Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh:
KELOMPOK 10
Andrea Rizky Sabrina H
(1306446345)
Grano Prabumukti
(1306392885)
Julianto
(1306370682)
Mega Puspitasari
(1306370713)
(1306370474)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah membimbing kami semua, para penyusun, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini berisikan tentang hasil diskusi kami mengenai perpindahan
kalor konveksi alamiah dan paksa. Kami mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini. Terima kasih
kepada dosen mata kuliah Perpindahan Kalor yang telah membimbing kami
semua serta kepada pihak-pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu atas
dorongan yang telah diberikan baik dalam bentuk moral maupun dalam bentuk
material.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kami memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila
terdapat kesalahan-kesalahan dalam makalah ini. Saran dan kritik yang bersifat
membangun sangat kami harapkan demi terciptanya makalah-makalah kami
berikutnya yang lebih mendekati sempurna.
ii
Penulis
ii
Daftar Isi
Kata Pengantar
Daftar Isi
ii
Bab 1 Pendahuluan
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perpindahan kalor konveksi adalah perpindahan kalor melalui suatu fluida
yang diikuti dengan perpindahan fluida yang membawa kalor. Perpindahan
kalor konveksi bergantung pada berbagai variabel yaitu viskositas fluida,
konduktivitas termal pernghantar, kalor spesifik fluida, dan densitas. Konveksi
dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu konveksi alami dan konveksi paksa.
Perpindahan konveksi alami merupakan perpindahan kalor secara
konveksi dimana aliran fluida bergerak secara alami yang dipengaruhi oleh
adanya gaya apung dan gaya body. Konveksi alamiah dapat terjadi pada
beberapa benda seperti plat, bola, silinder, benda tak teratur, dan benda tertutup.
Salah satu aplikasi konveksi alami pada kehidupan sehari-hari adalah
pemanasan global. Pemanasan global terjadi dikarenakan konveksi alami yang
mengakibatkan peningkatan suhu di belahan bumi utara. Dampak lain dari
pemanasan global ini adalah meningkatkan tingginya curah hujan yang
mengguyur Indonesia.
Perpindahan kalor konveksi paksa merupakan perpindahan kalor secara
konveksi yang terjadi dengan dibantu suatu alat atau dengan kata lain
perpindahan kalor yang dipaksakan. Dasar prinsipnya adalah dengan adanya
suatu alat yang memaksa kalor untuk berpindah maka perpindahan kalor yang
diinginkan dapat berlangsung lebih cepat dan efektif. Aplikasi kerpindahan
kalor konveksi paksa ini digunakanr pada alat penukar kalor (Heat Exchanger).
Heat Exchanger ini merupakan alat yang digunakan sebagai penukar kalor dari
fluida panas ke fluida dingin. Heat Exchanger ini merupakan jenis alat industri
penting yang digunakan pada hampir seluruh industri. Namun, seiring dengan
penggunaan Heat Exchanger yang terus menerus, Heat Exchanger terjadi
pengendapan kerak dan korosi pada permukaan yang digunakan untuk
perpindahan kalor. Munculnya permasalahan ini diakibatkan oleh beberapa
faktor lain antara lain : desain, temperatur operasi, laju lajir, kualitas air
pendingin, pemilihan material logam dan anti kerak yang kurang tepat. Oleh
karena itu, peristiwa tersebut dapat mengurangi efektivitas Heat Exchanger
dalam menukarkan kalor sehingga perlu didilakukan pemeliharaan seoptimal
untuk memperpanjang umur dari Heat Exchanger tersebut.
1.2 Tujuan
Konveksi paksa:
Rumus empiris untuk aliran dalam pipa dan tabung
Aliran menyilang dalam silinder, bola, dan silinder dalam tabung
Heat exchanger dan jenis-jenisnya
Metode LMTD dan NTU-efektivitas
Fenomena konveksi paksa
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Konveksi Alami
Apabila ada suatu sistem dengan dua plat dengan jarak d dengan beda
temperatur T, maka fluida akan mengalami suatu perpindahan kalor.
Perpindahan kalor pada kondisi ini ditinjau dari kondisi khusus. Secara
konseptual sebenarnya perpindahan kalor antar dua plat tertutup ini mirip
dengan prinsip konveksi bebas pada umumnya. Hanya saja, perbedaan yang
terletak pada sistem tersebut membutuhkan suatu pendekatan konduktivitas
termal khusus. Konduktivitas thermal ini disebut konduktivitas termal efektif
atau konduktivitas termal nyata. Jadi, sistem tertutup yang dibatasi suatu fluida,
perpindahan kalor konveksinya dianggap seperti layaknya perpindahan kalor
konduksi dan fluida dianggap sebagai suatu bahan yang dapat menghantarkan
panas. Berikut adalah gambaran tentang perpindahan kalor pada ruang tertutup
( ) (1)
hd
1 /4
5
=2+0,392 Gr f untuk 1<Gr f <10 .(2)
kf
Nu=0.68+
0,670 Ra 4
9 4
16 9
[ ( )]
0,492
1+
Pr
(6)
1
1
2
=0,825+
Nu
0,387 Ra 6
0,492
1+
Pr
9 8
16 27
(7)
(8)
dimana qw adalah
fluks
kalor
dinding. Maka koefisien perpindahan kalor lokal untuk aliran laminar
dikorelasikan oleh rumus:
(9)
Untuk daerah turbulen, koefisien perpindahan kalor lokal
dinyatakan dengan hubungan :
(10)
Nu = 0,13 (Gr.Pr)1/3
(13)
Persamaan yang lebih sederhana tetapi berlaku hanya pada aliran laminar
dari 10-6 < Grd Pr < 109
Nu = 0,36 +
Gr Pr
1/4
0,518
(14)
As
P
(15)
Nu = 0,13 (Gr.Pr)1/3
(16)
Nu = 0,16 (Gr.Pr)1/3
(17)
...(18)
T )
(19)
T
h=
2.2
qw
T w T
dan
( wT )k (20)
hL q L
Nu= c = w c
Konveksi Paksa
2.2.2
Metode LMTD
q=UA T (23)
d ( T ) =d T hd T c (2 4)
Nilai perpindahan kalor:
( T 2 T 1 )
q=UA
T2
ln
T1
.(25)
( T 2 T 1)
T2
ln
T1
(26)
( T 2 T 1)
T2
ln
T1
(27)
2.2.3
Metode NTU-efektivitas
10
akibat tidak diketahuinya suhu masuk dan/atau suhu keluar. Jika suhu masuk
dan/atau suhu keluar tidak diketahui, maka penggunaan metode LMTD harus
melibatkan proses iterasi, hal ini disebabkan karena metode LMTD merupakan
fungsi algoritma. Keunggulan metode NTU-Efektivitas adalah dapat
membandingkan berbagai jenis alat penukar kalor sehingga diperoleh alat
penukar kalor dengan kinerja terbaik dilihat dari nilai efektivitasnya. Selain itu
ketelitian metode NTU-Efektivitas dapat mencapai <1% ketika C<0,5 dan
N<3,0 serta dapat mencapai 6,5% ketika C=1,0 dan N = 6,0.
Nilai efektivitas dari suatu alat penukar kalor dapat ditinjau dari:
A. Perpindahan Kalor
a. Persamaan umum
Perpindahan kalor nyata
Efektivitas ( )=
Perpindahan kalor maksimal yang mungkin (30)
b. Perpindahan kalor nyata
a. Kedua aliran searah
m
h ch ( T h 1T h2 ) =m
c c c ( T c 2T c 1) (31)
b. Kedua aliran berlawanan arah
m
h ch ( T h 1T h2 ) =m
c c c ( T c 1T c 2) (32)
c. Perpindahan kalor maksimal yang mungkin
Perpindahan kalor maksimal terjadi ketika laju kapasitas
c ) memiliki nilai yang minimum, dengan
kalor ( C=m
kata lain :
q maks=( m
c )minimum ( T h ,masuk T c ,masuk ) (33)
A. Suhu
a. Persamaan umum
Efektivitas ( )=
( T ) fluidaminimum
Beda suhu maksimal dalam perpindahan kalor (34)
11
12
dikatakan
C min
0 . Oleh sebab itu, persamaan
C maks
13
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Contoh Kasus
Dapatkah anda menggambarkan dan menjelaskan mekanisme
perpindahan kalor yang terjadi pada peristiwa angin laut dan angin darat,
serta persamaan-persamaan konveksi yang terlibat dalam mekanisme
tersebut.
Proses terjadinya angin darat dan angin laut disebabkan oleh beda sifat fisis
antara permukaan darat dan laut. Yaitu perbedaan sifat antara daratan dan lautan
dalam menyerap dan melepaskan energi panas matahari. Daratan menyerap dan
melepas energi panas lebih cepat daripada lautan. Periode angin darat dan angin
laut adalah harian.
a) Angin laut (the sea breeze)
14
Angin darat terjadi ketika pada malam hari energi panas yang diserap
permukaan bumi sepanjang hari akan dilepaskan lebih cepat oleh daratan (udara
dingin). Sementara itu di lautan energi panas sedang dalam proses dilepaskan
ke udara. Gerakan konvektif tersebut menyebabkan udara dingin dari daratan
bergerak menggantikan udara yang naik di lautan sehingga terjadi aliran udara
dari darat ke laut.
15
16
3.2 Perhitungan
1. Diketahui:
Plat persegi
S=1m
=20
Th= 160C
Tertutup pada tekanan 0.1 Atm
Kaca berjarak 8cm
Tc=40C
Ditanya:
Perpindahan kalor dari konveksi bebas antara kaca dan plat
T=40C
Jawab:
= 20
1m
0.08 m
T= 160C
Asumsi:
Temperatur Kaca Tetap
Perpindahan kalor pada ruang tertutup
Untuk mengetahui sifat udara, kita harus mencari temperatur film terlebih
dahulu karena udara dievaluasi pada temperatur film
T f=
160+ 40
=100 =373 K
2
17
1
=2.68 103 K1
Tf
k =0.0317
W
m
Pr=0.69
P
=
RT
50662.5 Pa
=0.0946 kg /m3
3
Pa m
287
.
373 K
K kg
=2.172 105
kg
ms
Dari tabel 7-3 Buku Perpindahan Kalor karangan J.P. Holman didapat nilai
C,m,n untuk Gr Pr=19827.5 dan Pr= 0.69
C=0.212
n=1/4
m=0
Dari persamaan umum (7-64) didapat:
18
1
m
ke
n L
=C(Gr Pr) ( ) =( 0.212 ) ( 19827.5 ) 4 =2.516
k
ke
kA ( T )
(16040)
k
W
q=
=2.516 0.0317
12 m 2
=119.6358 W
m
0.08 m
Diketahui: T w =38
T =15
19
d=2,5 cm=0,025 m
Ditanya: q................?
Jawab:
Skema gambar:
6
cm
d = 2,5
cm
8
cm
7
cm
Asumsi:
1. Wadah terisi penuh oleh air.
2. Bola terbenam seluruhnya dalam wadah yang berisi air.
3. Kondisi air dalam keadaan diam.
Suhu dievaluasi pada suhu film
T +T
38+15
T f= w =
=26,5
2
2
Sifat sifat air dievaluasi pada suhu film.
k =0,614 W /m .
g 2 c p
=1,91 x 1010 [1/m3 . ]
k
Produk angka Grashof-Prandtl sekarang dievaluasi dengan menggunakan
diameter bola sebagai dimensi karakteristik.
20
GrPr=
g 2 c p 3
d T
k
q=h(4 r )(T w T )
q= 677,61
W
. ( 4 ( 0,025 )2 ) ( 38 15 )=30,60 W
2
m
6 , 86 x 106
masuk dalam rentang angka Rayleigh yang disarankan Amato dan Tien yaitu
3 x 105 <GrPr< 8 x 108 . Selain itu perlu dipertimbangkan suhu yang
digunakan, sebab suhu dievaluasi pada suhu film sehingga seluruh sifat
21
sifat air juga akan dievaluasi mengikuti suhu film. Bahan pertimbangan
lainnya adalah dimensi karakteristik yang digunakan dalam angka Nusselt
dan angka Grashof yang bergantung pada geometri bola yaitu oleh diameter
bola tersebut.
3. Sebuah silinder vertikal dengan tinggi 1,8 m, diameter 7,5 cm, dan
suhu 93oC, berada dalam lingkungan dengan suhu 30oC
a. Hitunglah kalor yang dilepas melalui konveksi alami dari silinder ini.
b. Dapatkah silinder tersebut diperlakukan sebagai sebuah plat rata
vertikal? Berapakah diameter minimum yang harus dimiliki oleh
silinder tersebut agar dapat diasumsikan sebagai sebuah plat rata
vertikal?
c. Jika silinder tidak dapat dianalogikan dengan plat rata vertikal,
bagaimanakah cara anda menyelesaikan permasalahan di atas
Diketahui :
L = 1.8m
D = 7.5cm =
r = 3.75 cm = 3.75 x 10-2 m
Tw = 930 C
T = 300 C
g=9,8
m
2
s
D= 3.75 x 10-2 m
T
Tw
q
Jawab :
L = 1.8m
22
Asumsi:
-
93+30
o
=61,5 C=334,5 K
2
Mencari nilai
=
1
1
1
=
=2,99.103
T f 334,5 K
K
Mencari bilangan
, k dan
23
W
o
m. C
=19,1883 x 106
m2
s
Mencari nilai Gr f
Gr f =
g ( T w T ) L3
Gr f =
9,8
m
. ( 2,99.103 ) K 1 ( 9330 ) K .(1,8 m)3
2
s
10
=2.923 x 10
2 2
m
(19,1883.106 )
s
Pr f
Mencari nilai
Pr f =
Pr f =
19,1883 x 106
0,274 x 104
= 0.6989
Sehingga
Gr f Pr f =2.923 x 1010 x 0.6989 = 2.04312 x 1010
24
Gr f Pr f
1
3
h=
Nu f k
=
L
273.378 0,0288551
1.8
W
m.o C
=4.382
W
m2
W
( 7,5.102 m ) ( 1,8 m )( 93
30
) =117,035 W
2
m
L Gr L1 / 4
Untuk itu, nilai-nilai dari soal dapat dimasukkan:
7,5 .102
35
1,8
2.92 x 10 101 / 4
4,1 x 10-2 > 8,4 x 10-2
25
Karena ruas kanan lebih BESAR dibandingkan ruas kiri, maka untuk
soal ini dapat tidak dapat dianggap sebagai plat rata vertikal.
Apabila ingin dianggap sebagai plat rata vertikal, maka diameter
minimum (D) yang harus dimiliki adalah
D
35
L Gr L1 / 4
D
8,4.102
1,8
D 0,152 m
Maka, nilai diameter minimum agar silinder dapat diperlakukan
sebagai plat vertikal adalah
D 0,152 m
F = 1,3[(L/D)/GrD]1/4 + 1,0
Mencari GrD terlebih dahulu
GrD =
g ( T w T ) D 3
26
GrD =
9,8
m
. ( 2,99.103 ) K 1 ( 9330 ) K .(7,5 .102 m)3
s2
=2114478.778
2 2
6 m
(19,1883.10
)
s
1
2
=0,825+
Nu
0,387 Ra 6
9 8
16 27
[ ( )]
0,492
1+
Pr
1
10 6
1
2
[ (
=315.683
Nu
Sehingga koefisien perpindahan kalor konveksi
27
h=
kf
Nu
=
L
q=5.0606
315.683 x 0,0288551
1,8 m
W
o
m. C
=5.0606
W
m .C
2 o
W
2
( 7,5.10 m) ( 1,8 m )( 93
30
)=135.146
m .C
2 o
h=1.3
63
h=1.3
h=5.2125
q=5.2125
W
m . C
2 o
W
2
( 7,5.10 m ) ( 1,8 m )( 93
30
)=139.260W
m .C
2 o
Asumsi:
Permukaan silinder isotermal.
Lingkungan adalah fluida berupa udara pada tekanan atmosfer.
Berdasarkan lampiran A-6 pada buku Heat Transfer karangan Holman,
maka sifat udara yang akan digunakan dalam perhitungan, dapat
diperoleh melalui interpolasi data seperti yang telah dijabarkan dibagian
a.
Bila silinder tidak dapat dianalogikan dengan plat rata vertikal,
maka kriteria D/L 35/GrL1/4 tidak terpenuhi. Hal ini menyebabkan
28
Plat vertikal 4 ft x 10 ft
Tw = 530oF = 549,67 K
T
= 70oF = 294,11 K
29
P = 1 atm
Tebal penyekat = 2 inch
Tdinding = 530 oF = 549,67K
Tpenyekat = 250oF = 394,1K
k = 0,121 BTU/jam.ft2.oF
Ditanya:
a.) qkonveksi = ?
b.) qkonveksi dan qkonduksi = ?
Jawab:
a. Hitunglah kalor yang hilang dari permukaan dinding itu secara
konveksi alami ke udara
Asumsi:
- Permukaan Pelat Vertikal Isotermal
Lingkungan adalah udara dengan suhu (T = 70oF = 294,1 K), suhu
permukaan plat vertikal isotermal (Tw = 530 oF = 549,67K), tinggi
plat vertikal (x = 3,048 m), dan lebar plat
(l =1,22m)
Skema:
Properties:
T +T
549,67 K +294,1 K
T f= w =
=421,9 K
2
2
30
m
s
m2
s
W
m2
Tabel A-5 buku Holman digunakan karena lingkungan berupa udara pada
tekanan atmosfer.
31
1
1
=
=2,37 103 /K
T f 421,9 K
(28,44 x 10
=2,07 x 10
2 2
m
)
s
s
Pr= =
=0,718
2
4 m
0,396 x 10
s
4. Mencari bilangan Rayleigh (Ra)
Ra=Gr Pr=1,48 1011
5. Mencari bilangan Nusselt (Nu)
1
2
Nu =0,825+
0,387 ( Ra )
1
6
9 8
16 27
[ ( )]
0,492
1+
Pr
1
2
Nu =0,825+
1
11 6
0,387 ( 1,48 x 10 )
9 8
16 27
[ ( )]
0,492
1+
0,718
=24,43
Nu=597,2
k Nu 0,0356 x 597,2
W
=
=6,98 2
x
3,048
m
32
11
7. Mencari nilai q
q=hA ( T w T ) = 6,98
W
( 3,048 m )( 1,22 m )( 255,57 K ) =6633,46 W
m2
Penyekat
Asumsi :
-
Properties
T f=
T w + T 394,1 K + 294,1 K
=
=344,1 K
2
2
33
m2
s
344,1 K300 K
=
350 K 300 K
0,22160 x 104
m2
s
( 0,29830,22160 ) x 104
=0,2892 x 104
m2
s
m2
s
34
k =0,0296
W
m2
kA T kA T
=
x
s
W
( 0,209 mK
) ( 3,048 m )( 1,22 m )( 549,76 K394,1 K ) =2389,88 W
( 0,0508m )2
1
1
3
=
=2,9 10 / K
T f 344,1 K
( 20,2 x 10
2 2
m
)
s
=1,97 x 10
35
11
m2
20,2 x 10
s
Pr= =
=0,698
2
4 m
0,2892 x 10
s
6
N u =0,825+
0,387 ( Ra ) 6
9 8
16 27
[ ( )]
1+
0,492
Pr
1
1
2
Nu =0,825+
[ ( )]
1+
0,492
0,,698
=23,6
Nu=557
8. Mencari nilai h dari hubungan
h=
k Nu 0,0296 x 557
W
=
=5,41 2
x
3,048
m
9. Mencari nilai q
q=hA ( T w T ) = 5,41
W
( 3,048 m )( 1,22 m) ( 100 K )=2011,74 W
m2
36
5. Suatu alat pengukur panas dipakai untuk memanaskan sesuatu zat alir
dari suhu 50oF dengan kecepatan W lb/jam yang menyebabkan aliran
turbulen. Alat pengukur panas tersebut terdiri atas n buah pipa dengan
diameter D ft dan panjang L ft. Jika kemudian dalam keadaan sama (W
sama) pipa-pipa pada alat pengukur panas tersebut diganti dengan pipapipa berdiameter 0,5 D sedang jumlahnya tetap n pipa, hitunglah berapa
% perubahan panjang pipa untuk mendapatkan pemanasan yang sama.
Dalam hal ini dianggap h = U serta sifat-sifat zat alir tetap.
Jawab :
Dik : T i =50
Re = W lb/jam
Diameter 1 = D
Diameter 2 = 0,5D
Panjang 1 = L ft
n1 = n2
q1 = q2
h=U
Dit : % perubahan panjang pipa L2...........?
Jwb :
Skema gambar.
37
Asumsi:
1. Suhu zat alir dipertahankan sama.
2. Jumlah pipa yang digunakan sama.
3. Perpindahan kalor yang terjadi tidak berubah. pemanasan dijaga tetap.
4. Koefisien perpindahan kalor
perpindahan kalor menyeluruh.
konveksi
sama
dengan
koefisien
UDL T
0,5 D T
L2=2 L
Sehingga, jika L1 memiliki panjang 10 cm maka panjang L2 adalah 2 kali
panjang L1 yaitu 20 cm. Maka % kenaikan perubahan panjang pipa sebesar :
2010
x 100 =100
10
6. Dalam sebuah alat penukar kalor aliran silang, digunakan gas panas (Cp
= 1,09 kJ/kg.oC) untuk memanaskan 2,5 kg/detik air dari suhu 35 oC menjadi
85oC. Gas masuk pada suhu 200oC dan keluar pada suhu 93oC. koefisien
perpindahan kalor menyeluruh sebesar 180 W/m 2.oC. Hitunglah luas
penukar kalor dengan menggunakan:
a. Pendekatan LMTD
b. Metode NTU-efektivitas
Jawab:
38
Diketahui:
c = 2,5 kg/s
Tc1 = 85C
Tc2 = 35C
Th1 = 200C
Th2 = 93C
cc = 4180 J/kgC
ch = 1090 J/kgC
U = 180 W/m2.C
( 93 C 35 C )( 200 C 85 C )
( T h 2T c 2) (T h 1T c 1)
0
T m=
=
=83,27 C
0
0
0
0
ln [ ( T h 2T c2 ) /(T h 1T c 1) ] ln [ (93 C 35 C )/(200 C 85 C ) ]
Menghitung perpindahan kalor total dari energi yang diserap air:
q=m
c . c c . T c =2,5
kg
kJ
.4,18 0C . ( 85 0C 35 0C ) =522.500 W
s
kg
Diasumsikan jenis heat exchanger adalah heat exchanger aliran silang dengan
satu fluida tak campur dan fluida lainnya campur. Fluida tak campur adalah air
dan fluida campur adalah gas.
Menghitung faktor koreksi:
R=
T 1T 2 200 0C93 0C
=
=2,14
t 2t 1
85 0C 35 0C
0
t t
85 C 35 C
P= 2 1 =
=0,303
T 1 t 1 200 0C 35 0C
39
A=
q
=
U FTm
522.500 W
=40,53m2
W
180 2 o x 0.86 x 83,27
m . C
kg
kJ
x 4,18
=10,45 kJ /s
o
s
kg . C
Ch =mh . c h=4,501
kg
kJ
x 1,09
=4,906 kJ /s
s
kg .o C
Maka fluida minimum adalah fluida yang memiliki C lebih kecil, yaitu fluida
panasnya (gas).
Kemudian, menentukan efektivitas:
=
T ( fluida minimum )
20 0o C9 3o C
=
=0,648
T max padainlet heat exchanger 20 0o C3 5o C
Memplot Cmin dan efektivitas pada grafik 10-14 di buku Holman, didapat NTU
bernilai sekitar 1,5.
Menentukan luas penampang heat exchanger:
A=
40
Menentukan NTU:
=1eNTU =0,778
NTU =ln 0,222=1,505
NTU = 1,505
Menentukan luas penampang heat exchanger:
UA
=NTU
C min
2000 W /m2 . C A
=1,505
c cc
m
41
2000 W /m2 . C A
=1,505
2,5 kg/s 4180 J /kg . C
2
A=7,86 m
b. Diketahui: Rf = 0,0002 m2.C/W
Ditanya: suhu air saat keluar (Tc2)?
Jawab:
Menghitung koefisien kalor tergabung kotor:
Rf =
1
U kotor
1
U bersih
1
0,0002 m . C /W =
U kotor
1
2000W /m2 . C
1
2
=(0,0002+0,0005) m . C /W
U kotor
U kotor =1428,57 W /m2 . C
Menghitung NTU:
U
A 1428,57 W /m 2 . C 7,86 m2
NTU = kotor =
=1,075
C min
2,5 kg /s 4180 J /kg . C
Mengitung suhu keluaran air:
=1eNTU
T c 2T c1
=1e1,075
T h 1T c1
T c 230 C
=0,659
120 C30 C
T c2=89,31 C
42
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Konveksi merupakan peristiwa perpindahan kalor yang disertai dengan
dinding.
Dalam penghitungan konveksi secara empiris, dilibatkan beberapa
bilangan tak berdimensi di antaranya Bilangan Nusselt, Bilangan
Prinsip kerja dari heat exchanger yaitu memindahkan panas dari 2 fluida
pada temperatur berbeda di mana transfer panas dapat dilakukan secara
langsung ataupun tidak langsung.
43
44
DAFTAR PUSTAKA
45