You are on page 1of 15

BAB II

TB PARU

1. Definisi
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium
tuberkulosa. Penyebab penyakit ini adalah bakteri kompleks Mycobacterium tuberculosis.
Mycobacteria termasuk dalam famili Mycobacteriaceae dan termasuk dalam ordo
Actinomycetales. Kompleks Mycobacterium tuberculosis meliputi M. tuberculosis, M. bovis, M.
africanum, M. microti, dan M. canettii. Dari beberapa kompleks tersebut, M. tuberculosis
merupakan jenis yang terpenting dan paling sering dijumpai. Bakteri ini merupakan bakteri basil
yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering
menginfeksi organ paru-paru (90%) dibandingkan bagian lain tubuh manusia. 6

2. Etiologi
Penyebab tuberkulosis paru adalah kuman Mycobacterium tuberculosa, yang berbentuk
batang dan mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena
itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman cepat mati dengan sinar matahari
langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat gelap dan lembab. Oleh karena
itu dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dorman (tidur), tertidur lama selama beberapa
tahun.6
Mycobacterium Tuberculosis adalah sejenis kuman berbentuk batang, berukuran panjang 1-4 mm
dengan tebal 0,3-0,6 mm. Sebagian besar komponen M.Tuberculosis adalah berupa lemak/lipid
sehingga kuman mampu tahan terhadap asam serta tahan terhadap zat kimia dan faktor fisik.
Mikroorganisme ini adalah bersifat aerob yakni menyukai daerah yang banyak oksigen. Oleh
karena itu M. Tuberculosis senang tinggal di daerah apeks paru yang kandungan oksigennya
tinggi. Daerah tersebut menjadi tempat yang kondusif untuk penyakit tuberkulosis. 3

Karakteristik Mycobacterium Tuberculosis adalah sebagai berikut :1


Merupakan jenis kuman berbentuk batang berukuran panjang 1-4 mm dengan tebal 0,30,6 mm.
Bakteri tidak berspora dan tidak berkapsul.
Pewarnaan Ziehl- Nellsen tampak berwarna merah dengan latar belakang biru.
Bakteri sulit diwarnai dengan Gram tapi jika berhasil hasilnya Gram positif.

Pemeriksaan menggunakan mikroskop elektron dinding sel tebal, mesosom mengandung


lemak (lipid) dengan kandungan 25%, kandungan lipid memberi sifat yang khas pada
bakteri yaitu tahan terhadap kekeringan, alkohol, zat asam, alkalis dan germisida tertentu.
Sifat tahan asam karena adanya perangkap fuksin intrasel, suatu pertahanan yang dihasilkan dari
komplek mikolat fuksin yang terbentuk di dinding.

Pertumbuhan sangat lambat, dengan waktu pembelahan 12-18 jam dengan suhu optimum
37oC
Gejala Klinis
Menurut Crofton,et al (1992) pedoman untuk menegakkan diagnosis didasarkan atas

gejala klinis dan kelainan fisik 8 : Gejala utama


Gejala klinis yang penting dari TB dan sering digunakan untuk menegakkan

diagnosis klinik adalah batuk terus menerus selama 3 (tiga) minggu atau lebih yang disertai
dengan keluarnya sputum dan berkurangnya berat badan. 6
Proses yang paling ringan ini menyebabkan sekret akan terkumpul pada waktu penderita tidur dan
dikeluarkan saat penderita bangun pagi hari. Bila proses destruksi berlanjut, sekret dikeluarkan terus
menerus sehingga batuk menjadi lebih dalam dan sangat mengganggu penderita pada waktu siang maupun
malam hari. Bila yang terkena trakea dan/atau bronkus, batuk akan terdengar sangat keras, lebih sering atau
terdengar berulang-ulang (paroksismal). Bila laring yang terserang, batuk terdengar sebagai hollow
sounding cough, yaitu batuk tanpa tenaga dan disertai suara serak.

Gejala tambahan
Gejala tambahan yang sering dijumpai, yaitu
Batuk Darah
Darah yang dkeluarkan penderita mungkin berupa garis atau bercak-bercak darah, gumpalangumpalan darah atau darah segar dalam jumlah sangat banyak (profuse). Batuk darah jarang
merupakan tanda permulaan dari penyakit tuberculosis atau initial symptom karena batuk
darah merupakan tanda telah terjadinya ekskavasi dan ulserasi dari pembuluh darah pada
dinding kavitas. Batuk darah pada pemerisaan radiologis tanpak ada kelainan. Sering kali
darah yang dibatukkan pada penyakit tuberkulosis bercampur dahak yang mengandung basil
tahan asam. Batuk darah juga dapat terjadi pada tuberkulosis yang sudah sembuh karena
robekan jaringan paru atau darah berasal dari bronkiektasis yang merupakan salah satu
penyulit tuberkulosis paru. Pada saat seperti ini dahak tidak mengandung basil tahan asam
(negatif).

Hemoptosis (batuk darah) diklasifikasikan menjadi :


Ringan
Sedang
Berat b. Nyeri dada

Nyeri dada pada tuberkulosis paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Bila nyeri
bertambah berat berarti telah terjadi pleuritis luas (nyeri dikeluhkan di daerah
aksila, di ujung skapula atau tempat-tempat lain).
Sesak napas
Sesak napas pada tuberkulosis disebabkan oleh penyakit yang luas pada paru atau oleh
penggumpalan cairan di rongga pleura sebagai komplikasi TB Paru. Penderita yang sesak
napas sering mengalami demam dan berat badan turun.

Demam
Merupakan gejala paling sering dijumpai dan paling penting. Sering kali panas badan sedikit
meningkat pada siang maupun sore hari. Panas badan meningkat atau menjadi lebih tinggi bila
proses berkembang menjadi progresif sehingga penderita merasakan badannya hangat atau
muka terasa panas.

Menggigil

Dapat terjadi bila panas badan naik dengan cepat, tetapi tidak diikuti pengeluaran
panas dengan kecepatan yang sama atau dapat terjadi sebagai suatu reaksi umum yang
lebih erat.
Keringat malam
Keringat malam bukan gejala yang patognomonis untuk penyakit tuberkulosis paru. Keringat
malam umumnya baru timbul bila proses telah lanjut, kecuali pada orang-orang dengan
vasomotor labil, keringat malam dapat timbul lebih dini. Nausea, takikardi dan sakit kepala
timbul bila ada panas.

Gangguan menstruasi
Hasil penelitian Indra di Kabupaten Purbalingga tahun 2001 dengan menggunakan
penelitian explanatory dengan pendekatan cross sectional menyatakan bahwa status gizi
yang tidak normal merupakan salah satu penyebab terjadinya gangguan siklus menstruasi.
Status gizi yang buruk menyebabkan meningkatnya kasus penyakit tuberkulosis karena
daya tahan tubuh yang rendah. Oleh sebab itu gangguan menstruasi sering terjadi bila
proses tuberkulosis paru sudah lanjut. 1

Anoreksia
Anoreksia yaitu tidak selera makan dan penurunan berat badan merupakan manifestasi
toksemia yang timbul belakangan dan lebih sering dikeluhkan bila proses progresif.
Rendahnya asupan makanan yang disebabkan oleh anoreksia, menyebabkan peningkatan
metabolisme energi dan protein. Asupan yang tidak kuat menimbulkan pemakaian cadangan
energi tubuh yang berlebihan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis dan mengakibatkan
terjadinya penurunan berat badan dan kelainan biokimia tubuh. 1
Gejala-gejala tersebut dapat juga dijumpai pada penyakit paru selain TB, seperti bronkiektasis,
bronkitis kronis, asma, kanker paru, dan lain-lain. Prevalensi TB paru di Indonesia saat ini masih
tinggi, maka setiap orang yang datang ke UPK (Unit Pelayanan Kesehatan) dengan gejala
tersebut, dianggap sebagai tersangka pasien TB paru dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak
secara mikroskospis langsung.6

Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosa, menilai keberhasilan pengobatan


dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaan dahak untuk menegakkan diagnosa
dilakukan dengan mengumpulkan 3 spesimen dahak

yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan berupa sewaktu-pagisewaktu (S-P-S).6
4. Cara Penularan
Tuberkulosis adalah penyakit menular, artinya orang yang tinggal serumah dengan
penderita atau kontak erat dengan penderita yang mempunyai risiko tinggi untuk terkena
TB.
Menurut Nur Nasri, 1997 dalam Woro (1997), penularan penyakit TB dapat terjadi
secara:9
Penularan langsung
Penularan yang terjadi dengan cara penularan langsung dari orang ke orang yaitu dalam
bentuk droplet nuclei pada orang yang berada pada jarak yang sangat berdekatan.
Penularan melalui udara
Penularan ini terjadi tanpa kontak dengan penderita dan dapat terjadi dalam bentuk droplet
nuclei yang keluar dari mulut atau hidung, maupun dalam bentuk debu. Penularan melalui
udara memegang peranan yang cukup penting dalam penularan penyakit TB.
Droplet nuclei merupakan partikel yang sangat kecil sebagai sisa droplet yang mengering.
Sedangkan debu adalah bentuk partikel dengan berbagai ukuran sebagai hasil dari resuspensi
partikel yang terletak di lantai, di tempat tidur serta yang tertiup angin bersama debu lantai/ tanah.

Penularan melalui makanan/minuman


Penularan TB dalam hal ini dapat melalui susu (milk borne disease) karena susu
merupakan media yang paling baik untuk pertumbuhan dan perkembangan mikro
organisme penyebab, juga karena susu sering diminum dalam keadaan segar tanpa
dimasak atau dipasteurisasi, sedangkan pada susu yang mengalami kontaminasi oleh
bakteri tidak memperlihatkan tanda-tanda tertentu.
Sumber penularannya adalah pasien TB paru dengan BTA positif terutama pada waktu batuk atau
bersin, dimana pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei).
Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000

percikan dahak dan umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak
berada dalam waktu yang lama.6
Adanya ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara keberadaan sinar matahari
langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan
yang gelap dan lembab. Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang
dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin
menular pasien tersebut. Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB paru
ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut. 6

5. Perjalanan Penyakit
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB
(Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi juga
mengenai organ tubuh lainnya. Kuman tuberkulosis berbentuk batang, mempunyai sifat
khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula sebagai
Basil Tahan Asam (BTA). Kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung tetapi
dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat gelap dan lembab.4
Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif. Pada waktu batuk dan bersin,
penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet
yang mengandung kuman dapat bertahan hidup di udara pada suhu kamar selama
beberapa jam.
Tahap Patogenesis a. Inkubasi

Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa
jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernafasan.
Setelah kuman masuk kedalam tubuh manusia melalui pernafasan, kuman tersebut dapat
menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran
limfe, saluran nafas atau penyebaran langsung ke bagian- bagian tubuh lainnya.

Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dorman, tertidur lama selama beberapa tahun.
Masa inkubasi yaitu waktu yang diperlukan mulai terinfeksi sampai menjadi sakit,
diperkirakan sekitar 6 bulan.

b. Penyakit Dini
Daya penularan dari seseorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang
dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin
menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman),
maka penderita tersebut dianggap tidak menular.
Kemungkinan seseorang terinfeksi TB ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara
dan lamanya menghirup udara tersebut. Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar
pertama kali dengan kuman TB. Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga
dapat melewati sistem pertahanan mukosiler bronkus, dan terus berjalan sehingga sampai
di alveolus dan menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman TB berhasil berkembang biak
dengan cara pembelahan diri di paru, yang mengakibatkan peradangan didalam paru.
Saluran limfe akan membawa kuman TB ke kelejar limfe disekitar hilus paru, dan ini
disebut sebagai kompleks primer. Waktu antara terjadinya infeksi sampai pemebentukan
kompleks primer adalah sekitar 4-6 minggu. Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan
terjadinya perubahan reaksi tuberkulin dari negatif menjadi positif. 11

c. Penyakit Lanjut
Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung dari banyaknya kuman yang masuk dan
besarnya respon daya tahan tubuh (imunitas seluler). Pada umumnya reaksi daya
tahan tubuh tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman TBC. Meskipun
demikian, ada beberapa kuman akan menetap sebagai kumanper sist er ataudorm ant
(tidur). Kadang-kadang daya tahan tubuh tidak mampu mengentikan perkembangan
kuman, akibatnya dalam beberapa bulan, yang bersangkutan akan menjadi penderita
TB.11

Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atu tahun
sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat
terinfeksi HIV atau status gizi yang yang buruk. Ciri khas dari tuberkulosis pasca
primer adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusi
pleura.10
d. Tahap akhir penyakit
Sembuh sempurna

Penyakit TB akan sembuh secara sempurna bila penderita telah menyelesaikan


pengobatan secara lengkap, dan pemeriksan ulang dahak (follow up) paling sedikit 2 kali
berturut-turut hasilnya negatif yaitu pada akhir dan/atau sebulan sebelum akhir
pengobatan, dan pada satu pemeriksaan follow up sebelum nya.

Sembuh tapi cacat


Komplikasi berikut sering terjadi pada penderita stadium lanjut :
Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan
karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.

Kolaps dari lobus akibat retraksi bonkial.


Bronkiektasis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat
pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.

Pneumotoraks (terdapat udara di dalam rongga pleura) spontan : kolaps spontan


karena kerusakan jaringan paru.
Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persedian, ginjal dan
sebagainya.
Insufisiensi KardioPulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency)
Penderita yang mengalami komplikasi berat perlu dirawat inap di rumah sakit.
Penderita TB paru dengan kerusakan jaringan luas yang telah sembuh (BTA negatif)
masih bisa mengalami batuk darah. Keadaan ini seringkali dikelirukan dengan kasus
sembuh. Pada kasus ini, pengobatan dengan OAT tidak diperlukan, tapi cukup
diberikan pengobatan simtomatis. Bila perdarahan berat, penderita harus dirujuk ke
unit spesialistik.7

Karier
Penderita yang telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap tapi tidak ada
hasil pemeriksaan ulah dahak 2 kali berturut-turut negatif. Tindak lanjut : penderita
diberitahu apabila gejala muncul kembali supaya memeriksakan diri dengan
mengikuti prosedur tetap. Seharusnya terhadap semua penderita BTA positif harus
dilakukan pemeriksaan ulang dahak.

Kronik
Penderita BTA positif yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali
menjadi positif pada satu bulan sebelum akhir pengobatan atau pada akhir pengobatan.
Tindak lanjut : Penderita BTA positif baru dengan kategori 1 diberikan kategori 2 muali
dari awal. Penderita BTA positif pengobatan ulang

ulang dengan kategori 2 dirujuk ke UPK spesialistik atau diberikan INH seumur hidup.
Penderita BTA negatif yang hasil pemeriksaan dahaknya pada akhir bulan kedua menjadi positif.
Tindak lanjut : berikan pengobatan kategori 2 muali dari awal.

Meninggal Dunia
Penderita yang dalam usia masa pengobatan diketahui meninggal karena sebab apapun. Tanpa
pengobatan, setelah lima tahun 50% dari penderita TBC akan meninggal, 25% akan sembuh
sendiri sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh tinggi, dan 25% sebagai kasus kronik yang
tetap menular.5
Menurut Depkes RI (2002) riwayat terjadinya TB paru ada dua yaitu infeksi primer dan pasca
primer. Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TBC. Droplet
yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati sistem pertahanan mukosilier
bronkus, dan terus berjalan sehingga sampai di alveolus dan menetap di sana. Infeksi dimulai saat
kuman TBC berhasil berkembang biak dengan cara pembelahan diri di paru. Saluran limfe akan
membawa kuman TBC ke kelenjar limfe di sekitar hilus paru, dan ini disebut sebagai kompleks
primer. Waktu antara terjadinya infeksi sampai pembentukan komplek primer adalah sekitar 4-6
minggu. Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi tuberkulin dari
negatif menjadi positif.6
Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung dari banyaknya kuman yang masuk dan besarnya
respon daya tahan tubuh (imunitas seluler). Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat
menghentikan perkembangan kuman TBC. Meskipun demikian, ada beberapa kuman akan
menetap sebagai kuman persisten atau dorman (tidur). Kadang-kadang daya tahan tubuh tidak
mampu menghentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan, yang
bersangkutan akan menjadi penderita TBC. Masa inkubasi, yaitu waktu yang diperlukan mulai
terinfeksi sampai menjadi sakit, diperkirakan sekitar 6 bulan. Kedua tuberkulosis paska primer
biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun sesudah infeksi primer, misalnya karena daya
tahan tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau status gizi yang buruk. Ciri khas dari tuberkulosis
paska primer adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusi pleura. 6

6. Klasifikasi Diagnosis

Dalam rangka menegakkan diagnosis penyakit TB paru maka dilakukan serangkaian


tindakan yang dimulai anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan lanjutan dapat berupa
pemeriksaan bakteri, radiologi dan tes tuberkulin. Penetapan diagnosis tuberkulosis paru
berdasarkan hasil pemeriksaan dahak menurut Depkes RI (2002) dikelompokkan
menjadi :6
Penderita TB paru BTA positif yakni sekurang kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS
hasilnya BTA positif, atau 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto rontgen
dada menunjukkan gambaran Tuberkulosis aktif, dan
Penderita TB paru BTA Negatif yakni pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif
dan foto rontgen dada menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif, serta
Penderita Tuberkulosis Extra Paru, yakni Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain
paru,misalnya, selaput otak,selaput jantung kelenjar limfe,tulang, persendian, kulit, usus, ginjal,
saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.

Di Indonesia klasifikasi yang banyak dipakai adalah berdasarkan kelainan klinis,


radiologis dan mikrobiologis:8
TB paru
Bekas TB paru
TB paru tersangka
TB paru tersangka yang diobati. Disini sputum BTA negatif, tetapi tanda-tanda lain
positif.
TB paru tersangka yang tidak diobati. Disini sputum BTA negatif dan tanda-tanda lain
juga meragukan. Dalam 2-3 bulan,
TB tersangka ini sudah harus dipastikan apakah termasuk TB paru (aktif) atau bekas TB
paru. Dalam klasifikasi ini perlu dicantumkan status bakteriologi, mikroskopik sputum
BTA (langsung), biakan sputum BTA, status radiologis (kelainan yang relevan untuk
tuberkulosis paru), status kemoterapi (riwayat pengobatan dengan obat anti tuberculosis).
WHO 1991 berdasarkan terapi membagi TB dalam 4 kategori yakni:
Kategori I, ditujukan terhadap kasus baru dengan sputum positif dan kasus baru dengan
bentuk TB berat.
Kategori II, ditujukan terhadap kasus kambuh dan kasus gagal dengan BTA positif.
Kategori III, ditujukan terhadap kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas dan
kasus TB ekstra paru selain dari yang disebut dalam kategori I.

4. Kategori IV, ditujukan terhadap TB kronik.5


Pengobatan Penyakit Tuberkulosis paru
Tujuan Pengobatan
Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian, mencegah
kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya resistensi kuman
terhadap OAT.6
Prinsip pengobatan
OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan dosis
tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT tunggal (monoterapi). Pemakaian
OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.

Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung (DOT
= Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).
Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.
Paduan obat TB Paru dapat dibagi atas 4 kategori, yaitu:
Kategori I :
Kasus: TB paru BTA +, BTA -, lesi luas
Pengobatan: 2 RHZE/ 4 RH atau 2 RHZE/ 6 HE; 2RHZE/ 4R3H3.
Kategori II :
Kasus: Kambuh
Kasus: Gagal pengobatan
Kasus: TB Paru putus berobat Pengobatan: HRZE/5H3R3E3

Kategori III :
Kasus: TB paru BTA lesi minimal
Pengobatan: 2HRZ/4H3R3
Kategori IV:
Kasus: Kronik
Pengobatan: RHZES/ sesuai hasil uji resistensi (minimal OAT yang sensitif) + obat lini 2
(pengobatan minimal 18 bulan).

Kasus: MDR TB
Pengobatan: Sesuai uji resistensi+ OAT lini 2 atau H seumur hidup. 6

Adapun Jenis, sifat dan dosis OAT yang digunakan untuk TB paru sebagaimana
tertera dalam Tabel 1.

Pengobatan TB paru dalam jangka waktu tertentu dapat menimbulkan efek samping
baik yang bersifat ringan maupun yang berat. Tabel 2 menjelaskan efek samping OAT
dari yang ringan maupun berat dengan pendekatan gejala.

Penatalaksanaan pasien dengan efek samping gatal dan kemerahan kulit dilakukan dengan
menyingkirkan dulu kemungkinan penyebab lain. Sementara dapat

diberikan anti-histamin, sambil meneruskan OAT dengan pengawasan ketat. Gatal gatal tersebut
pada sebagian pasien akan hilang, namun pada sebagian pasien malahan terjadi kemerahan kulit. Bila
keadaan seperti ini terjadi maka OAT yang diberikan harus dihentikan, dan ditunggu sampai
kemerahan kulit tersebut hilang. Jika gejala efek samping ini bertambah berat, pasien perlu dirujuk.
Efek samping hepatotoksisitas bisa terjadi karena reaksi hipersensitivitas atau karena kelebihan dosis. 6

Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada penderita stadium lanjut:
Hemoptisis berat (pendarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian
karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.

Kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial


Bronkiektasis (peleburan bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada
proses pemulihan atau retraktif) pada paru.
Pneumotorak (terdapat udara di dalam rongga pleura) spontan: kolaps spontan karena
kerusakan jaringan paru.
Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal dan sebagainya.
Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency).
Penderita yang mengalami komplikasi berat perlu dirawat inap di rumah sakit. Penderita
TB paru dengan kerusakan jaringan luas yang telah sembuh (BTA negatif) masih bisa
mengalami batuk darah. Keadaan ini seringkali dikelirukan dengan kasus sembuh. Pada
kasus seperti ini pengobatan dengan OAT tidak diperlukan, tapi cukup diberikan
pengobatan simtomatis. Bila pendarahan berat, penderita harus dirujuk ke unit
spesialistik.6

You might also like