You are on page 1of 58

PENGARUH TERAPI BEKAM TERHADAP

PERUBAHAN SKALA NYERI PADA PASIEN NYERI


PUNGGUNG BAWAH TIDAK SPESIFIK DI RUMAH
SEHAT AFIAT TAHUN 2012

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk


memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

OLEH :
PRADIPTA SUARSYAF
NIM : 109103000026

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1433 H/2012 M

KATA PENGANTAR

O0!$#`uHq9$#Om9$#
Segala puji hanya bagi Allah SWT yang telah memberikan begitu banyak
nikmat sehingga penelitian ini dapat Saya selesaikan. Tiada kata yang pantas
terucap selain selalu bershalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW.
Keberadaannya membuat hati pengikutnya tenang walau belum pernah bertemu
dengannya. Bekam yang merupakan terapi kesehatan yang dianjurkan oleh beliau
menjadi bukti akan kebenaran perkataannya.
Alhamdulillah atas kehendak dan karunia Allah SWT, Saya akhirnya dapat
menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul "Pengaruh Terapi Bekam
Terhadap Perubahan Skala Nyeri pada Pasien dengan Nyeri Punggung Bawah
Tidak Spesifik di Rumah Sehat Afiat Tahun 2012". Dalam prosesnya Saya
menemui banyak kendala, namun kendala itu seakan sirna ketika membayangkan
penelitian ini bisa meyakinkan masyarakat akan mukjizat terapi bekam seperti apa
yang dijanjikan dalam hadist Nabi Muhammad. Cita-cita Saya ketika memutuskan
meneliti bekam adalah kembali mengangkat kejayaan kedokteran Islam.
Saya meyakini bahwa penelitian ini tidak akan selesai tanpa dukungan dan
bantuan dari banyak kalangan. Maka dengan ini Saya sampaikan terimakasih
kepada :
1. Prof. Dr(HC). dr. M. K. Tadjudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu menjadi
inspirator bagi Saya dan juga keluarga besar Program Studi Pendidikan
Dokter UIN Syarif Hidayatullah.
2. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, Sp.KFR selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Dokter dan juga sebagai dosen pembimbing penelitian yang telah banyak
memberikan motivasi dan masukannya terhadap penelitian ini.
3. dr. Fika Ekayanti, M.Med.Ed selaku dosen pembimbing yang telah
meyakinkan Saya untuk mengambil tema bekam karena masih sedikit yang
menelitinya dan juga atas bimbingan, dukungan, saran, serta masukannya
sehingga penelitian bekam ini terselesaikan.
4. dr. Mohammad Ali Toha Assegaf, MARS (Penasihat Asosiasi Bekam
Indonesia, Pengkaji Kedokteran Nabi, Direktur Keuangan RSCM) selaku
pemilik Rumah Sehat Afiat yang telah memberikan dukungan atas penelitian
ini, motivasi agar penelitian ini kelak bisa bermanfaat bagi umat Islam, dan
juga atas izinnya untuk melakukan penelitian di Rumah Sehat Afiat.
5. dr. Suarsyaf Adnanur dan Elita Andi selaku orangtua peneliti atas do'a,
dukungan, motivasi, dan masukannya. Semoga hasil penelitian ini bisa
v

menjadi ilmu yang bermanfaat sehingga pahala bisa terus mengalir kepada
mereka berdua.
6. Husnita Thamrin, Rahmatul Fithri Yanti, Dian Pratiwi dan Khoirun M. Putra
sebagai tim riset yang selalu saling mendukung, membantu, dan
mengingatkan akan pentingnya penelitian ini.
Semoga laporan penelitian ini bisa memperkaya khazanah pengetahuan kita
mengenai salah satu Thibbun Nabawi yaitu bekam.
Wassalamu'alaikum wr.wb.
Ciputat, 17 September 2012

Penulis

vi

ABSTRAK
Pradipta Suarsyaf. Program Studi Pendidikan Dokter. Pengaruh Terapi Bekam
Terhadap Perubahan Skala Nyeri Pada Pasien dengan Nyeri Punggung Bawah di
Rumah Sehat Afiat Tahun 2012
Nyeri punggung bawah (NPB) sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan
hampir ditemui diseluruh dunia begitupun di Indonesia. Bekam hadir sebagai
pengobatan alternatif yang dianjurkan oleh Rasulullah dipercaya dapat menangani
nyeri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi bekam terhadap
skala nyeri pada pasien dengan nyeri punggung bawah tidak spesifik. Penelitian
ini dilakukan dengan membandingkan Skala Analog Visual pasien nyeri
punggung bawah tidak spesifik sebelum dan sesudah dibekam. Penelitian ini
menggunakan desain penelitian cross sectional. Pengambilan sampel
menggunakan metode consecutive sampling. Pasien berjumlah 35 orang dengan
28 orang laki-laki (80%) dan 7 orang perempuan (20%). Usia pasien berkisar pada
rentang usia 20-69 tahun. Berdasarkan hasil penelitian, rerata skala nyeri pasien
sebelum dibekam adalah 5.66 1.765 dan turun menjadi 3 1.515 sesudah
dibekam dengan nilai yang bermakna secara statistik menggunakan Uji Wilcoxon
(p = 0.000). Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat perubahan skala nyeri yang
bermakna pada pasien dengan nyeri punggung bawah tidak spesifik setelah
dibekam.
Kata Kunci : Bekam, Skala Analog Visual

ABSTRACT
Pradipta Suarsyaf. Medicine Study Program. Effect of Cupping Therapy on Pain
Scale Changes in Patients with Non Spesific Low Back Pain in Afiat Clinic 2012
Low back pain (LBP) is often encountered in everyday life, throughout the world
and also in Indonesia. Cupping is an alternative treatment that is recommended by
the Prophet and is believed to treat pain. The objective of this study is to know the
effect of cupping therapy on pain scale in non-specific low back pain patients. The
research was conducted by comparing the Visual Analog Scale pre-and postintervention. This study used a cross-sectional study design. The method of
sampling is consecutive sampling. 35 patients aged 20-69 years, 28 men (80%)
and 7 women (20%), were participated in this study. The result showed that the
rate of patient's pain scale before cupping therapy was 5.66 1.765 and decreased
to 3 1.515 after cupping therapy. This was statistically significant using the
Wilcoxon test (p = 0.000). The conclusion is that there is a significant change in
non specific low back pain patients pain scale after cupping therapy.
Keywords: Cupping, Visual Analogue Scale

vii

DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................... v
ABSTRAK .......................................................................................................... vii
ABSTRACT ........................................................................................................ vii
DAFTAR ISI ........................................................................................... ........... viii
DAFTAR TABEL .................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... .. xi
DAFTAR SINGKATAN.....................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 2
1.3 Hipotesis Penelitian................................................................................2
1.4 Tujuan Penelitian............................................................................... 2
1.5 Manfaat Penelitian................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................4
2.1 Landasan Teori .......................................................................... ........... 4
2.1.1 Bekam .............................................................. ..................... 4
2.1.2 Nyeri Punggung Bawah........................................................12
2.2 Kerangka Teori.................................................................................... 21
2.3 KerangkaKonsep .....21
2.4 Definisi Operasional........ ................................................................... 22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.......................................................... 23
3.1 Desain Penelitian..................................................................................23
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................. 23
3.3 Populasi dan Sampel ........................................................................... 24
3.4 Kriteria Inklusi & Eksklusi ................................................................. 24
3.5 Variabel Penelitian .............................................................................. 25
3.6 Managemen Data ................................................................................ 25
3.5.1 Pengolahan Data........................................................................ 25
3.5.2 Analisa Data .............................................................................. 25
3.7 Alur Penelitian.....26
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................. 27
4.1 Distribusi Sampel ................................................................................ 27
4.1.1 Distribusi Sampel................27
4.1.2 Perbandingan Rerata Level Nyeri berdasarkan Jenis Kelamin...29
4.1.3 Perbandingan Rerata Level Nyeri berdasarkan Pengalaman
Bekam.30
4.1.4 Hasil Uji Normalitas pada Kelompok Sebelum Bekam.....30
4.1.5 Hasil Uji Normalitas pada Kelompok Sesudah Bekam......31
4.1.6 Hasil Uji Normalitas pada Data Selisih Skala Analog Visual
Sebelum dan Sesudah Bekam31
4.1.7 Perbandingan Skala Nyeri Sebelum dan Sesudah Bekam
viii

Berdasarkan Jenis Kelamin.32


4.1.8 Hasil Uji 2 Kelompok Berpasangan (Uji Wilcoxon)......33
4.2 Pembahasan......................................................................................... 34
BAB V SIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 35
5.1 Simpulan ............................................................................................. 35
5.2 Saran.................................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 36
LAMPIRAN ......................................................................................................... 39

ix

DAFTAR TABEL
Tabel 3.1.
Tabel 4.2.
Tabel 4.3.
Tabel 4.4.
Tabel 4.5.
Tabel 4.6.
Tabel 4.7.
Tabel 4.7.1.
Tabel 4.7.2.

Rincian Waktu Penelitian...............................................................23


Rerata Level Nyeri Berdasarkan Jenis Kelamin............................29
Rerata Level Nyeri Berdasarkan Pengalaman Bekam...................30
Uji Normalitas Kelompok Sebelum Bekam...................................30
Uji Normalitas Kelompok Sesudah Bekam...................................31
Uji Normalitas VAS Kelompok Sesudah Bekam..31
Perbandingan Skala Nyeri Sebelum dan Sesudah Bekam
Berdasarkan Jenis Kelamin32
Hasil Uji Wilcoxon (Ranks)...........................................................33
Hasil Uji Wilcoxon (Test Statistics) .33

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Hand Pump (Asosiasi Bekam Indonesia ABI).............................. 8
Gambar 2.2. Cup berbagai ukuran, Lancet dan Lancet Device..9
Gambar 2.3. Handskun, masker dan Antiseptic......................................................9
Gambar 2.4. Baskom stainless, tissue, minyak zaitun dan larutan pembersih...... 10
Gambar 2.5. Praktik Bekam Basah .. 11
Gambar 2.6. Titik-titik Bekam untuk Nyeri Punggung Bawah 12
Gambar 2.7. Struktur Tulang Belakang.....14
Gambar 2.8. Jaras Nyeri Substansi P 15
Gambar 2.9. Jaras Nyeri.16
Gambar 2.10. Pemeriksaan Laseque......18
Gambar 2.11. Pemeriksaan Patrick & Kontra Patrick... 19
Gambar 2.12. Jaras Analgesik (Endogenous opiate)... 20
Gambar 3.1. Skala Analog Visual..26
Gambar 4.1. Diagram Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin.27
Gambar 4.2. Diagram Distribusi Responden berdasarkan Kelompok Usia.......28
Gambar 4.3. Diagram Distribusi Pengalaman Bekam Pasien NPB TS.....28
Gambar 4.4. Diagram Distribusi Selisih Skala Analog Visual Sebelum dan
Sesudah Bekam.....29
Gambar 4.5. Jaras Analgesik (Endogenous opiate).. 34

xi

DAFTAR SINGKATAN
NPB

: Nyeri Punggung Bawah

NPB TS

: Nyeri Punggung Bawah Tidak Spesifik

SAV

: Skala Analog Visual

xii

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3

Kuisioner........................................................................................39
Data Hasil Uji Statistik...................................................................42
Identitas Penulis.............................................................................45

xiii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Nyeri punggung bawah (NPB) sering dijumpai dalam kehidupan seharihari dan hampir ditemui diseluruh dunia. NPB selain bisa terjadi secara
langsung akibat cedera pada daerah punggung dan proses patologis, juga
berhubungan dengan pekerjaan.1 NPB yang berhubungan dengan pekerjaan
dipengaruhi oleh banyak hal, antara lain faktor demografi pekerja, posisi
tubuh saat bekerja, lingkungan kerja, dan jenis pekerjaan.1,2,3
Laporan WHO menunjukan bahwa lebih dari 80% populasi dunia pernah
mengalami NBP selama hidupnya. Prevalensi tahunannya bervariasi dari 1545%, dengan point prevalence rata-rata 30%.4
Di AS nyeri ini merupakan urutan pertama yang paling sering
menyebabkan terhambatnya aktivitas kerja pada kelompok usia <45 tahun,
urutan ke 2 yang menjadi alasan datangnya pasien ke dokter, urutan ke 5
alasan perawatan pasien di rumah sakit, dan penyebab yang paling sering
untuk tindakan operasi.5
Penelitian prevalensi NPB di Indonesia yang dilakukan Fredy Christianto
pada 2011 menyatakan bahwa 41,5% dari perajin kramik di Kecamatan Plered
Purwakarta mengalami NBP.6 Hal ini berkaitan dengan sikap tubuh saat
bekerja. Kemudian penelitian Hardiono pada 2007 menyatakan bahwa 79,7%
petugas ambulans Dinas Kesehatan DKI Jakarta mengalami NPB.7
Bekam yang dianjurkan dalam Islam diyakini sebagai pengobatan
komplemen dalam penanganan nyeri.8 Hal ini dikarenakan proses dari bekam
yang merangsang pelepasan endogenous opioid peptides seperti endorphin
yang pada akhirnya akan mengurangi rasa nyeri. Selain itu menurut hasil
penelitian Khosro Farhadi dari Pain Research Center, Kermanshah University
of Medical Sciences Iran pada 2009 bekam mampu secara efektif mengurangi
NPB.9

Berdasarkan uraian di atas dan dilatarbelakangi keterbatasan penelitian


mengenai bekam di Indonesia peneliti bermaksud melakukan penelitian
mengenai pengaruh terapi bekam basah terhadap perubahan skala analog
visual (SAV) pada pasien NPB yang datang ke Rumah Sehat Afiat Cinere.

1.2. Rumusan Masalah


Bagaimana pengaruh bekam terhadap perubahan skala nyeri pada pasien
NPB di Rumah Sehat Afiat tahun 2012 ?

1.3. Hipotesa Penelitian


Terdapat perubahan bermakna dari skala nyeri pada pasien nyeri punggung
bawah setelah diterapi bekam basah di Rumah Sehat Afiat tahun 2012.

1.4. Tujuan Penelitian


1.4.1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh bekam basah terhadap perubahan skala nyeri SAV pada pasien
NPB.

1.4.2. Tujuan Khusus

Mengetahui adanya perubahan kualitas nyeri pada pasien NPB


setelah dibekam basah

Mengetahui adannya perubahan skala nyeri SAV dengan


membandingkan skala nyeri sebelum dan sesudah dibekam basah

Mengetahui cara dan proses bekam basah pada pasien NPB

1.5. Manfaat Penelitian


1.5.1. Bagi pasien dengan NPB
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pasien
mengenai dampak dari terapi bekam basah yang dia terima. Sehingga bisa
menjadi dasar keyakinan bagi pasien NPB untuk menjadikan bekam
sebagai salah satu pilihan mengatasi keluhannya.

1.5.2. Bagi praktisi kesehatan


Hasil penelitian ini bisa dijadikan referensi bagi praktisi kesehatan
jika pasien yang ditangani menginginkan terapi alternatif selain terapi
konvensional.

1.5.3. Bagi penyelenggara terapi bekam (Rumah Sehat Afiat)


Hasil penelitian

ini bisa

dijadikan

bahan

masukan

bagi

penyelenggara terapi bekam baik di Rumah Sehat Afiat maupun


penyelenggara lainnya dalam mengedukasi pasien mengenai efek terapi
bekam terhadap nyeri, khususnya NPB.

1.5.4. Bagi peneliti

Melalui

penelitian

ini

peneliti

dapat

menerapkan

dan

memanfaatkan ilmu yang didapat selama menempuh pendidikan.

Menambah pengetahuan peneliti mengenai menfaat terapi bekam


untuk penanganan NPB.

Membuktikan kebenaran hadist Nabi Muhammad akan manfaat


dari terapi bekam sehingga keimanan peneliti semakin bertambah.

Sebagai prasyarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Bekam
2.1.1.1. Definisi Bekam
Bekam atau hijamah, secara bahasa berasal dari kata al-hajmu yang
artinya mengisap. Hajama asy-syaia artinya mengisap sesuatu. Alhajim dan al-hajjam artinya mengisap. Karena itu praktik pengisapan
darah disebut al-hijamah. Sedangkan secara istilah bekam berarti peristiwa
penghisapan

kulit, penyayatan

dan

mengeluarkan

darahnya

dari

permukaan kulit, yang kemudian ditampung di dalam gelas.8,10


Bekam dalam kitab-kitab arab adalah mengeluarkan darah dari
kulit dengan cara menghisap, kemudian penyayatan ringan pada
permukaan kulit, kemudian dilakukan penghisapan lagi agar darah bisa
keluar dan menimbulkan kesembuhan dengan izin Allah taala.10
Bekam

juga

didefinisikan

sfebagai

terapi

kuno

dengan

menggunakan sebuah gelas pada daerah tertentu pada kulit yang disayat
ataupun tidak untuk menghisapnya sehingga keluarlah darah pada daerah
spesifik tersebut akibat perbedaan tekanan udara didalamnya.11
Sedangkan dalam perspekif kedokteran barat, bekam didefinisikan
sebagai sebuah terapi ekstraksi darah dari titik-titik spesifik pada kulit
yang diinsisi selebar 1 cm dan sedalam 4 mm, menembus lapisan
epidermis kulit, kemudian darah keluar dari pembuluh darah perifer
sebanyak 50-300 ml selama 5 menit, dan akan meninggalkan ruam
kemerahan atau kehitaman yang akan menghilang dalam waktu 1-2
minggu.12
Sehingga dapat disimpulkan bahwa bekam adalah sebuah terapi
yang disunnahkan oleh Rasulullah dimana terjadi ekstraksi darah dengan
menggunakan gelas dan alat penghisap pada daerah kulit yang diinsisi
selebar 1 cm dan sedalam 4 mm, sehingga menembus lapisan epidermis
4

kulit, dan karena perbedaan tekanan maka darah tertarik keluar dari
pembuluh darah perifer sebanyak 50-300 ml dalam 5 menit serta akan
menimbulkan ruam kemerahan atau kehitaman. Rangkaian terapi ini pada
akhirnya akan menimbulkan kesembuhan seperti yang diwasiatkan Nabi
Muhammad dalam hadistnya dengan izin Allah taala.

2.1.1.2. Sejarah Bekam


Bekam sudah dikenal sejak 1550 sebelum masehi sebagai
pengobatan tradisional yang sangat populer dan vital oleh masyarakat
Mesir. Hal ini terbukti dari dokumentasi teknik bekam pada lembar
papirus yang ditemukan dekat Sungai Nil. Kemudian terapi bekam secara
tradisi berkembang dan menyebar sampai ke Yunani dan Roma. Bahkan
Hippocrates yang dikenal sebagai bapak kedokteran modern telah
mengelompokannya menjadi bekam basah dan kering.
Bekam juga dikenal dalam tradisi kesehatan di wilayah Asia.
Bekam sudah digunakan di Cina sejak tahun 2 sebelum masehi. Bekam
juga tertulis dalam sebuah buku tua tulisan Bo Shu yang hidup pada
zaman Dinasti Han pada 1973.
Bekam kemudian berkembang sampai ke barat dan benua amerika
sekitar abad 18-19 masehi. Dokter saat itu menggunakan bekam untuk
terapi berbagai kondisi pasien sampai dengan tahun 1860. Setelah tahun
1860, popularitas bekam mulai menurun tapi tak hilang sama sekali.
Bekam juga menyebar sampai ke timur tengah hingga sampai pada
disyariatkannya bekam 14 abad yang lalu. Nabi Muhammad bersabda,
Pengobatan terbaik bagimu adalah bekam dan fashdu (venasection)
(HR. Bukhari Muslim).13

Demikianlah risalah bekam yang kemudian menyebar seiring


dengan menyebarnya ajaran Islam ke seluruh dunia hingga saat ini.
Perkembangan bekam saat ini sangat pesat karena berbagai penelitian yang

dilakukan oleh ilmuwan. Sehingga bekam semakin diyakini manfaatnya.


8,11,14,15

2.1.1.3. Bekam dalam Islam


Kedudukan bekam dalam Islam adalah sunnah. Hal ini sesuai dengan
berbagai hadist Nabi berikut ini :

Dari Said bin Jubair, dari Ibnu Abbas, Rasulullah bersabda:


Kesembuhan itu ada dalam tiga hal, Yaitu minum madu, sayatan dengan
alat bekam, dan kay. Namun, aku melarang umatku melakukan kay16

Dari Shohihul Bukhari dan Muslim, bahwa Rasulullah Saw bersabda :


Sebaik-baik pengobatan yang kalian lakukan adalah bekam 17

Rasulullah bersabda :
Aku diberitahu malaikat jibril, bahwa bekam adalah pengobatan yang
paling bermanfaat bagi manusia. (Tercantum dalam shohihul Jami)

Dalam sebuah hadits, Rasulullah saw bersabda :


Lima hal termasuk sunnah para Rasulullah : malu, pemaaf, bekam,
siwak dan wewangian (HR. Tobroni dan Ibnu Jarir)
Prinsip Islam dalam menyikapi orang yang sedang sakit adalah
wajib bagi yang sakit tersebut untuk memeriksakan keadaannya pada
dokter atau pada yang ahli terhadap penyakit yang sedang diderita.
Melaksanakan petunjuk dokter pun merupakan sebuah kewajiban jika hal
itu dapat memperbaiki keadaan dari pasien tersebut. Oleh karena itu ketika
bekam diindikasikan oleh dokter pada seorang pasien maka bekam itu
sendiri menjadi halal dan wajib dilakukan.18
Bekam dalam Islam tergantung pada kondisi dari pasien yang akan
dibekam. Penetapan hukum dalam Islam berkaitan dengan permasalahan
yang dialami pasien, apakah itu dalam kondisi keterpaksaan (dlaruriyat),
kebutuhan (hajiyat) dan kelengkapan untuk memperoleh keindahan
(tahsiniyat).

Keadaan

pasien

yang

darurat

dan

dalam

suasana

keterpakasaan menyebabkan bekam tidak boleh dilakukan (haram).


Misalnya, pasien adalah penderita hemofilia sehingga dengan keadaannya
dikontraindikasikan

untuk

dilakukan

bekam

perdarahan hebat walau dengan luka yang kecil.19

yang

mengakibatkan

Namun jika dengan kondisi pasien yang memang diindikasikan


oleh dokter dapat dibekam maka bekam dianjurkan dan hukumnya bisa
menjadi halal. Usahanya untuk dibekam adalah salah satu bentuk ikhtiar
dan juga sekaligus bermakna sikap tawakal. Sebab tawakal itu sendiri
bermakna hati berpegang teguh kepada Allah swt dalam menghasilkan
manfaat bagi hamba dalam masalah agama ataupun dunianya, dan
menolak bahaya dalam masalah agama atau pun dunia. Oleh karena usaha
pasien untuk bekam menjadi syarat dari sifat tawakal pada Allah swt. 20
Namun bukan berarti bekam adalah satu-satunya pengobatan.
Dalam hadist Kesembuhan itu ada dalam tiga hal, Yaitu minum madu,
sayatan dengan alat bekam, dan kay. Namun, aku melarang umatku
melakukan kay disebutkan bahwa pengobatan dapat dilakukan bertahap
sesuai dengan kondisi pasien. Bertahap dari pengobatan dengan 'madu' lalu
bekam dan terakhir dengan penusukan besi panas. Madu hanya sebagai
perumpamaan bahwa pengobatan bisa diusahakan dari yang paling mudah
yaitu dengan minum obat yang dianjurkan oleh dokter. Jika memang
dengan minum obat belum terselesaikan masalah penyakitnya maka dapat
dilakukan bekam (atau dalam kedokteran bisa diwakilkan dengan
pembedahan). Demikianlah Islam mengatur umatnya dalam tatacara
berobat

dan

mempersulit.21

pada

intinya

mempermudah

ummatnya

dan

tidak

2.1.1.4. Jenis Bekam


Bekam yang dikenal saat ini ada dua, yaitu : 8,10,11,12

Bekam Kering
Bekam kering adalah bekam yang tidak diikuti dengan pengeluaran darah.
Bekam hanya dilakukan pada kulit yang intak tanpa diinsisi oleh jarum
atau pisau bekam sebelumnya.

Bekam Basah
Sedangkan bekam basah adalah bekam yang diawali dengan bekam
kering, lalu kulit diinsisi dengan menggunakan lancet sedalam 4 mm dan
dilanjutkan dengan penghisapan darah dengan hand pump. Pada penelitian
ini peneliti mengambil sampel pasien dengan NPB yang dibekam dengan
jenis terapi bekam basah.

2.1.1.5. Peralatan Bekam


Alat bekam pada dasarnya terdiri dari tiga macam alat, yaitu : 10

Alat untuk menghisap kulit, jaringan kulit, dan darah

Hand pump

Gambar 2.1. Hand Pump (Asosiasi Bekam Indonesia - ABI)22

Alat untuk mengeluarkan darah


-

Gelas bekam, lancing device dan jarum lancet steril

Gambar 2.2. Cup berbagai ukuran, Lancet dan Lancet Device 22

Peralatan medis dan penunjang lainnya


-

Handskun, cawan/bengkok, betadin, minyak zaitun.

Gambar 2.3. Handschoen, masker dan Antiseptic 22

10

Gambar 2.4. Baskom stainless, tissue, minyak zaitun dan larutan pembersih22

2.1.1.6. Tata Cara Terapi Bekam pada Pasien NPB


Berikut adalah tata cara terapi bekam sesuai dengan standar yang
disepakati Asosiasi Bekam Indonesia (ABI) dan juga yang dilakukan di
Rumah Sehat Afiat :22,23
1. Mengisi identitas pasien
2. Melakukan diagnosa terhadap penyakit pasien dengan anamnesis terhadap
nyeri (Skala Analog Visual) yang dirasakan dan juga pemeriksaan fisik
yang khas untuk NPB dengan melakukan Laseque, Patrick dan kontra
Patrick
3. Identitas dan data penyakit pasien ditulis dalam rekam medik
4. Menyiapkan peralatan yang telah disebutkan sebelumnya dan sudah
disterilkan, dan meminta pasien menyiapkan diri berbaring di matras
bekam yang disediakan.
5. Melakukan antiseptik dengan betadin pada bagian yang akan dibekam dan
diikuti dengan relaksasi oleh terapis bekam pada pasien.
6. Melakukan pembekaman kering terhadap pasien pada titik spesifik untuk
menangani NPB lalu menunggu selama 5 menit

11

7. Melakukan insisi dengan lancet device dengan jarum yang sudah disiapkan
dan disesuaikan pada titik NPB sebanyak 11-17 kali untuk satu titik. Lalu
menunggu selama 5 menit
8. Melakukan pembersihan pada darah yang keluar. Kemudian melakukan
bekam kembali tanpa insisi untuk memastikan tidak ada lagi darah yang
keluar. Dilanjutkan dengan pemberian betadin pada titik-titik yang diinsisi
oleh lancet.
9. Melakukan anamesis lanjutan untuk menilai SAV pada NPB yang
dirasakan pasien setelah dibekam basah.

Gambar 2.5. Praktik Bekam Basah22

2.1.1.7. Titik Bekam untuk Nyeri Punggung Bawah


Berikut ini adalah titik-titik bekam yang spesifik untuk terapi Nyeri
Punggung Bawah (NPB) :9,23
1. First wet-cupping area : 5 titik meliputi leher (2 titik), pundak (2 titik),
dan 1 titik di medial tubuh setinggi Cervical VII (titik akhdaain)
2. Second wet-cupping area : 5 titik meliputi pinggang (2 titik), titik ginjal
(2 titik), dan 1 titik tengah setinggi lumbo-sacral
3. Third wet-cupping area : 2 titik meliputi 1 titik yang letaknya 3 jari
dibawah lipatan belakang tungkai kaki kanan dan kiri.

12

Gambar 2.6. Titik-titik bekam untuk Nyeri Punggung Bawah9

Titik-titik NPB pada Gambar 2.6 didasarkan pada hadist Nabi yang
menganjurkan ummatnya berbekam pada titik sunnah (first wet-cupping
area)
Dari Anas, ia berkata, Sesungguhnya Rasulullah dibekam tiga kali
pada akhdaain (dua titik kanan dan kiri leher) dan kahil (bahu) (HR
Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah).24
Sedangkan dua area lainnya merupakan titik-titik bekam yang
merujuk pada titik-titik dalam metode bekam akupuntur.

2.1.2. Nyeri Punggung Bawah

2.1.2.1. Definisi Nyeri


Nyeri adalah suatu rasa sensorik dan pengalaman emosional yang
tidak menyenangkan yang berkaitan dengan kerusakan atau berpotensi
untuk terjadi kerusakan jaringan atau dideskripsikan berdasarkan
kerusakan tersebut.25,26 Jaringan tersebut dapat berupa jaringan kulit,

13

jaringan saraf, pembuluh darah, fascia, otot, tendon, kartilago, ligamen,


intra artikuler meniskus, bursa, dan lainnya.1
Nyeri punggung bawah (NPB) adalah segala jenis sensasi nyeri
yang dirasakan pada daerah punggung bawah, yaitu daerah lumbal dan
lumbo sakral. NPB bisa timbul akibat penyakit seperti artritis tulang
belakang, herniasi diskus intervertebra atau kelainan anatomis di
punggung bawah, bisa juga karena sprain atau strain.27 Sprain adalah
cedera pada ligamen, akibat regangan ligamen yang berlebihan, sedangkan
strain adalah cedera pada otot atau tendon, akibat regangan otot yang
berlebihan.
Nyeri punggung bawah yang timbul akibat penyakit/kelainan
anatomis umumnya berupa nyeri radikuler yang sering disertai penjalaran
nyeri ke tungkai dan kaki.27 Sedangkan NPB karena sprain atau strain
umumnya bersifat lokal yang bisa berkurang rasa nyerinya dengan
berbaring dan bertambah jika menegakkan punggung. NPB jenis ini
biasanya karena posisi kerja yang tidak ergonomis dan akan timbul jika
penderita istirahat ataupun tidak kerja.

2.1.2.2. Anatomi Tulang Belakang


Tulang belakang adalah salah satu organ tubuh yang berfungsi
untuk menopang tubuh agar dapat berdiri tegak dan melindungi batang
otak (spinal cord). Tulang belakang (vertebrae) terbagi atas tiga
bagian/elemen. Elemen anterior tersusun atas korpus vertebra, diskus
intervertebralis, serta ditopang oleh ligamentum longitudinale anterior dan
posterior. Elemen posterior tersusun atas lamina, kanalis vertebralis, serta
prosesus tranversus dan spinosus yang menjadi tempat otot penyokong dan
pelindung kolumna vertebrae. Elemen posterior vertebra antara satu dan
lain dihubungkan dengan sendi apofisial (faset). Sedangkan bagian tengah
terdiri dari pedikel. Pedikel ini menghubungkan elemen posterior dan
anterior, memindahkan kekuatan yang mengontrol dari elemen posterior
ke anterior.1,28

14

Gambar 2.7. Struktur Tulang Belakang


Sumber :
A.D.A.M Interactive Anatomy & http://en.wikipedia.org/wiki/Vertebral_column

Stabilitas tulang bergantung pada sistem korpus vertebra dan


diskus intervertebralis serta kedua jaringan penyokong yaitu ligamentum
dan otot. Stabilitas daerah pinggang sangat bergantung pada gerak
kontraksi volunter dan refleks otot-otot sakrospinalis, abdominal, gluteus
maksimus, dan hamstring. Integrasi semua komponen ini diperlukan untuk
menjaga sistem di daerah tulang belakang bekerja dengan baik.1
Beberapa jenis otot seperti muskulus psoas mayor, muskulus psoas
minor, muskulus semispinalis, muskulus kuadratus lumborum, dan
sebagainya berfungsi untuk kestabilan tulang belakang dan berhubungan
dengan gerakan tulang belakang. Otot-otot sekitar tulang belakang ini
mudah mengalami kerusakan akibat beban dan regangan berlebih pada
daerah lumbal.

15

2.1.2.3. Patofisiologi Nyeri

Gambar 2.8. Jaras Nyeri Substansi P 29


Sumber : Fisiologi Sherwood Edisi 7

Stimulasi nyeri yang menyebabkan kerusakan pada jaringan akan


ditangkap sebagai suatu impuls oleh nociceptor. Kemudian impuls tersebut
akan dihantarkan oleh serabut saraf aferen (serabut saraf delta A dan
serabut C). Kemudian impuls ini akan menyebabkan keluarnya substansi P
(neurotransmitter nyeri) dari ujung saraf aferen di kornu posterior. Lalu
impuls diteruskan melalui ascending pain path ways hingga mencapai
talamus dan korteks serebri untuk kemudian diubah sebagai persepsi nyeri
dan lokalisasi nyeri.29,30
Letak nosiseptor terdapat di seluruh bagain tubuh. Pada daerah
punggung bawah terdapat nosiseptor di berbagai bangunan peka nyeri.
Bangunan peka nyeri tersebut adalah periosteum, 1/3 bangunan luar anulus
fibrosus, ligamentum, kapsula artikularis, fasia dan otot.28

16

Gambar 2.9. Jaras Nyeri


Sumber : http://www.ncbi.nlm.nih.gov

Impuls akan diterima oleh nosiseptor kemudian akan dibawa ke


orde I neuron (badan selnya ada dibagian serabut dorsal dari ganglion
spinal). Impuls kemudian akan masuk ke spinal cord dan naik 1-3 segmen
spinal cord yang biasa disebut traktus dorsolateral Lissauer. Traktus ini
akan berakhir di cornu posterior substansia grisea yang kemudian impuls
akan bersinaps di orde II neuron, menyebrang melewati bagian medial
spinal cord lalu naik melalui traktus spinotalamikus yang ada di kolumna
lateral substansia alba dan berakhir di talamus (di nukleus ventral

17

posterolateral). Kemudian impuls bersinaps ke orde III neuron dan


selanjutnya akan diproyeksikan di korteks serebral.31

2.1.2.4. Jenis Nyeri Punggung Bawah


Keadaan yang dapat menimbulkan nyeri punggung bawah dapat
dikelompokan menjadi :1

Nyeri spondilogenik

Nyeri neurogenik

Nyeri viscerogenik

Nyeri punggung vaskular

Nyeri punggung psikogenik


Sedangkan pasien NPB yang dimasukan sebagai sampel dalam

penelitian ini adalah pasien dengan nyeri punggung bawah yang tidak
spesifik pada keadaan-keadaan diatas.
Nyeri punggung bawah tidak spesifik adalah nyeri yang mencakup
intermiten, rekurens, dan episodik dan termasuk juga empat tipe nyeri :
lokal, alih, radikular dan nyeri yang timbul akibat spasme otot.

2.1.2.5. Faktor Resiko NPB


Beberapa faktor yang berhubungan dengan NPB ada beberapa
yaitu : 1,2,3

Faktor ergonomis (posisi tubuh janggal, posisi stasis, dan sebagainya)

Faktor psikososial (gangguan psikis, stress, dan sebagainya)

Kondisi patologik (penyakit pada tulang belakang)

Kelainan kongenital

Kelainan sosiodemografi (jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, status


gizi, dan lama kerja)

Faktor kebiasaan (merokok, olahraga)

18

2.1.2.6. Pemeriksaan NPB

Anamnesis 32

1. Onset, termasuk waktu mulainya, durasi, dan frekuensinya


2. Pencetus dan hal yang meredakan atau memperparahnya
3. Gambaran nyerinya
4. Daerah yang mengalami nyeri dan penyebarannya / penjalarannya
5. Derajat nyeri dengan menggunakan Skala Analog Visual (SAV). SAV bisa
dilakukan setelah melakukan pemeriksaan fisik.
6. Pengobatan yang sudah pernah dilakukan

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik neurologis yang dilakukan untuk mendeteksi nyeri
punggung bawah adalah pemeriksaan Laseque, pemeriksaan Patrick dan
Kontra Patrick.1,28,32

1. Pemeriksaan Laseque
Pasien diminta tidur terlentang, kemudian salah satu tungkai
diangkat ke atas dalam keadaan lurus, sedangkan tungkai lainnya
dalam keadaan lurus tidak terangkat. Bila ditemukan respon nyeri
saat tungkai dinaikkan sebelum 70 maka tes dinyatakan positif.
Hasil positif menunjukkan adanya rangsangan pada nervus
ischiadicus.

Gambar 2.10. Pemeriksaan Laseque


Sumber : http://intranet.tdmu.edu.ua

19

2. Pemeriksaan Patrick dan Kontra Patrick


Pemeriksaan ini dilakukan untuk menyingkirkan nyeri yang berasal
dari daerah sakro-iliaka. Pada pemeriksaan Patrick, pasien diminta
tidur terlentang kemudian dilakukan tindakan fleksi, abduksi, dan
eksorotasi pada kedua tungkainya. Gabungan gerakan ini akan
menyebabkan regangan pada sendi panggul. Apabila ada tanda
patologis di daerah ipsilateral, akan timbul nyeri pada daerah
bokong atau penjalaran nervus ischiadicus. Hasil disebut positif
bila ditemukan respon nyeri saat dilakukan pemeriksaan tersebut.
Sedangkan pada pemeriksaan kontra Patrick, pasien masih
terlentang kemudian dilakukan tindakan fleksi, abduksi, dan
endorotasi. Bila ada tanda patologis pada sakro-iliaka, akan timbul
nyeri pada daerah bokong atau penjalaran nervus ischiadicus. Hasil
disebut positif bila timbul nyeri.

Gambar 2.11. Pemeriksaan Patrick & Kontra Patrick


Sumber : http://ars.els-cdn.com

20

2.1.2.7. Pengaruh Bekam terhadap Nyeri


Ketika bekam dilakukan dan terjadi insisi yang berulang pada
daerah yang dibekam dan menembus jaringan epidermis. Kerusakan
jaringan ini akan merangsang nosiseptor yang ada didaerah tersebut
sampai kemudian diteruskan hingga menjadi persepsi nyeri dan lokalisasi
nyeri.

Gambar 2.12. Jaras Analgesik (Endogenous opiate)29


Sumber : Fisiologi Sherwood Edisi 7

Seperti yang sudah dijelaskan pada gambar 2.7, pada gambar 2.12
impuls yang sampai di ujung saraf eferen akan menstimulasi keluarnya
substansi P. Hanya tubuh punya mekanisme tersendiri untuk menghambat
impuls nyeri tersebut. dengan mengeluarkan endogeneus opiate (endorfin,
enkefalin) yang dapat menduduki reseptor opiat sehingga substansi P tidak
bisa diteruskan ke otak. Sehingga tidak akan ada persepsi dan lokalisasi nyeri
pada tubuh yang dirangsang nyeri tersebut.29

21

2.2. Kerangka Teori

2.3. Kerangka Konsep

22

2.3. Definisi Operasional


No.

Variabel

Pengukur
an

Alat Ukur

Cara Pengukuran

Skala
Nyeri

Peneliti

Skala
Analog
Visual

Skala Analog Visual


ditanyakan langsung
kepada pasien sebelum dan
sesudah dibekam. Dalam
skala 1-10.

2.

Bekam

Terapis
Bekam

Sepaket
alat bekam

Bekam yang dilakukan


adalah bekam basah.
Bekam yang menggunakan
lancet untuk mengeluarkan
darah.

Nyeri
Punggung
Bawah
Tidak
Spesifik

Peneliti

Anamnesis Nyeri punggung bawah


yang mencakup :
dan
pemeriksaa
nyeri intermiten,
n fisik
rekurens, dan episodik
(Laseque,
empat tipe nyeri : lokal,
Patrick, &
alih, radikular, dan nyeri
kontra
yang timbul akibat
spasme otot.
Patrick)

Skala
pengukura
n
Numerik

Positif/neg
atif

23

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional (potong lintang)
analitik dengan menggunakan uji statistik numerik berpasangan.33 Variabel
penelitian akan diamati pada periode yang sama. Analisis ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh terapi bekam terhadap penanganan nyeri punggung bawah
(NPB) tidak spesifik berdasarkan Skala Analog Visual.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan selama 9 bulan, yakni mulai bulan Januari 2012
hingga September 2012 dan bertempat Rumah Sehat Afiat, yang beralamat di
Ruko Griya Cinere II - Jl. Limo Raya No.3.

Tabel 3.1. Rincian Waktu Penelitian


No Bulan

Kegiatan

Output/Hasil

Januari 2012

Pembuatan Proposal

Proposal

Februari 2012

Pengurusan izin

Surat Izin Fakultas

Surat Izin Fakultas

Pembuatan questionnaires

questionnaires

Pembuatan Inform consent

Inform consent

Maret 2012

Penyebaran questionnaires

Data

Juli 2012

Pengumpulan data

Pengecekkan data

Laporan

September

Pengolahan data

Penelitian

2012

Pembuatan laporan

Agustus

23

Hasil

24

3.3. Populasi dan Sampel


Populasi terjangkau penelitian ini adalah seluruh pasien dengan Nyeri
Punggung Bawah Tidak Spesifik yang berobat di Rumah Sehat Afiat pada Maret
2012 - Juli 2012. Sedangkan sampel penelitian ini adalah para pasien dengan
Nyeri Punggung Bawah Tidak Spesifik yang berobat di Rumah Sehat Afiat saat
pengambilan data dilakukan.
Jumlah sampel diambil dari kelompok kondisi sebelum di bekam dan
kelompok kondisi setelah di bekam. Sehingga terdapat 2 kelompok berpasangan
yaitu kelompok sample sebelum dibekam dan setelah dibekam. (34) (33)

Rumus : 1 =

2=

Kesalahan tipe I ditetapkan sebesar 5%, hipotesis satu arah, sehinga Z = 1,64
Kesalahan tipe II ditetapkan sebesar 10%, maka Z =1,28
Selisih minimal yang dianggap bermakna (x1-x2) = 3
Standar deviasi = 3 (dari kepustakaan)

Berdasarkan perhitungan tersebut, maka jumlah sampel minimal yang diperlukan


adalah 35 untuk masing-masing kelompok.

3.4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi


Kriteria Inklusi :

Subyek dengan NPB yang datang ke Rumah Sehat Afiat untuk


dibekam dan setuju untuk dijadikan responden.

Subyek berusia 17 70 tahun

Subyek sudah menderita NPB minimal sejak 2 minggu sebelum


pengambilan data.

Kriteria Eksklusi :

Subyek yang tidak mampu berkomunikasi dengan baik (sangat


kesakitan, gangguan mental, dan sebagainya)

25

Subyek yang diberikan terapi lain selain bekam (baik farmako


maupun

non

farmako)

oleh

terapis

sesaat

sebelum

proses

pembekaman

Subyek yang kemungkinan mengalami patologi spinal (seperti


carcinoma), kelainan perdarahan (seperti hemofilia), atau kelemahan
gerak yang progresif dan buruk.

3.5. Variabel Penelitian


Variabel pada penelitian ini meliputi :
1. Variabel bebas

: Bekam

2. Variabel terikat

: Skala Analog Visual

3.6. Managemen Data


3.6.1. Pengolahan Data
Data responden yang masuk diolah berdasarkan usia, jenis
kelamin, pengalaman bekam, dan juga selisih skala sebelum dan sesudah
bekam. Pengolahan data selanjutnya dilakukan dengan memasukkan data
ke dalam program komputer IBM Statistical Package for Social Science
(SPSS) v.20, lalu diolah lebih lanjut dengan melakukan editing dan coding
sebelumnya.
Pertama dilakukan uji normalitas untuk menilai distribusi data
yang didapatkan normal atau tidak. Hasilnya berguna untuk menentukan
uji pada SPSS pada analisis data yang ada.
Data Skala Analog Visual sebelum dan sesudah dibekam termasuk
data numerik yang berpasangan. Sehingga diindikasikan untuk dilakukan
Uji T Berpasangan. Jika ternyata distribusi data tidak normal maka akan
dilakukan Uji Wilcoxon.

3.6.2. Analisa Data


Skala Analog Visual (SAV)
Tingkatan nyeri yang dirasakan pasien dihitung dengan menggunakan
Skala Analog Visual untuk nyeri. Pengukuran tingkatan ini dilakukan

26

sebelum dan sesudah dlakukan terapi bekam pada pasien. Skor nya
tergantung jawaban dari pasien mengenai nyeri nya yakni 0-10 dengan
deskripsi :

Gambar 3.1. Skala Analog Visual25

3.7. Alur Penelitian

27

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Distribusi Sampel

4.1.1. Distribusi Sampel


Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan Skala Analog
Visual pasien dengan nyeri punggung bawah tidak spesifik sebelum dan sesudah
dibekam di Rumah Sehat Afiat antara bulan Maret Juli 2012. Total sampel yang
terkumpul sebanyak 35 sampel/responden.

Laki-Laki (28
responden)

20%
80%

Perempuan (7
responden)

Jumlah Responden : 35

Gambar 4.1. Diagram Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Dari 35 responden terdiri dari 28 responden laki-laki dan 7 orang


responden perempuan. Ketimpangan responden antara laki-laki dan perempuan ini
disebabkan karena sangat jarang pasien perempuan yang datang ke Rumah Sehat
Afiat mengeluh nyeri punggung bawah. Selain itu data kunjungan bekam di
Rumah Sehat Afiat memang lebih didominasi oleh laki-laki dari pada perempuan.
Alasan lain yang lebih bersifat pribadi seperti merasa tidak nyaman untuk
membuka baju, untuk kemudian dibekam walaupun sudah disediakan ruangan
khusus untuk bekam wanita yang tertutup, takut jikalau bekas luka bekam tidak
hilang, dan takut dengan tusukan atau insisi jarum bekam akan menimbulkan
nyeri yang tidak nyaman.

27

28

3%
0%

20-26 th
15%

24%

27-33 th
34-40 th

17%

15%

41-47 th
48-54 th

26%

55-61 th
62-69 th

Gambar 4.2. Diagram Distribusi Responden berdasarkan Kelompok Usia

Berdasarkan Gambar 4.2 responden didominasi oleh kelompok usia 34-40


tahun (26%) diikuti kelompok usia 20-26 tahun (24%) dan kelompok usia 41-47
tahun (17%). Memang ada kecenderungan pasien NPB dengan usia muda lebih
bersedia untuk dibekam dengan titik-titik NPB dan dijadikan sampel penelitian.
Ada beberapa pasien NPB yang menolak untuk dibekam karena alasan-alasan
pribadi.

1x (31 responden)

2x (3 responden)

3x (0 responden)

4x (1 responden)

0% 3%
9%

88%

Gambar 4.3. Diagram Distribusi Pengalaman Bekam Pasien NPB Tidak Spesifik

Responden yang dibekam karena NPB tidak spesifik kebanyakan baru


pertama kali dibekam (88,6%). Sehingga ada beberapa responden yang merasa

29

senang sekali ketika awalnya dia nyeri punggung bawah, setelah dibekam
nyerinya berkurang bahkan ada yang sampai hilang (SAV sesudah skala 0 (2%)).

4 skala
(4 responden)
12%

7 skala (1
1 skala
responden)
(6 responden)
3%
19%

5 skala (2
responden)
6%

3 skala
(10 responden)
31%

2 skala
(12 responden)
38%

Gambar 4.4.
Diagram Distribusi Selisih Skala Analog Visual Sebelum dan Sesudah Bekam

Walaupun pada Gambar 4.4 diketahui bahwa penurunan skala nyeri ratarata 2-3 skala, secara umum bekam berhasil mengurangi rasa nyeri pada seluruh
responden. Hal ini terbukti bahwa semua responden 100% merasakan adanya
pengurangan skala analog visual.

4.1.2. Perbandingan Rerata Level Nyeri Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.2. Rerata Level Nyeri Berdasarkan Jenis Kelamin


Laki-Laki

Perempuan

Me

Medi

Std.

Min

Ma

Me

Medi

Std.

Min

Ma

an

an

Deviasi

ks.

an

an

Deviasi

ks

SAV sebelum

5.54

1.503

6.14

2.673

10

SAV sesudah

1.388

2.082

Selisih Penurunan

2.54

2.5

1.071

3.14

2.116

SAV

30

Berdasarkan Tabel 4.2 didapatkan bahwa secara rata-rata penurunan skala


analog visual responden perempuan lebih besar dari pada rata-rata penurunan
skala analog visual responden laki-laki.

4.1.3. Perbandingan Rerata Level Nyeri Berdasarkan Pengalaman Bekam


Tabel 4.3. Rerata Level Nyeri Berdasarkan Pengalaman Bekam
Jumlah

Penurunan SAV (SAV sebelum SAV sesudah)

Bekam

Mean

Median

Std. Deviasi

Min.

Jumlah

Maks.

1x

2.55

1.312

31

2x

3x

4x

Berdasarkan Tabel 4.3 didapatkan bahwa secara rata-rata penuruan skala


analog visual bagi responden yang baru pertama kali dibekam jauh lebih kecil dari
pada rata-rata penurunan skala analog visual responden yang sudah pernah bekam
lebih dari 4 kali.
4.1.4 Hasil Uji Normalitas pada Kelompok Sebelum Bekam

Tabel 4.4. Uji Normalitas VAS Kelompok Sebelum Bekam


Shapiro-Wilk

SAV sebelum

Statistik

df

Sig.

0.929

35

0.027

Berdasarkan Tabel 4.4 didapatkan hasil uji normalitas secara analitis


dengan menggunakan Uji Shapiro-Wilk ( N < 50) berupa nilai p = 0.027. Karena
nilai p < 0.05 maka dapat disimpulkan distribusi data VAS kelompok sebelum
bekam tidak normal. Karena distribusi yang tidak normal ini maka diusahakan
dengan transformasi variabel SAV sebelum dengan menggunakan SPSS namun
tidak ada perubahan.

31

4.1.5 Hasil Uji Normalitas pada Kelompok Sesudah Bekam

Tabel 4.5. Uji Normalitas VAS Kelompok Sesudah Bekam


Shapiro-Wilk

SAV sesudah

Statistik

df

Sig.

0.948

35

0.096

Berdasarkan Tabel 4.5 didapatkan hasil uji normalitas secara analitis


dengan menggunakan Uji Shapiro-Wilk (N < 50) berupa nilai p = 0.096. Karena
nilai p > 0.05 maka dapat disimpulkan distribusi data VAS kelompok setelah
bekam normal.

4.1.6. Hasil Uji Normalitas pada Data Selisih Skala Analog Visual Sebelum
dan Sesudah Bekam
Tabel 4.6. Uji Normalitas VAS Kelompok Sesudah Bekam
Shapiro-Wilk

SAV sesudah

Statistik

df

Sig.

0.878

35

0.001

Berdasarkan Tabel 4.6 didapatkan hasil uji normalitas secara analitis


dengan menggunakan Uji Shapiro-Wilk ( N < 50) berupa nilai p = 0.001. Karena
nilai p < 0.05 maka dapat disimpulkan distribusi data selisih VAS sebelum dan
sesudah bekam tidak normal. Karena distribusi yang tidak normal ini maka
diusahakan

dengan

transformasi variabel selisih

menggunakan SPSS namun tidak ada perubahan.

VAS tersebut

dengan

32

4.1.7. Perbandingan Skala Nyeri Sebelum dan Sesudah Bekam Berdasarkan


Jenis Kelamin

Tabel 4.7. Perbandingan Skala Nyeri Sebelum dan Sesudah Bekam Berdasarkan
Jenis Kelamin
Laki-Laki

Perempuan

SAV sebelum*

5 (2-9)

6 (2-10)

0.579

SAV sesudah**

31.388

32.082

1.000

Selisih SAV*

2.5 (1-5)

2 (1-7)

0.765

* Uji Mann-Whitney | ** Uji T tidak berpasangan

Median Skala Analog Visual sebelum terapi bekam pada laki-laki adalah 5
(2-9) dan pada perempuan adalah 6 (2-10). Berdasarkan statistik menggunakan
Uji Mann-Whitney tidak terdapat perbedaan bermakna antara keduanya (p =
0.579).
Rata-rata Skala Analog Visual sesudah dibekam pada laki-laki adalah
31.388 sedangkan pada perempuan adalah 32.082. Terdapat selisih yang kecil
diantara keduanya, namun sacara statistik dengan Uji T tidak berpasangan
didapatkan hasil tidak bermakna (p = 1.000)
Median data selisih Skala Analog Visual pada laki-laki adalah 2.5 (1-5)
sedangkan pada perempuan adalah 2 (1-7). Berdasarkan statistik menggunakan
Uji Mann-Whitney tidak terdapat perbedaan bermakna antara keduanya (p =
0.765).

33

4.1.8. Hasil Uji 2 Kelompok Berpasangan (Uji Wilcoxon)

Berdasarkan uji normalitas pada kedua kelompok yang berpasangan,


kelompok VAS sebelum tidak memenuhi syarat untuk diuji statistik menggunakan
Uji T-Berpasangan. Oleh karena sudah diusahakan untuk transformasi data namun
hasilnya tetap distribusi data kelompok VAS sebelum tidak normal, maka kedua
kelompok berpasangan dengan distribusi tidak normal ini diuji dengan Uji
Wilcoxon.35 Berikut adalah hasil Uji Wilcoxon.

Tabel 4.7.1. Hasil Uji Wilcoxon (Ranks)


N
SAV sesudah - SAV

Negative

sebelum

Ranks
Positive Ranks

35

0b

Mean

Sum of

Rank

Ranks

18.00

630.00

.00

.00

Ties

Total

35

a. SAV sesudah < SAV sebelum


b. SAV sesudah > SAV sebelum
c. SAV sesudah = SAV sebelum

Berdasarkan Tabel 4.7.1 didapatkan bahwa terdapat 35 orang dengan nilai


VAS sesudah lebih rendah dari pada VAS sebelum, tidak terdapat nilai VAS
sesudah lebih tiggi dari pada VAS sebelum, dan tidak ada nilai VAS yang sama
antara sebelum dan sesudah bekam.
Tabel 4.7.2. Hasil Uji Wilcoxon (Test Statistics)
SAV sesudah
- SAV
sebelum
Asymp. Sig. (2-

.000

tailed)

Berdasarkan Tabel 4.7.2 didapatkan bahwa nilai p = 0.000. Oleh karena


nilai p < 0.05, maka dapat disimpulkan terdapat perubahan SAV yang signifikan
antara sebelum bekam dan sesudah bekam.

34

4.2. Pembahasan

Gambar 4.5. Jaras Analgesik (Endogenous opiate)29


Sumber : Fisiologi Sherwood Edisi 7
Perubahan Skala Analog Visual yang signifikan ini disebabkan oleh
banyaknya opiat endogen dalam tubuh yang pengeluarannya distimulasi oleh
bekam. Seperti yang telah dibahas bahwa nyeri punggung bawah yang diderita
pasien sebenarnya sudah ditangani oleh tubuh, hanya telah melewati batas ambang
nyeri. Dengan terapi bekam yang menimbulkan stimulasi nyeri yang baru maka
akan meningkatkan produksi opiat endogen.
Seperti yang diperlihatkan pada Gambar 4.5 diatas opiat endogen
merupakan hasil dari stimulasi nyeri pada bagian periaqueductal gray matter,
spesific nuclei di medulla, dan reticular formation. Ketiga regio inilah yang
membentuk sistem analgetik dalam tubuh atau dikenal sebagai descending
analgetic pathway. Stimulasi pada periaqueductal gray matter akan direspon oleh
spesific nuclei di medulla dan reticular formation. Kemudian impuls akan
dilanjutkan melalui inhibitory interneurons di kornu dorsalis medula spinalis.
Dibagian inilah dihasilkan opiat endogen seperti endorfin, enkefalin, dan dinorfin
yang akhirnya akan dilepas ke ujung saraf aferen. Opiat endogen ini akan
berikatan dengan reseptor opiat dan akan menghambat pengeluaran substansi P
sehingga hal ini akan menghambat transmisi impuls nyeri sepanjang ascending
pain pathways. Sehingga dapat disimpulkan nyeri punggung bawah tidak spesifik
pada pasien ditekan oleh adanya opiat endogen seperti endorfin.29

35

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Pasien dengan nyeri punggung bawah tidak spesifik merasakan adanya
penurunan rasa nyeri setelah diterapi bekam.
2. Terdapat penurunan Skala Analog Visual yang signifikan sebelum dan
sesudah bekam. Penurunan berkisar 2-3 skala pada Skala Analog Visual.
3. Penurunan skala nyeri kemungkinan disebabkan oleh pengeluaran endorfin
atau enkefalin (opioid endogen) yang distimulasi oleh bekam.
4. Walaupun bekam efektif mengurangi rasa nyeri pada pasien NPB TS,
namun biaya bekam yang cukup mahal menjadi kendala tersendiri bagi
pasien. Pasien cenderung akan menggunakan obat-obatan konvensional
untuk mengatasi nyerinya.
5. Bekam belum bisa dijadikan terapi definitif oleh praktisi kesehatan karena
belum banyak penelitian spesifik terkait penyakit yang diderita oleh
pasien.

5.2. Saran

Pada penelitian ini jumlah subjek yang ada tidak cukup seimbang antara
subjek penelitian laki-laki (28 orang) dan perempuan (7 orang). Sehingga
analisis yang dilakukan berkaitan dengan jenis kelamin tidak representatif.
Oleh karena itu diharapkan pada penelitian selanjutnya jumlah subjek bisa
diseimbangkan dan ditambah agar lebih representatif.

Penelitian ini menggunakan pasien yang menderita nyeri punggung bawah


yang tidak spesifik penyebabnya. Oleh karena itu penelitian ini bisa
dikembangkan dengan menggunakan subjek penelitian dengan nyeri
punggung bawah yang spesifik penyebabnya.

Penelitian ini hanya menggunakan instrumen pengukuran nyeri Skala


Analog Visual. Ada banyak instrumen lain yang bisa dimanfaatkan untuk
penelitian selanjutnya, seperti McGill Pain Questionnaires, Medication
Quantification Scale (MQS), dan Oswestry Pain Disability Index (ODI).
35

36

DAFTAR PUSTAKA

1. Wong DA, et al. Macnab's Backache, 4th ed. Colorado : Lippincott Williams
& Wilkins, 2007.
2. Waldron HA, Edling C. Occupational Health Practice, 4th ed. New York :
Oxford University Press Inc, 2004.
3. Snashall D, Patel D. ABC of Occupational and Environmental Medicine, 2nd
ed. London : BMJ Publishing Group, 2003.
4. World Health Organization. Chronic Rheumatic Conditions. Geneva : WHO,
2005.
5. Anderson, GBJ. Epidemiological Features of Chronic Low Back Pain.
London : Lancet, 1999.
6. Christianto, Fredy. (Tesis) Prevalensi Nyeri Punggung Bawah Serta
Hubungannya dengan Kesesuaian Cara Kerja, Lingkungan Kerja, dan
Faktor Lain yang Mempengaruhinya pada Perajin Keramik. Jakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011.
7. Saputra, Hardiono Teddy. (Tesis) Prevalensi Nyeri Punggung Bawah dan
Faktor-Faktor yang Berhubungan Pada Petugas Laki-Laki Ambulans Gawat
Darurat Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, 2007.
8. Sharaf, Ahmad Razak. Penyakit dan Terapi Bekamnya : Dasar-Dasar Ilmiah
Terapi Bekam. Surakarta : Thibbia, 2012.
9. Farhad, K, Schwebel, DC, Saeb, M. Elsevier : Complementary Therapies in
Medicine. The effectiveness of wet-cupping for nonspecific low back pain in
Iran: A randomized controlled trial. [Online] Januari 2009. [Cited: Agustus
7, 2012.] http://www.complementarytherapiesinmedicine.com/article/S09652299%2808%2900063-0/abstract.
10. Umar, Wadda' A. Sembuh dengan Satu Titik. Solo : Al-Qowwam, 2008.
11. Bondok, Sahbaa M. Cupping : The Great Missing Therapy. Cairo : Dar AlSalam Publishing, 2006.
12. Manz, Hedwig. The Art of Cupping. Germany : Thieme, 2009.
13. Al-Bukhari. No. 5371.

37

14. Alu Nashr, Muhammad Musa. Bekam : Cara Pengobatan Menurut Sunnah
Nabi. Jakarta : Pustaka Imam Asy-Syafi'i, 2005.
15. Gray, Jerry D. Rasulullah is My Doctor. Jakarta : Sinergi Publishing, 2010.
16. Al-Bukhari. No. 5280 dan 5681.
17. . Ath-Thibb No.5696 bab XII : Al-Hijamah minad Dai.
18. Uddin, Jurnalis. Islam untuk Disiplin Ilmu Kedokteran dan Kesehatan I.
Jakarta : Departemen Agama RI, 2002. pp. 129-35.
19. Lubis, Ridwan. Dokter Muslim : Kedokteran Islam : Sejarah, Hukum, dan
Etika. Jakarta : FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010. pp. 124-25.
20. Qayyim Al-Jauziyyah, Ibnu. Tata Cara Pengobatan Ala Nabi. Jakarta :
Syaifa Pressindo, 2010. p. 5.
21. Kamali. (Skripsi) Konsep Kesehatan dan Pengobatan Rasulullah : Studi
Analisis Terhadap Matan Hadist. Jakarta : FUF UIN Syarif Hidayatullah,
2005.
22. Anonim. Bekam Mukjizat Nabi. Jakarta : Asosiasi Bekam Indonesia (ABI),
2011.
23. Assegaf, Muhammad Ali Toha. BEKAM. Jakarta : Rumah Sehat Afiat.
24. Imam, Ahmad, Dawud, Abu. Majah, Ibnu. Musnad Imam Ahmad (IV/12192),
Abu Dawud (At-Thibb : 3860), Ibnu Majah (3483).
25. Price, Sylvia A. Wilson, Lorraine M. Patofisiologi : Konsep Klinis ProsesProses Penyakit. Jakarta : EGC, 2006.
26. Sudoyo, Aru W. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam . Jakarta : Pusat Penerbitan
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007.
27. Levy BS, Wegman D. Occupational Health : Recognizing and Preventing
Work Related Disease and Injury, 4th ed. Boston : Lippincott Williams and
Wilkins, 2000.
28. Suryamiharja, Andradi, Sadeli, Henny A and Meliala, K.T.R Lucas. Nyeri
Punggung Bawah. Jakarta : PERDOSSI, 2003.
29. Sherwood, Lauralee. Human Physiology : From Cells to Systems 7th Ed.
USA : Brooks/Cole, Cengage Learning, 2010.
30. I, Mas'ud. Fisiologi Nyeri dan Pengaruh Penggunaan Analgetik Spesifik.
Malang : Majalah Kedokteran UNIBRAW, 1993. Vol. IX.

38

31. Budiman, Gregory. Basic Neuroanatomical Pathways. Jakarta : Balai


Penerbit FKUI, 2008.
32. Pain Management Series : Pathophysiology of Pain and Pain Assessment.
[Online] 2010. [Cited: September 10, 2012.] http://www.amacmeonline.com/pain_mgmt/printversion/ama_painmgmt_m1.pdf.
33. Sastroasmoro, Sudigdo. Ismael, Sofyan. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian
Klinis Edisi Ke-3. Jakarta : Sagung Seto, 2010.
34. Dahlan, Sopiyudin. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel Dalam
Penelitian Kedokteran & Kesehatan Ed.2. Jakarta : Penerbit Salemba
Medika, 2009.
35. . Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : Penerbit Salemba
Medika, 2009.

39

Lampiran 1 Kuesioner

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

PENGARUH TERAPI BEKAM TERHADAP PERUBAHAN SKALA


NYERI PADA PASIEN NYERI PUNGGUNG BAWAH TIDAK SPESIFIK
DI RUMAH SEHAT AFIAT TAHUN 2012
LEMBARAN PERSETUJUAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :

L/ P

Alamat :
No Hp :
Pengalaman menggunakan bekam : pertama / lebih
Menyatakan bahwa saya bersedia turut serta (untuk bekam dan mengisi kuisioner
sesuai ketentuan) dalam penelitian mengenai :
Pengaruh terapi bekam terhadap perubahan skala nyeri pada pasien dengan nyeri
punggung bawah tidak spesifik di Rumah Sehat Afiat 2012
Keikutsertaan saya dalam penelitian ini adalah bersifat sukarela tanpa ada paksaan dari
pihak manapun.
Demikianlah pernyataan ini saya sampaikan
Tempat :
Hari/tanggal :
Pasien yang diteliti

Mahasiswa yang meneliti

( Pradipta Suarsyaf )

40

DAFTAR KUISIONER

Tanggal pengisian kuisioner


Nama
Tempat, tanggal lahir
Jenis kelamin
Alamat

1.

2.

: ....................................................................
:.....................................................................
:.....................................................................
:
laki laki / perempuan
:.....................................................................
......................................................................
......................................................................
.....................................................................
......................................................................
Apakah anda sedang mengalami nyeri kepala/sakit kepala?
A. Ya
B. Tidak
Jika ya, berapa level nyeri yang anda rasakan sebelum dibekam ? (DI ISI
SEBELUM DIBEKAM, tuliskan dalam bentuk angka. level nyeri bisa dilihat pada
gambar di halaman terakhir)
Level nyeri saya = .......................................

3.

Sudah berapa lama anda mengalami nyeri kepala tersebut?


A. 1 jam yang lalu
B. 1 Hari yang lalu
C. 1 Bulan yang lalu
D. 1 Tahun yang lalu
E. Lainnya (.................................)

4.

Sejak awal anda mengalami nyeri kepala hingga sekarang, sudah berapa kali anda
mendapatkan terapi bekam?
A. 1x
B. 2x
C. 3x
D. 4x
E. Lainnya (...................................)

5.

Apakah anda rutin mendapatkan terapi bekam walaupun tidak sedang mengalami
nyeri kepala?
A. Ya
B. Tidak

6.

Jika ya, seberapa sering anda mendapatkan terapi bekam tersebut secara rutin?
A. 1 x sehari
B. 1 x seminggu
C. 1 x sebulan
D. 1 x setahun
E. Lainnya (........................................)

7.

Mengapa anda rutin dibekam?


A. Untuk menjaga kesehatan
B. Mengobati penyakit lain (sebutkan penyakitnya : .....................................)
C. Lainnya (.......................................................................................)

41

8.

Setelah dibekam, berapa level nyeri yang anda rasakan? (DI ISI SETELAH
DIBEKAM, tuliskan dalam bentuk angka. level nyeri bisa dilihat pada gambar di
halaman terakhir)
Level nyeri saya = .......................................

Skala

Keterangan

0
1-3

tidak terasa nyeri sama sekali


nyeri ringan (masih bisa berkomunikasi dengan baik)

4-6

nyeri sedang; (bisa berkomunikasi namun menyeringai, mendesis, bisa


menunjukan lokasi nyeri dan mendeskripsikannya)
nyeri berat yang masih bisa di kontrol; (tidak dapat mengikuti perintah
tapi bisa merespon tindakan, bisa menunjukan lokasi nyeri, tidak bisa
mendskripsikannya, tidak bisa diatasi dengan berganti posisi, menarik
nafas yang dalam)
nyeri berat yang tidak bisa di kontrol; (sudah tidak mampu
berkomunikasi dan memukul mukul)

7-8

9 - 10

Terima kasih atas partisipasi Anda untuk mengisi kuisioner yang saya berikan. Karena
dengan mengisi kuisioner ini berarti Anda telah membantu saya untuk menyelesaikan
tugas prasyarat penelitian ini. Saya menghargai Anda dengan menjamin kerahasiaan dari
data dan informasi yang anda telah berikan dengan sebaik-baiknya.

42

Lampiran 2 Data Hasil Uji Statistik

1. Distribusi Responden berdasarkan Jenis Kelamin

2. Distribusi Responden
Variabel

Jumlah

Presentase

Min.

Maks.

Mean

Std.
Deviasi

Usia
20-26 th

22.9%

27-33 th

14.3%

34-40 th

25.7%

41-47 th

17%

48-54 th

0%

55-61 th

2.9%

62-69 th

14.3%

Pengalaman Bekam
1x

31

88.6%

2x

8.6%

3x

0%

4x

2.9%

SAV sebelum
2

5.7%

5.7%

2.9%

13

37.1%

22.9%

14.3%

2.9%

5.7%

10

2.9%

SAV sesudah
0

0
1

2.9%

20 th

69 th

38.43 th

14.376

1x

4x

1.17 x

0.568

10

5.66

1.765

1.515

43

11.4%

10

28.6%

20%

20%

14.3%

0%

2.9%

Selisih Penurunan SAV

17.1%

12

34.3%

10

28.6%

11.4%

5.7%

2.9%

2.66

1.327

3. Perbandingan Rerata Level Nyeri Berdasarkan Usia

Jenis
Kelamin

Laki-Laki

Total

N
Mean
Median

Perempuan

Total

SAV
sebelum
28

SAV
sesudah
28

Selisih
Penurunan
Nilai SAV
28

5.54

3.00

2.54

2.5

Std.
Deviation

1.503

1.388

1.071

Minimum

Maximum

6.14

3.00

3.14

Std.
Deviation

2.673

2.082

2.116

Minimum

Maximum

10

Mean
Median

44

4. Perbandingan Rerata Level Nyeri Berdasarkan Pengalaman Bekam


1x

Selisih Penurunan Nilai SAV


Total
N
Mean

2x

Total

>4x

Total

2.55

Std.
Deviation

1.312

Minimum

Maximum

N
Mean

Pengalaman
dibekam

31

3
3.00

Std.
Deviation

1.000

Minimum

Maximum

Mean

5.00

Std.
Deviation
Minimum

Maximum

5. Uji Normalitas pada Kelompok Sebelum & Sesudah Bekam

6. Hasil Uji 2 Kelompok Berpasangan (Uji Wilcoxon)

45

Lampiran 3 Identitas Penulis

Nama

: Pradipta Suarsyaf

NIM

: 109103000026

Tempat Tgl Lahir

: Sukabumi, 6 September 1990

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Handphone

: 08578 234 0 567

E-mail

: stronguardian@gmail.com

Alamat Domisili

: Wisma Sakina (R.2.22) Jl. SD Inpres Rt.02/09 15419


Pisangan Barat Ciputat Tangerang Selatan

RIWAYAT PENDIDIKAN
1. TK Persatuan Islam (PERSIS) Cianjur, 1994-1996
2. SD Negeri Ibu Jenab I Cianjur, 1996-2002
3. SMP Islam Terpadu Al-Hikmah Jakarta, 2002-2005
4. SMA Negeri 28 Jakarta, 2005-2008
5. S-1 Fisika - FMIPA Institut Teknologi Bandung (ITB), 2008-2009
6. S-1 Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009-

Sekarang

You might also like