You are on page 1of 96

PENGARUH PENGALAMAN KERJA

DAN PENDIDIKAN PROFESI AUDITOR INTERNAL


TERHADAP KEMAMPUAN MENDETEKSI FRAUD

Oleh :
Mochammad Taufik
NIM: 104082002619

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H / 2008 M

PENGARUH PENGALAMAN KERJA


DAN PENDIDIKAN PROFESI AUDITOR INTERNAL
TERHADAP KEMAMPUAN MENDETEKSI FRAUD

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana
Ekonomi

Oleh
Mochammad Taufik
NIM: 104082002619

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I

Dr. Wiwiek Utami, SE, Ak., MS

Pembimbing II

Yessi Fitri, SE, Ak.,

M.Si
NIP. 131 664 643

NIP. 150 377 440

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H/2008 M

Hari ini Kamis Tanggal 12 Bulan Juni Tahun Dua Ribu Delapan telah dilakukan
Ujian Komprehensif atas nama Mochammad Taufik, NIM : 104082002619
dengan

judul

PENDIDIKAN
KEMAMPUAN

Skripsi

PENGARUH

PROFESI
MENDETEKSI

PENGALAMAN

AUDITOR
FRAUD.

KERJA

INTERNAL

DAN

TERHADAP

Memperhatikan

penampilan

mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat
diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 12 Juni 2008

Tim Penguji Ujian Komprehensif

Yessi Fitri, SE, Ak., M.Si


MM
Ketua

Prof. Dr. Abdul Hamid, MS


Penguji Ahli

Rahmawati, SE, Ak.,


Sekretaris

Hari ini Selasa Tanggal 16 Bulan September Tahun Dua Ribu Delapan telah
dilakukan Ujian Skripsi atas nama Mochammad Taufik, NIM : 104082002619
dengan

judul

PENDIDIKAN
KEMAMPUAN

Skripsi

PENGARUH

PROFESI
MENDETEKSI

PENGALAMAN

AUDITOR
FRAUD.

KERJA

INTERNAL

DAN

TERHADAP

Memperhatikan

penampilan

mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat
diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 16 September 2008

Tim Penguji Ujian Skripsi

Pembimbing 1

Pembimbing II

Dr. Wiwik Utami, SE, Ak., M.Si


M.Si
Ketua

Rini, SE, Ak., M.Si


Penguji Ahli

Yessi Fitri, SE, Ak.,


Sekretaris

DAFTAR ISI

halaman
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ..

ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ....................

iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

iv

ABSTRACT .

ABSTRAK ...........

vi

KATA PENGANTAR .

vii

DAFTAR ISI .......

ix

DAFTAR TABEL ...............................

xiii

DAFTAR GAMBAR .......

xiv

DAFTAR LAMPIRAN ..

xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian ..

B. Perumusan Masalah

1. Identifikaasi Masalah

2. Pembatasan Masalah .

3. Perumusan Masalah ..

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .

1. Tujuan Penelitian ..

2. Manfaat Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .

A. Pengertian Audit

B. Jenis-Jenis Audit

1. Audit Laporan Keuangan ....

2. Audit Kepatuhan .

10

3. Audit Operasional .

10

C. Jenis-Jenis Auditor ....


1. Auditor Eksternal
2. Auditor Pemerintah.
3. Auditor Pajak .
4. Auditor Internal..

11
11
11
12
12

D. Pengertian Audit Internal .


E. Perbedaan Auditor Internal dan Auditor Eksternal ..
F. Ruang Lingkup dan Tanggung Jawab Auditor Internal ...
G. Pengalaman Kerja ....
H. Pendidikan Profesi

13
13
14
15
16

1. Sertifikasi QIA ...

17

2. Lokakarya dan Workshop Internal Audit ..

20

a. Internal Audit Skill ...

21

1) Implementasi Internal Control (COSO-Based)

21

2) Risk Based Internal Audit .

22

3) Fraud Auditing ..

23

4) Manajemen Fungsi Audit Internal

24

5) Menulis Laporan Audit Efektif

24

6) Psikologi dan komunikasi Audit .

25

7) Proses dan Teknik Audit Internal .

26

8) Managing Conflict untuk Internal Audtor

27

9) Implementasi Praktis Audit Operasional .

29

b. Best Practise .

30

1) Control Self Assessment

30

2) Enterprise Risk Assessment ..

31

3) Implementasi Balance Scorecard.

32

4) Quality Assurance Fungsi Internl Audit ..

33

5) Audit Committee Training Course ..

33

6) Sarbanes Oxley PCAOB And internal Audit Roles .

34

7) Leadership untuk Auditor Internal ..

35

I. Pengertian dan Jenis-Jenis Fraud ..

36

J. Pencegahan Fraud ....

39

K. Kerangka Pemikiran .

41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..

42

A. Populasi dan Sampel ..

42

B. Metode Penarikan Sampel

42

C. Sumber Data ..

44

1. Data Primer (Primary Data) ..

44

2. Data Sekunder (Secondary Data) .

45

D. Operasional Variabel ..

45

E. Metode Analisis .

46

F. Uji Instrumen Penelitian .

48

1. Uji Validitas .

48

2. Uji Reliabilitas .

48

G. Uji Hipotesis .

49

1. Uji Asumsi Klasik

50

a. Uji Multikolonieritas

50

b. Uji Normalitas

50

2. Pengujian Hipotesis .

51

a. Uji Koefisien Determinasi ..

51

b. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) ..

52

c. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) .

53

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...

55

A. Gambaran Objek Penelitian .

55

1. Tempat dan Waktu Penellitian .

55

2. Karakteristik Responden .

57

3. SejarahYPIA ..

58

B. Uji Instrumen Penelitian

59

1. Uji Validitas .

59

2. Uji Reliabilitas .

60

C. Analisis dan Pembahasan ...

61

1. Uji Asumsi Klasik

61

a. Uji Multikolonieritas

61

b. Uji Normalitas

63

2. Pengujian Hipotesis .

65

a. Uji Koefisien Determinasi ..

65

b. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) ..

67

c. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) .

69

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI .

75

A. Kesimpulan ..

75

B. Implikasi ..

76

DAFTAR PUSTAKA .

77

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

No. Tabel

Keterangan

Hal

Tabel 2.1

Perbedaan Auditor Internal dan Auditor Eksternal 13

Tabel 2.2

Materi Pelatihan QIA .. 19

Tabel 3.1

Operasional Variabel Penelitian . 45

Tabel 4.1

Distribusi Kuesioner 56

Tabel 4.2

Karakteristik Responden 57

Tabel 4.3

Uji Validitas .. 60

Tabel 4.4

Uji Reliabilitas .. 61

Tabel 4.5

Uji Multikolonieritas

62

Tabel 4.6

Uji Koefisien Determinasi (R2)

65

Tabel 4.7

Uji Statistik t ... 67

Tabel 4.8

Uji Statistik F 70

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar

Keterangan

Hal

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran 41

Gambar 4.1

Grafik Histogram 64

Gambar 4.2

Grafik Normal Plot . 64

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran

Keterangan

Lampiran 1

Tabel Matrix Keputusan Responden

Lampiran 2

Kuesioner Penelitian

Lampiran 3

Uji Instrumen Penelitian (Validitas dan Reliabilitas)

Lampiran 4

Uji Asumsi Klasik (Multikolonieritas dan Normalitas)

Lampiran 5

Uji Statistik (Regression)

Lampiran 6

Surat Keterangan Penyebaran Kuesioner

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian


Tuntutan terhadap terwujudnya good governance pada setiap sektor, baik
publik maupun swasta kini semakin gencar. Tuntutan tersebut memang sangat
wajar mengingat banyaknya penelitian yang menunjukkan bahwa terjadinya
krisis ekonomi yang berkepanjangan di negeri ini ternyata disebabkan oleh
buruknya pengelolaan (bad governance) pada sebagian besar pelaku ekonomi
baik sektor publik maupun swasta di Indonesia. Indikasi buruknya
pengelolaan tersebut antara lain tercermin dari maraknya birokrasi yang tidak
sehat yang ditunjukkan oleh banyak kasus yang terjadi dari penelitianpenelitian yang telah dilakukan.
Bukti lain dari buruknya pengelolaan perusahaan adalah tercermin dari
tidak adanya upaya antisipasi dari pihak manajemen organisasi terhadap
aktivitas keuangannya. Yang lebih mengenaskan lagi, ternyata sebagian besar
utang luar negeri yang dimiiliki oleh perusahaan swasta merupakan utang
jangka pendek yang digunakan untuk membiayai proyek-proyek investasi
jangka panjang. Kondisi inilah yang menyebabkan banyak perusahaan swasta
mengalami default atas utang mereka yang telah jatuh tempo.

Sementara kini sedang merebaknya penyakit berdimensi ekonomi,


politik, kultur, moral bahkan agama, yang terus menggerogoti segala aspek
kehidupan masyarakat saat ini, yaitu masalah korupsi, kolusi dan nepotisme
(KKN) atau sering disebut sistem kroni. Ketiga hal tersebut bisa dikategorikan
ke dalam bentuk kecurangan (fraud).
Terhadap merebaknya tuntutan terwujudnya good governance dan good
corporate governance, profesi akuntan (khususnya auditor internal) banyak
mendapat sorotan. Sorotan tersebut terutama terkait dengan tugas auditor
internal di perusahaan, karena tujuan pemeriksaan yang dilakukan oleh audit
internal adalah untuk membantu semua pimpinan perusahaan (manajer) dalam
melaksanakan tanggung jawabnya dengan memberikan analisa, penilaian,
saran dan komentar mengenai kegiatan yang diperiksanya. Beberapa pihak
merasakan bahwa peran profesi auditor internal belum optimal, walaupun
belum sepenuhnya benar.
Pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor eksternal pada Kantor Akuntan
Publik (KAP) tujuannya adalah memberikan pendapat atas laporan keuangan
yang disusun manajemen, sedangkan tujuan pemeriksaan yang dilakukan oleh
audit internal adalah untuk membantu semua pimpinan perusahaan (manajer)
dalam melaksanakan tanggung jawabnya dengan memberikan analisa,
penilaian, saran dan komentar mengenai kegiatan yang diperiksanya.

Profesi audit internal merupakan suatu pekerjaan yang memerlukan


kecakapan dan kewenangan, sehingga auditor internal dituntut untuk
berkualitas dan kompeten dengan memiliki latar belakang pendidikan formal
dalam bidang akuntansi dan auditing. Audit internal juga dituntut untuk
mengikuti pendidikan lanjutan, menjalani pelatihan teknis yang cukup dalam
praktek akuntansi dan auditing, serta memiliki pengalaman kerja yang cukup
mengenai profesinya.
Menurut Benardi dalam Priscillia (2004), pengalaman kerja merupakan
faktor penting dalam memprediksi dan mendeteksi kinerja auditor, karena
auditor yang berpengalaman lebih memiliki ketelitian yang tinggi mengenai
kekeliruan dari pada auditor yang kurang atau belum berpengalaman.
Pengalaman yang lebih akan menghasilkan pengetahuan yang lebih.
Seorang yang melakukan pekerjaan sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki
akan memberikan hasil yang lebih baik daripada mereka yang tidak
mempunyai pengetahuan yang cukup dalam tugasnya. Boner dan Walker
(1994) dalam Herliansyah (2006:3), mengatakan bahwa peningkatan
pengetahuan yang muncul dari pelatihan formal sama bagusnya dengan yang
didapat dari pengalaman khusus. Oleh karena itu pengalaman kerja telah
dipandang sebagai suatu faktor penting dalam memprediksi kinerja akuntan
publik, sehingga pengalaman dimasukkan sebagai salah satu persyaratan
dalam memperoleh ijin menjadi akuntan publik (SK Menkeu No.
43/KMK.017/1997).

Sedangkan untuk menambah kemampuannya sebagai auditor internal,


auditor juga dapat mengikuti pelatihan teknis guna menunjang kemampuannya
sebagai auditor internal. Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA) adalah
salah satu lembaga yang menyediakan berbagai macam pelatihan yang
dibutuhkan oleh para auditor internal tersebut.
Dalam rangka memenuhi persyaratan sebagai seorang profesional,
auditor harus menjalani pelatihan yang cukup. Pelatihan tersebut berupa
kegiatan-kegiatan, seperti seminar, simposium, lokakarya pelatihan itu sendiri
dan kegiatan penunjang keterampilan lainnya. Melalui program pelatihan ini
para auditor juga mengalami proses sosialisasi agar dapat menyesuaikan
dengan perubahan situasi yang akan ditemui di lapangan.
Disiplin ilmu akuntansi yang semakin cepat berkembang dari waktu ke
waktu seiring perubahan lingkungan bisnis yang semakin cepat pula, baik
secara teori akuntansi maupun praktik bisnis. Sebagai contoh, wacana
mengenai Human Resources Accounting (akuntansi sumber daya manusia)
muncul sejalan pesatnya praktik bisnis di bidang jasa. Hal tersebut karena
adanya

kepentingan

dari

lingkungan

bisnis

yang

merasa

perlu

mengkapitalisasi sumber daya paling berharga di dalam usahanya yang


notabene adalah manusia itu sendiri.

B. Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Penelitian Sodik (2007) yang berjudul pengaruh keahlian dan
independensi auditor internal terhadap kemampuan mendeteksi indikasi
fraud menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang tidak signifikan dari
variabel keahlian terhadap pendeteksian indikasi fraud, juga independensi
auditor internal tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pendeteksian
indikasi fraud.
Penelitian yang dilakukan Bawono, dkk (2006) adalah mengukur
persepsi mahasiswa jurusan akuntansi reguler dan non reguler tentang
pendidikan profesi akuntansi. Dalam penelitian ini Bawono menyatakan
bahwa mahasiswa S1 akuntansi mempunyai persepsi yang positif
mengenai Pendidikan Profesi Akuntan (PPAk). Hanya saja terdapat
perbedaan persepsi mengenai Pendidikan Profesi Akuntan (PPAk) yang
disebabkan adanya perbedaan karakteristik objek penelitian ini, yaitu
mahasiswa reguler dan non reguler. Pada kelas non reguler sebagian besar
mahasiwanya terdiri dari orang-orang yang telah memiliki pekerjaan,
sehingga orientasi mereka mengikuti pendidikan yakni sebagai penunjang
karier bagi pekerjaan mereka. Sedangkan bagi kelas reguler, di mana
mahasiswanya notabene fresh graduate dari sekolah menengah sehingga
lebih mempunyai orientasi dalam mengikuti pendidikan profesi karena
untuk mengejar karier sebagai akuntan publik. Oleh karena itu, peneliti
menduga ada perbedaan persepsi antara mahasiswa S1 akuntansi reguler

dengan mahasiswa S1 non reguler mengenai Pendidikan Profesi Akuntansi


(PPAk), yang disebabkan latar belakang dan orientasi mengikuti
pendidikan.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merasa tertarik untuk
meneliti pengaruh pengalaman kerja dan pendidikan profesi auditor
internal dalam mendeteksi fraud. Untuk itu penelitian ini diberi judul:
Pengaruh Pengalaman Kerja dan Pendidikan Profesi Auditor Internal
Terhadap Kemampuan Mendeteksi Fraud

2. Pembatasan Masalah
Peneliti membatasi masalah penelitian agar penelitian ini lebih dalam
dan fokus. Peneliti membatasi masalah hanya mengenai pengaruh
pengalaman kerja dan pendidikan profesi auditor internal terhadap
kemampuan mendeteksi fraud. Ada beberapa persamaan dan perbedan
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya. Persamaan dan perbedaannya
adalah:
a. Persamaan
Ada persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya
adalah variabel dependennya, yaitu pendeteksian indikasi fraud, sama
seperti penelitian Sodik (2007).

b. Perbedaan
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya
adalah dari variabel-variabel independennya. Penelitian ini mengkaji
tentang pengaruh pengalaman kerja dan pendidikan profesi auditor
internal terhadap kemampuan mendeteksi fraud. Kemudian sampel
yang digunakan pada penelitian ini adalah para auditor internal yang
sedang menempuh pendidikan profesi di Yayasan Pendidikan Internal
Audit (YPIA). Peneliti menganggap mereka adalah sampel yang paling
tepat, karena para peserta ini dianggap telah cukup berpengalaman
sebagai auditor internal perusahaan.

3. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah
diuraikan diatas, maka masalah yang diteliti selanjutnya dapat dirumuskan
sebagai berikut:
a. Apakah terdapat pengaruh antara pengalaman kerja auditor internal
terhadap kemampuan mendeteksi fraud?
b. Apakah terdapat pengaruh antara pendidikan profesi auditor internal
terhadap kemampuan mendeteksi fraud?
c. Apakah terdapat pengaruh secara bersama-sama antara pengalaman
kerja dan pendidikan profesi auditor internal terhadap kemampuan
mendeteksi fraud?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengaruh
pengalaman kerja dan pendidikan profesi auditor internal terhadap
kemampuan mendeteksi fraud. Penelitian ini meliputi auditor internal yang
sedang mengikuti pendidikan profesi auditor internal di Yayasan
Pendidikan Internal Audit (YPIA). Penelitian ini menggunakan kuesioner
yang berbentuk kasus sebagai instrument penelitian.

2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
a. Bagi Auditor Internal
Sebagai bahan masukan dan pertimbangan mengenai pengaruh
pengalaman kerja dan pendidikan profesi auditor internal terhadap
kemampuan mendeteksi fraud.
b. Bagi Penulis
Dengan adanya penelitian ini penulis dapat memperoleh banyak
pengetahuan mengenai pengaruh pengalaman kerja dan pendidikan
profesi auditor internal terhadap kemampuan mendeteksi fraud.
c. Bagi Penelitian Selanjutnya
Dapat digunakan sebagai salah satu referensi, terutama penelitian
mengenai profesi auditor internal.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Audit
Report of the Committee on Basic Auditing Concepts of the American
Accounting Association dalam Boynton (2002:5) memberikan definisi audit
sebagai:
Suatu proses sistematis untuk memperoleh serta mengevaluasi bukti
secara objektif mengenai asersi-asersi kegiatan dan peristiwa ekonomi, dengan
tujuan menetapkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan
kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya serta penyampaian hasil-hasilnya
kepada pihak-pihak yang berkepentingan

B. Jenis-Jenis Audit
Tiga jenis audit yang ada umumnya menunjukkan karakteristik kunci
yang tercakup dalam definisi auditing. Jenis-jenis audit tersebut adalah:
1. Audit Laporan Keuangan
Audit Laporan Keuangan (financial statement audit) berkaitan dengan
kegiatan memperoleh dan mengevaluasi bukti tentang laporan-laporan
entitas dengan maksud agar dapat memberikan pendapat apakah laporan
keuangan tersebut telah disajikan secara wajar sesuai dengan kriteria yang
telah ditetapkan, yaitu prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum, yang
di Indonesia dibukukan dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK).

Hasil audit laporan keuangan tersebut didistribusikan kepada para


pengguna laporan keuangan dalam spektrum yang lebih luas, seperti para
pemegang saham, kreditor, kantor pemerintah dan masyarakat umum
melalui laporan auditor atas laporan keuangan. Selain itu, auditor eksternal
juga menyiapkan laporan keuangan kepada dewan direksi tentang
pengendalian intern perusahaan serta temuan-temuan audit lainnya.
2. Audit Kepatuhan
Audit Kepatuhan (compliance audit) berkaitan dengan memperoleh
bukti-bukti untuk menetapkan apakah kegiatan keuangan atau operasi
suatu entitas telah sesuai dengan persyaratan, ketentuan dan peraturan
tertentu. Kriteria yang ditetapkan dalam audit ini dapat berasal dari
berbagai sumber.
Laporan audit kepatuhan umumnya ditujukan kepada otoritas yang
menerbitkan kriteria tersebut dan dapat terdiri dari: (1) ringkasan temuan
atau (2) pernyataan keyakinan mengenai derajat kepatuhan dengan kriteria
tersebut.
3. Audit Operasional
Audit Operasional (operational audit) berkaitan dengan kegiatan
memperoleh dan mengevaluasi bukti-bukti tentang efisiensi dan efektivitas
kegiatan operasi entitas dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan
tertentu. Kriteria atas tujuan yang digunakan untuk mengukur efisiensi dan
efektivitas dapat ditentukan oleh manajemen atau lembaga yang

berwenang. Pada sisi lain, auditor operasional dapat juga membantu


menyusun kriteria yang akan digunakan.

C. Jenis-Jenis Auditor:
Ada empat jenis auditor yang paling umum dikenal, yaitu:
1. Auditor Eksternal (Akuntan Publik Terdaftar)
Kantor

Akuntan

Publik

(KAP)

sebagai

auditor

independen

bertanggung jawab atas audit laporan keuangan historis dari seluruh


perusahaan publik dan perusahaan besar lainnya.
2. Auditor Pemerintah
Di Indonesia terdapat beberapa lembaga atau badan yang bertanggung
jawab secara fungsional atas pengawasan terhadap kekayaan atau
keuangan negara. Pada tingkatan tertinggi terdapat Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK), kemudian terdapat Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP) dan Inspektorat Jenderal (ItJen) pada departemendepartemen pemerintah.
Sebagian tugas-tugas BPK tidak terlalu berbeda dengan tugas Kantor
Akuntan Publik (KAP). Sebagian besar informasi keuangan yang dibuat
oleh berbagai badan pemerintah telah diaudit oleh BPKP. Di samping itu
audit atas laporan keuangan, pada masa sekarang BPKP seringkali
melakukan evaluasi efisiensi dan efektivitas operasi berbagai program
pemerintah dan BUMN.

3. Auditor Pajak
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang berada di bawah Departemen
Keuangan RI bertanggung jawab atas penerimaan negara dari sektor
perpajakan dan penegakan hukum. Dalam pelaksanaannya, aparat
pelaksanaan DJP di lapangan adalah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dan
Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak (Karipka). Karipka mempunyai
auditor-auditor khusus. Tanggung jawab Karipka adalah melakukan audit
ketentuan perundangan perpajakan. Audit semacam ini sesungguhnya
adalah audit ketaatan.
4. Auditor Internal
Auditor internal bekerja di suatu perusahaan untuk melakukan audit
bagi

kepentingan manajemen perusahaan,

seperti halnya

auditor

pemerintah bagi pemerintah. Tugas auditor internal bermacam-macam,


tergantung pada atasannya.
Untuk menjalankan tugas dengan baik, auditor internal harus berada di
luar fungsi lini suatu organisasi, tetapi tidak terlepas dari hubungan
bawahan-atasan. Auditor internal wajib memberikan informasi yang
berharga bagi manajemen untuk pengambilan keputusan yang berkaitan
dengan operasi perusahaan.

D. Pengertian Audit Internal


Institute of Internal Auditors (IIA) dalam Sawyer (2003), memberikan
definisi audit internal sebagai berikut:
Audit internal adalah aktivitas independen, keyakinan objektif dan
konsultasi yang dirancang untuk memberi nilai tambah dan meningkatkan
operasi organisasi. Audit tersebut membantu organisasi mencapai tujuannya
dengan menerapkan pendekaan yang sistematis dan berdisiplin untuk
mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas proses pengelolaan risiko,
kecukupan kontrol, dan pengelolaan organisasi

E. Perbedaan Auditor Internal dan Auditor Eksternal


Perbedaan utama antara auditor internal dan auditor eksternal disajikan
pada tabel 2.1 berikut ini. Posisi dan fokus perhatian dari auditor internal
modern dibandingkan dengan auditor eksternal yang berorientasi pada aspek
keuangan:

Tabel 2.1
Perbedaan Auditor Internal dan Auditor Eksternal

Auditor Internal

Auditor Eksternal

Merupakan karyawan perusahaan atau


bisa saja merupakan entitas
independen.

Merupakan orang yang independen (di


luar perusahaan).

Melayani kebutuhan organisasi,


meskipun fungsinya harus dikelola oleh
perusahaan.

Melayani pihak ketiga yang


memerlukan informasi keuangan yang
dapat diandalkan.

Fokus pada kejadian-kejadian di masa


depan dengan mengevaluasi kontrol
yang dirancang untuk meyakinkan
pencapaian tujuan organisasi.

Fokus pada ketepatan dan kemudahan


pemahaman dari kejadian-kejadian
masa lalu yang dinyatakan dalam
laporan keuangan.

Langsung berkaitan dengan pencegahan Sesekali memperhatikan pencegahan


kecurangan dalam setiap aktivitas yang dan pendeteksian kecurangan secara
ditelaah.
umum, namun akan memberikan
perhatian lebih bila kecurangan tersebut
akan mempengaruhi laporan keuangan
secara material.
Independen terhadap aktivitas yang
diaudit, tetapi siap sedia untuk
menanggapi kebutuhan dan keinginan
dari semua tingkatan manajemen.

Independen terhadap manajemen dan


dewan direksi baik dalam kenyataan
maupun secara mental.

Menelaah aktivitas secara terusmenerus.

Menelaah catatan-catatan yang


mendukung laporan keuangan secara
periodikbiasanya sekali setahun.

Sumber: Internal Auditing I, Sawyer.

F. Ruang Lingkup dan Tanggung Jawab Auditor Internal


Berikut adalah ruang lingkup dan tanggung jawab auditor internal yang
luas dan tak terbatas. Audit internal adalah sebuah penilaian yang sistematis
dan objektif yang dilakukan auditor internal terhadap operasi dan kontrol yang
berbeda-beda dalam organisasi untuk menentukan apakah;
1. informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan;
2. risiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikasi dan diminimalisasi;
3. peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang bisa
diterima telah diikuti;
4. kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi;
5. sumber daya telah digunakan secara efisien dan ekonomis; dan
6. tujuan organisasi telah dicapai secara efektif.

Semua

dilakukan dengan tujuan

untuk dikonsultasikan dengan

manajemen dan membantu anggota organisasi dalam menjalankan tanggung


jawabnya secara efektif.

G. Pengalaman Kerja
Pengalaman kerja merupakan suatu hal yang menjadikan salah satu
indikator dan ciri seorang auditor internal dapat dilihat kemampuannya dalam
bidang internal audit. Menurut Benardi dalam Priscillia (2004), pengalaman
kerja merupakan faktor penting dalam memprediksi dan mendeteksi kinerja
auditor, karena auditor yang berpengalaman lebih memiliki ketelitian yang
tinggi mengenai kekeliruan dari pada yang kurang atau belum berpengalaman.
Disiplin ilmu akuntansi semakin cepat berkembang dari waktu ke waktu
seiring perubahan lingkungan bisnis yang semakin cepat pula, baik secara
teori akuntansi maupun praktik bisnis. Sebagai contoh, wacana mengenai
Human Resources Accounting (akuntansi sumber daya manusia) muncul
sejalan pesatnya praktik bisnis di bidang jasa. Hal tersebut karena adanya
kepentingan dari lingkungan bisnis yang merasa perlu mengkapitalisasi
sumber daya paling berharga di dalam usahanya yang notabene adalah
manusia itu sendiri. Dalam hal ini pengalaman kerja sangat menjadi acuan
bagi peningkatan sumber daya manusia akuntansi. Dengan pengalaman kerja
yang cukup diharapkan auditor internal dapat secara lebih cepat dan tepat lagi
dalam mendeteksi indikasi fraud yang terjadi di perusahaannya.

Pengalaman kerja adalah salah satu variabel yang banyak digunakan


dalam banyak penelitian. Marinus (1997) dalam Herliansyah (2006)
menyatakan bahwa secara spesifik pengalaman dapat diukur dengan rentang
waktu yang telah digunakan terhadap suatu pekerjaan atau tugas. Penggunaan
pengalaman sebagai variabel penelitian adalah didasarkan pada asumsi bahwa
tugas yang dilakukan secara berulang-ulang memberikan peluang bagi auditor
untuk belajar melakukan pekerjaannya dengan lebih baik. Berbagai penelitian
auditing menunjukkan bahwa semakin berpengalaman seorang auditor
semakin mampu dia menghasilkan kinerja yang baik dalam tugas-tugas yang
semakin kompleks (Libby 1995 dalam Koroy 2005). Lebih jauh riset-riset
menunjukkan bagaimana pengalaman dapat digunakan untuk meningkatkan
kinerja pengambilan keputusan.
Menurut Jeffrey dalam Herliansyah (2006) memperlihatkan bahwa
seseorang dengan lebih banyak pengalaman dalam suatu bidang memiliki
lebih banyak hal yang tersimpan dalam ingatannya dan dapat mengembangkan
suatu pemahaman yang baik mengenai peristiwa-peristiwa. Maka dengan
adanya pengalaman kerja yang semakin lama diharapkan auditor internal
dapat semakin baik dalam mencegah terjadinya fraud di dalam organisasinya.

H. Pendidikan Profesi
Menurut kamus umum Bahasa Indonesia (Yadianto:2001), profesi
diartikan sebagai bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian
keterampilan, kejujuran, dan etika. Profesi akuntansi merupakan profesi yang

dijalankan oleh orang-orang yang telah mendapatkan gelar BAP (Bersertifikat


Akuntan Publik) atau CPA (Certified Public Accountant). Beberapa profesi
akuntansi yang telah mendapat sebutan BAP antara lain: Akuntan Publik (AP),
Akuntan Sektor Publik (ASP), Akuntan Manajemen (AM) dan Akuntan
Pendidik (AP). Mereka yang telah mendapatkan gelar tersebut, dapat
mengajukan ijin untuk membuka praktek akuntan publik. Profesi akuntansi
sebagai pemberi jasa dalam hal informasi keuangan memiliki tiga aspek yang
saling terkait satu sama lain, yakni pendidikan, praktik dan penelitian (Bell
dan Wright 1991 dalam Bawono 2006:247).
Sedangkan untuk profesi auditor internal terdapat pula suatu lembaga
pelatihan untuk menambah kemampuan dan kompetensinya sebagai auditor
internal, yaitu diantaranya adalah Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA).
Di dalamnya terdapat berbagai jenjang pelatihan yang dapat ditempuh oleh
seorang auditor yang ingin mengembangkan kemampuannya.

1. Sertifikasi QIA
Qualified Internal Auditor (QIA) adalah gelar kualifikasi dalam bidang
internal auditing, yang merupakan simbol profesionalisme dari individu yang
menyandang gelar tersebut. Gelar QIA juga merupakan pengakuan bahwa
penyandang gelar telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang sejajar
dengan kualifikasi internal auditor kelas dunia.

QIA diberikan oleh Dewan Sertifikasi yang terdiri dari unsur-unsur


organisasi profesi internal audit terkemuka di Indonesia yaitu unsur Badan
Pengawasan Keuangan & Pembangunan (BPKP), Forum Komunikasi Satuan
Pengawasan Intern BUMN/BUMD, The Institute of Internal Auditor (IIA)
Indonesia Chapter, Perhimpunan Auditor Internal Indonesia (PAII), YPIA dan
akademisi serta praktisi bisnis yang memiliki kompetensi dan komitmen
terhadap internal auditing. Sampai saat ini, YPIA adalah satu-satunya lembaga
yang diberi wewenang oleh Dewan Sertifikasi untuk menyelenggarakan
pendidikan dan Ujian Sertifikasi QIA.
Gelar QIA hanya dapat diberikan kepada peserta yang telah memiliki
pengalaman kerja dalam bidang internal auditing paling sedikit selama 1 tahun
dan telah lulus dari 20 ujian sejenis, yang diselenggarakan dalam lima
jenjang pendidikan sebagai berikut:
a. Pelatihan Audit Intern Tingkat Dasar I
b. Pelatihan Audit Intern Tingkat Dasar II
c. Pelatihan Audit Intern Tingkat Lanjutan I
d. Pelatihan Audit Intern Tingkat Lanjutan II
e. Pelatihan Audit Intern Tingkat Manajerial
Untuk menjaga kualitas pelaksanaan tugasnya, penyandang gelar QIA
diwajibkan memenuhi standar dan kode etik yang dikeluarkan oleh Dewan
Sertifikasi, dan mengembangkan dirinya dengan mengikuti pendidikan
profesional berkelanjutan (continuing professional education) minimal 180
jam dalam setiap jangka waktu 3 (tiga) tahun. YPIA membantu Dewan

Sertifikasi dalam menyiapkan dan memonitor pelaksanaan standar, kode etik


dan program continuing professional education.
Materi pelatihan sertifikasi QIA dikembangkan berdasarkan hasil survei
yang dilakukan oleh The Institute Internal Auditors dalam merumuskan
pengetahuan dan keterampilan yang perlu dimiliki oleh seorang auditor
sehingga memiliki kualifikasi sebagai internal auditor tingkat dunia.
Pengetahuan dan keterampilan tersebut adalah:

Tabel 2.2
Materi Pelatihan QIA

Proses Internal
Audit

Keterampilan
Audit Internal

Management
Control dan
Teknologi
Informasi

Lingkungan
Audit

Tingkat
Dasar I

-Profesionalisme,
Standar dan Kode
Etik
- Dasar-dasar
Auditing

- Pengantar
Akuntansi
- Manajemen
Keuangan I
- Kebijakan
Pemerintah

Tingkat
Dasar II

- Internal Audit I
(Control System)
- Manajemen Audit

- Sistem
Informasi
Manajemen

- Perpajakan
- Manajemen
Keuangan II

Tingkat
Lanjutan I

- Intenal Audit II
(Teknik Internal
Audit)

- Audit
Sampling

- Audit Sistem - Akuntansi


Informasi I
Keuangan
Menengah
- Manajemen
Pemasaran

Tingkat
Lanjutan
II

- Fraud Auditing

Tingkat
Manajerial

- Internal Audit
III (Teknik
Pelaporan)

- Akuntansi
- Ekonomi
Manajemen
Makro dan
- Audit Sistem Mikro
Informasi II

- Komunikasi
dan Psikologi
Audit
- Manajemen
Audit Internal
- Peran Internal
Auditor pada
abad 21

- Manajemen
Strategik

- Kebijakan
Pengawasan
Pemerintah

Sumber: www.internalauditing.or.id

Seperti terlihat dalam tabel 2.2 di atas, pelatihan dan ujian sertifikasi QIA
dikelompokkan dalam 4 kategori, yaitu: pengetahuan mengenai proses internal
auditing, penguasaan atas keterampilan internal auditing, pemahaman atas
management control dan teknologi informasi, serta pemahaman atas lingkungan
audit. Materi-materi dalam tiap kelompok tersebut diberikan secara bertahap
dalam Tingkat Dasar I, Tingkat Dasar II, Tingkat Lanjutan I, Tingkat Lanjutan II
dan Tingkat Manajerial, sesuai dengan sifat keterampilan dan tingkat
kompleksitasnya.

2. Lokakarya dan Workshop Internal Audit


Lingkungan bisnis yang berkembang dengan cepat menyulitkan internal
auditor untuk senantiasa mengikuti perkembangan mutakhir. Di samping
mengadakan pelatihan Qualified Internal Auditor (QIA), YPIA juga mengadakan
pelatihan-pelatihan tambahan berupa lokakarya dan seminar internal audit. Tujuan
utama dari lokakarya dan seminar ini adalah untuk membantu para internal auditor

menghadapi tantangan tersebut, dengan mengkomunikasikan inovasi dan


perkembangan terbaru dalam konsep maupun teknik internal auditing.
Tujuan lain dari lokakarya adalah untuk memberikan pengetahuan dan
keterampilan yang lebih spesifik dan praktis. Jika dalam program sertifikasi
tekanannya adalah pada pengetahuan dasar, lokakarya memberikan keterampilan
dan contoh kongkrit mengenai bagaimana cara melakukan sesuatu (how to skill),
misalnya menulis laporan yang efektif atau membuat Kertas Kerja Audit (KKA).
Dengan kedua tujuan tersebut di atas (perkembangan mutakhir dan
keterampilan praktis), maka lokakarya dan seminar sangat bermanfaat baik bagi
pemula di bidang internal auditing maupun bagi para profesional, sebagaimana
pada QIA sebagai sarana untuk mendapatkan continuing professional education
(CPE).

Lokakarya yang diselenggarakan YPIA antara lain;


a. Internal Audit Skill, meliputi:
1) Implementasi Internal Control (COSO-Based)
Konsep pengendalian intern mutakhir menawarkan alternatif cara
pandang dan mekanisme sistem pengendalian yang tidak hanya adaptif dan
akomodatif akan tetapi juga memberikan stimulasi bagi berkembangnya
inisiatif dan kreatifitas pegawai dan manajemen perusahaan.
Dengan konsep pengendalian intern yang mutakhir ini auditor internal
diharapkan dapat lebih meningkatkan peran konsultatif sebagai pelayanan
terhadap kepentingan perusahaan.

Dengan mengikuti pelatihan ini, peserta diharapkan dapat:


a) Memahami konsep pengendalian intern yang sesuai dengan kebutuhan
manajemen dan pegawai untuk mengembangkan inisiatif dan kreatifitas
dalam bekerja.

2) Risk Based Internal Audit


Tanpa kesediaan menerima risiko, manajer tidak dapat mencapai tujuan
apapun. Kunci sukses seorang manajer terletak pada kemampuannya dalam
mengelola risiko. Lokakarya ini didesain untuk membantu auditor dan para
manajer dalam mengimplementasikan proses risk assessment guna
memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut diatas.
Pemahaman atas risk assessment akan meningkatkan kualitas pelayanan
auditor internal melalui apresiasi yang lebih baik terhadap risiko operasi
manajemen dan alokasi sumberdaya audit yang lebih terfokus sesuai dengan
prioritas risiko yang dihadapi. Auditor dan manajer diharapkan dapat
mengembangkan cara-cara proaktif dalam mengantisipasi risiko yang dapat
mengganggu pencapaian tujuan organisasi.
Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta diharapkan dapat:
a) Memahami pengelolaan risiko dalam proses manajemen.
b) Menguasai hubungan antara internal control, risk assessment dan
pencapaian tujuan organisasi.
c) Menggunakan berbagai pendekatan identifikasi risiko.
d) Melakukan micro and macro assessment.

e) Menentukan pengukuran dan prioritas risiko.


f) Menerapkan risk assessment dalam proses audit.
g) Pada akhir pelatihan peserta akan mendapatkan formulir dan matrik guna
membantu risk assessment.

3) Fraud Auditing
Tindakan kecurangan (fraud) berdampak banyak merugikan perusahaan
baik dalam bentuk kehilangan harta perusahaan maupun pengrusakan
terhadap sistem dan budaya kerja perusahaan. Fraud biasanya tumbuh subur
pada perusahaan-perusahaan yang sarat dengan praktik kolusi, korupsi dan
nepotisme (KKN).
Efektivitas auditor internal dalam mencegah, mendeteksi dan
mengoreksi fraud di lingkungan perusahaan mempunyai peran sentral dalam
upaya mengikis praktek KKN dan membuat auditor internal menjadi lebih
relevan dengan tuntutan era reformasi.
Tujuan dari pelatihan ini adalah:
a) Menjadikan peserta sebagai seorang auditor internal yang peka terhadap
berbagai kemungkinan terjadinya fraud.
b) Mampu merekonstruksi skenario fraud.
c) Mampu mendeteksi fraud.
d) Mampu

memberikan

penanggulangan fraud.

rekomendasi

menegenai

pencegahan

dan

4) Manajemen Fungsi Audit Internal


Dalam lingkungan yang senantiasa berubah, rotasi jabatan dalam
organisasi merupakan suatu keharusan. Lokakarya ini dimaksudkan untuk
mengurangi sebagian besar masalah yang akan dihadapi pegawai yang akan
menjadi pimpinan Sistem Pengawasan Intern (SPI).
Lokakarya ini disusun untuk membekali para calon pimpinan Satuan
Auditor Internal (SAI) dengan overview atas konsep, metode dan teknik
audit intern yang terbaru. Selain itu, lokakarya ini juga dirancang untuk
memberikan pemahaman atas berbagai masalah manajerial dalam mengelola
satuan audit internal.

5) Menulis Laporan Audit Internal yang Efektif


Manajemen membelanjakan dana yang tidak sedikit untuk membiayai
satuan audit internal. Laporan audit adalah satu-satunya balas jasa satuan
audit internal atas dana tersebut. Akan tetapi laporan audit konvensional
pada

umumnya

hanya

sekedar

menyajikan

temuan-temuan,

tidak

menunjukkan prioritas masalah dan tidak mendorong manajemen untuk


membuat respon.
Dalam situasi information overload, laporan yang demikian tidak dapat
berkompetensi dengan laporan atau bacaan lainnya dalam mendapatkan
waktu dan perhatian manajemen yang terbatas. Kerja keras satuan audit
internal dalam melakukan pengujian dan mengembangkan temuan menjadi
sia-sia hanya karena penulisan laporan yang tidak profesional.

Lokakarya ini didesain untuk mengatasi masalah tersebut di atas dan


untuk membekali para auditor internal agar mampu menyusun laporan yang
bermanfaat bagi satuan audit internal maupun manajemen.
Setelah mengikuti lokakarya ini, peserta diharapkan akan mampu:
a) Mengenali opportunity yang dapat diharapkan dari laporan.
b) Memahami kebiasaan jelek yang menghambat penulisan laporan.
c) Menggunakan strategi untuk mengatasi keterbatasan waktu penulisan
laporan audit.
d) Menyusun laporan yang layak dibaca oleh manajemen yang sibuk.
e) Menyusun laporan yang dapat mendorong tindakan atau perubahan.
f) Menyusun laporan dengan style dan format yang profesional.
g) Menyiapkan presentasi yang efektif pada manajer dan dewan audit.

6) Psikologi dan Komunikasi Audit


Dengan semakin berkembangnya peran auditor internal, perlu adanya
hubungan yang harmonis antara auditor dengan auditee. Bahwa sudah
saatnya bagi auditor untuk mengubah tingkah lakunya dari yang bersikap
represif menjadi lebih persuasif. Begitu pula bagi auditee, perlu
mengembangkan wawasannya terhadap peranan fungsi pengawasan ini, dari
yang semula bersikap defensif menjadi sikap yang lebih partisipasif.

Lokakarya ini didesain agar auditor dan auditee mampu untuk secara
psikologis

memahami

keberadaan masing-masing dan

menciptakan

komunikasi yang harmonis di dalam organisasi


Setelah mengikuti pelatihan ini para peserta diharapkan akan mampu:
a) Bagi auditee untuk memperbaiki persepsi yang keliru mengenai auditor.
b) Memanfaatkan peluang bagi auditor dalam peningkatan hubungan yang
lebih harmonis dengan auditee.
c) Bagi auditor, untuk meninggalkan kebiasaaan buruk kepada auditee.
d) Memahami secara psikologis keberadaan masing-masing (auditor dan
auditee) dan manfaatnya untuk pencapaiaan tujuan organisasi.

7) Proses dan Teknik Audit Internal


Lokakarya ini dimaksudkan untuk membekali pada auditor pemula
dengan berbagai konsep, metode dan teknik audit internal terbaru. Selain itu,
lokakarya ini juga dirancang untuk memenuhi kebutuhan para manajer yang
bertanggung jawab untuk mengembangkan dan memonitor sistem kontrol
intern.
Setelah mengikuti lokakarya ini para peserta diharapkan dapat:
a) Menentukan fokus dan bagaimana cara mengaudit.
b) Mengidentifikasikan dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan suatu
organisasi serta perbaikan yang diperlukan.
c) Memahami model audit dan empat tahap dalam audit.
d) Mendapatkan cara yang mudah dan praktis dalam mempelajari dan

mengevaluasi kontrol intern.


e) Mengidentifikasi elemen pengendalian yang efisien dan efektif.
f) Merumuskan tujuan dan lingkup audit.
g) Mengembangkan temuan-temuan.
Materi lokakarya disampaikan secara sederhana sehingga mudah
dipahami. Pada topik-topik tertentu diadakan exercise dan studi kasus agar
materi yang dibahas dapat dipahami secara lebih mendalam. Peserta
didorong untuk mendiskusikan problema yang dihadapi di organisasi dan
mencari alternatif penyelesaiannya. Pada akhir lokakarya, dengan bimbingan
instruktur, peserta diharuskan membuat action plan agar materi yang
diperoleh selama kursus dapat memberikan sumbangsih yang maksimum
terhadap unit organisasinya.

8) Managing Conflict untuk Internal Auditor


Pelaksanaan tugas audit bukan merupakan pekerjaan yang mudah.
Seorang auditor dituntut bukan saja memiliki keahlian di bidang audit
melainkan juga keterampilan dalam berhubungan dengan orang lain
(auditee). Hal ini karena sebagian besar waktu audit adalah berkomunikasi
dengan auditee.
Hambatan utama dalam berkomunikasi adalah seringkali terjadi
kesalahpahaman antara apa yang ingin disampaikan dengan informasi yang
diterima sehingga pokok permasalahan yang ingin disampaikan menjadi
tidak jelas. Dalam situasi demikian, bukan tidak mungkin timbul konflik

antara auditor dan auditee. Konflik yang berkepanjangan tidak hanya


mengakibatkan audit tidak mencapai sasaran, melainkan juga akan
menimbulkan hubungan tidak harmonis antara auditor dan auditee atau
bahkan mengakibatkan timbulnya permusuhan antara auditor dengan
auditee, dan pada akhirnya akan merugikan organisasi secara keseluruhan.
Lokakarya ini dimaksudkan untuk mengajak peserta mengenal apa
konflik itu sebenarnya dan apa yang menjadi penyebab, serta konsekuensi
yang ditimbulkan. Lokakarya ini juga didesain untuk memberikan
pemahaman yang lebih baik lagi mengenai konflik, khususnya yang terjadi
antara auditor dan auditee. Termasuk didalamnya adalah pembahasan
mengenai konflik yang memang sudah terjadi dan mencegah potensi konflik
yang mungkin dapat timbul.
Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta diharapkan:
a) Mampu mengenali konflik auditor dan auditee dalam hubungannya
dengan penugasan auditor.
b) Mampu memahami dengan baik apa yang menjadi sumber penyebab dari
konflik yang terjadi.
c) Dapat melakukan tindakan preventif mencegah kemungkinan terjadinya
konflik auditor dan auditee.
d) Memiliki keetrampilan menghadapi konflik yang harus terjadi dan
mampu untuk menanganinya dengan berhasil.
e) Menerapkan teknik yang dapat dipakai untuk mencegah konflik dan
membatasi konsekuensi jika konflik pada akhirnya harus terjadi.

f) Mampu menyesuaikan diri dengan perubahan dalam organisasi sehingga


dapat meminimalkan kemungkinan terjadinya konflik.
g) Mampu mengenali diri sendiri dan memahami orang lain sehingga
membantu untuk mencegah konflik yang dapat terjadi.

9) Implementasi Praktis Audit Operasional


Lokakarya ini dimaksudkan untuk memberikan pembekalan kepada
para peserta di Satuan Pengawasan Intern (SPI), yaitu agar dapat memahami
dengan baik konsep dasar mengenai audit internal dan bagaimana audit
operasional dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien. Disamping itu,
dengan pelatihan ini diharapkan para auditor mampu memberikan kontribusi
yang berarti untuk pencapaian tujuan orgainisasi secara keseluruhan.
Melalui pelatihan audit operasional ini para peserta juga akan diajak untuk
mengenal bagaimana peran terkini dan paradigma baru SPI sebagai mitra
manajemen.
Untuk memberikan pemahaman yang baik mengenai pelaksanaan audit
operasional, para peserta akan dipacu untuk mengembangkan suatu diskusi
mengenai bagaimana proses dan teknik pengujian operasional dapat
dilaksanakan dengan efektif, termasuk masalah dokumentasi hasil pengujian
dan arti penting dari pelaporan audit operasional serta monitoring tindak
lanjutnya. Peserta juga akan dikenalkan mengenai pendekatan audit yang
terkini, yaitu pendekatan audit berbasis risiko.

Setelah mengikuti lokakarya ini, peserta diharapkan akan mampu:


a) Memberikan pemahaman yang memadai mengenai kedudukan dan arti
penting unit SPI dalam meningkatkan pencapaian tujuan organisasi
secara keseluruhan.
b) Meningkatkan komunikasi yang efektif antara unit SPI dengan unit-unit
kerja operasional yang ada di lingkungan organisasi.
c) Memberikan pemahaman yang baik atas pelaksanaan penugasan audit
operasional yang efektif & efisien.

b. Best Practice, mencakup:


1) Control Self Assessment
Control Self Assessment (CSA) merupakan proses dimana manajemen
melakukan self-assessment terhadap pengendalian atas kegiatan pada unit
operasinya masing-masing dengan bimbingan dari auditor internal. CSA
pada umumnya berupa workshop antara manajer dan karyawan suatu unit
operasi dengan dipimpin oleh internal auditor.
Dalam proses ini manajemen melakukan identifikasi resiko-resiko
bisnis, mengevaluasi apakah terdapat pengendalian yang dapat mengurangi
resiko tersebut, dan mengembangkan action plan untuk meningkatkan
pengendalian yang ada. Manfaat utama dari self assessment ini adalah untuk
meningkatkan ownership of control. Dewasa ini CSA telah menjadi sarana
yang andal bagi para auditor internal dan manajemen dalam mengevaluasi
dan memahami proses bisnis dan efektivitas pengendalian di dalam

organisasi. Lokakarya ini didesain untuk mengenalkan dan memberikan


pemahaman yang lebih lengkap tentang CSA. Lokakarya ini juga mengulas
berbagai faktor yang dapat mempengaruhi hasil-hasil dari ulasan mengenai
berbagai contoh dari praktik-praktik implementasi CSA.

2) Enterprise Risk Assessment


Dewasa ini, organisasi menghadapi kompleksitas dan perubahan
lingkungan yang cepat. Oleh karenanya, manajemen manajemen perlu
meningkatkan proses pengelolaan risiko dan pengendalian intern agar dapat:
a) memanfaatkan peluang yang terbuka luas,
b) mengambil dan mengelola risiko pada tingkat yang tepat,
c) memastikan adanya pengendalian yang efektif dan efisien,
d) mengelola unitnya, dan mencapai tujuannya secara efisien dan efektif.

Bagi internal auditor, keterampilan manajemen risiko dapat:


a) meningkatkan efisiensi alokasi sumber daya audit (personel, waktu, dan
dana) sesuai dengan prioritas risiko.
b) meningkatkan

sumbangan

(kontribusi)

internal

auditor

dalam

menciptakan nilai tambah bagi organisasi.

Pelatihan Enterprise Risk Management ini bertujuan untuk membekali


auditor dengan berbagai keterampilan, teknik dan metode untuk menyusun
rencana audit, melakukan field work, mengembangkan temuan, dan

merumuskan rekomendasi dengan fokus risiko (risk management). Pelatihan


ini akan membantu auditor dalam menentukan secara efektif berbagai aspek
dari suatu audit, antara lain: unit yang perlu diaudit, siapa yang mengaudit,
berapa lama, kapan dan bagaimana. Pelatihan Enterprise Risk Management
memungkinkan auditor untuk mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki,
memfokuskan diri pada bidang yang menjadi prioritas dan memilih metode
dan prosedur audit yang paling tepat dan efisien.

3) Implementasi Balance Scorecard untuk Fungsi Internal Audit


Perkembangan profesi menuntut perluasan peran internal audit: peran
sabagai konsultan atau bahkan lebih daripada itu, yaitu peran yang
memberikan kontribusi dalam meningkatkan efektivitas manajemen risiko
atau menawarkan konsultasi dalam peningkatan proses bisnis atau penerapan
best practices dalam perusahaan.
Sukses internal audit sebagai agen perubahan dan konsultan intern bagi
manajemen, sangat tergantung pada kemampuannya dalam mengembangkan
diri secara berkelanjutan dan memberi nilai tambah dalam organisasi.
Pelatihan ini disusun untuk mempersiapkan Internal Audit menjadi lebih
efektif dalam memenuhi tantangan tersebut di atas. Secara spesifik pelatihan
ini memberi pemahaman mengenai perkembangan terkini mengenai profesi
Internal Audit. Kemudian pemahaman metode menyelaraskan sumber daya
utama (komite audit dan manajemen/auditee) dengan strategi bisnis
balanced scorecard agar dapat meningkatkan kinerja internal audit.

4) Quality Assurance Fungsi Internal Audit


Manajemen modern tidak lagi membutuhkan auditor internal tradisional
yang berorientasi mencari kesalahan. Mereka membutuhkan auditor internal
yang mampu memberikan pelayanan dan menyumbangkan nilai tambah bagi
organisasi. Audit internal masa depan harus menghasilkan kinerja yang
terfokus dan mampu berkomunikasi secara reguler dan lebih baik dengan
customernya.
Lokakarya ini membekali satuan audit internal dengan metode-metode
untuk mengevaluasi efektifitasnya dalam melayani kebutuhan organisasi,
dan mengukur profesionalismenya dalam memberikan pelayanan kepada
customer tersebut.

5) Audit Committee Training Course


Komite Audit merupakan salah satu pilar utama corporate governance.
Komite Audit yang efektif dan corporate governance yang baik merupakan
solusi yang dapat menghindarkan kita dari terulang kembalinya berbagai
krisis dan kegagalan perusahaan.
Peran penting Komite Audit ini telah diakui oleh otoritas yang terkait
dengan pengelolaan perusahaan. UU 19 tahun 2003 mewajibkan BUMN
untuk memiliki komite audit, sedangkan SK Ketua BAPEPAM Nomor KEP41/PM/2003 tanggal 22 Desember 2003 mewajibkan hal yang sama bagi
perusahaan publik. Dalam upaya sosialisasi dan standarisasi kualitas komite
audit tersebut, YPIA menyelenggarakan pelatihan dan lokakarya Komite

Audit. Pelatihan ini bertujuan untuk mensosialisasikan komite audit sebagai


salah satu instrumen dalam penciptaan corporate governance yang
akuntabel.
Dalam upaya sosialisasi dan standarisasi kualitas komite audit tersebut,
Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA) menyelenggarakan pelatihan dan
lokakarya Komite Audit bagi BUMN, BUMD, dan Swasta. Pelatihan komite
audit bertujuan untuk mensosialisasikan komite audit sebagai salah satu
instrument dalam penciptaan corporate governance yang akuntabel. Peserta
pelatihan diharapkan dapat memahami konsep, fungsi dan peran komite
audit dalam meningkatkan efektifitas struktur pengendalian kegiatan
perusahaan. Peserta juga diharapkan akan memahami persyaratanpersyaratan dan kondisi yang perlu ada agar komite audit dapat berfungsi
secara efektif.

6) Sarbanes Oxley - PCAOB and Internal Audit Roles


Sarbanes Oxley Act (SOA) ini mendefinisikan roles and responsibility
dari para pemain kunci dalam corporate governance process. Di dalam SOA
ini diatur responsibilities dari Board of Director, Audit Committee, CEO,
CFO, auditor (internal dan eksternal) dan anggota manajemen lainnya yang
diharapkan komitmen dan keterlibatannya yang tinggi dalam corporate
governance process ini.

7) Leadership untuk Auditor Internal


Dalam setiap pekerjaan audit, ketua tim pengawas, maupun
penanggung jawab audit dituntut untuk selalu melakukan koordinasi
pekerjaan dengan baik agar audit bisa berlangsung sukses. Keadaan ini
mengharuskan auditor agar mampu menguasai dan memimpin tim audit
secara efektif.
Lokakarya ini dimaksudkan untuk memperoleh dan membina kekuatan
secara tim, serta meningkatkan apresiasi bagi para auditor yang terlibat
dalam penugasan. Maka dapat diambil suatu kesimpulan sementara bahwa
profesi audit internal adalah suatu profesi yang memerlukan kecakapan dan
kewenangan, sehingga auditor internal dituntut untuk

berkualitas dan

kompeten dengan memiliki latar belakang pendidikan formal dalam bidang


akuntansi dan auditing. Audit internal juga dituntut untuk mengikuti
pendidikan lanjutan, menjalani pelatihan teknis yang cukup dalam praktek
akuntansi dan auditing, serta memiliki pengalaman kerja yang cukup
mengenai profesinya. Oleh karena itu dengan adanya pendidikan profesi
auditor internal yang diselenggarakan oleh YPIA yang berkelanjutan
diharapkan dapat membantu auditor internal dalam mengembangkan
kemampuannya, khususnya dalam upaya mendeteksi fraud.

I. Pengertian dan Jenis-Jenis Fraud


Dalam Kamus Inggris-Indonesia (Echols dkk:2003), fraud berarti (1)
penipuan, (2) seorang penipu atau gadungan (3) kecurangan, (4) penggelapan.
Definisi-definisi kecurangan menurut Tunggal dan Tunggal (2000) dalam
Sulistiyowati (2003:14), antara lain:
1. Kecurangan sebagai tindak kejahatan
Hukum Kejahatan Michigan menyatakan bahwa kecurangan adalah
tindakan yang dilakukan oleh individu untuk mendapatkan keuntungan
dari orang lain dengan gambaran yang salah. Tidak ada peraturan yang pas
dan mutlak yang dapat diletakkan sebagai suatu dalil umum dalam
menjabarkan kecurangan, karena mencakup kejutan, tipuan, kelicikan dan
cara-cara tidak adil yang menipu orang lain.
2. Kecurangan sebagai suatu kesalahan
Pengadilan tertinggi Amerika Serikat memberikan definisi kecurangan
dalam arti sipil sebagai:
a. Terdakwa telah membuat suatu gambaran tentang fakta material.
b. Gambaran tersebut salah.
c. Gambaran tersebut tidak benar-benar dipercaya oleh terdakwa, dalam
dasar-dasar yang masuk akal untuk dianggap benar.
d. Gambaran itu dibuat dengan maksud bahwa hal itu harus dilakukan
seperti itu.
e. Dalam mempraktikannya pada pendakwa menimbulkan kerugian.

f. Dalam mempraktikannya, pendakwa tidak mengetahui kesalahan


gambaran itu dan secara beralasan percaya bahwa gambaran itu benar.
3. Kecurangan perusahaan adalah semua kecurangan yang dilakukan oleh,
untuk, atau terhadap suatu perusahaan bisnis.
4. Kecurangan manajemen adalah kesalahan pengertian tentang tingkatan
prestasi unit yang disengaja yang dilakukan oleh para karyawan yang
berperan dalam manajemen yang mencari keuntungan dari kecurangan
tersebut dalam bentuk promosi, bonus, atau insentif ekonomi lainnya dan
simbol-simbol status.
5. Kecurangan menurut orang awam adalah ketidakjujuran dalam bentuk
penipuan disengaja atau salah pengertian yang disengaja tentang fakta
material.

Bohong adalah pemberitahuan disengaja

tentang suatu

ketidakbenaran, penipuan, pencapaian suatu keuntungan tidak adil atau


wajar terhadap orang lain.

A Jones dan Bates (1990) dalam Sulistiyowati (2003:15) Public Sector


Auditing menyatakan yang dimaksud fraud dalam Theft Act adalah
penggelapan yang meliputi berbagai kecurangan, antara lain penipuan yang
disengaja (intentional deceit), pemalsuan rekening (falcification of account),
praktik jahat (corrupt practices), penggelapan atau pencurian (embezzlement),
korupsi (corruption) dan sebagainya. Fraud terjadi dimana seseorang
memperoleh kekayaan atau keuntungan keuangan melalui kecurangan atau
penipuan. Kecurangan semacam ini menunjukkan adanya keinginan yang

disengaja dan tidak termasuk ketidaktahuan. Sedangkan menurut Ramsay


(2000) dalam Sulitiyowati (2003), fraud merupakan kesalahan disengaja yang
dikelompokkan ke dalam dua tipe, yaitu:
1. fraudulent financial reporting, yang meliputi: manipulasi, pemalsuan, atau
pengubahan catatan akuntansi atau dokumen pendukung dan laporan
keuangan

yang

disusun,

tidak

menyajikan

dalam

atau

sengaja

menghilangkan kejadian, transaksi, dan infomasi penting dan laporan


keuangan, dan sengaja menerapkan prinsip akuntansi yang salah.
2. missapropriation of assets, yang meliputi: penggelapan penerimaan kas,
pencurian aktiva, dan hal-hal yang menyebabkan suatu entitas membayar
untuk barang atau jasa yang tidak diterimanya.

Beberapa aktivitas yang mendorong terjadinya kecurangan antara lain:


1. Aktivitas yang berhubungan dengan pengeluaran, yang meliputi: klaim
terhadap keuntungan dan bantuan, pembayaran kontrak, saham dan
persediaan yang bernilai, penyewaan karyawan, mobil, bonus dan
pembayaran lembur, biaya tempat tinggal, penjara, pasien rumah sakit,
biaya kas kecil, dana tidak resmi untuk persaudaraan atau kelompok, serta
karyawan yang dibayar berdasarkan jam kerja.
2. Aktivitas yang berhubungan dengan pendapatan, meliputi: kas yang
diperoleh dari penyewaan, parkir mobil, biaya lisensi, hadiah untuk travel,
pembayaran pinjaman hipotik, pinjaman pengembangan industri, cek yang
menggunakan huruf inisial, penimbunan iklan dan sebagainya.

Indikasi kemungkinan terjadinya kecurangan antara lain:


1. Ketidakmampuan mengatur pertemuan dengan staf klien kunci.
2. Ketidakmampuan mencari dokumen.
3. Dokumen diubah atau di Tipp-Ex atau mengubah tanda tangan yang sah.
4. Saldo dalam buku yang tidak dapat dijelaskan.
5. Keengganan karyawan untuk meninggalkan posnya.
6. Gaya hidup yang tidak masuk akal.
7. Sering mendapat kunjungan atau mengunjungi kontraktor.
8. Tidak senang jika orang lain hadir saat mengecek tugas.
9. Komputer sering down saat dikunjungi oleh auditor atau saat auditor
akan menggunakannya.
10. Sering mengkambinghitamkan orang lain saat diperiksa oleh auditor.

J. Pencegahan Fraud
Pencegahan fraud terdiri atas berbagai tindakan yang dilakukan untuk
memperkecil kemungkinan yang timbul bila terjadi kecurangan, memperkecil
atau membatasi kerugian yang mungkin timbul bila terjadi kecurangan.
Pencegahan kecurangan merupakan tanggung jawab manajemen. Mekanisme
pencegahan yang utama adalah mengembangkan sistem pengawasan yang
andal (Maryam 2007).
Statements on Internal Auditing Standards (SIAS) no.3 Detection,
Investigation and Reporting Fraud menyatakan bahwa internal audit
bertanggung jawab dalam mendukung pencegahan kecurangan dengan cara

menguji dan mengevaluasi kecukupan dan keefektifan sistem pengendalian


internal sesuai dengan tingkat kerugian atau resiko yang potensial dalam
berbagai segmen kegiatan organisasi.
Menurut Steve Albrecht dalam Maryam (2007), fraud dapat dikurangi
dan seringkali dapat dicegah dengan:
1. By create a culture of honesty, oppeness and assistance:
a. hire honest people and provide fraud awareness training.
b. create a positive work environtment.
c. develop a company code of ethics.
2. By eliminating opportunities to commit fraud:
a. install good internal controls.
b. monitor employees.
c. create an expectation of punishment.

Dilihat dari kerangka teori dan penelitian-penelitian sebelumnya, maka


hipotesis dari penelitian ini adalah:
H1 : Terdapat pengaruh antara pengalaman kerja auditor internal terhadap
kemampuan mendeteksi fraud.
H2 : Terdapat pengaruh antara pendidikan profesi auditor internal terhadap
kemampuan mendeteksi fraud.
H3 : Secara bersama-sama terdapat pengaruh antara pengalaman kerja dan
pendidikan profesi auditor internal terhadap kemampuan mendeteksi
fraud

K. Kerangka Pemikiran
Untuk memperjelas gambaran dari penelitian ini, maka kerangka
pemikiran dari penelitian ini digambarkan dalam gambar 2.1 berikut ini:

Gambar 2.1

Pengalaman
Kerja
(X1)
Kemampuan
Mendeteksi
Fraud
Pendidikan
Profesi
Auditor Internal
(X2)

(Y)

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel


Populasi penelitian adalah seluruh auditor internal yang mengikuti
pelatihan audit internal di Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA) yang
beralamat di Jalan Raya Pasar Minggu Kavling 34 Jakarta Selatan 12780
(Gedung Graha Sucofindo Lantai 3). Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana pengaruh pengalaman kerja dan pendidikan profesi
auditor internal terhadap kemampuan mendeteksi fraud. Objek atau sampel
penelitian ini adalah para peserta (auditor internal perusahaan) yang mengikuti
pelatihan di YPIA pada bulan Mei tahun 2008.

B. Metode Penarikan Sampel


Metode penarikan sampel dalam penelitian ini adalah dengan cara
Convinience Sampling dan Purposive Sampling sebagai penentuan responden.
Hal ini dimaksudkan agar sampel sesuai dengan tujuan dan masalah penelitian
(Nur Indriantoro, 2002), dengan berdasarkan pada daftar pertanyaan yang
akan dibagikan kepada responden dan kemudian dianalisa dengan analisa
linier. Dalam mengambil jumlah sampel dari populasi, pertimbangan yang
dilakukan adalah dengan kriteria sebagai berikut:

1. Para peserta yang mengikuti pelatihan audit internal di Yayasan


Pendidikan Internal Audit (YPIA) yang beralamat di Jalan Raya Pasar
Minggu Kavling 34 Jakarta Selatan 12780 (Gedung Graha Sucofindo
Lantai 3).
2.

Peserta yang mengikuti pelatihan di bulan Mei 2008.

Adapun metode pengumpulan data-data dan informasi, penulis


melakukan penyebaran kuesioner terhadap objek yang diteliti untuk
memperoleh data yang akurat. Dalam kaitannya dengan sumber data dan
cara mendapatkannya, dalam penelitian ini penulis menggunakan dua
variabel yaitu variabel dependen dan variabel independen.
Variabel dependen diwakili oleh kemampuan medeteksi fraud. Di
dalam kemampuan mendeteksi fraud ini ada dua hal yang mendasari
peneliti dalam membuat pertanyaan ini, yaitu:
a) Seberapa penting para auditor memandang kecurangan (fraud) sebagai
suatu kesalahan.
b) Sejauh mana pengetahuan atau wawasan para auditor dalam mencegah
suatu kecurangan (fraud) itu sendiri.

Variabel independen dalam penelitian ini yaitu pengalaman kerja


dan pendidikan profesi auditor internal. Variabel pengalaman kerja ini
akan diukur berdasarkan lama bekerja sebagai auditor paling tidak satu
tahun atau lebih, dan sedang atau telah menjabat sebagai tim auditor

internal, sedangkan untuk variabel pendidikan profesi auditor internal


diukur dengan didasarkan pada program pelatihan yang diadakan oleh
YPIA. Variabel pendidikan profesi didasarkan atas:
a) Responden telah mengikuti pelatihan pendidikan profesi sedikitnya satu
kali atau lebih dalam rangka mendapatkan sertifikat Qualified Internal
Audit (QIA) di YPIA.
Pengukuran variabel dependen dan independen menggunakan skala
likert dengan skala 1 (sangat tidak setuju) sampai dengan skala 5 (sangat
setuju). Untuk masing-masing pertanyaan menggunakan lima skala likert.

C. Sumber Data
Sumber data penelitian merupakan faktor penting yang menjadi
pertimbangan dalam penentuan metode pengumpulan data. Sumber data
penelitian terdiri atas:
1. Data Primer (Primary Data)
Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara
langsung dari sumber asli (tidak melalui perantara). Data primer secara
khusus dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan penelitian.
Data primer dapat berupa opini subyek (orang) secara individual maupun
kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian, kegiatan
dan hasil pengujian. Peneliti dengan data primer dapat mengumpulkan
data sesuai dengan yang diinginkan, karena data yang tidak relevan dengan
tujuan penelitian dapat dieliminir atau setidaknya dikurangi. Ada dua

metode yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data primer, yaitu: (1)
metode survei dan (2) metode observasi (Nur Indriantoro 2002:147). Pada
penelitian kali ini peneliti menggunakan metode survei yaitu dengan cara
penyebaran kuesioner.

2. Data Sekunder (Secondary Data)


Data sekunder merupakan sumber data peneltian yang diperoleh
peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan
dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan,
atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter)
yang dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan.

D. Operasional Variabel
Operasional variabel dari penelitian ini akan disajikan pada tabel 3.1
berikut ini:

Tabel 3.1
Operasional Variabel Penelitian

Variabel Independen

Skala

Pengalaman Kerja (X1)

Skala Rasio, skor:


Ditentukan oleh berapa lama bekerja sebagai
auditor internal (dalam bulan).

Pendidikan Profesi (X2)

Skala Interval (likert), skor:


Pelatihan Audit Intern Tingkat Dasar I
= skala 1
Pelatihan Audit Intern Tingkat Dasar II
= skala 2
Pelatihan Audit Intern Tingkat Lanjutan I
= skala 3
Pelatihan Audit Intern Tingkat Lanjutan II
= skala 4
Pelatihan Audit Intern Tingkat Manajerial
= skala 5

Variabel Dependen
Kemampuan Mendeteksi

Skala Interval (likert)

Fraud (Y)

Skor:
1 = Tidak ada indikasi fraud, sampai
5 = Ada indikasi fraud

E. Metode Analisis
Setelah data yang diperlukan terkumpul, langkah selanjutnya ialah
menganalisis data berdasarkan metode penelitian yang sesuai untuk
digunakan. Kegiatan analisis dan pengolahan data dengan melakukan tabulasi
terhadap kuesioner dengan memberikan dan menjumlahkan bobot jawaban
pada masing-masing pertanyaan untuk masing-masing variabel.

Analisa data-data tersebut menggunakan metode regresi berganda


(multiple regression) yang dimaksudkan untuk menguji pengaruh variabelvariabel independen terhadap variabel dependen. Secara umum, analisis
regresi pada dasarnya adalah studi mengenai ketergantungan variabel
dependen (terikat) dengan satu atau lebih variabel independen (bebas) dengan
tujuan untuk mengestimasi dan memprediksi rata-rata populasi atau nilai ratarata variabel dependen berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui.
Hasil analisis regresi adalah berupa koefisien untuk masing-masing
variabel independen. Koefisien ini diperoleh dengan cara memprediksi nilai
variabel dependen dengan suatu persamaan. Koefisien regresi dihitung dengan
dua tujuan sekaligus, yaitu; meminimumkan penyimpangan antara nilai aktual,
dan nilai estimasi variabel dependen berdasarkan data yang ada. Dalam
penelitian ini persamaan regresi yang digunakan adalah :

Y= a + b1X1 + b2X2 + e
Keterangan:
Y
b1,b2,
X1
X2
a
e

= Kemampuan Mendeteksi Fraud


= Koefisien Regresi
= Pengalaman Kerja
= Pendidikan Profesi Auditor Internal (Pelatihan dalam
rangka mendapatkan sertifikat Qualified Internal Audit
(QIA) dari YPIA)
= Konstanta / Intersep
= Error Terms

F. Uji Instrumen Penelitian


1. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengetahui apakah item-item yang
ada di dalam kuesioner mampu mengukur apa yang ingin didapatkan
dalam penelitian ini. Maksudnya untuk mengukur valid atau tidaknya
suatu kuesioner dilihat jika pertanyaan dalam kuesioner tersebut mampu
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.
Uji validitas ini dapat dilakukan dengan menggunakan korelasi
antara skor butir pertanyaan dengan total skor konstruk atau variabel.
Setelah itu tentukan hipotesis H0: skor butir pertanyaan berkorelasi
positif dengan total skor konstruk dan Ha: skor butir pertanyaan tidak
berkorelasi positif dengan total skor konstruk. Kemudian uji dilakukan
dengan membandingkan r hitung dengan r tabel untuk degree of reedom
(df) = n-2. Jika nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel, maka suatu
instrumen dapat dinyatakan valid dan sebaliknya apabila nilai r hitung
lebih kecil dari nilai r tabel, maka instrumen dinyatakan tidak valid.

2. Uji Reliabilitas
Hasil dari pengujian reliabilitas digunakan untuk mengetahui
apakah instrumen penelitian yang dipakai dapat digunakan berkali-kali
pada waktu yang berbeda. Reliabilitas sebenarnya adalah alat untuk
mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau
konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban

seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu


ke waktu.
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan teknik cronbach
alpha, dimana suatu instrumen dapat dikatakan reliabel bila memiliki
koefisien kehandalan atau alpha: <0,6 tidak reliabel, 0,6-0,7 acceptable,
0,7-0,8 baik, dan >o,8 sangat baik.

G. Uji Hipotesis
Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah Analisis
Regresi Berganda (Multiple Regression Analysis). Pada dasarnya merupakan
ekstensi dari model regresi dalam analisis bivariate yang umumnya
digunakan untuk menguji pengaruh dua atau lebih variabel independen
terhadap variabel dependen dengan skala pengukuran interval atau rasio
dalam suatu pengukuran linier.
Riset dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan media
kuesioner. Kuesioner diberikan kepada responden dengan meminta izin dan
membuat janji terlebih dahulu. Penelitian ini dilaksanakan oleh peneliti
sendiri dengan mendatangi kantor tempat penelitian dan bertemu langsung
dengan objek penelitian dalam hal ini para auditor internal perusahaan yang
sedang mengikuti pelatihan di Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA).

1. Uji Asumsi Klasik


a

Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas digunakan untuk mengetahui apakah ada
hubungan

atau

korelasi

diantara

variabel

independen.

Multikolonieritas menyatakan hubungan antar sesama variabel


independen. Dalam penelitian ini uji multikolonieritas digunakan
untuk menguji apakah ada korelasi atau hubungan diantara variabel
pengalaman kerja dan pendidikan profesi auditor internal. Pedoman
suatu model regresi yang ideal adalah tidak terjadi korelasi diantara
variabel independen (nilai VIF dan tolerance disekitar angka 1 serta
koefisien korelasi antar variabel independen haruslah dibawah 0,5).
Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel
ini tidak orthogonal yakni variabel orthogonal adalah variabel
independen yang memiliki nilai korelasi antar sesama variabel
independen sama dengan nol (Imam Ghozali, 2005:91).

Uji Normalitas
Uji normalitas menguji suatu model regresi yaitu variabel
dependen, variabel independen maupun keduanya mempunyai
distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah
distribusi datanya normal atau paling tidak mendekati normal. Untuk
mendeteksi normalitas dapat menggunakan analisa grafik dengan
melihat grafik normal P-P Plot Of Regression Standardized Residual.

Deteksinya dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu


diagonal dari grafik.
Dasar pengambilan keputusan dari analisa grafik tersebut adalah:
1). Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2). Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak
mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak
memenuhi asumsi normalitas.

2. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis digunakan untuk melihat seberapa besar
pengaruh pengalaman kerja dan pendidikan profesi auditor internal
terhadap kemampuan mendeteksi fraud melalui analisis regresi
berganda. Terdapat tiga macam pengujian dalam analisis regresi
berganda, yaitu:
a

Uji Koefisien Determinasi


Uji Koefisien Determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui
seberapa jauh kemampuan model variabel independen dalam
menerangkan variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah
antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabelvariabel independen dalam menjelaskan variabel independen amat
terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel

independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan


untuk memprediksi variasi variabel dependen.

b Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)


Uji signifikansi t pada dasarnya menunjukkan seberapa besar
pengaruh satu variabel independen secara individual dalam
menerangkan variasi variabel dependen. Salah satu cara untuk
melakukan uji t adalah dengan melihat nilai Sig. pada tabel statistik t.
Apabila nilai Sig. di bawah 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa
menerima hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa suatu variabel
independen secara individual mempengaruhi variabel dependen.
Untuk itu dapat dilakukan uji hipotesis pada masing-masing
variabel independen, yaitu:
1. Untuk menguji hipotesis pertama
Ho1: Tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara
Pangalaman Kerja Auditor Internal terhadap Kemampuan
Mendeteksi Fraud.
Ha1: Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara
Pangalaman Kerja Auditor Internal terhadap Kemampuan
Mendeteksi Fraud.

Kriteria pengujian:
= 0,05
Jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak
Jika probabilitas > 0,05 maka Ho tidak ditolak

2. Untuk menguji hipotesis kedua


Ho2: Tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara
Pendidikan Profesi Auditor Internal terhadap Kemampuan
Mendeteksi Fraud.
Ha2: Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara
Pendidikan Profesi Auditor Internal terhadap Kemampuan
Mendeteksi Fraud.

Kriteria pengujian:
= 0,05
Jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak
Jika probabilitas > 0,05 maka Ho tidak ditolak

Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)


Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua
variabel independen mempunyai pengaruh secara bersama-sama
terhadap variabel dependen. Nilai Sig. pada tabel statistik F
digunakan dalam pengujian untuk mengetahui apakah variasi nilai

variabel independen (Pengalaman Kerja dan Pendidikan Profesi


Auditor Internal) secara bersama-sama dapat menjelaskan variasi
nilai variabel dependen (Kemampuan Mendeteksi Fraud). Apabila
nilai Sig. di bawah 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa menerima
hipotesis alternatif

yang menyatakan bahwa suatu

variabel

independen secara individual mempengaruhi variabel dependen.


Dengan hipotesis sebagai berikut:
Ho3: Secara bersama-sama tidak terdapat pengaruh yang positif dan
signifikan antara Pengalaman Kerja dan Pendidikan Profesi
Auditor Internal terhadap Kemampuan Mendeteksi Fraud.
Ha3: Secara bersama-sama terdapat pengaruh yang positif dan
signifikan antara Pengalaman Kerja dan Pendidikan Profesi
Auditor Internal terhadap Kemampuan Mendeteksi Fraud.

Kriteria pengujian:
= 0,05
Jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak
Jika probabilitas > 0,05 maka Ho tidak ditolak

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Objek Penelitian


1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Yayasan Pendidikan Internal Audit
(YPIA) yang beralamat di Jalan Raya Pasar Minggu kavling 34 Gedung
Graha Sucofindo lantai 3 Jakarta Selatan 12780. Pada penelitian ini penulis
mencoba untuk mengukur pengaruh pengalaman kerja dan pendidikan
profesi auditor internal terhadap kemampuan mendeteksi fraud, di mana
objek penelitian adalah para auditor internal peserta pelatihan yang diadakan
di YPIA.
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan melalui metode
penyebaran kuesioner penelitian yang dibagikan secara langsung kepada
para responden melalui bantuan perantara pihak YPIA. Penyebaran
kuesioner dilakukan di sepanjang bulan Mei 2008, dengan pembagian
kuesioner sebanyak 50 buah. Rincian distribusi kuesioner dalam penelitian
disajikan dalam tabel 4.1 berikut ini:

Tabel 4.1
Distribusi Kuesioner

Keterangan

Jumlah

Kuesioner yang dibagikan

50

Kuesioner yang tidak kembali

Kuesioner yang kembali

50

Kuesioner yang tidak bisa diolah

Kuesioner yang bisa diolah

42

Tingkat pengembalian (response rate)

100%

50/50 * 100%
Sumber: data primer yang diolah

Tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa dari 50 kuesioner yang dibagikan


kepada para responden, ternyata kuesioner yang kembali sebanyak 50
kuesioner atau sebesar 100%. Hal ini menunjukkan tingkat response rate
yang sangat tinggi. Namun dari semua kuesioner yang kembali, sebanyak 42
kuesioner yang dapat diolah atau sebesar 84% dan sisanya sebanyak 8
kuesioner atau 16% tidak dapat diolah karena tidak memenuhi kriteria
tertentu, yaitu karena pengisian kuesioner tidak lengkap.

2. Karakteristik Responden
Berikut ini adalah karakteristik responden yang disajikan dalam tabel
4.2:
Tabel 4.2
Karakterisitik Responden
Keterangan

Frekuensi
Jumlah

Persentase

Jumlah responden

42

100%

Jenis kelamin:
- Pria
- Wanita

31
11

73,80%
26,20%

Pendidikan:
- S3
- S2
- S1
- D3
- D1

17
24
1

40,48%
57,14%
2,38%

Jabatan:
- Supervisor
- Auditor Senior
- Auditor Junior

7
11
24

16,67%
26,20%
57,13%

Sumber: data primer yang diolah

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa responden penelitian mayoritas adalah


pria, yakni sebanyak 31 orang atau sebesar 73,80% dan sisanya wanita
sebanyak 11 orang atau sebesar 26,20%. Sebagian besar auditor internal
yang menjadi responden pada penelitian ini berpendidikan S1, yakni
sebanyak 24 orang atau sebesar 57,14%. Responden yang berpendidikan
S2 sebanyak 17 orang atau sebesar 40,48% dan yang terkecil adalah

pendidikan D1 yang hanya ada satu orang atau sebesar 2,38%. Sedangkan
untuk jenjang pendidikan S3 dan D3 tidak terdapat responden. Dari
kelompok jabatan di dalam perusahaan, 24 orang merupakan auditor junior
(57,13%), lalu yang menduduki posisi sebagai auditor senior sebanyak 11
orang (26,20%) dan jabatan supervisor sebanyak 7 orang (16,67%).

3. Sejarah YPIA
Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA) adalah yayasan yang
didirikan pada tanggal 17 April 1995 oleh unsur Pemerintah (Kepala BPKP,
Dirjen Pembinaan BUMN Departemen Keuangan RI), beberapa Direksi
BUMN (Telkom, Pupuk Sriwijaya, Merpati Nusantara Airlines (MNA), Jasa
Raharja dan BUMNIS dan Pengurus FKSPI BUMN/BUMD periode 19921995 (Ketua Umum, Sekretaris Umum, Ketua IV dan Bendahara).
Tujuan didirikannya YPIA adalah untuk meningkatkan profesionalisme
dan mutu internal auditor Indonesia. Hal yang mendorong didirikannya
lembaga yang khusus melatih internal auditor Indonesia ini adalah didasari
bahwa profesionalisme dan mutu internal auditor Indonesia masih jauh bila
dibandingkan

dengan

standar

kualifikasi

internal

auditor

tingkat

Internasional sehingga peran dan fungsi Departemen Internal Audit kurang


efektif dalam memberi nilai tambah kepada perusahaan.

YPIA dengan visi mencetak internal auditor unggulan kelas dunia dan
misi menyelenggarakan pelatihan dan konsultasi di bidang internal audit
yang berfokus pada manajemen risiko dan good corporate governance
dengan segala aspeknya. Dengan jasa yang diberikan YPIA diharapkan
dapat membantu Satuan Departemen Internal Audit, Komite Audit, Direksi
dan Dewan Komisaris dalam proses pengelolaan perusahaan menjadi lebih
baik.

B. Uji Instrumen Penelitian


1. Uji Validitas
Uji validitas dihitung dengan cara membandingkan antara nilai r hitung
dengan nilai r tabel. Jika nilai r hitung lebih besar dari pada r tabel, maka
suatu instrumen dapat dinyatakan valid dan sebaliknya apabila nilai r hitung
lebih kecil dibandingkan dengan r tabel maka instrumen dapat dinyatakan
tidak valid. Salah satu cara untuk menguji apakah masing-masing indikator
dari pengujian mendeteksi fraud 1 sampai fraud 7 valid atau tidak, adalah
dengan melihat tampilan output Correlations pada kolom total fraud, lalu
bandingkan nilai Correlations dengan hasil perhitungan r tabel = 0,304 (lihat
r tabel pada df = 40 dengan uji dua sisi). Jika r hitung lebih besar dari r tabel
dan bernilai positif maka butir atau pertanyaan tersebut dinyatakan valid.

Tabel 4.3
Uji Validitas
Variabel
Kemampuan
Mendeteksi
Fraud

Item
Pertanyaan

Sig
(2-tailed)

Fraud 1
Fraud 2
Fraud 3
Fraud 4
Fraud 5
Fraud 6
Fraud 7
Sumber : data primer yang diolah

,000
,002
,000
,000
,021
,000
,002

Pearson
Correlation

Status

r tabel
( 0,304 )

0,644
0,464
0,583
0,533
0,355
0,813
0,467

Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid

0,304
0,304
0,304
0,304
0,304
0,304
0,304

Dari hasil pengujian validitas yang disajikan dalam tabel 4.3, dapat dilihat
bahwa semua pertanyaan dinilai valid karena koefisien korelasi (r hitung) > r
tabel (0,304). Berdasarkan hasil uji validitas ini pula untuk pertanyaan no. 1, 2,
3, 4, 5, 6 dan 7 dinyatakan valid karena mempunyai nilai koefisien korelasi (r
hitung) > r tabel, yang masing-masing sebesar 0,644, 0,464, 0,583, 0,533, 0,355,
0,813 dan 0,467, lebih besar dari 0,304. Dengan hasil ini, maka dapat diambil
suatu kesimpulan bahwa pertanyaan yang ada di dalam kuesioner mampu
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.

2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk menguji konsistensi alat ukur, yang
dalam hal ini adalah kuesioner. Dari hasil pengolahan data, terlihat nilai
Cronbach Alpha Based on Standardized Items pada tabel 4.4 adalah sebesar
0,631. Suatu instrumen dapat dikatakan andal (reliabel) apabila memiliki
koefisien di atas 0,6. Berdasarkan tabel di bawah ini, maka hasil Alpha untuk

seluruh butir pertanyaan adalah reliabel. Hal ini mengindikasikan bahwa item
pertanyaan yang digunakan akan mampu memperoleh data yang konsisten dan
jika pertanyaan tersebut di uji kembali akan memperoleh jawaban yang relatif
sama dengan jawaban pertama sehingga dapat dikatakan bahwa semua
variabel adalah reliabel, karena nilai Cronbachs Alpha lebih besar dari 0,6.

Tabel 4.4
Uji Reliabilitas
Cronbach's
Alpha Based
on
Cronbach's Standardized
N of
Alpha
Items
Items
.634
.631
7
Sumber: data primer yang diolah

C. Analisis dan Pembahasan


1. Uji Asumsi Klasik
a) Uji Multikolonieritas
Uji mulitikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).
Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi korelasi di antara
variabel independen. Dalam penelitian ini uji multikolonieritas
digunakan untuk menguji apakah ada korelasi atau hubungan di antara
variabel pengalaman kerja dan pendidikan profesi auditor internal.

Tabel 4.5
Uji Multikolonieritas

Model
1

PendidikanProfesi PengalamanKerja
Correlations
PendidikanProfesi
1.000
-.539
PengalamanKerja
-.539
1.000
Covariances
PendidikanProfesi
.402
-.013
PengalamanKerja
-.013
.001
a Dependent Variable: KemampuanDeteksiFraud

Model

(Constant)
Pengalama
nKerja
Pendidikan
Profesi

Standardize
Unstandardized
d
Coefficients
Coefficients
Std.
B
Error
Beta
29.562
1.488

Sig.

Collinearity
Statistics
Tolerance

19.869

.000

VIF

.123

.037

.541

3.365

.002

.709

1.410

-2.261

.634

-.573

-3.568

.001

.709

1.410

a Dependent Variable: KemampuanDeteksiFraud


Sumber: data primer yang diolah
Hasil output SPSS pada tabel 4.5, didapat bahwa tingkat korelasi
antara variabel Pengalaman Kerja dan Pendidikan Profesi adalah
sebesar -0,539 atau 53,9%. Karena hasil korelasi ini di bawah 90%,
maka dapat dikatakan tidak terjadi multikolonieritas. Hasil perhitungan
nilai tolerance juga menunjukkan tidak ada variabel bebas yang
memiliki nilai tolerance kurang dari 10% yang berarti tidak ada
variabel bebas yang memiliki nilai tolerance lebih dari 95%. Hasil
perhitungan nilai Variance Inflation Factor (VIF) juga menunjukkan
hal yang sama yaitu tidak ada satu variabel bebas yang memiliki nilai

VIF lebih dari 10. Maka dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa tidak
ada multikolonieritas antar variabel independen dalam model regresi.

b) Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual. Seperti diketahui
bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti
distribusi normal. Salah satu cara untuk melihat normalitas adalah
dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data
observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Namun
ada metode yang lebih handal, yaitu dengan melihat normal
probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari
distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus
diagonal, dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis
diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis yang
menggambarkan data sesunguhnya akan mengikuti garis diagonalnya.
Dengan melihat tampilan pada gambar 4.1 grafik histogram
maupun gambar 4.2 grafik normal plot di bawah ini, maka dapat
disimpulkan bahwa grafik histogram memberikan pola yang seimbang.
Sedangkan pada grafik normal plot terlihat titik-titik menyebar
disekitar garis diagonal. Kedua grafik ini menunjukkan bahwa model
regresi mendekati asumsi normalitas.

Gambar 4.1
Grafik Histogram

Dependent Variable: KemampuanDeteksiFraud

14

12

10

Fr eq uen cy

2
Mean = 2.57E-16
Std. Dev. = 0.975
N = 42

0
-4

-3

-2

-1

Regression Standardized Residual

Gambar 4.2
Grafik Normal Plot
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: KemampuanDeteksiFraud


1.0

Expected Cum Prob

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0
0.0

0.2

0.4

0.6

Observed Cum Prob

0.8

1.0

2. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis digunakan untuk melihat seberapa besar pengaruh
pengalaman kerja dan pendidikan profesi auditor internal terhadap
kemampuan mendeteksi fraud melalui analisis regresi berganda.
a) Uji Koefisien Determinasi
Uji Koefisien Determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui
seberapa jauh kemampuan model variabel independen (Pengalaman
Kerja dan Pendidikan Profesi Auditor Internal) dalam menerangkan
variabel dependen (Kemampuan Mendeteksi Fraud). Nilai koefisien
determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti
kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel
independen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti varibelvariabel independen memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.

Tabel 4.6
Uji Koefisien Determinasi (R2)
Adjusted R
Std. Error of
Square
the Estimate
Model
R
R Square
1
.535(a)
.286
.250
3.395
a Predictors: (Constant), PendidikanProfesi, PengalamanKerja
b Dependent Variable: KemampuanDeteksiFraud
Sumber: data primer yang diolah

Tampilan output SPSS pada tabel 4.6, model summary besarnya


Adjusted R2 adalah 0,250, hal ini berarti 25,0% variasi Kemampuan
Mendeteksi Fraud dapat dijelaskan oleh variasi dari kedua variabel
independen, yakni Pengalaman Kerja dan Pendidikan Profesi Auditor
Internal. Sedangkan sisanya (100% - 25,0% = 75,0%) dijelaskan oleh
variabel lain di luar model. Standar Error of Estimate (SEE) sebesar
3,395. Semakin kecil nilai SEE akan membuat model regresi semakin
tepat

dalam

memperediksi

variabel

independen

(Kemampuan

Mendeteksi Fraud).
Berdasarkan hasil ini, maka dapat diambil suatu kesimpulan
bahwa Kemampuan Mendeteksi Fraud dapat dijelaskan oleh variasi
dari variabel Pengalaman Kerja dan Pendidikan Profesi Auditor
Internal yakni sebesar 25%. Namun dari hasil penelitian ini didapat
bahwa sekitar 75% variasi Kemampuan Mendeteksi Fraud dijelaskan
oleh variabel lain di luar model dari penelitian ini, misalnya variabel
Keahlian Auditor Internal, Jabatan di Perusahaan, Keanggotaan Profesi
Auditor Internal dan Pelatihan Profesi lainnya yang mungkin dapat
dijadikan suatu variabel pada penelitian selanjutnya khususnya
mengenai auditor internal.

b) Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)


Uji signifikansi t pada dasarnya menunjukkan seberapa besar
pengaruh

satu

variabel

independen

secara

individual

dalam

menerangkan variasi variabel dependen. Salah satu cara untuk


melakukan uji t adalah dengan melihat nilai Sig pada tabel uji statistik
t. Apabila nilai Sig di bawah 0,05 berarti variabel independen secara
individual mempengaruhi variabel dependen. Hal ini dapat berarti pula
menerima hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa suatu variabel
independen secara individual mempengaruhi variabel dependen.

Tabel 4.7
Uji Statistik t

Model

Unstandardized Standardized
Coefficients
Coefficients
t
Std.
Error
B
Beta
29.562 1.488
19.869

(Constant)
Pengalama
.123
.037
.541 3.365
nKerja
Pendidikan
-2.261
.634
-.573 -3.568
Profesi
a Dependent Variable: KemampuanDeteksiFraud
Sumber: data primer yang diolah

Sig.

.000
.002
.001

Kedua variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi


dan terlihat pada tabel 4.8, menunjukkan bahwa variabel Pengalaman
Kerja dan Pendidikan Profesi signifikan pada 0,05, yang berarti bahwa

variabel Kemampuan Mendeteksi Fraud dipengaruhi oleh variabel


Pengalaman Kerja dan Pendidikan Profesi Auditor Internal.
Untuk itu dapat dilakukan uji hipotesis pada masing-masing variabel
independen, yaitu:
1. Untuk menguji hipotesis pertama
Ho1: Tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara
Pengalaman Kerja Auditor Internal terhadap Kemampuan
Mendeteksi Fraud.
Ha1: Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara
Pengalaman Kerja Auditor Internal terhadap Kemampuan
Mendeteksi Fraud.

Kriteria pengujian:
= 0,05
Jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak
Jika probabilitas > 0,05 maka Ho tidak ditolak

Berdasarkan uji statistik t didapatkan nilai probabilitas dari variabel


Pengalaman Kerja signifikan pada 0,05, maka dapat dikatakan bahwa Ho
ditolak dan dapat dikatakan bahwa Pengalaman Kerja secaca individual
berpengaruh terhadap Kemampuan Mendeteksi Fraud.

2. Untuk menguji hipotesis kedua


Ho2: Tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara
Pendidikan Profesi Auditor Internal terhadap Kemampuan
Mendeteksi Fraud.
Ha2: Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara
Pendidikan Profesi Auditor Internal terhadap Kemampuan
Mendeteksi Fraud.

Kriteria pengujian:
= 0,05
Jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak
Jika probabilitas > 0,05 maka Ho tidak ditolak

Berdasarkan uji statistik t didapatkan nilai probabilitas dari variabel


Pendidikan Profesi signifikan pada 0,05, maka dapat dikatakan bahwa
Ho ditolak dan dapat dikatakan bahwa Pendidikan Profesi secaca
individual berpengaruh terhadap Kemampuan Mendeteksi Fraud.

c) Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)


Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel
independen (Pengalaman Kerja dan Pendidikan Profesi Auditor Internal)
mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen
(Kemampuan Mendeteksi Fraud). Nilai Sig. digunakan dalam pengujian

untuk mengetahui apakah variasi nilai Pengalaman Kerja dan Pendidikan


Profesi Auditor Internal secara bersama-sama dapat menjelaskan variasi
nilai Kemampuan Mendeteksi Fraud dengan hipotesis sebagai berikut:

Ho3: Secara bersama-sama tidak terdapat pengaruh yang positif dan


signifikan antara Pengalaman Kerja dan Pendidikan Profesi
Auditor Internal terhadap Kemampuan Mendeteksi Fraud.
Ha3: Secara bersama-sama terdapat pengaruh yang positif dan signifikan
antara Pengalaman Kerja dan Pendidikan Profesi Auditor Internal
terhadap Kemampuan Mendeteksi Fraud.

Kriteria pengujian:
= 0,05
Jika probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak
Jika probabilitas > 0,05 maka Ho tidak ditolak

Tabel 4.8
Uji Statistik F
Sum of
Mean
Squares
Square
Model
df
F
Sig.
1
Regression
180.453
2
90.227 7.829 .001(a)
Residual
449.451
39
11.524
Total
629.905
41
a Predictors: (Constant), PendidikanProfesi, PengalamanKerja
b Dependent Variable: KemampuanDeteksiFraud
Sumber: data primer yang diolah

Uji ANOVA atau F test pada tabel 4.7 didapat nilai hitung sebesar
7,829 dengan probabilitas 0,001. Karena probabilitas jauh lebih kecil dari
0,05,

maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi

Kemampuan Mendeteksi Fraud atau dapat dikatakan bahwa Ho ditolak


dan dapat dikatakan bahwa Pengalaman Kerja dan Pendidikan Profesi
Auditor Internal secara bersama-sama berpengaruh terhadap Kemampuan
Mendeteksi Fraud.
Hal ini sejalan dengan logika teori, bahwa Pengalaman Kerja dan
Pendidikan Profesi Auditor Internal berpengaruh secara positif terhadap
Kemampuan

Mendeteksi

Fraud.

Ini

berarti

bahwa

dengan

menyeimbangkan antara pengalaman kerja dan pendidikan profesi,


diharapkan dapat membuat auditor internal semakin mampu dalam
mendeteksi fraud yang terjadi di dalam perusahaan
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil uji statistik maupun hasil
analisis di atas adalah bahwa baik secara bersama-sama maupun secara
individu, variabel Pengalaman Kerja dan Pendidikan Profesi Auditor
Internal berpengaruh secara positif terhadap variabel Kemampuan
Mendeteksi Fraud.
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian sejenis
sebelumnya. Penelitian Sodik (2007) yang meneliti pengaruh keahlian dan
independensi audit internal terhadap kemampuan mendeteksi indikasi
fraud menyimpulkan bahwa keahlian dan independensi audit internal
secara bersama-sama tidak berpengaruh signifikan terhadap kemampuan

mendeteksi indikasi fraud. Secara individual variabel keahlian audit tidak


berpengaruh signifikan terhadap kemampuan mendeteksi indikasi fraud di
mana hasil pengujian menunjukkan bahwa angka signifikansi adalah
sebesar 0,893 dan lebih besar dari probabilitas 5% ( 5%). Penelitian ini
juga menunjukkan bahwa pada probabilitas 5% ( 5%) independensi audit
internal tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan
mendeteksi indikasi fraud.
Pengalaman kerja merupakan suatu hal yang menjadikan salah satu
indikator dan ciri seorang auditor internal dapat dilihat kemampuannya
dalam bidang internal audit. Pengalaman kerja merupakan faktor penting
dalam memprediksi dan mendeteksi kinerja auditor, karena auditor yang
lebih berpengalaman memiliki ketelitian yang tinggi mengenai kekeliruan
dari pada yang kurang atau belum berpengalaman. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pengalaman kerja auditor internal berpengaruh positif
terhadap

kemampuan

mendeteksi fraud.

Menurut Jeffrey dalam

Herliansyah (2006) menunjukkan bahwa seseorang dengan lebih banyak


pengalaman dalam suatu bidang memiliki lebih banyak hal yang tersimpan
dalam ingatannya dan dapat mengembangkan suatu pemahaman yang baik
mengenai peristiwa-peristiwa yang telah terjadi. Dengan pengalaman kerja
yang cukup diharapkan auditor internal dapat secara lebih cepat dan tepat
dalam mendeteksi fraud yang terjadi di perusahaannya.

Seiring dengan semakin kompleksnya masalah yang terjadi di


perusahaan terutama yang berkaitan dengan masalah kecurangan (fraud),
profesi auditor internal dituntut untuk mengikuti pendidikan lanjutan,
menjalani pelatihan teknis yang cukup dalam praktek akuntansi dan
auditing, serta memiliki pengalaman kerja yang cukup mengenai
profesinya dengan tujuan agar auditor internal dapat lebih baik lagi dalam
mengatasi berbagai masalah yang terjadi di dalam organisasinya
khususnya mengenai masalah kecurangan. Profesi auditor internal
merupakan suatu pekerjaan yang memerlukan kecakapan dan kewenangan,
sehingga auditor internal dituntut untuk berkualitas dan kompeten dengan
memiliki latar belakang pendidikan formal dalam bidang akuntansi dan
auditing. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendidikan profesi
auditor internal berpengaruh positif terhadap kemampuan mendeteksi
fraud.
Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA) adalah salah satu lembaga
yang menyediakan berbagai macam pelatihan yang dibutuhkan oleh para
auditor internal tersebut, diantaranya adalah Sertifikasi QIA (Qualified
Internal Auditor) yang dapat ditempuh dalam 5 jenjang pendidikan.
Melalui

program

pelatihan

ini

diharapkan

para

auditor

dapat

menerapkannya dalam situasi yang akan ditemuinya di lapangan dan


dengan pendidikan profesi yang cukup diharapkan auditor internal dapat
secara

lebih

perusahaannya.

profesional

dalam

mendeteksi

fraud

yang

terjadi

Hal ini sejalan dengan teori yang telah dikemukakan di awal bahwa
dengan pengalaman kerja yang semakin lama dan semakin tingginya
pendidikan profesi yang ditempuh, maka auditor internal akan semakin
ahli dalam mendeteksi fraud yang terjadi di perusahaan. Oleh karena itu
diharapkan kepada auditor internal untuk selalu meningkatkan pengalaman
kerja dan pendidikan profesinya guna menunjang kemampuannya dalam
bidang auditing yang nantinya akan memberi nilai tambah bagi
organisasinya kelak.

BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris akan adanya
pengaruh pengalaman kerja dan pendidikan profesi auditor internal terhadap
kemampuan mendeteksi fraud. Berdasarkan pada data yang diperoleh maupun
hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan
mengenai pengaruh pengalaman kerja dan pendidikan profesi auditor internal
terhadap kemampuan mendeteksi fraud, yaitu:
1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengalaman kerja berpengaruh
secara signifikan terhadap kemampuan mendeteksi fraud, di mana hasil
pengujian menunjukkan angka signifikansi sebesar 0,002, lebih kecil dari
probabilitas 5% ( = 0,05).
2. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendidikan profesi berpengaruh
secara signifikan terhadap kemampuan mendeteksi fraud, di mana hasil
pengujian menunjukkan angka signifikansi sebesar 0,001, lebih kecil dari
probabilitas 5% ( = 0,05).
3. Hasil penelitian ini menunjukkan pula bahwa pengalaman kerja dan
pendidikan profesi auditor internal secara bersama-sama berpengaruh
secara signifikan terhadap kemampuan mendeteksi fraud, di mana hasil
pengujian statistik F menunjukkan angka signifikansi sebesar 0,001.

B. Implikasi
Hasil penelitian ini diharapkan akan mempunyai implikasi untuk
penelitian selanjutnya, terutama yang berkaitan dalam bidang auditing dan
lebih khusus mengenai masalah pengalaman kerja dan pendidikan profesi
auditor internal serta agar dapat diterapkan dalam kehidupan nyata, yakni
dalam bidang internal audit. Penelitian ini memberikan bukti bahwa
pengalaman kerja dan pendidikan profesi auditor internal berpengaruh secara
positif terhadap kemampuan mendeteksi fraud. Oleh karena itu dengan hasil
penelitian ini diharapkan agar para auditor internal perusahaan untuk terus
meningkatkan pengalaman kerja dan mengikuti pendidikan profesi internal
audit yang berkelanjutan guna menunjang kemampuannya sebagai auditor
internal perusahaan, khususnya dalam upaya mendeteksi fraud.

DAFTAR PUSTAKA

Bawono, Icuk Rangga dkk.Persepsi Mahasiswa Jurusan Akuntansi Reguler dan


Non Reguler Tentang Pendidikan Profesi Akuntansi. Jurnal Akuntansi
dan Auditing Indonesia (JAAI).Vol. 10. No. 2. Desember. 2006.
Belkaoui, Ahmed Riahi. Teori Akuntansi, Salemba Empat. Jakarta: 2004.
Boynton, William C.Modern Auditing. Edisi Ketujuh. Penerbit Erlangga.
Jakarta: 2002.
Echols, John dkk.An English-Indonesian Dictionary. Cetakan XXVII. PT.
Gramedia. Jakarta: 2003.
Ghozali, Imam.Aplilasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi 3.
Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang: 2005.
Hamid, Abdul dkk. Pedoman Penulisan Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Ilmu
Sosial UIN Syarief Hidayatullah. Jakarta: 2007.
Herliansyah, Yudhi dkk.Pengaruh Pengalaman Auditor Terhadap Penggunaan
Bukti Tidak Relevan dalam Auditor Judgment. Simposium Nasional
Akuntansi IX. Padang: 23-26 Agustus 2006.
Indriantoro, Nur dkk.Metodologi Penelitian Bisnis. Cetakan Kedua. BPFEYogyakarta: 2002.
Koroy, Tri Ramayana.Pengaruh Preferensi Klien dan Pengalaman Audit
Terhadap Pertimbangan Auditor. Simposium Nasional Akuntansi VIII.
Solo: 15-16 September 2005.
Lastanti, Hexana Sri. Tinjauan Terhadap Kompetensi dan Independensi Akuntan
Publik: Refleksi Atas Skandal Keuangan. Media Riset Akuntansi,
Auditing dan Informasi, Vol.5. No.1. April 2005.
Maryam, Siti.Peran Internal Audit dalam Pencegahan Fraud dengan
Menciptakan Pengendalian Intern yang Baik. Makalah YPIA angkatan-1
PT. Pertamina. Jakarta: 2007.
PPAK newsletter. Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN). Jakarta: No. 01
Agustus 2000.

Priscillia,Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi Terhadap Opini Audit.


Skripsi, Universitas Trisakti. Jakarta: 2004
Sawyer, B. Lawrence dkk.Internal Auditing Jilid I. Penerbit Salemba Empat.
Jakarta: 2003.
Sekaran, Uma.Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Penerbit Salemba Empat.
Jakarta: 2006.
Sarwono, Jonathan.Analisis Jalur untuk Riset BIsnis dengan SPSS. Penerbit
Andi. Yogyakarta: 2007.
Sulistiyowati, Firma.Peran Fraud Auditor Dalam Mendeteksi Fraud untuk
Mewujudkan Good Governance dan Good Coorporate Governance di
Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Sektor Publik, Vol.4, No.01.
Februari, 2003.
Sodik, Mohammad.Pengaruh Keahlian dan Independensi Auditor Internal
Terhadap Kemampuan Mendeteksi Indikasi Fraud. Skripsi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta: 2007.
Yandianto.Kamus Umum Bahasa Indonesia. Penerbit M2S Bandung. Bandung:
2002.
Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA). www.internalauditing.or.id

Yth. Bapak/Ibu/Saudar/i
Auditor Internal

Dengan hormat,
Sehubungan dengan tugas akhir yang sedang saya tempuh, maka bersama ini
saya:

Nama

: Mochammad Taufik

NIM

: 104082002619

Jurusan

: Akuntansi

Fakultas

: Ekonomi dan Ilmu Sosial

Universitas

: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Bermaksud menyampaikan kuesioner penelitian yang berkaitan dengan topik yang


sedang saya teliti, yaitu Pengaruh Pengalaman Kerja dan Pendidikan Profesi
Auditor Internal Terhadap Kemampuan Mendeteksi Fraud. Sehubungan dengan
hal tersebut, maka saya meminta kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengisi
kuesioner tersebut dengan objektif. Semua informasi yang diberikan hanya
digunakan untuk kepentingan akademik. Atas kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i,
saya ucapkan terima kasih.

Mengetahui,
Pembimbing 1

Dr. Wiwiek Utami, SE, Ak., MS

Hormat Saya,

Mochammad Taufik

KUESIONER PENELITIAN

I. Identitas Responden

1. Jenis Kelamin

:(

2. Usia

: . Tahun

3. Jabatan di Internal Audit

:(

Perusahaan
4. Pendidikan Terakhir

(
:(

) Laki-laki

) Supervisor

) Perempuan

) Auditor Senior

) Auditor Junior
) S1

) S2

) S3 (

) lainnya

5. Pelatihan yang pernah ditempuh untuk mendapatkan sertifikat Qualified


Internal Audit (QIA) di YPIA
(

: Pelatihan Audit Intern Tingkat Dasar I

)
Pelatihan Audit Intern Tingkat Dasar II

Pelatihan Audit Intern Tingkat Lanjutan I

Pelatihan Audit Intern Tingkat Lanjutan II

Pelatihan Audit Intern Tingkat Manajerial (

6. Pelatihan lain yang menunjang dalam profesi auditor internal (sebutkan):


.......................
7. Pengalaman kerja sebagai Auditor Internal : .. tahun . bulan

II. Kuesioner Mengenai Kemampuan Mendeteksi Kecurangan (fraud)

Petunjuk Pengisian:
Bapak/Ibu/Saudara/i dimohon untuk memberikan pendapat mengenai
adanya indikasi kecurangan (fraud) terhadap kasus-kasus di bawah ini.
Berikan tanda check list () pada skala pengukuran yang sesuai dengan
pendapat anda. Angka 1 berarti tidak adanya indikasi fraud dan semakin
mendekati angka 5 berarti ditemukan adanya indikasi fraud.

1. PT. Taman Kota, sebuah perusahaan distributor buku-buku agama,


mempunyai 4 orang staf administrasi yang tersebar di 4 cabang di kota
Bandung. Perusahaan mempunyai prosedur kas kecil (petty cash) untuk
masing-masing staf administrasinya di cabang dengan mencadangkan nominal
sebesar Rp. 2.000.000 setiap bulannya. Dalam hal ini 4 staf tersebut diberi
wewenang untuk mempergunakan kas kecil tersebut dalam transaksi harian.
Sebagai pertanggungjawaban staf berkewajiban untuk menunjukkan bukti
pemakaian kas kecil (misal: nota foto kopi, nota pembelian alat tulis) pada
akhir bulan.

Skala Pengukuran

Menurut saya
Tidak ada indikasi fraud

Ada indikasi fraud

2. PT. Rumah Manis adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang tekstil.
Dalam pelaksanaan operasinya perusahaan mencadangkan sejumlah dana
untuk biaya pemeliharaan mesin. Perusahaan mempercayakan penuh hal ini
kepada seorang staf ahli mesinnya. Perusahaan melalui staf keuangan tinggal
mengeluarkan sejumlah uang untuk biaya pemeliharaan mesin sesuai dengan
instruksi sang staf ahli mesin. Selama ini perusahaan merasa terbantu akan
keberadaan staf tersebut.

Skala Pengukuran

Menurut saya
Tidak ada indikasi fraud

Ada indikasi fraud

3. Dalam prosedur penerimaan karyawan PT. Taman Surga, dewan direksi


memberi wewenang penuh kepada manajer pengembangan sumber daya
perusahaan (HRD) untuk menyeleksi penerimaan karyawan baru. Dewan
direksi sangat mempercayai kinerjanya selama ini, karena para pekerja baru
yang masuk dirasa sangat cakap dan dapat memberi nilai tambah bagi
perusahaan. Dewan direksi merasa manajer HRD-lah yang lebih paham
tentang kebutuhan karyawan bagi perusahaan karena sehari-harinya berada di
lapangan.

Menurut saya

Skala Pengukuran
Tidak ada indikasi fraud

Ada indikasi fraud

4. PT. Kesehatan adalah sebuah apotik berskala besar yang menjual obat-obat
kesehatan. Karena perputaran transaksi obat yang cepat, perusahaan
menyimpan persediaan obat yang di kirim distributor di gudang. Perusahaan
sangat mengutamakan efisiensi, diantaranya dengan menjadikan 2 dari 5
apotekernya merangkap sebagai pengontrol persediaan obat di gudang.
Prosedur pembelian, pelunasan dan pemusnahan obat-obat kadaluwarsa
menjadi wewenang 2 apotekernya tersebut. Pimpinan perusahaan merasakan
efisiensi ini sangat tepat untuk keberlangsungan apotiknya.

Skala Pengukuran

Menurut saya
Tidak ada indikasi fraud

Ada indikasi fraud

5. PT. Rumah Damai mempunyai seorang karyawan yang bertugas sebagai


penerima dan pencatat piutang pelanggan yang bernama Hate, SE. Ia
merupakan karyawan yang kompeten sehingga mampu untuk menangani
berbagai masalah dengan pelanggan dan sebagainya. Tugasnya adalah
menerima setoran dan mencatatnya ke dalam buku penerimaan kas. Di
samping itu ia juga dipercaya untuk mengotorisasi dan menghapuskan puitang
tak tertagih pelanggan. Pemimipin perusahaan sangat senang dengan sistem
ini, karena alasan efisiensi.

Skala Pengukuran

Menurut saya
Tidak ada indikasi fraud

Ada indikasi fraud

6. PT. Langit Cerah yang terdiri dari induk-cabang adalah perusahaan yang
bergerak dalam bidang jasa transportasi pengangkutan hasil laut. Dalam upaya
meningkatkan pelayanan kepada pelanggan, perusahaan mempunyai prosedur
yang menganggarkan sejumlah dana untuk meremajakan kendaraan-kendaraan
angkut yang telah digunakan dalam jangka waktu periode tertentu. Selama ini
kantor pusat mempercayakan hal ini kepada pimpinan cabang yang ada di
pantai Pangandaran, karena sangat mengetahui kondisi langsung di lapangan.
Selama ini pelanggan merasa puas dengan pelayanan jasa angkut PT. yang
dikenal profesional dan tepat waktu.

Menurut saya

Skala Pengukuran
Tidak ada indikasi fraud

Ada indikasi fraud

7. PT. Semangat Hidup adalah perusahaan furnitur yang masih berskala


menengah. Perusahaan tersebut mempunyai seorang staf administrasi yang
diberi wewenang untuk memberikan diskon kepada pembeli. Dia juga
merangkap sebagai staf penawar harga dan penerima kas. Pada saat penjualan
kredit, di dalam formulir penjualan tidak dicantumkan diskon penjualan,
tanggal jatuh tempo dan denda.

Menurut saya

Skala Pengukuran
Tidak ada indikasi fraud

Ada indikasi fraud

You might also like