You are on page 1of 10

PATOFISIOLOGI

KEPANITRAAN KLINIK DEPARTEMEN


ILMU KESEHATAN ANAK

Hand, Foot, and Mouth Disease

Disusun Oleh :

Hani Aqmarina (030.10.120)

Pembimbing :

dr. Mas Wisnuwardhana, Sp.A

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BEKASI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA 2015

DAFTAR ISI
Pembahasan
0

1.

Definisi

............................................................................................... 2

2.

Epidemiologi ............................................................................................... 2

3.

Patofisiologi ............................................................................................... 3

4.

Diagnosis

............................................................................................... 4

5.

Tatalaksana

............................................................................................... 7

Daftar pustaka ....................................................................................................................... 9

PEMBAHASAN
1. Definisi
Dalam masyarakat infeksi virus tersebut sering disebut sebagai "Flu Singapura".
Dalam dunia kedokteran dikenal sebagai Hand, Foot, and Mouth Disease (HFMD) atau
1

penyakit Kaki, Tangan dan Mulut ( KTM ). KTM adalah penyakit yang disebabkan oleh
sekelompok enterovirus yang disebut coxsackievirus, anggota dari famili Picornaviridae;
dengan gejala klinis berupa lepuhan di mulut, tangan , dan kaki, terutama di bagian
telapak, terkadang di bokong dan bersifat self-limiting disease. Lepuhan di mulut segera
pecah dan membentuk ulser yang dirasakan sangat nyeri dan perih oleh penderitanya
sedangkan lepuhan di telapak kaki, tangan, dan beberapa bagian tubuh lain tidak terasa
sakit atau gatal, tapi sedikit nyeri jika ditekan.(1,2)
Infeksi KTM adalah penyakit berjangkit infeksi yang disebabkan oleh virus RNA
yang

masuk

dalam

famili Picornaviridae (bahasa

Spanyol

Pico:kecil), Genus

Enterovirus (non Polio). Di dalam Genus Enterovirus terdiri dari virus Coxsackie A,
virus Coxsackie B, Echovirus dan Enterovirus. Penyebab KTM yang paling sering pada
pasien rawat jalan adalah Coxsackie A16, sedangkan yang sering memerlukan perawatan
karena keadaannya lebih berat atau ada komplikasi sampai meninggal adalah Enterovirus
71. Berbagai enterovirus dapat menyebabkan berbagai penyakit.(3)
2. Epidemiologi
Beberapa tahun terakhir ini epidemi HFMD yang berkaitan dengan EV 71 lebih
banyak ditemukan di Asia Tenggara termasuk Malaysia (1997) Taiwan (1998) dan
Singapura (2000). Epidemi HFMD juga terjadi di Jepang pada tahun 2000, 2005 dan
2007 serta Cina pada tahun 2008. Epidemi terbesar terjadi pada tahun 1998 di Taiwan
yang menginfeksi lebih dari 120.000 orang dan menyebabkan 78 kematian.(4)
Pada tahun 2009, di Indonesia, di mana penyakit ini sering disebut flu Singapura,
penyakit ini dilaporkan dari Jakarta bahwa delapan anak-anak tertular. Pada akhir April,
lembaga-lembaga kesehatan peringatan pusat kesehatan masyarakat Jakarta mendukung
langkah-langkah pencegahan, termasuk penggunaan termal scanner di bandara untuk
menghindari perjalanan ke Singapura.(5)

3. Patofisiologi
Infeksi Coxsackievirus merupakan infeksi yang sangat menular.
Masa inkubasi enterovirus dan coxsackievirus rata-rata 3-6 hari. Selama
masa epidemik, virus menyebar dengan sangat cepat dari satu anak ke anak yang lain atau
dari ibu kepada janin yang dikandungnya. Transmisi terjadi melalui kontak
2

langsung melalui droplet, sekresi oral atau feses dalam rute fekal-oral
atau oral-oral. Implantasi enterovirus terjadi pada faring dan saluran
cerna bagian bawah. Enterovirus

menginvasi dan membelah diri

(replikasi) pada saluran cerna. Dalam 24 jam infeksi menyebar ke


nodus limfa regional. Pada sekitar hari ke 3 terjadi viremia minor yang
melibatkan banyak tempat-tempat sekunder. Multiplikasi virus di
tempat ini terjadi bersama dengan mulainya gejala klinis yaitu timbul
reaksi berupa bintik merah yang kemudian membentuk lepuhan kecil mirip dengan cacar
air di bagian mulut, telapak tangan, dan telapak kaki. Penyakit dapat bervariasi
dari ringan ke infeksi yang mematikan. Viremia mayor terjadi selama
periode multiplikasi pada tempat-tempat sekunder, biasanya berakhir
pada hari ke 3-7 infeksi.(6) Selama 7 hari, kadar neutralizing antibody
akan meningkat dan virus akan dieliminasi dari tubuh.(7)
Penyakit ini sangat menular dan sering terjadi dalam musim panas. KTM adalah
penyakit umum yang biasa terjadi pada kelompok masyarakat yang sangat padat dan
menyerang anak-anak usia 2 minggu sampai 5 tahun. Orang dewasa umumnya kebal
terhadap enterovirus. Penularannya melalui kontak langsung dari manusia ke manusia
yaitu melalui droplet, air liur, tinja, cairan dari vesikel atau ekskreta. Penularan kontak
tidak langsung melalui barang, handuk, pakaian, peralatan makanan, dan mainan yang
terkontaminasi oleh sekret tersebut. Sesudah berhubungan dengan orang yang terkena,
biasanya di antara 3-5 hari lepuh baru akan timbul. Selama masih ada cairannya, lepuh ini
bisa menular dan virus ini juga bisa berminggu-minggu berada di dalam kotoran. Tidak
ada vektor tetapi ada pembawa penyakit seperti lalat dan kecoa.(1,3)

Gambar 1. Patogenesis infeksi enterovirus.(6)

4. Diagnosis
Gambaran klinis HFMD terjadi hampir 100% pada anak-anak usia prasekolah
yang terinfeksi namun hanya 11% individu dewasa yang terinfeksi memiliki kelainan
kulit. Setelah fase inkubasi 3 hingga 6 hari, penderita dapat mengeluh panas badan yang
biasanya tidak terlalu tinggi (38C hingga 39C), malaise, nyeri perut, dan gejala traktus
respiratorius bagian atas seperti batuk dan nyeri tenggorok, sulit makan dan minum
karena nyeri akibat luka di mulut dan lidah. Kadang disertai sedikit pilek atau gejala
seperti flu. Dapat dijumpai pula adanya limfadenopati leher dan submandibula.
Eksantema biasanya nampak 1 hingga 2 hari setelah onset demam, tetapi bisa bervariasi
tergantung serotipe yang terlibat.(4)
Hampir semua kasus HFMD mengalami lesi oral yang nyeri. Biasanya jumlah lesi
hanya beberapa dan bisa ditemukan di mana saja namun paling sering ditemukan di lidah,
mukosa pipi, palatum durum dan jarang pada orofaring. Lesi dimulai dengan makula dan
papula berwarna merah muda cerah berukuran 510 mm yang berubah menjadi vesikel
dengan eritema di sekelilingnya. Lesi ini cepat mengalami erosi dan berwarna kuning
hingga abu-abu dikelilingi oleh halo eritema. Beberapa literatur lain menyebutkan bentuk
4

lesi ini sebagai vesikel yang cepat berkembang menjadi ulkus. Lesi pada mulut ini dapat
bergabung, sehingga lidah dapat menjadi eritema dan edema.(4) Lesi sembuh tanpa
meninggalkan jaringan parut.(8)

Gambar 2. Lesi makulopapul pada bibir dan lidah


Lepuhan atau vesikel di kaki dan tangan dijumpai pada 2/3 penderita, yang
terutama tumbuh di bagian dorsal dan sisi-sisi jari serta telapak tangan.(9).
Lepuhan/vesikel yang dikenal dalam istilah kedokteran sebagai erythema multiforma
ini secara khas berbentuk bulat atau elips yang akan mengering sendiri selama 3-7
hari.(10)

Gambar 3. Lesi vesikel pada telapak tangan

Gambar 4. Lesi vesikel pada telapak kaki


Pada bayi atau anak usia di bawah 5 tahun yang timbul gejala berat harus
dirujuk ke rumah sakit. Gejala yang dianggap berat adalah hiperpireksia (suhu lebih
dari 39OC) atau demam tidak turun-turun, takikardi, sesak, anoreksia, muntah atau
diare dengan dehidrasi, badan sangat lemas, kesadaran menurun dan kejang.(9)
Secara umum, tidak ada pemeriksaan laboratorium yang dibutuhkan untuk
HFMD. Jumlah leukosit berjumlah 4000-16000/L, terkadang dapat terjadi
limfositosis.(7) Jika dicurigai terjadi suatu epidemi atau wabah, dapat dilakukan
biakan

dari

feses

atau

dahak.(8)

Isolasi

virus

dilakukan

dengan

menggunakan apusan dari cairan vesikel atau dari spesimen feses


dan kemudian dilakukan biakan. Neutralizing antibodies menghilang
secara cepat tapi dapat terdeteksi hanya pada fase akut. Kadar
yang tinggi dari antibodi komplemen dapat muncul pada fase
konvalesen.

Beberapa

penelitian

menunjukkan

kegunaan

pemeriksaan molekuler menggunakan Polymerase Chain Reaction


untuk mendiagnosis secara tepat dan spesifik untuk membedakan
penyebab HFMD apakah coxsackievirus A16 atau enterovirus 71.(7)
Pemeriksaan laboratorium yang lain yang dapat dilakukan berupa pemeriksaan
histopatologi, serologi, tes Tzank, dan biakan virus.(11) Hal ini sangat membantu
evaluasi secara retrospektif dari seroprevalens penyakit ini di dalam suatu komunitas.
(12)

Pada pemeriksaan histopatologi didapatkan adanya degenerasi retikular


epidermis yang menyebabkan terjadinya vesikel intraepidermal yang berisi netrofil,
6

sel mononuklear, dan eosinofilik. Pemeriksaan serologi dilakukan untuk mendeteksi


adanya neutralizing antibodies. Pada fase akut, neutralizing antibodies dapat
terdeteksi tapi menghilang secara cepat. Pada fase konvalesens, terdapat peningkatan
titer komplemen-antibodi. Pada pemeriksaan Tzank tidak ditemukan multinucleated
giant cell dan inclusion bodies. Biakan virus dilakukan dengan mengisolasi virus di
vesikel, dahak, ataupun feses. Feses, dahak, cairan vesikel dapat digunakan sebagai
bahan biakan. Feses dianggap sebagai sampel yang paling tepat karena
kemampuannya untuk menjaga virus untuk tetap hidup dalam waktu yang lebih lama.
Biakan organisme ini memungkinkan identifikasi spesifikasi virus melalui observasi
efek cytopathic dalam sel atau pembentuk plak pada sel monolayer (plaque assay).(11)
5. Tatalaksana
Pada kondisi penderita dengan kekebalan dan kondisi tubuh cukup baik, biasanya
tidak diperlukan pengobatan khusus. Peningkatan kekebalan tubuh penderita dilakukan
dengan pemberian konsumsi makanan dan cairan dalam jumlah banyak dan dengan
kualitas gizi yang tinggi, serta diberikan tambahan vitamin dan mineral jika perlu. Jika
didapati terjadinya gejala superinfeksi akibat bakteri maka diperlukan antibiotika atau
diberikan antibiotika dosis rendah sebagai pencegahan.(13)
Secara umum, untuk menekan gejala dan rasa sakit akibat timbulnya luka di mulut
dan untuk menurunkan panas dan demam, digunakan obat-obatan golongan analgetika
dan antipiretika. Dari aspek farmakoterapi, hal penting untuk diperhatikan dalam
pengobatan penyakit KTM adalah bahwa beberapa golongan obat dapat menimbulkan
sindroma Steven-Johnson yang menunjukkan gejala mirip dengan penyakit KTM dan
dapat memperparah ulser. Golongan obat tersebut adalah : barbiturat, karbamazepin,
diflusinal, hidantoin, ibuprofen, penisilin, fenoftalein, fenilbutazon, propranolol, kuinin,
salisilat, sulfonamida, sulfonilurea, sulindac, dan tiazida.(13)
Antiseptik oral digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi akibat jamur atau
bakteri. Beberapa golongan antasida dan pelapis mukosa lambung juga digunakan untuk
mengatasi ulkus di saluran cerna dan lambung. Berikut adalah daftar obat-obatan yang
bisa digunakan untuk mengatasi Penyakit Kaki Tangan dan Mulut secara simptomatik. (13)
Medikamentosa
1)

Antipiretika : digunakan untuk menurunkan demam, misalnya : asetaminofen. Perlu


diperhatikan bahwa penggunaan golongan NSAID (Non Steroidal Anti Inflammatory
7

Drugs) dapat menimbulkan gejala sindrom Stenven-Johnson yang menunjukkan


gejala mirip dengan penyakit ini dan dapat memperparah ulser sehingga disarankan
untuk digunakan dengan golongan antasida, atau jika ada dipilih golongan
antipiretika/analgetika yang lain.(13)
2)

Antiseptika : berbagai bentuk sediaan kumur, seperti betadine dan tablet hisap seperti
SP troches, FG troches.(13)

3)

Antibiotika : lokal atau sistemik, digunakan untuk mencegah atau mengatasi infeksi
karena mikroba pada ulser di mulut dan kulit neosporin (lokal), klindamisin dan
eritromisin.(13)

4)

Bahan anestetika lokal untuk mengurangi rasa sakit di daerah mulut, seperti
Dyclonine ((Dyclone), Lidokain cair (Dilocaine; Dermaflex Gel).(13)

5)

Antihistamin: Inhibisi antihistamin pada reseptor H1 menyebabkan kontriksi bronkus,


sekresi mukosa, kontraksi otot halus, edema, hipotensi, depresi sususan saraf pusat,
dan aritmia jantung. Contohnya Difenhidramin (Benadryl, Benylin, Diphen,
AllerMax).(13)

6)

Golongan Antasida dan Antiulser digunakan untuk mengatasi gastritis, ulser di mulut
dan saluran cerna. Biasanya digunakan untuk kumur, namun jika didiagnosis ada luka
di saluran gastrointestinal maka antasida ditelan.Contohnya Sukralfat (Carafate),
Aluminium hidroksida, magnesium hidroksida, simetikon (Mylanta).(13)

Non medika mentosa


Pencegahan dengan menggunakan vaksin untuk kasus HFMD terutama dengan
penyebab enterovirus 71 sedang dikembangkan. Seseorang dapat mengurangi risiko
penularan HFMD yaitu dengan :
1)
Teknik mencuci tangan yang baik dengan menggunakan sabun dan air terutama setelah
2)

mengganti popok bayi atau setelah keluar dari toilet


Bersihkan dengan menggunakan disinfektan benda-benda yang kotor seperti mainan
anak-anak. Pertama, cuci benda tersebut dengan air dan sabun, lalu disinfeksi dengan

3)

menggunakan larutan klorin.


Mencegah kontak seperti mencium, memeluk, atau menggunakan bersama peralatan
makanan dengan penderita HFMD.(5)
DAFTAR PUSTAKA

1. Cherry JD. Enteroviruses: polioviruses, coxsackieviruses, echoviruses


enteroviruses. In: Textbook of Pediatric Infectious Diseases. 5th ed. 2005:2007.

and
8

2. Departement of Dermatology Univ. Iowa College of Medicine, Available at


http://tray.dermatology.uiowa.edu/Coxsack01.htm. Accessed on June 7th, 2015.
3. Notes from the Field: Severe Hand, Foot, and Mouth Disease Associated with
Coxsackievirus A6 Alabama, Connecticut, California, and Nevada. Available at:
http://www.cdc.gov/mmwr/preview/mmwrhtml/mm6112a5.htm. Accessed on June
7th, 2015.
4. Andriyani C, Heriwati DI, Sawitri. Penyakit Tangan, Kaki, dan Mulut (Hand, Foot,
and Mouth Disease). Vol 22. Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/Rumah Sakit
Umum Daerah Dr. Soetomo Surabaya; 2010. P 143-50.
5. Centers for Disease Control and Prevention. Hand foot and mouth disease. Available
at: http://www.cdc.gov/hand-foot-mouth/. Accessed on June 7th, 2015
6. Morag A, Pearay LO. Enterovirus. In : Behrman RE, Kliegman, Arvin, editors.
Nelson Textbook of Pediatrics. Vol.2. Terjemahan Oleh : Wahab AS. Jakarta: EGC;
2000. p. 1077-78
7. Thomas J. Hand-foot-and-mouth disease An Overview. e-Journal of the Indian
Society of Teledermatolog. 2009; 3 (4) : p. 1-4
8. Ahmed AM et al. Viral Disease. In: Wolff K, et al. Fitzpatricks Dermatology in
General Medicine. 8th Ed. New York: The McGraw Hills, Inc.; 2012. p. 2360-62
9. Nervi SJ. Hand Foot and Mouth Disease. Available from URL :
http://emedicine.medscape.com/article/218402-overview#a0199. Accessed June 7th,
2015.
10. Wang CY, Li Lu F, Wu MH, et al. Fatal coxsackievirus A16 infection. Pediatr Infect
Dis J ;2004.p.275-6.
11. Wolff K, Richard AJ. Fitzpatricks Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology.
6th Ed. New York: The McGraw Hills, Inc.; 2009. p. 803-4
12. Sarma N. Hand, foot, and mouth disease: Current scenario and Indian Perspective.
Indian J Dermatol Venereol Leprol 2013; 79: 165-75
13. Pengobatan penyakit tangan kaki dan mulut. Available at http://www.newsmedical.net/health/treatment-of-hand-foot-and-mouth-disease-(Indonesian).aspx.
Accessed on June 7th, 2015.

You might also like