpenting
adalah meyebabkan kenaikan reabsorpsi natrium secara nyata oleh tubulus
ginjal , jadi meningkatkan jumlah natrium dalam cairan ektraselular dan
selanjutnya menyebabkan retensi air , jadi meningkatkan volume cairan
Penurunan tekanan
arteri
Renin
(ginjal)
Substrat renin
Angiotensin
I
(protein
plasma)
Angiotensin
II
angiotensina
se
aldoster
on
Tidak
teraktivasi
vasokontri
ksi
Peningkatan tekanan
arteri
DAFTAR PUSTAKA
Despopoulos and Silbernagl, 2003. Color atlas of physiology, avalaible in
http://server.fkunram.
edu/document/fisiologi
Ganong, WF. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, edisi 20, EGC : Jakarta
Guyton, Arthur C, Hall, John E, 2005. Textbook of Human physiology,10th , W.B
Saunders : New York
Kumar et al. 2007. Robbins Buku Ajar Patologi Edisi 7 Volume 1. EGC: Jakarta.
Leason, Leason, Paparo. 1996. Buku Ajar Histologi. EGC: Jakarta.
Price & Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6
Volume 1. EGC: Jakarta.
Sudoyo, et al. 2007. Buku Ajar Ilmu