You are on page 1of 26

LAPORAN KASUS

Morbili pada anak usia 5 bulan

Pembimbing

dr. Rivai Usman Sp.A

Disusun Oleh :
Muhammad Taufiq Hidayat S.Ked
030.09.160

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA BEKASI
PERIODE 25 MEI 1 AGUSTUS 2015
1

BEKASI, JAWA BARAT


HALAMAN PENGESAHAN

Nama
NIM
Fakultas

:
:
:

Muhammad Taufiq Hidayat S.Ked


03.09.160
Kedokteran Umum

Judul
Bagian

:
:

Laporan Kasus Tetanus


Ilmu Kesehatan Anak

Pembimbing :

dr. Rivai Usman Sp. A

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah Satu
Syarat Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Di RSUD Kota Bekasi

Bekasi, 2 Juli 2015

Pembimbing

Penulis

(dr. Rivai Usman, Sp. A)

(Muhammad Taufiq Hidayat, S.Ked)

BAB I
ILUSTRASI KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama
: By. U
Umur
: 5 bulan
Jenis Kelamin
: Perempuan
Suku bangsa
: Jawa
Alamat
: Wisma Jaya, Bekasi
Tanggal MRS
: 15 Juni 2015, 4.30am
ANAMNESIS
Dilakukan secara alloanamnesis dengan Ibu By. U pada hari Senin tanggal 15 Juni 2015
di bangsal anak ruang Melati-05(Isolasi).
Keluhan Utama :
Bercak merah-merah di seluruh tubuh sejak tadi malam.
Keluhan Tambahan :
Demam hari ke 19
Batuk dan Pilek.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dari IGD dengan keluhan bercak merah di seluruh badan tadi
malam. Awal nya bercak merah muncul di lengan lalu kaki dan akhirnya leher dan
perut. Bercak merah kecil-kecil dan banyak. Selain bercak merah timbul juga batuk
pilek, sebelumnya di rasakan demam sudah 19 hari naik turun sempat berubat ke rs lain
dan di beri obat tetap demam. Tadi pagi juga timbul bercak putih di dalam mulut sekitar
pipi bagian dalam.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Penyakit
Umur
Alergi
Cacingan
DBD
Thypoid
Otitis
Parotis
-

Penyakit
Difteria
Diare
Kejang
Maag
Varicela
Operasi

Umur
-

Penyakit
Jantung
Ginjal
Darah
Radang paru
Tuberkulosis
Morbili

Umur
-

Kesan:
Pasien baru mengalami sakit seperti ini
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada yang pernah mengalami penyakit serupa.
3

Riwayat Kehamilan dan Kelahiran :


KEHAMILAN
Morbiditas kehamilan
Perawatan antenatal
KELAHIRAN
Tempat kelahiran
Penolong persalinan
Cara persalinan
Masa gestasi
Keadaan bayi

Tidak diketahui
Rutin periksa ke bidan
Rumah Sakit
Dokter Sp.OG
Caesar
39 Bulan
Baik

Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan :


Pertumbuhan gigi I :
5 bulan
(normal: 5-9 bulan)
Psikomotor
Tengkurap
:
3,5 bulan
(normal: 3-4 bulan)
Duduk
:
(normal: 6 bulan)
Berdiri
:
(normal: 9-12 bulan)
Berjalan
:
(normal: 13 bulan)
Bicara
:
(normal: 9-12 bulan)
Baca dan Tulis
:
Riwayat Makanan
Umur (bulan) ASI/PASI
0-2
+
2-4
+
4-6
+
6-8
8-10
-

Buah/biskuit
-

Kesan :
Kebutuhan gizi pasien masih terpenuhi oleh Asi
Riwayat Imunisasi :
Vaksin
Dasar (umur)
BCG
2 bulan
DPT
2 bulan
4 bulan
POLIO
Lahir
2bulan
4 bulan
CAMPAK
HEPATITIS B -

Bubur susu
-

Nasi tim
-

Ulangan (umur)
-

Riwayat Keluarga :
Nama
Perkawinan ke
Umur

Ayah
Tn. A
Pertama
27

Ibu
Ny.A
Pertama
25

Anak pertama
By. U
5 bulan

Keadaan kesehatan

Baik

baik

Kesan : tidak ada yang seperti pasien


Riwayat Perumahan dan Sanitasi :
Tingggal di rumah sendiri bertiga dengan pencahayan dan sanitasi cukup
PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan pada By. U pada hari Senin tanggal 15 Juni 2015 di bangsal anak ruang
Melati-05(Isolasi).

Keadaan umum
: tampak sakit sedang berat
Tanda vital
Kesadaran
: compos mentis
Frekuensi nadi
: 125 x/menit
Tekanan darah
: Tidak dilakukan
Frekuensi pernapasan
: 35 x/menit
Suhu tubuh
: 37,8 oC
Data antropometri
Berat badan
: 6 kg
Tinggi badan
: 60 cm
Status gizi
Berdasarkan Kurva CDC usia lahir- 24 bulan
BB/U = /3 x 100% = 3500/33 = 106%

TB/U = 140/138 x 100% = 14000/138 = 101,4%

Kesan : Gizi baik


BB/U = 6/6,4x100% = 93,75%
TB/U = 60/63x100% = 95 %

Grafik I.1. Presentil Tinggi Badan Per Umur dan Berat Badan Per Umur menurut
CDC, 2000 pada Pasien atas nama By. U 5 bulan

Kepala
Bentuk
Rambut

Mata

Telinga

Hidung
Mulut

: normocephali
: rambut hitam, tidak mudah dicabut, distribusi
merata
: conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil
isokor, RCL +/+, RCTL +/+
: normotia, membran timpani intak, serumen -/-,
otorrhea -/: bentuk normal, sekret -/-, nafas cuping hidung -/: Tampak bercak putih di pipi bagian dalam kanan
3 buah

Leher

KGB
Kelenjar tiroid
Thorax
Inspeksi
Palpasi
kooperatif
Perkusi
Auskultasi
o Pulmo
o Kardio
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi

: Membesar di belakang telingan +/+


: tidak membesar
: pergerakan dinding dada simetris, retraksi (-)
: Tidak dapat dilakukan e.c pasien kurang
: Tidak dapat dilakukan e.c pasien kurang
: suara nafas vesikuler, ronki -/-, wheezing -/: bunyi jantung I dan II reguler, murmur -, gallop
: perut datar, distensi (-), jejas (-)
: bising usus 3x/menit
: supel, bising usus (+), organomegali (-)
: timpani, shifting dullness ()

Kulit

: Turgor baik, ptechiae (-), rash makular diseluruh


tubuh
Genitalia Eksterna
: tidak tampak kelainan
Ekstremitas :
Superior
Inferior
Dextra
Sinistra
Dextra
Sinistra
Akral
Hangat
Hangat
Hangat
Hangat
Sianosis Edema
Tonus
Normo
Normo
Normo
Normo

Trofi
Normo
Motorik 5555
Sensorik PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium darah
Jenis Pemeriksaan Hasil
HEMATOLOGI
Darah rutin
Leukosit
9200
Hemoglobin
12.0
Hematokrit
37
Trombosit
550

Normo
5555
-

Normo
5555
-

Normo
5555
-

Satuan

Nilai Normal

ribu/uL
g/dL
%
ribu/uL

5-10
11-14,5
37-47
150-400

Rongten :
Dianjurkan untuk foto Ro Thorak AP melihat ada kelainan komplikasi atau tidak.
RESUME
Pasien datang dengan keluhan bercak merah di seluruh badan tadi malam. Awal
nya bercak merah muncul di lengan lalu kaki dan akhirnya leher dan perut. Bercak
merah kecil-kecil dan banyak. Selain bercak merah timbul juga batuk pilek, sebelumnya
di rasakan demam sudah 19 hari naik turun sempat berubat ke rs lain dan di beri obat
tetap demam. Timbul bercak putih di dalam mulut sekitar pipi bagian dalam. Pada
pemeriksaaan fisik didapatkan tanda vital nadi : 125x/m, pernafasan: 35x/m, suhu:
37,8C, pembesaran KGB di kedua belakang telinga, terdapat bercak putih di dalam
mulut daerah pipi dalam dan juga didapatkan rash makular diseluruh tubuh. Pada
pemeriksaaan lab darah rutin didapatkan peningkatan trombosit dengan nilai 550
ribu/uL.
DIAGNOSIS KERJA
Morbili
DIAGNOSIS BANDING
- rubella
- roseola
PENATALAKSANAAN
Non medikamentosa
8

Tirah baring di ruang isolasi agar tidak menular


Edukasi kepada orangtua tentang penyakit yang diderita
Medikamentosa
- Tridex 27B 30 tts/m Mikro
- Cefotaxim 3x100mg
- Kalmetason 3x1/3amp
- Sanmol 3x1/2amp
- Isprinol 2x1/2amp
PROGNOSIS
Ad vitam
As fungsionam
Ad sanationam
FOLLOW UP
Tanggal S
15/6/15
Demam (+),
Batuk pilek (+),
Bercak putih di
mulut(+),
bercak merah
seluruh tubuh.

: Dubia ad bonam
: Dubia ad bonam
: Dubia ad bonam

O
S: 37,80C
N: 125 x/menit
RR: 35x/menit
AVPU : alert
Mata : CA -/- SI-/Leher : Pembesaran KGB
kedua belakang
telinga(+)

A
Morbilli

P
Tridex 27B 30
tts/m Mikro
Cefotaxim
3x100mg
Kalmetason
3x1/3amp
Sanmol
3x1/2amp
Isprinol
2x1/2amp

Thorax : SN vesikuler +/
+ Rh+/+ Wh-/- BJI &
BJII regular, murmur
gallop
Abdomen : BU +
3x/menit kesan normal,
supel, epistotonus +
Extremitas : Akral
Hangat (+)
Kullit : Rash Makular
seluruh tubuh

16/6/15

Demam (+),
Batuk pilek (+),
Bercak Merah
(+) seluruh
tubuuh, Bercak
Putih Mulut (+).

S: 37,40C
N: 120 x/menit
RR: 35x/menit

Morbilli

-Tridex 27b
30tpm
-cefotaxime
3x100mg
-kalmetasone
3x1/3amp
-sanmol
3x1/2cth
-isprinol
2x1/2cth

Morbilli

-Tridex 27b
30tpm
-cefotaxime
3x100mg
-kalmetasone
3x1/3amp
-sanmol
3x1/2cth
-isprinol
2x1/2cth

AVPU : alert
Mata : CA -/- SI-/Leher : Pembesaran KGB
kedua belakang
telinga(+)
Thorax : SN vesikuler +/
+ Rh+/+ Wh-/- BJI &
BJII regular, murmur
gallop
Abdomen : BU +
3x/menit kesan normal,
supel, epistotonus +

17/6/15

Demam(+),
Bercak merah
sudah mulai
berkurang,
Batuk pilek
juga berkurang.

Extremitas : Akral
Hangat (+)
Kullit : Rash Makular
seluruh tubuh
S: 37,40C
N: 120 x/menit
RR: 36x/menit
AVPU : alert
Mata : CA -/- SI-/Thorax : SN vesikuler +/
+ Rh+/+ Wh-/- BJI &
BJII regular, murmur
gallop

-Boleh pulang
Abdomen : BU +
3x/menit kesan normal,
supel, epistotonus +
Extremitas : Akral
Hangat (+)

10

Kullit : Rash Makular


seluruh tubuh muali
berkurang

BAB II

11

ANALISA KASUS

Pasien ini didiagnosa morbilli berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan


penunjang.
Pada anamnesis didapatkan demam yang terus menerus selama 19hari disusul
dengan adanya batuk pilek dan bintik merah seluruh tubul yang mulanya timbul daerah
lengan, kaki, leher keudian ke badan. Dari keluhan diatas dapat mendukung diagnose
morbilli.
Penularan yang sangat efektif adalah dengan cara droplet melalui udara, sedikit
virus yang infeksius sudah menimbulkan infeksi pada seseorang. Dari anamnesis
didapatkan tetangga pasien menderita hal yang sama namun tidak dirawat di RS dan
pasien pernah berkunjung kerumah tersebut. Kemungkinan tertular dari tetangganya.
Ditemukan juga keluhan pada pasien bercak putih atau bercak koplik di dalam
mulut merupakan gejala patognomonik yang khas dari morbili.

BAB II

12

TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Morbili adalah penyakit virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu
stadium prodormal (kataral), stadium erupsi dan stadium konvalisensi, yang
dimanifestasikan dengan demam, konjungtivitis dan bercak koplik.(3)
Morbili adalah penyakit anak yang menular yang lazim biasanya ditandai
dengan gejala-gejala utama ringan, ruam serupa dengan campak ringan atau demam
scarlet, pembesaran serta nyeri limpa nadi.(4)
Etiologi
Virus campak merupakan virus RNA famili paramyxoviridae dengan genus
Morbili virus. Sampai saat ini hanya diketahui 1 tipe antigenik yang mirip dengan virus
Parainfluenza dan Mumps. Virus bisa ditemukan pada sekret nasofaring, darah dan urin
paling tidak selama masa prodromal hingga beberapa saat setelah ruam muncul.
Morbili berada di sekret nasofaring dan didalam darah, minimal selama masa
tunas dan dalam waktu yang singkat sesudah timbul ruam. Penyebaran virus maksimal
adalah melalui percikan ludah (droplet) dari mulut selama masa prodormal (stadium
kataral). Penularan terhadap penderita rentan sering terjadi sebelum diagnosis kasus
aslinya. Orang yang terinfeksi menjadi menular pada hari ke 9-10 sesudah pemajanan,
pada beberapa keadaan dapat menularkan hari ke-7. Tindakan pencegahan dengan
melakukan isolasi terutama di rumah sakit atau institusi lain, harus dipertahankan dari
hari ke 7 sesudah pemajanan sampai hari ke 5 sesudah ruam muncul. (5)
Bentuk Virus
Virus morbili termasuk golongan paramyxovirus berbentuk bulat dengan tepi
yang kasar dan bergaris tengah 140 nm dan dibungkus oleh selubung luar yang terdiri
dari lemak dan protein. Didalamnya terdapat nukleokapsid yang bulat lonjong terdiri
dari bagian protein yang mengelilingi asam nukleat (RNA), merupakan struktur helix
nukleo protein dari myxovirus. Selubung luar sering menunjukkan tonjolan pendek,
suatu protein yang berada diselubung luar muncul sebagai hemaglutinin.(6)
Ketahanan Virus
13

Virus morbili adalah organisme yang tidak memiliki daya tahan tinggi, apabila
berada diluar tubuh manusia keberadaanya tidak kekal. Pada temperatur kamar selama
3-5 hari ia kehilangan 60% sifat infektisitasnya, pada 370c waktu paruh umurnya 2 jam,
pada 560c hanya satu jam.(4,6)Virus tetap aktif minimal 34 jam pada temperatur kamar,
15 minggu di dalam pengawetan beku, minimal 4 minggu dalam temperatur 35C,
beberapa hari pada suhu 0C, dan tidak aktif pada pH rendah.(7) Pada media protein ia
dapat hidup dengan suhu -700c selama 5,5 tahun, sedangkan dalam lemari pendingin
dengan suhu (-4)-(-60c) dapat hidup selama 5 bulan apabila dimasukkan dalam media
protein dan hanya dapat hidup 2minggu bila tanpa media protein.(6)
Tanpa media protein virus campak dapat dihancurkan oleh sinar ultraviolet. Oleh
karena selubungnya terdiri dari lemak maka termasuk mikroorganisme yang bersifat
eter labile, pada suhu kamar dapat mati dalam 20% eter selama 10 menit dan 50%
aseton dalam 30 menit. Virus morbili sensitif pada 0,01% betapropiaceton dalam setiap
konsentrasi, pada suhu 370c,akan kehilangan sifat infektisitasnya dalam2 jam,
walaupun demikian ia tetap memiliki antigenitas penuh. Dalam 1/4000 formalin
menjadi tidak efektif selama 5 hari, tetapi tidak kehilangan antigenitasnya. Tripsin
mempercepat hilangnya potensi antigenik.(4,7)
Epidemiologi
Angka kejadian campak di Indonesia sejak tahun 1990 sampai 2002 masih
tinggi, sekitar 3000-4000 pertahun, demikian juga frekuensi terjadinya KLB campak
meningkat dari 23 kali pertahun menjadi 174. Namun case fatalitiy rate telah dapat
diturunkan dari 5,5% menjadi 1,2%. Umur terbanyak menderita campak adalah <12
bulan, diikuti kelompok umur 1-4 dan 5-14 tahun.(2)
Campak adalah penyakit yang sangat menular. Campak endemis di masyarakat
metropolitan dan mencapai proporsi untuk menjadi epidemi setiap 2-4 tahun ketika
terdapat 30-40% anak yang rentan atau belum mendapat vaksinisasi.
Penyakit campak dapat terjadi dimana saja. Kebanyakan kasus campak terjadi
pada akhir musim dingin dan awal musim semi di negara empat musim dengan puncak
kasus terjadi pada bulan Maret dan April. Lain halnya di negara tropis dimana
kebanyakan kasus terjadi pada musim panas. Ketika virus menginfeksi populasi yang

14

belum mendapatkan kekebalan atau vaksinasi maka 90-100% akan menjadi sakit dan
menunjukkan gejala klinis.
Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang pernah menderita morbili akan mendapat
kekebalan secara pasif (melalui plasenta) sampai umur 4-6 bulan dan setelah umur
tersebut kekebalan akan mengurang sehingga si bayi dapat menderita morbili. Bila
seseorang wanita menderita morbili ketika ia hamil 1 atau 2 bulan, maka 50%
kemungkinan akan mengalami abortus, bila ia menderita morbili pada trimester I,II atau
III maka ia akan mungkin melahirkan seorang anak dengan kelainan bawaan atau
seorang anak dengan BBLR atau lahir mati atau anak yang kemudian meninggal
sebelum usia 1 tahun.(3,4) Bila si ibu belum pernah menderita morbili maka bayi yang
dilahirkannya tidak mempunyai kekebalan terhadap morbili dan dapat menderita
penyakit ini setelah ia dilahirkan. Bila seorang wanita menderita morbili ketika ia
hamil 1 atau 2 bulan, maka 50% kemungkinan akan mengalami abortus; bila ia
menderita morbili pada trimester pertama, kedua atau ketiga maka ia mungkin
melahirkan seorang anak dengan kelainan bawaan atau seorang anak dengan berat
badan lahir rendah atau lahir mati atau anak yang kemudian meninggal sebelum usia 1
tahun. Jika bayi menderita campak, ibu dan bayi boleh diisolasi bersama dan
diperbolehkan diberi ASI.

Ibu dengan campak setelah melahirkan menyusui, dan

neonatus mendapat penyakit ringan yang didapat. Antibodi dalam sekret mungkin
terkandung dalam susu dalam 45 hari.(6)
Patofisiologi
Campak merupakan infeksi virus yang sangat menular, dengan sedikit virus
yang infeksius sudah dapat menimbulkan infeksi pada seseorang. Lokasi utama infeksi
virus campak adalah epitel saluran nafas nasofaring. Infeksi virus pertama pada saluran
nafas sangat minimal. Kejadian yang lebih penting adalah penyebaran pertama virus
campak ke jaringan limfatik regional yang menyebabkan terjadinya viremia primer.
Setelah viremia primer, terjadi multiplikasi ekstensif dari virus campak yang terjadi
pada jaringan limfatik regional maupun jaringan limfatik yang lebih jauh. Multiplikasi
virus campak juga terjadi di lokasi pertama infeksi.

15

Selama 5 hingga 7 hari infeksi terjadi viremia sekunder yang ekstensif dan
menyebabkan terjadinya infeksi campak secara umum. Kulit, konjungtiva, dan saluran
nafas adalah tempat yang jelas terkena infeksi, tetapi organ lainnya dapat terinfeksi
pula. Dari hari ke-11 hingga 14 infeksi, kandungan virus dalam darah, saluran nafas,
dan organ lain mencapai puncaknya dan kemudian jumlahnya menurun secara cepat
dalam waktu 2 hingga 3 hari. Selama infeksi virus campak akan bereplikasi di dalam sel
endotel, sel epitel, monosit, dan makrofag.(8)
Daerah epitel yang nekrotik di nasofaring dan saluran pernafasan memberikan
kesempatan serangan infeksi bakteri sekunder berupa bronkopneumonia, otitis media,
dan lainnya. Dalam keadaan tertentu, adenovirus dan herpes virus pneumonia dapat
terjadi pada kasus campak.(10,11)
a.

Pirogenik:
Droplet Infection (virus masuk)

Virus memasuki aliran darah

Sampai dan mempengaruhi pusat suhu dalam hipotalamus

Titik setel pusat suhu meningkat

Suhu tubuh meningkat

Hipertermia
pengaruhi nervus vagus pusat

masuk ke pusat muntah di medula oblongata.(10)


- anorexia
- malaise
b.

Bercak Koplik

Proliferasi sel-sel endotel kapiler di dalam korium

16

Terjadi eksudasi serum dan kadang-kadang

eritrosit dalam epidermis ruam kulit

Di konjungtiva terjadi reaksi peradangan umum Konjungtivitis


c.

Sal. Cerna

Hiperplasi jaringan limfoid terutama pada

usus buntu mukosa usus teriritasi

kecepatan sekresi bertambah

Pergerakan usus meningkat diare


Tabel. Patogenesis infeksi campak tanpa penyulit
Hari
0

Manifestasi
Virus campak dalam droplet kontak dengan permukaan epitel nasofaring
atau kemungkinan konjungtiva

1-2
2-3
3-5

Infeksi pada sel epitel dan multiplikasi virus


Penyebaran infeksi ke jaringan limfatik regional
Viremia primer
Multiplikasi virus campak pada epitel saluran nafas di tempat infeksi

5-7
7-11

pertama, dan pada RES regional maupun daerah yang jauh


Viremia sekunder
Manifestasi pada kulit dan tempat lain yang bervirus, termasuk saluran

nafas
11-14
Virus pada darah, saluran nafas dan organ lain
15-17
Viremia berkurang lalu hilang, virus pada organ menghilang
Sumber:Feigin et al.Textbook of Pediatric Infectious Diseases. 5th ed.2004.
Gejala Klinis
Stadium inkubasi
Masa inkubasi campak berlangsung kira-kira 10 hari (8 hingga 12 hari).
Walaupun pada masa ini terjadi viremia dan reaksi imunologi yang ekstensif, penderita

17

tidak menampakkan gejala sakit. Kemudian timbul gejala-gejala yang dibagi dalam 3
stadium, yaitu:
1. Stadium kataral (prodormal).
Stadium ini berlangsung selama 4-5 hari disertai gambaran klinis seperti demam,
malaise, batuk, fotofobia, konjungtivitis, dan coryza. Menjelang akhir dari stadium
kataral dan 24 jam sebelum timbul enantem, terdapat bercak koplik berwarna putih
kelabu sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema. Becak koplik yang merupakan
tanda patognomonik untuk campak muncul pada hari ke-101 infeksi. Becak koplik
adalah suatu bintik putih keabuan sebesar butiran pasir dengan areola tipis berwarna
kemerahan dan biasanya bersifat hemoragik. Tersering ditemukan pada mukosa bukal di
depan gigi geraham bawah tetapi dapat juga ditemukan pada bagian lain dari rongga
mulut seperti palatum, juga di bagian tengah bibir bawah dan karunkula lakrimalis.
Muncul 1 2 hari sebelum timbulnya ruam dan menghilang dengan cepat yaitu sekitar
12-18 jam kemudian. Pada akhir masa prodromal, dinding posterior faring biasanya
menjadi hiperemis dan penderita akan mengeluhkan nyeri tenggorokkan. Garis
melintang kemerahan yang terdapat pada konjungtiva dapat menjadi penunjang
diagnosis pada stadium prodromal. Garis tersebut akan menghilang bila seluruh bagian
konjungtiva telah terkena radang. Gambaran darah tepi leukopeni dan limfositosis.
2. Stadium erupsi
Pada campak yang tipikal, ruam akan muncul sekitar hari ke-14 infeksi yaitu
pada saat stadium erupsi, berlangsung selama 5 sampai 10 hari. Ruam muncul pada saat
puncak gejala gangguan pernafasan dan saat suhu berkisar 39,5C. Timbul enantem atau
titik merah di palatum durum dan palatum mole. Kadang kadang terlihat bercak
koplik. Terjadi eritem bentuk makulopapuler disertai naiknya suhu badan. Diantara
macula terdapat kulit yang normal. Mula-mula eritema timbul dibelakang telinga,
bagian atas lateral tengkuk sepanjang rambut dan bagian belakang bawah. Kadangkadang terdapat perdarahan ringan pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak. Ruam
mencapai anggota bawah pada hari ke 3, dan menghilang sesuai urutan terjadinya.
Terdapat pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan di daerah
leher belakang. Sedikit terdapat splenomegali, tidak jarang disertai diare dan
muntah.Variasi yang biasa terjadi adalah Black Measless, yaitu morbili yang disertai
dengan perdarahan di kulit, mulut, hidung, dan traktus digestivus.

18

3. Stadium konvalesensi
Erupsi berkurang menimbulkan bekas yang berwarna lebih tua atau
hiperpigmentasi (gejala patognomonik) yang lama kelamaan akan hilang sendiri. Selain
itu ditemukan pula kelainan kulit bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala
patognomonik untuk morbilli. Pada penyakit-penyakit lain dengan eritema atau
eksantema ruam kulit menghilang tanpa hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai normal
kecuali bila ada komplikasi.(3-5,8)
Pemunculan tanda dan gejala dari campak sebagai berikut:
o

Hari 0-1

: Prodromal mulai

Hari 2-3

: Bercak Koplik muncul

Hari 4-5

: Ruam morbilliform muncul

Hari 6

: Bercak Koplik menghilang

Hari 7-8

: Ruam sangat hebat

Hari 10

: Ruam mulai menghilang

Diagnosis
Diagnosis campak biasanya cukup ditegakkan berdasarkan gejala klinis.
Pemeriksaan laboratorium jarang dilakukan. Pada stadium prodromal dapat ditemukan
sel raksasa berinti banyak dari apusan mukosa hidung. Serum antibodi dari virus
campak

dapat

dilihat

dengan

pemeriksaan

Hemagglutination-inhibition

(HI),

complement fixation (CF), neutralization, immune precipitation, hemolysin inhibition,


ELISA, serologi IgM-IgG, dan fluorescent antibody (FA). Pemeriksaan HI dilakukan
dengan menggunakan dua sampel yaitu serum akut pada masa prodromal dan serum
sekunder pada 7 10 hari setelah pengambilan sampel serum akut. Hasil dikatakan
positif bila terdapat peningkatan titer sebanyak 4x atau lebih.(7)Serum IgM merupakan
tes yang berguna pada saat munculnya ruam. Serum IgM akan menurun dalam waktu
sekitar 9 minggu, sedangkan serum IgG akan menetap kadarnya seumur hidup. Pada
pemeriksaan darah tepi, jumlah sel darah putih cenderung menurun. Pungsi lumbal
dilakukan bila terdapat penyulit encephalitis dan didapatkan peningkatan protein,
peningkatan ringan jumlah limfosit sedangkan kadar glukosa normal.(9)
Diagnosis Banding

19

Diagnosis banding morbili diantaranya :


1. Roseola infantum. Pada Roseola infantum, ruam muncul saat demam telah
menghilang.
2. Rubella. Ruam berwarna merah muda dan timbul lebih cepat dari campak.
Gejala yang timbul tidak seberat campak.
3. Alergi obat. Didapatkan riwayat penggunaan obat tidak lama sebelum ruam
muncul dan biasanya tidak disertai gejala prodromal.(12)
2.1.8 Komplikasi
Pada penyakit campak terdapat resistensi umum yang menurun. Keadaan ini
menyebabkan mudahnya terjadi komplikasi sekunder seperti:
1. Bronkopnemonia
Merupakan salah satu penyulit tersering pada infeksi campak. Dapat disebabkan
oleh invasi langsung virus campak maupun infeksi sekunder oleh bakteri
(Pneumococcus, Streptococcus, Staphylococcus, dan Haemophyllus influenza).
Ditandai dengan adanya ronki basah halus, batuk, dan meningkatnya frekuensi nafas.
Pada saat suhu menurun, gejala pneumonia karena virus campak akan menghilang
kecuali batuk yang masih akan bertahan selama beberapa lama. Bila gejala tidak
berkurang, perlu dicurigai adanya infeksi sekunder oleh bakteri yang menginvasi
mukosa saluran nafas yang telah dirusak oleh virus campak. Penanganan dengan
antibiotik diperlukan agar tidak muncul akibat yang fatal.
2. Komplikasi neurologis
Kompilkasi neurologis pada morbili seperti hemiplegi, paraplegi, afasia,
gangguan mental, neuritis optik dan ensefalitis.
3. Ensefalitis morbili akut
Ensefalitis morbili akut ini timbul pada stadium eksantem, angka kematian
rendah. Angka kejadian ensefalitis setelah infeksi morbili ialah 1:1000 kasus, sedangkan
ensefalitis setelah vaksinasi dengan virus morbili hidup adalah 1,16 tiap 1.000.000
dosis.
4. SSPE (Subacute Scleroting panencephalitis)
SSPE yaitu suatu penyakit degenerasi yang jarang dari susunan saraf pusat.
Ditandai oleh gejala yang terjadi secara tiba-tiba seperti kekacauan mental, disfungsi
motorik, kejang, dan koma. Perjalan klinis lambat, biasanya meninggal dalam 6 bulan

20

sampai 3 tahun setelah timbul gejala spontan. Meskipun demikian, remisi spontan masih
dapat terjadi. Biasanya terjadi pada anak yang menderita morbili sebelum usia 2 tahun.
SSPE timbul setelah 7 tahun terkena morbili, sedang SSPE setelah vaksinasi morbili
terjadi 3 tahun kemudian.
Penyebab SSPE tidak jelas tetapi ada bukti-bukti bahwa virus morbilli
memegang peranan dalam patogenesisnya. Kemungkinan untuk menderita SSPE setelah
vaksinasi morbili adalah 0,5-1,1 tiap 10.000.000, sedangkan setelah infeksi campak
sebesar 5,2-9,7 tiap 10.000.000.
5. Immunosuppresive measles encephalopathy
Didapatkan pada anak dengan morbili yang sedang menderita defisiensi
imunologik karena keganasan atau karena pemakaian obat-obatan imunosupresif.(3)
Penatalaksanaan
Tidak ada terapi antivirus spesifik yang tersedia. Virus campak rentan in vitro
untuk ribavirin, yang telah diberikan oleh rute intravena dan aerosol untuk mengobati
anak-anak yang terkena dampak parah dan immunocompromised dengan campak.
Namun, tidak ada uji coba terkontrol telah dilakukan, dan ribavirin tidak disetujui oleh
US Food and Drug Administration untuk pengobatan campak. Pengobatan bersifat
suportif dan simptomatis, terdiri dari istirahat, pemberian cairan yang cukup, suplemen
nutrisi, antibiotik diberikan bila terjadi infeksi sekunder, anti konvulsi apabila terjadi
kejang, antipiretik bila demam, dan vitamin A.
Vitamin A.
Pengobatan anak-anak dengan campak di negara-negara berkembang telah
dikaitkan dengan morbiditas menurun dan angka kematian. Konsentrasi serum rendah
vitamin A juga telah ditemukan pada anak-anak di AmerikaSerikat, dan anak-anak
dengan penyakit campak yang lebih parah memiliki vitamin A konsentrasi rendah.
Vitamin A diberikan untuk membantu pertumbuhan epitel saluran nafas yang rusak,
menurunkan morbiditas campak juga berguna untuk meningkatkan titer IgG dan jumlah
limfosit total.(7) Organisasi Kesehatan Dunia saat ini merekomendasikan vitamin A
untuk semua anak dengan campak akut, terlepas dari Negara tempat tinggal mereka.
Vitamin A untuk pengobatan campak diberikan sekali sehari selama 2 hari, pada dosis
berikut:

21

200 000 IU untuk anak-anak usia 12 bulan atau lebih;

100 000 IU untuk bayi 6 sampai 11 bulan, dan

50 000 IU untuk bayi berusia kurangdari 6 bulan.

Tambahan (yaitu, sepertiga) dosis usia tertentu harus diberikan 2 sampai

4 minggu kemudian anak-anak dengan tanda-tanda klinis dan gejala kekurangan


vitamin A.Formulasi parenteral dan oral vitamin A tersedia di AmerikaSerikat.
Indikasi rawat inap bila hiperpireksia (suhu>39,5C), dehidrasi, kejang, asupan
oral sulit atau adanya penyulit. Pengobatan dengan penyulit disesuaikan dengan
penyulit yang timbul.2
Pengobatan Komplikasi

Bronkopneumonia, diberikan antibiotik ampisilin 100 mg/KgBB/hari

dalam 4 dosis intravena dikombinasikan dengan kloramfenikol 75 mg/KgBB/hari


intravena dalam 4 dosis, sampai gejala sesak berkurang dan pasien dapat minum obat
per oral. Antibiotik diberikan sampai tiga hari demam reda. Apabila dicurigai infeksi
spesifik, maka uji tuberkulin dilakukan setelah anak sehat kembali (3-4 minggu
kemudian) oleh karena uji tuberkulin biasanya negatif (anergi) pada saat anak menderita
campak.

Enteritis, pada keadaan berat anak mudah jatuh dalam dehidrasi.

Pemberian cairan intravena dapat dipertimbangkan apabila terjadi enteritis + dehidrasi.


Imunitas & Pencegahan
Struktur antigenik
Imunoglobulin kelas IgM dan IgG distimulasi oleh infeksi campak. Kemudian
IgM menghilang dengan cepat (kurang dari 9 minggu setelah infeksi) sedangkan IgG
tinggal tak terbatas dan jumlahnya dapat diukur. IgM menunjukkan baru terkena infeksi
atau baru mendapat vaksinasi. IgG menandakan pernah terkena infeksi. IgA sekretori
dapat dideteksi dari sekret nasal dan hanya dapat dihasilkan oleh vaksinasi campak
hidup yang dilemahkan, sedangkan vaksinasi campak dari virus yang dimatikan tidak
akan menghasilkan IgA sekretori.(6)
Imunitas transplasental

22

Bayi menerima kekebalan transplasental dari ibu yang pernah terkena campak.
Antibodi akan terbentuk lengkap saat bayi berusia 4 6 bulan dan kadarnya akan
menurun dalam jangka waktu yang bervariasi. Level antibodi maternal tidak dapat
terdeteksi pada bayi usia 9 bulan, namun antibodi tersebut masih tetap ada. Janin dalam
kandungan ibu yang sedang menderita campak tidak akan mendapat kekebalan maternal
dan justru akan tertular baik selama kehamilan maupun sesudah kelahiran.(8)
Imunisasi
Imunisasi campak terdiri dari Imunisasi aktif dan pasif. Imunisasi aktif dapat
berasal dari virus hidup yang dilemahkan maupun virus yang dimatikan. Vaksin dari
virus yang dilemahkan akan memberi proteksi dalam jangka waktu yang lama dan
protektif meskipun antibodi yang terbentuk hanya 20% dari antibodi yang terbentuk
karena infeksi alamiah.
1. Imunisasi aktif.
Ini dilakukan dengan pemberian live attenuated measles vaccine Mula-mula
digunakan strain Edmonston B, tetapi karena strain ini menyebabkan panas tinggi dan
eksantem pada hari ke tujuh sampai hari kesepuluh setelah vaksinasi, maka strain
Edmonston diberikan bersama-sama dengan globulin-gama pada lengan yang lain.
Sekarang digunakan strain Schwarz dan Moraten dan tidak diberikan globulingamma.

Pada penyelidikan serologis ternyata bahwa imunitas tersebut mulai

mengurang 8-10 tahun setelah vaksinasi. Dianjurkan untuk memberikan vaksin morbili
tersebut pada anak berumur 15 bulan yaitu karena sebelum umur 15 bulan diperkirakan
anak tidak dapat membentuk antibodi secara baik karena masih ada antibodi dari ibu.
Tetapi dianjurkan pula agar anak yang tinggal di daerah endemis morbili dan terdapat
banyak tuberkulosis diberikan vaksinasi pada umur 6 bulan dan revaksinasi dilakukan
pada umur 15 bulan. Diketahui dari penelitian Linnemann dkk. (1982) pada anak yang
divaksinasi sebelum umur 10 bulan tidak ditemukan antibodi; begitu pula setelah
revaksinasi kadang-kadang titer antibodi tidak naik secara bermakna. Di Indonesia saat
ini masih dianjurkan memberikan vaksin morbili pada anak berumur 9 bulan ke atas.
Vaksin morbili tersebut di atas dapat pula diberikan pada orang yang alergi terhadap
telur, karena vaksin morbili ini ditumbuhkan dalam biakan jaringan janin ayam yang
secara antigen adalah berbeda dengan protein telur. Hanya bila terdapat suatu penyakit
alergi sebaiknya vaksinasi ditunda sampai 2 minggu sembuh. Vaksin morbili juga dapat

23

diberikan kepada penderita tuberkulosis aktif yang sedang mendapat tuberkulostatika.


Vaksin morbili tidak boleh diberikan kepada wanita hamil, anak dengan tuberkulosis
yang tidak diobati, penderita leukemia dan anak yang sedang mendapat pengobatan
imunosupresif.
Vaksin morbili dapat diberikan sebagai vaksin morbili saja atau sebagai vaksin
measles-mumps-rubella (MMR). Di Indonesia digunakan pula vaksin morbili buatan
Perum Biofarma yang terdiri dari virus morbili yang hidup dan sangat dilemahkan,
strain Schwarz dan ditumbuhkan dalam jaringan janin ayam dan kemudian dibekukeringkan. Tiap dosis dari vaksin yang sudah dilarutkan mengandung virus morbili
tidak kurang dari 1000 TCID50 dan neomisin B sulfat tidak lebih dari 50 mikrogram.
Pemberian secara subkutan dengan dosis 0,5ml pada umur 9 bulan. Vaksin
tersebut sensitif terhadap cahaya dan panas, juga harus disimpan pada suhu 4C,
sehingga harus digunakan secepatnya bila telah dikeluarkan dari lemari pendingin.
Dapat terjadi anergi terhadap tuberkulin selama 2 bulan setelah vaksinasi. Bila
seseorang telah mendapat inmunoglobulin atau transfusi darah maka vaksinasi dengan
vaksin morbili harus ditangguhkan sekurang-kurangnya 3 bulan. Vaksin ini juga dapat
diberikan pada penderita tuberkulosis aktif yang sedang mendapat tuberkulosita. Akan
tetapi vaksin ini tidak boleh diberikan pada wanita hamil, anak dengan tuberkulosis
yang tidak diobati, penderita leukemia dan anak yang sedang mendapat pengobatan
imunosupresif.(7) Untuk mencegah demam, kepada semua anak/bayi diberikan Aspilet,
dan semua bayi/anak yang divaksinasi diambil darahnya 2x, sebelum vaksinasi dan 3
minggu setelah vaksinasi.
Indikasi kontra pemberian imunisasi campak berlaku bagi mereka yang sedang
menderita demam tinggi, sedang mendapat terapi imunosupresif, hamil, memiliki
riwayat alergi, sedang memperoleh pengobatan imunoglobulin atau bahan-bahan berasal
dari darah.(6)
Gejala sampingan yang paling banyak terdapat adalah demam 5 sampai 12 hari
setelah vaksinasi. Demam biasanya hilang dalam 1 sampai 5 hari. Sedangkan gejala
sampingan yang berat terjadi pada 2 kasus, masing-masing 1 anak dengan kejang dan
GE dehidrasi berat, dan 1 anak dengan hiperpireksi.
2. Imunisasi pasif.

24

Imunisasi pasif dengan kumpulan serum orang dewasa, kumpulan serum


konvalesens, globulin plasenta atau gamma globulin kumpulan plasma adalah efektif
untuk pencegahan dan meringankan campak. Campak dapat dicegah dengan
menggunakan imunoglobulin serum dengan dosis 0,25 mL/kg diberikan secara
intramuskuler dalam 5 hari setelah terinfeksi tetapi lebih baik sesegera mungkin.
Proteksi sempurna terindikasi untuk bayi, anak dengan penyakit kronis dan untuk
kontak dibangsal rumah sakit anak.(5)
3. Isolasi
Penderita rentan menghindari kontak dengan seseorang yang terkena penyakit
campak dalam kurun waktu 20-30 hari, demikian pula bagi penderita campak untuk
diisolasi selama 20-30 hari guna menghindari penularan lingkungan sekitar.
Prognosis
Prognosis baik pada anak dengan keadaan umum yang baik, tetapi prognosis
buruk bila keadaan umum buruk, anak yang sedang menderita penyakit kronis atau bila
ada komplikasi.(3)Angka kematian kasus di Amerika Serikat telah menurun pada tahuntahun ini sampai tingkat rendah pada semua kelompok umur, terutama karena keadaan
sosioekonomi membaik.(4)

Daftar Pustaka

25

1. William W. Current Pediatric Diagnosis & Treatment. 21st edition. USA: MacGrawHill Education. 2012.
2. Soedarmo SP, Garna H, Handinegoro SR, Ismoedijanto et.al. Pedoman Pelayanan
Medis IDAI. Jilid 1. Jakarta: IDAI. 2009. Hal 33-5
3. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Volume 2. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007.
4. Berhrman RE. Nelson Textbook of Pediatrics. 17th edition. WB Saunders
Company.2003.
5. Maldonado Y. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EGC. 2002.
6. Kenneth Todar University of Wisconsin-Madison Department of Bacteriology.
Measles. Available Online at www.bact.wisc.edu/themicrobialworld/Measles.jpg.
Accessed on 16 Juni 2015.
7. Soegijanto S. Buku Imunisasi di Indonesia. 1st ed. Jakarta: Pengurus Pusat Ikatan
Dokter Anak Indonesia. 2001.
8. Cherry JD. Measles Virus. In: Feigin, Cherry, Demmler, Kaplan. Textbook of
Pediatrics Infectious Disease. 6th edition. Vol 3. Philadelphia: Saunders. 2009;
p.2283 2298.
9. Soegijanto S. Campak. In: Sumarmo S, Soedarmo P (ed). Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Anak Infeksi & Penyakit Tropis. 1st ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2002; p. 125.
10. SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unair. Pedoman Diagnosis & Terapi. Surabaya:
Bag/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unair/RSU Dr. Soetomo. 2006.
11. Price SA, Wilson LM. Konsep klinik proses-proses penyakit patofisiologi. 6th ed.
Jakarta: EGC. 2003.
12. Soedarmo SP, Garna H, Handinegoro SR. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. 2nd.
Jakarta: IDAI. 2008; p.125.
13. Dyne PL. Measles.UCLA Medical Center. Emedicine-Pediatrics, Available at
:http://emedicine.medscape.com/article/802691-overview, Accessed on 16 Juni
2015.

26

You might also like