Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh:
F
Fajar
Nisyinta A.
130612607883
I
Imasdeka
Khoirunnisak
130612607871
P
Putri
Ines Anggraini
130612607824
P
Putri
Sarifatul Milla
130612607845
R
Rahma
Ismayanti
130612607891
T
Tanjung
Hidayat
130612607867
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang.................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 2
1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Paradigma Sehat ................................................................. 3
2.1.1 Definisi Paradigma ................................................................. 3
2.1.2 Definisi Sehat ......................................................................... 3
2.1.3 Paradigma Sehat ..................................................................... 5
2.1.4 Dasar Pemikiran Paradigma Sehat ......................................... 8
2.1.5 Faktor Pendukung Paradigma Sehat....................................... 12
2.1.6 Strategi Pembangunan Kesehatan .......................................... 13
2.1.7 Tiga Pilar Indonesia Sehat ...................................................... 14
2.1.8 Indikator Utama Indonesia Sehat ........................................... 14
2.2 Sejarah Perkembangan Promosi Kesehatan ..................................... 15
2.2.1 Latar Belakang Munculnya Promosi Kesehatan .................... 15
2.2.2 Istilah Promosi Kesehatan ...................................................... 16
2.2.3 Perkembangan Promosi Kesehatan di Indonesia.................... 17
2.2.4 Promosi Kesehatan di Era Reformasi dan Desentralisasi ...... 18
2.2.5 Konferensi International Health Promotion ........................... 20
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ..................................................................................... 24
3.2 Saran ................................................................................................ 25
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Undang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 memberikan batasan:
kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial
yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomi. Batasan yang diangkat dari batasan kesehatan menurut Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) yang paling baru ini memang lebih luas dan dinamis
dibandingkan dengan batasan sebelumnya yang mengatakan, bahwa kesehatan
adalah keadaan sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial, dan tidak hanya
bebas dari penyakit dan cacat. Pada batasan yang terdahulu, kesehatan itu hanya
mencakup tiga aspek, yakni: fisik, mental, dan sosial, tetapi menurut UU No. 36
Tahun 2009, kemudian kesehatan itu mencakup lima aspek yakni fisik (badan),
mental (jiwa), sosial, spiritual, ekonomi.
Hal ini berarti kesehatan seseorang tidak hanya diukur dari aspek fisik,
mental, spiritual, dan sosial saja, tetapi juga diukur dari produktivitasnya dalam
arti mempunyai pekerjaan atau menghasilkan secara ekonomi. Bagi yang belum
memasuki usia kerja, anak dan remaja; atau bagi yang sudah tidak bekerja
(pensiun) atau usia lanjut, berlaku produktif secara sosial, yakni mempunyai
kegiatan, misalnya sekolah atau kuliah bagi anak dan remaja, dan kegiatan
pelayanan sosial bagi usia lanjut. Kelima dimensi kesehatan tersebut saling
mempengaruhi dalam mewujudkan tingkat kesehatan pada seseorang, kelompok,
atau masyarakat. Itulah sebabnya, kesehatan itu bersifat holistik atau menyeluruh.
Derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor utama, yakni:
lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan (herediter). Karena itu
upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat harus
ditujukan pada keempat faktor utama tersebut bersama-sama.
Rumusan Masalah
1.
2.
1.3
Tujuan Penulisan
1.
2.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
dan
bukan
hanya
bebas
dari
penyakit
atau
kecacatan.
Health is a state of complete physical, mental, and social well being and not
merely the absence of diseases or infirmity
Pengertian sehat menurut UU Pokok Kesehatan No. 9 Tahun 1960, Bab I
Pasal 2 adalah keadaan yang meliputi kesehatan badan (jasmani), rohani (mental),
dan sosial, serta bukan hanya keadaan bebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan.
Dan menurut UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa :
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Menurut WHO, ada tiga komponen penting yang merupakan satu kesatuan
dalam definisi sehat yaitu:
1. Sehat Jasmani
Sehat jasmani merupakan komponen penting dalam arti sehat seutuhnya,
berupa sosok manusia yang berpenampilan kulit bersih, mata bersinar, rambut
tersisir rapi, berpakaian rapi, berotot, tidak gemuk, nafas tidak bau, selera
makan baik, tidur nyenyak, gesit dan seluruh fungsi fisiologi tubuh berjalan
normal.
2. Sehat Mental
Sehat Mental dan sehat jasmani selalu dihubungkan satu sama lain dalam
pepatah kuno Jiwa yang sehat terdapat di dalam tubuh yang sehat (Men Sana
In Corpore Sano).
Atribut seorang insan yang memiliki mental yang sehat adalah sebagai
berikut:
a. Selalu merasa puas dengan apa yang ada pada dirinya, tidak pernah menyesal
dan kasihan terhadap dirinya, selalu gembira, santai dan menyenangkan serta
tidak ada tanda-tanda konflik kejiwaan.
b. Dapat bergaul dengan baik dan dapat menerima kritik serta tidak mudah
tersinggung dan marah, selalu pengertian dan toleransi terhadap kebutuhan
emosi orang lain.
c. Dapat mengontrol diri dan tidak mudah emosi serta tidak mudah takut,
cemburu, benci serta menghadapi dan dapat menyelesaikan masalah secara
cerdik dan bijaksana.
3. Kesejahteraan Sosial
Batasan kesejahteraan sosial yang ada di setiap tempat atau negara sulit diukur
dan sangat tergantung pada kultur, kebudayaan dan tingkat kemakmuran
masyarakat setempat. Dalam arti yang lebih hakiki, kesejahteraan sosial adalah
suasana kehidupan berupa perasaan aman damai dan sejahtera, cukup pangan,
sandang dan papan. Dalam kehidupan masyarakat yang sejahtera, masyarakat
hidup tertib dan selalu menghargai kepentingan orang lain serta masyarakat
umum.
4. Sehat Spiritual
Spiritual merupakan komponen tambahan pada definisi sehat oleh WHO dan
memiliki arti penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Setiap individu
perlu mendapat pendidikan formal maupun informal, kesempatan untuk
berlibur, mendengar alunan lagu dan musik, siraman rohani seperti ceramah
agama dan lainnya agar terjadi keseimbangan jiwa yang dinamis dan tidak
monoton.
Keempat komponen ini dikenal sebagai sehat positif atau disebut sebagai
Positive Health karena lebih realistis dibandingkan dengan definisi WHO yang
hanya bersifat idealistik semata-mata.
a.
Secara
makro,
memperhatikan
berarti
bahwa
dampaknya
pembangunan
dibidang
semua
kesehatan,
sektor
minimal
harus
memberi
atau cara pandang atau pola piker pembangunan kesehatan yang bersifat holistic,
menyeluruh, bahwa masalah kesehatan dipengaruhi banyak factor dan
multidimensional yang upayanya lebih diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan
dan perlindungan kesehatan yang lebih dikenal dengan preventif dan promotif.
Perubahan pemahaman tentang konsep sehat dan sakit serta makin kayanya
khasanah ilmu pengetahuan dengan informasi tentang determinan penyebab
penyakit yang multifactorial, telah menggugurkan paradigma pembangunan
kesehatan yang lebih mengutamakan pelayanan kesehatan yang bersifat kuratif
dan rehabilitative. Pentingnya penerapan paradigm pembangunan kesehatan baru,
yaitu paradigm sehat merupakan upaya untuk lebih meningkatkan kesehatan
bangsa yang bersifat proaktif. Paradigma sehat tersebut merupakan model
pembangunan kesehatan yang dalam jangka panjang mampu mendorong
masyarakat untuk bersikap mandiri dalam menjaga kesehatan mereka sendiri
melalui kesadaran yang lebih tinggi pada pentingnya pelayanan kesehatan yang
bersifat promotif dan preventif. Paradigma sehat ini pertama kali disampaikan
oleh Menteri Kesehatan RI Prof. Dr. F. A. Moeloek dalam Rapat Sidang DPR
komisi VI pada tanggal 15 September 1998. (Kebidanan Komunitas, 2007)
Stepen R. Covey dalam bukunya The Seven Habits of Highly Effective
People menjelaskan arti paradigm sebagai berikut : The word paradigm comes
from Greek. It was originally a scientific term, and is more commonly used today
to mean a model, theory, concept, perception orientation, assumption or frame of
reference. In the more general sense, its the way we see the world, not in term of
our visual sense of sight, but in term of perceiving, understanding and
interpreting. (Kata Paradigma berasal dari Yunani. Hal ini berhubungan dengan
kata ilmiah dan umumnya digunakan pada saat ini dalam arti model, teori, konsep,
orientasi persepsi, asumsi, atau cara pandang dari referensi. Dalam pengertian
umum adalah cara melihat dunia tidak hanya dari sudut pandang kami, tetapi
berhubungan dengan penerimaan, pemahaman dan interpretasi. (Dodiet Aditya
S,SKM, 2008)
Paradigma
sehat
dengan
sebutan:
Gerakan
Pembangunan
Yang
Pola pikir yang memandang kesehatan sebagai kebutuhan yang bersifat pasif,
menjadi merupakan keperluan dan bagian dari hak asasi manusia (HAM).
2.
Sehat bukan hal yang konsumtif, melainkan suatu investasi karena menjamin
tersedianya SDM yang produktif secara sosial dan ekonomi.
3.
4.
Pelayanan kesehatan tidak hanya pelayanan medis yang melihat bagian dari
yang sakit/penyakit, tetapi merupakan pelayanan kesehatan paripurna yang
memandang manusia secara utuh.
5.
Kesehatan tidak hanya sehat jasmani, tetapi juga sehat mental dan sosial.
6.
7.
8.
9.
10. Biaya yang ditanggung pemerintah adalah untuk keperluan publik (seperti
pemberantasan penyakit menular, penyuluhan kesehatan), sedangkan
keperluan lainnya perlu ditanggung bersama dengan pengguna jasa.
11. Biaya kesehatan bergeser dari pembayaran setelah pelayanan menjadi
pembayaran di muka dengan model Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Masyarakat.
12. Kesehatan tidak hanya berfungsi sosial, tetapi juga dapat berfungsi ekonomi.
13. Pengaturan kesehatan tidak lagi diatur dari atas (top down), tetapi
berdasarkan aspirasi dari bawah (bottom up).
14. Pengaturan kesehatan tidak lagi tersentralisasi, tetapi telah terdesantralisasi.
15. Pelayanan kesehatan tidak lagi bersifat birokratis tetapi entrepreneur.
16. Masyarakat tidak sekedar ikut berperan serta, tetapi telah berperan sebagai
mitra.
(Entjang,2000)
Hidup sehat adalah hak asasi manusia, artinya sehat merupakan sesuatu yang
sangat esensial dalam diri manusia yang perlu dipertahankan dan dipelihara.
Sehat merupakan suatu investasi untuk kehidupan yang produktif, bukanlah
hal yang konsumtif, melainkan prasyarat agar hidup kita menjadi berarti,
sejahtera dan bahagia.
2.
Kesehatan merupakan salah satu dari tiga faktor utama yang sangat
menentukan kualitas sumber daya manusia, disamping pendidikan dan
pendapatan (ekonomi). Oleh karena itu, kualitas kesehatan perlu dipelihara
dan ditingkatkan.
3.
4.
6.
iptek,
tumbuhya
era
desentralisasi,
serta
maraknya
2.
3.
4.
dicapai
melalui
pembangunan
kesehatan
tersebut
dirumuskan
sebagai:
Selanjutnya
masyarakat
mempunyai
kemampuan
untuk
menjangkau
2.
10
mereka, hanya sedikit yang dapat dicapai. Perilaku yang sehat dan
kemampuan masyarakat untuk memilih dan mendapat pelayanan kesehatan
yang bermutu sangat menentukan keberhasilan pembangunan kesehatan. Oleh
karena itu, salah satu upaya kesehatan pokok atau misi sector kesehatan
adalah mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.
3.
adalah
menjamin
tersedianya
pelayanan
kesehatan
yang
11
Pelayanan kesehatan yang berfokus pada pelayanan orang sakit ternyata tidak
efektif
b.
c.
d.
e.
Health program for survival, sedangkan yang menekankan pada upaya promotif
dan preventif merupakan Health Program for human development. Paradigma
sehat dicanangkan Depkes pada tanggal 15 September 1998. Upaya pelayanan
kesehatan yang menekankan upaya kuratif-rehabilitatif kurang menguntungkan
karena :
a.
b.
c.
d.
Pelayanan kesehatan yang berfokus pada pelayanan orang sakit ternyata tidak
efektif.
b.
12
c.
Adanya Transisi Epidemiologis dari penyakit infeksi ke penyakit KronikDegeneratif, dimana untuk pencegahannya sangat diperlukan perubahan
perilaku.
d.
e.
13
2.
3.
4.
Lingkungan sehat, adalah lingkungan yang kondusif untuk hidup yang sehat,
yakni bebas polusi, tersedia air bersih, lingkungan memadai, perumahanpemukiman sehat, perencanaan kawasan sehat, terwujud kehidupan yang
saling tolong-menolong dengan tetap memelihara nilai-nilai budaya bangsa.
2.
3.
Lingkungan sehat: 80% rumah sehat, 90% keluarga menggunakan air bersih,
85% keluarga menggunakan jamban sehat, 80% sekolah sehat, 80%
Kabupaten/kota sehat.
14
2.
3.
1,5
puskesmas;
pemanfaatan
sarana
yankes
80%;
2.2
15
Sejalan dengan ini, di Inggris diterbitkan buku the Black Report tahun
1980, yang memperlihatkan bahwa masyarakat lapisan sosio-ekonomi atas
memiliki kesempatan lebih besar untuk menghindari penyakit dan tetap sehat
dibanding dengan dengan lapisan social dibawahnya. Semua ini menjadi fakta
bahwa determinan pokok kesehatan sehubungan dengan lapisan social, pekerjaan,
kondisi ekonomi, letak geografis, dan jenis kelamin. Walaupun kesehatan secara
keseluruhan mungkin bertambah baik, perbaikannya tidak sama diantara lapisanlapisan social sehingga menciptakan kesenjangan yang terus membesar. Menurut
Ewles
dan
Simnett
(1944),
akar
penyebab
kesenjangan
ini
adalah
istilah
Promosi
Kesehatan
sendiri
juga
mengalami
16
dalam The Bangkok Charter). Definisi baru ini belum dibakukan bahasa
Indonesia. Selain istilah Promosi Kesehatan, sebenarnya juga beredar banyak
istilah lain yang mempunyai kemiripan makna, atau setidaknya satu nuansa
dengan istilah promosi kesehatan, seperti : Komunikasi, Informasi dan Edukasi
(KIE), Pemasaran sosial, Mobilisasi sosial, Pemberdayaan masyarakat, dan yang
lainnya (Tim Penulis FKM UA, 2011)
2.2.3 Perkembangan Promosi Kesehatan Di Indonesia
Perkembangan Promosi Kesehatan tidak terlepas dari perkembangan sejarah
Kesehatan Masyarakat di Indonesia dan dipengaruhi juga oleh perkembangan
Promosi Kesehatan International, yaitu secara seremonial di Indonesia di mulai
program Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) pada tahun 1975,
dan tingkat Internasional Deklarasi Alma Ata tahun 1978 tentang Primary Health
Care (Departemen Kesehatan, 1994). Kegiatan Primary Helath Care tersebut
sebagai tonggak sejarah cika-lbakal Promosi Kesehatan.
Khusus konvesi yang membahas tentang Promosi Kesehatan di mulai dari
Konvesi Promosi Kesehatan di Ottawa, Kanada dengan melahirkan The Ottawa
Charter tahun 1986 sampai Konvesi Promosi Kesehatan yang dilaksanakan di
Jakarta tahun 1997 dengan melahirkan The Jakrata Declaration. Selanjutnya
perkembangan Promosi Kesehatan di Indonesia adalah seperti berikut dibawah
ini.
Dalam tulisan Taaliyah Nurul Islami yang berjudul Sejarah Dan
Perkembangan Ilmu Kesehatan Masyarakat, perkembangan promosi kesehatan di
Indonesia dapat dibagi menjadi beberapa periode, yaitu:
a) Sebelum tahun 1965 (sebelum sampai awal kemerdekaan)
Pada tahun 1924 oleh pemerintah Belanda dibentuk Dinas Higiene.
Kegiatan pertamanya berupa pemberantasan cacing tambang di daerah
Banten. Bentuk usahanya dengan mendorong rakyat untuk membuat
kakus/jamban sederhana dan mempergunakannya. Upaya-upaya ini kemudian
berlanjut dan kemudian dinamakan Medisch Hygienische Propaganda.
Pada saat itu istilahnya adalah Pendidikan Kesehatan Rakyat (PKR).
Dalam program-program kesehatan, pendidikan kesehatan hanya sebagai
pelengkap pelayanan kesehatan terutama pada saat terjadi keadaan kritis
17
18
satu
perubahan
yang
mendasar
adalah
bergantinya
sistem
19
b.) Konferensi II
Konferensi II bertempat di Adelaide, Australia (1988), membahas lebih lanjut
tentang
pengembangan
kebijakan
yang
berwawasan
kesehatan,
dengan
20
21
ii.
iii.
iv.
v.
22
23
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Paradigma sehat adalah cara pandang
24
3.2
Saran
1) Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu pembaca dalam
memahami konsep paradigma sehat dan sejarah perkembangan promosi
kesehatan.
2) Perlu diadakan penelitian dan penulisan lebih lanjut mengenai kajian ini.
25
DAFTAR PUSTAKA
Aditya, Dodiet. 2008. Paradigma Sehat. Surakarta
Entjang, Indan. 2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung: Citra Aditya Bakti
Ewles dan Simnet, 1994, dalam Maulana, Heri D.J,. 2009. Promosi Kesehatan.
Jakarta: EGC
Hudaya, Isna. 2010. Paradigma Sehat. http://fik.unissula.ac.id. Diakses pada 10
Januari 2010.
Maulana, Heri D.J,. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC
Nafsiah, Siti. 2000. Prof. Hembing Pemenang The Star of Asia Award Pertama di
Asia Ketiga di Dunia. Jakarta: Prestasi Insan Indonesia.
Notoatmojo, Soekidjo. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Ed.2. Jakarta: Rineka Cipta
Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.
Jakarta: Rineka Cipta
Setyawan, Febri E.B,. (2010). Paradigma Sehat. 6 (12). http://ejournal.umm.ac.id
/index.php/sainmed/article/view/1012. Diakses pada 10 Januari 2015.
Siswanto, Hadi. 2002. Kamus Populer Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Syarifudin & Hamidah. 2007. Kebidanan Komunitas. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC
Taaliyah Nurul Islami . 2013. Sejarah Dan Perkembangan Ilmu Kesehatan
Masyarakat, (Online), (http://perpustakaan.stik-avicenna.ac.id/wp-content/
uploads/2014/07/SEJARAH-DAN-PERKEMBANGAN-KESEHATANMASYARAK.pdf), diakses pada 9 Januari 2015.
Tim Penulis FKM UA.2011. Perkembangan Dan Tantangan Masa Depan
Promosi Kesehatan Di Indonesia: Dari Propaganda, Pendidikan dan
26
27