Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Pembimbing :
DAFTAR ISI
Pembahasan
0
1.
Definisi
............................................................................................... 2
2.
Epidemiologi ............................................................................................... 2
3.
Patofisiologi ............................................................................................... 3
4.
Diagnosis
............................................................................................... 4
5.
Tatalaksana
............................................................................................... 7
PEMBAHASAN
1. Definisi
Dalam masyarakat infeksi virus tersebut sering disebut sebagai "Flu Singapura".
Dalam dunia kedokteran dikenal sebagai Hand, Foot, and Mouth Disease (HFMD) atau
1
penyakit Kaki, Tangan dan Mulut ( KTM ). KTM adalah penyakit yang disebabkan oleh
sekelompok enterovirus yang disebut coxsackievirus, anggota dari famili Picornaviridae;
dengan gejala klinis berupa lepuhan di mulut, tangan , dan kaki, terutama di bagian
telapak, terkadang di bokong dan bersifat self-limiting disease. Lepuhan di mulut segera
pecah dan membentuk ulser yang dirasakan sangat nyeri dan perih oleh penderitanya
sedangkan lepuhan di telapak kaki, tangan, dan beberapa bagian tubuh lain tidak terasa
sakit atau gatal, tapi sedikit nyeri jika ditekan.(1,2)
Infeksi KTM adalah penyakit berjangkit infeksi yang disebabkan oleh virus RNA
yang
masuk
dalam
Spanyol
Pico:kecil), Genus
Enterovirus (non Polio). Di dalam Genus Enterovirus terdiri dari virus Coxsackie A,
virus Coxsackie B, Echovirus dan Enterovirus. Penyebab KTM yang paling sering pada
pasien rawat jalan adalah Coxsackie A16, sedangkan yang sering memerlukan perawatan
karena keadaannya lebih berat atau ada komplikasi sampai meninggal adalah Enterovirus
71. Berbagai enterovirus dapat menyebabkan berbagai penyakit.(3)
2. Epidemiologi
Beberapa tahun terakhir ini epidemi HFMD yang berkaitan dengan EV 71 lebih
banyak ditemukan di Asia Tenggara termasuk Malaysia (1997) Taiwan (1998) dan
Singapura (2000). Epidemi HFMD juga terjadi di Jepang pada tahun 2000, 2005 dan
2007 serta Cina pada tahun 2008. Epidemi terbesar terjadi pada tahun 1998 di Taiwan
yang menginfeksi lebih dari 120.000 orang dan menyebabkan 78 kematian.(4)
Pada tahun 2009, di Indonesia, di mana penyakit ini sering disebut flu Singapura,
penyakit ini dilaporkan dari Jakarta bahwa delapan anak-anak tertular. Pada akhir April,
lembaga-lembaga kesehatan peringatan pusat kesehatan masyarakat Jakarta mendukung
langkah-langkah pencegahan, termasuk penggunaan termal scanner di bandara untuk
menghindari perjalanan ke Singapura.(5)
3. Patofisiologi
Infeksi Coxsackievirus merupakan infeksi yang sangat menular.
Masa inkubasi enterovirus dan coxsackievirus rata-rata 3-6 hari. Selama
masa epidemik, virus menyebar dengan sangat cepat dari satu anak ke anak yang lain atau
dari ibu kepada janin yang dikandungnya. Transmisi terjadi melalui kontak
2
langsung melalui droplet, sekresi oral atau feses dalam rute fekal-oral
atau oral-oral. Implantasi enterovirus terjadi pada faring dan saluran
cerna bagian bawah. Enterovirus
4. Diagnosis
Gambaran klinis HFMD terjadi hampir 100% pada anak-anak usia prasekolah
yang terinfeksi namun hanya 11% individu dewasa yang terinfeksi memiliki kelainan
kulit. Setelah fase inkubasi 3 hingga 6 hari, penderita dapat mengeluh panas badan yang
biasanya tidak terlalu tinggi (38C hingga 39C), malaise, nyeri perut, dan gejala traktus
respiratorius bagian atas seperti batuk dan nyeri tenggorok, sulit makan dan minum
karena nyeri akibat luka di mulut dan lidah. Kadang disertai sedikit pilek atau gejala
seperti flu. Dapat dijumpai pula adanya limfadenopati leher dan submandibula.
Eksantema biasanya nampak 1 hingga 2 hari setelah onset demam, tetapi bisa bervariasi
tergantung serotipe yang terlibat.(4)
Hampir semua kasus HFMD mengalami lesi oral yang nyeri. Biasanya jumlah lesi
hanya beberapa dan bisa ditemukan di mana saja namun paling sering ditemukan di lidah,
mukosa pipi, palatum durum dan jarang pada orofaring. Lesi dimulai dengan makula dan
papula berwarna merah muda cerah berukuran 510 mm yang berubah menjadi vesikel
dengan eritema di sekelilingnya. Lesi ini cepat mengalami erosi dan berwarna kuning
hingga abu-abu dikelilingi oleh halo eritema. Beberapa literatur lain menyebutkan bentuk
4
lesi ini sebagai vesikel yang cepat berkembang menjadi ulkus. Lesi pada mulut ini dapat
bergabung, sehingga lidah dapat menjadi eritema dan edema.(4) Lesi sembuh tanpa
meninggalkan jaringan parut.(8)
dari
feses
atau
dahak.(8)
Isolasi
virus
dilakukan
dengan
Beberapa
penelitian
menunjukkan
kegunaan
Antiseptika : berbagai bentuk sediaan kumur, seperti betadine dan tablet hisap seperti
SP troches, FG troches.(13)
3)
Antibiotika : lokal atau sistemik, digunakan untuk mencegah atau mengatasi infeksi
karena mikroba pada ulser di mulut dan kulit neosporin (lokal), klindamisin dan
eritromisin.(13)
4)
Bahan anestetika lokal untuk mengurangi rasa sakit di daerah mulut, seperti
Dyclonine ((Dyclone), Lidokain cair (Dilocaine; Dermaflex Gel).(13)
5)
6)
Golongan Antasida dan Antiulser digunakan untuk mengatasi gastritis, ulser di mulut
dan saluran cerna. Biasanya digunakan untuk kumur, namun jika didiagnosis ada luka
di saluran gastrointestinal maka antasida ditelan.Contohnya Sukralfat (Carafate),
Aluminium hidroksida, magnesium hidroksida, simetikon (Mylanta).(13)
3)
and
8