Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Karsinoma nasofaring merupakan keganasan di daerah kepala dan leher yang selalu
berada dalam kedudukan lima besar diantara keganasan bagian tubuh lain bersama
dengan kanker serviks, kanker payudara, tumor ganas getah bening dan kanker kulit.
Angka kejadian karsinoma nasofaring paling tinggi ditemukan di Asia dan jarang
ditemukan di Amerika dan Eropa.1 Akan tetapi angka insiden cukup tinggi di
sebahagian tempat dan dipercayai faktor genetik dan lingkungan pencetus karsinoma
nasofaring. Angka kejadian karsinoma nasofaring di Indonesia adalah cukup tinggi
dimana 4,7: 100 000 orang kasus pertahun.1,2
Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yang berasal dari epitel permukaan
(mukosa) nasofaring atau kelenjar yang terdapat pada nasofaring.1,2 Telah di ketahui
bahawa faktor genetik, lingkungan dan infeksi virus menjadi penyebab utama terjadi
karsinoma nasofaring.1-3
Gejala awal yang sering ditemukan ialah hidung buntu, perdarahan dari hidung,
pendengaran menurun, tinitus dan sakit kepala. Adajuga pasien datang dengan
keluhan benjolan atau massa pada leher, ini terjadi apabila berlaku metastase sel-sel
ganas ke kelenjar getah bening regional sehingga kebanyakan penderita datang sudah
pada stadium lanjut dan ini menyebabkan kematian tinggi selama satu tahun setelah
terapi radiasi. Sampai saat ini terapi yang memuaskan belum ditemukan.
Keberhasilan terapi sangat ditentukan oleh stadium penderita.1,2
Dengan mengetahui hal-hal tersebut, sangat diperlukan pengetahuan mengenai kanker
nasofaring sehingga diharapkan dokter dapat berperan dalam pencegahan,deteksi
dini, terapi maupun rehabilitasi dari karsinoma nasofaring ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Karsinoma nasofaring ialah tumor ganas yang berasal dari sel-sel epitel mukosa
nasofaring atau kalenjar yang terdapat pada nasofaring.1 Karsinoma nasofaring
merupakan tumor ganas daerah kepala dan leher terbanyak yang ditemukan di
Indonesia namun sulit untuk dilakukan diagnosis dini dikarenakan letaknya
yang tersembunyi serta berhubungan dengan banyak daerah penting di dalam
tengkorak dan ke lateral maupun ke posterior leher.
2.2. Epidemologi
Insiden KNF relatif rendah di seluruh dunia, insidennya kurang dari 1:100 000
orang. Tetapi di Selatan Negara China, insidennya mencapai 10-15:100 000
pada laki-laki dan 5-10:100 000 pada perempuan. Di daerah Guandong dan
Guangxi insiden KNF mencapai 50:100 000 orang.2,3
Di Indonesia insidenKNF sebanyak 4,7:100 000 orang pertahun dimana
parbandingan laki-laki dengan perempuan berkisar 2-3:1 orang.1
2.3. Etiologi
Antara faktor yang berkaitan dengan karsinoma nasofaring adalah faktor
lingkungan yang saling berhubungan dengan faktor genetik.1-3,4-6
2.3.1. Faktor Lingkungan
Antara faktor yang dikaitkan ialah ventilasi rumah yang kurang bagus
dan penggunaan kayu api sebagai bahan bakar dalam ruangan. Ventilasi
yang buruk menyebabkan terpaparnya oleh asapyang terlalu lama dapat
meningkatkan resiko KNF.
Konsumsi ikan asin dalam jangka masa lama dapat meningkatkan resiko
KNF. Penelitian yang dilakukan oleh Yu et al menunjukan ras China
2
mempertahankan
genomvirus.
Huang
dalam
2.6. Patogenesis
ke dalam tubuh dan tetap tinggal disana tanpa menyebabkan suatu kelainan
dalam jangka waktu yang lama.2,3,6
2.7. Diagnosis
Diagnosis KNF dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan juga
pemeriksaan penunjang.
Adapun kriteria Digby, dimana menggunakan skoring untuk setiap gejala
mempunyai nilai diagnostik dan berdasarkan jumlah nilai dapat menentukan
KNF.6
Sekalipun
secara
klinik
jelas
karsinoma
tuba
Eustachii:
tumor
mula-mula
di
fosa
ini
dikarenakan
posisi
anatomi
nasofaring
yang
Pemeriksaan Penunjang
2.9.1.
Pemeriksaan Nasofaring
Pemeriksaan Radiologi
10
2.9.3.
Pemeriksaan Serologi
Pemeriksaan Patologi
Sejumlah
kasus
karsinoma
nasofaring
diketahui
berdasarkan
Biopsi Jaringan
Biopsi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dari hidung dan dari
mulut. Biopsi melalui hidung dilakukan tanpa melihat jelas tumornya
(blind biopsy). Cunam biopsi dimasukkan melalui rongga hidung
menyusuri konka media ke nasofaring kemudian cunam diarahkan ke
lateral dan dilakukan biopsi. Biopsi melalui mulut dengan memakai
bantuan kateter nelaton yang dimasukkan melalui hidung dan ujung
kateter yang berada di dalam mulut ditarik keluar dan diklem bersamasama dengan ujung kateter yang dihidung. Demikian juga dengan
kateter disebelahnya sehingga palatum mole tertarik ke atas. Kemudian
11
2.10 Klasifikasi
Klasifikasi WHO tahun 2005 membagi karsinoma nasofaring menjadi:
i. Tipe WHO 1
- Karsinoma sel skuamosa (KSS)
- Diferensiasi baik sampai sedang.
- Sering eksofilik (tumbuh dipermukaan).
ii. Tipe WHO 2
- Karsinoma non keratinisasi (KNK).
- Paling banyak variasinya.
- Menyerupai karsinoma transisional
iii. Tipe WHO 3
- Karsinoma tanpa diferensiasi (KTD).
- Seperti antara lain limfoepitelioma, Karsinoma anaplastik, Clear Cell
Carcinoma, varian sel spindel.
- Lebih radiosensitif, prognosis lebih baik.
2.11 Staging
Penentuan stadium dilakukan berdasarkan atas kesepakatan antara UICC
(Union Internationale Centre Cancer) dan AJCC (Americant Joint Committe on
Cancer). Untuk karsinoma nasofaring pembagian TNM adalah sebagai berikut:
TBC nasofaring
Dapat dibedakan dengan pemeriksaan histopatologi (PA).
13
Angiofibroma nasofaring
Insidennya pada laki-laki dewasa muda, tanpa gejala metastase karena
merupakan tumor jinak
2.13 Penatalaksanaan
Modalitas penatalaksaan dapat dilakukan:
2.11.1. Radioterapi
Radioterapi merupakan terapi pilihan utama karena karsinoma
nasofaring adalah tumor yang radiosensitif, biaya relatif murah, dan
cukup efektif terutama terhadap tumor yang belum mengadakan
invasi ke intrakranial. Tetapi jika sudah metastase jauh maka radiasi
merupakan
pengobatan
yang
bersifat
paliatif.
Dosis
untuk
5FU
akan
menghambat
sintesis
timidilat
dan
juga
Bleomycin 10 mg / m 2 intravena
Methotrexate 20 mg / m2 intravena
Diulang setiap 2 minggu sampai 4 kali
Hari II:
CispIatin 80 mg / m2 intravena
Diulang setelah 10 minggu
maka
kombinasi
modalitas
therapy
radiasi
dan
diberikan
radiasi
yang
bersifat
radiosensitizer
Suardana W. et al. Pedoman Diagnosis dan Terapi Penyakit Telinga Hidung Dan
Tenggorok Rumah Sakit Umum Pusat Denpasar. Lab/SMF Ilmu Penyakit Telinga
Hidung Dan Tenggorok, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana; Denpasar.
1992
Febrianto,
P.
Karsinoma
Nasofaring.
2008.
Diunduh
dari:
17
10 Cottrill CP, Nutting CM. Tumors at The Nasopharynx. In: Principles and Practice
of Head and Neck Oncology. London: Martin Dunitz; 2003. p. 193214.
18