You are on page 1of 5

Kaum muslimin jamaah jumat masjid Mulyowinarso rahimakumullah

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Kepada-Nyalah kita bersyukur
atas limpahan kenikmatan yang tak pernah berhenti dikucurkan-Nya kepada
kita. Dialah Allah Azza wa Jalla yang telah memberikan nikmat keimanan,
rezeki dan kesehatan kepada kita.
Dialah pula yang telah menyisipkan hidayah dalam hati kita, yang dengan
hidayah tersebut, Allah SWT telah menggerakkan hati kita untuk
melangkahkan kaki kita menuju masjid ini untuk menunaikan kewajiban
yang mulia ini.
Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah terakhir
Muhammad saw. Semoga kecintaan kita kepada beliau SAW, dapat
mempertemukan kita dengannya nanti di syurga, bersama dengan para
Nabiyyin, shiddiqin, syuhadaa dan shalihin.
Jamaah shalat jumat yang berbahagia. Selanjutnya, izinkanlah khatib
mengingatkan kita semua termasuk diri khotib sendiri untuk senantiasa
meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Karena tidak ada bekal
terbaik yang dapat menyelamatkan kita dalam kehidupan di dunia dan
akhirat kelak kecuali taqwa.
Tidak ada pula derajat kemuliaan yang pantas disematkan kepada seseorang
kecuali derajat ketaqwaan... Inna akramakum indallahi atqakum... Dengan
taqwa kepada Allah inilah kita berupaya menjalani kehidupan sehari-hari
kita.
Ikhwatal Iman rahimakumullah... jamaah shalat jumat yang berbahagia
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Ahmad diceritakan
bahwa ketika hari keberangkatan Muadz bin Jabal untuk berdakwah ke
Yaman telah tiba, Muadz berpamitan kepada Rasulullah saw dan para
sahabat lainnya. Rasa berat meninggalkan kampung halaman apalagi harus
berpisah dengan Rasul membuatnya menangis. Rasul kemudian bertanya:
Mengapa engkau menangis?. Muadz menjawab: Wahai Rasulullah, aku
menangis karena akan berpisah denganmu.

Menghadapi kenyataan ini, maka Rasulullah saw berpesan kepada Muadz .


Beliau bersabda:

"Janganlah bersedih, karena sesungguhnya bersedih itu datangnya dari


syaitan. Wahai Muadz, bertaqwalah kepada Allah dimanapun engkau
berada, ikutilah keburukan dengan kebaikan, niscaya kebaikan akan
menghapuskannya, dan berakhlaklah kepada orang lain dengan akhlak yang
baik. Wahai Muadz, ingatlah selalu kepada Allah azza wa jalla, baik ketika
berada di daerah bebatuan, daerah penuh pepohonan maupun daerah
perkotaan."
Dari hadits di atas, dapat kita simpulkan bahwa untuk menjalani kehidupan
dengan baik, Rasulullah saw berpesan lima hal yang juga merupakan pesan
kepada ummatnya/kepada kita sekalian dalam kita menjalani hidup ini.
Pertama, tidak Bersedih. Pada dasarnya kesedihan merupakan sesuatu
yang wajar, karenanya hal ini ada pada setiap orang. Rasa sedih akan
muncul ketika seseorang akan berpisah dengan orang yang dicintainya,
apakah dengan sebab akan pergi lama atau kematian dan kehilangan apa
yang dimiliki. Namun kesedihan bisa menjadi tidak wajar dan tidak bisa
dibenarkan serta hal ini dianggap datangnya dari syaitan ketika dengan
sebab sedih seseorang tidak mau pergi menjalankan tugas yang dibebankan
kepadanya atau ketika terjadi kematian orang yang dicintainya, ia tidak bisa
menerima kenyataan itu atau bisa juga sedih karena kehilangan harta yang
membuatnya menjadi putus asa.
Oleh karena itu, ketika Muadz bin Jabal nampak begitu sedih ketika akan
berpisah dengan Rasul dan para sahabat serta harus meninggalkan kota
Makkah yang dicintainya, beliau menyatakan bahwa kesedihan datangnya
dari syaitan bila hal itu sampai menyebabkan semakin berat langkah Muadz
untuk menunaikan tugas. Laa Tajza dalam hadits di atas bisa dipahami
sebagai tidak sabar terhadap sesuatu yang menimpa yang membuat
seseorang menjadi sedih.

Kedua, Bertaqwa Dimana Saja


Saja.. Taqwa adalah memelihara diri dari siksa
Allah dengan mengikuti segala perintah dan menjauhi larangan-larangan
larangan laranganNya dalam situasi dan kondisi apapun, bahkan dimanapun seseorang berada,
ini merupakan kunci kemuliaan bagi manusia sehingga setiap mukmin harus
berusaha untuk bertaqwa kepada Allah swt dengan sebenar-benarnya
sebenar benarnya taqwa.
Allah swt menurunkan Al-Quran
Al Quran yang tidak diragukan sedikitpun
kebenarannya agar menjadi petunjuk untuk mencapai ketaqwaan. Taqwa
disebutkan oleh Allah swt sebagai sebaik-baik
sebaik
pakaian
ian yang sebagaimana
pakaian jasmani harus selalu melekat dalam tubuh manusia kemanapun ia
pergi dan dimanapun ia berada, maka taqwa sebagai pakaian rohani harus
selalu melekat dalam jiwa manusia sehingga menjadi warna dan arah
kehidupan. Taqwa juga menjadi
menjad sebaik-baik
baik bekal dalam kehidupan ini di
dunia dan untuk mencapai kebahagiaan di akhirat, sehingga taqwa menjadi
asas
bagi
diterimanya
suatu
amal
oleh
Allah
swt.
Oleh karena itu, bila seseorang telah bertaqwa, maka ia menjadi manusia
yang paling mulia sebagaimana Allah swt berfirman:

"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu terdiri dari seorang


lelaki dan perempuan dan menjadikan kamu bersuku-suku
bersuku suku dan berbangsa
berbangsabangsa supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia di sisi Allah diantara kamu adalah orang yang paling bertaqwa.
Sesungguhnya Allah M
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal" (QS Al
Hujurat [49]:13).
Ketiga, Menghapus Keburukan Dengan Kebaikan.
Kebaikan Sebagai manusia
yang sering dikatakan sebagai makhluk yang tidak luput dari salah dan dosa,
maka keburukan yang telah dilakukan tidak boleh menjadi kebiasaan
kebiasaan
apalagi sampai membentuk karakter kepribadian yang buruk. Oleh karena
itu, setelah bertaubat dari kesalahan, setiap muslim harus menghapus dan
menutupi kesalahan itu dengan kebaikan sehingga perbuatan baik
mendominasi perjalanan hidup kita, bahkan sekalipun orang tidak bisa
melupakan keburukan yang pernah kita lakukan tetap saja mereka bangga
dengan kebaikan yang sekarang kita lakukan.
Banyak sekali kebaikan yang harus kita lakukan dalam hidup ini, karena itu
rasanya tidak cukup waktu bagi kita untuk
untuk melaksanakan semuanya
sehingga saat kesempatan berbuat baik sudah ada, setiap kita harus
melakukannya sesegera mungkin agar jangan sampai kita menjadi orang

yang menyesal dan lebih tragis lagi adalah bila penyesalan itu terjadi dalam
kehidupan di akhirat.
Keempat Berakhlak Baik.
Baik Manusia antar satu dengan lainnya harus
bergaul dan berinteraksi, karena itu, Nabi berpesan kepada Muadz yang juga
berarti kepada kita semua agar kita bergaul dan mempergauli manusia
dengan akhlak yang baik, apalagi Allah swt mengutus Rasul untuk
memperbaiki akhlak manusia. Dalam rangka mempergauli manusia dengan
akhlak yang baik, telah diatur dan dicontohkan bagaimana suami harus
berakhlak baik kepada isterinya, begitu juga dengan isteri kepada suaminya.
Orang tua harus berakh
berakhlak
lak baik kepada anak, begitu juga dengan anak
kepada orang tuanya dan begitulah seterusnya harus berakhlak baik kepada
sesama manusia seperti kepada tamu, tetangga dan sebagainya. Akhlak yang
baik pada diri manusia merupakan cermin dari keimanannya yang
sempurna,
mpurna, karenanya menjadi amat penting untuk menunjukkan akhlak
manusia dihadapan sesama manusia karena hal ini menjadi tolok ukur
keimanan.
Kelima Selalu Berdzikir
Berdzikir. Secara harfiyah, dzikir artinya mengingat,
menyebut. Orang yang berdzikir kepada Allah swt
swt berarti orang yang ingat
kepada Allah swt yang membuatnya tidak akan menyimpang dari ketentuan
ketentuanketentuan-Nya.
Nya. Ini berarti dzikir itu bukan sekadar menyebut nama Allah,
tapi juga menghadirkannya ke dalam jiwa sehingga kita selalu bersama
bersama-Nya
yang membuat kita menjadi terikat kepada ketentuan
ketentuan-ketentuan-Nya.
Nya. Bagi
seorang muslim, berdzikir merupakan hal yang amat penting, karenanya
satu-satunya
satunya perintah Allah swt yang menggunakan kata katsira (banyak)
adalah perintah dzikir kepada
kepada-Nya sebagaimana firman Allah swt:

"Hai orang yang beriman, berdzikirlah kamu kepada Allah, dzikir yang
sebanyak-banyaknya"(QS
(QS Al Ahzab [33]:41).

Untuk menggambarkan betapa penting dzikir bagi seorang muslim,


Rasulullah
ullah saw sampai mengumpamakannya antara orang yang hidup
dengan orang yang mati, ini berarti dzikir itu akan menghidupkan jiwa
seorang
muslim,
Rasulullah
saw
bersabda:

"Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Tuhannya dengan orang yang


tidak berdzikir seperti orang hidup dan orang mati"(HR. Bukhari).
Pertama, dzikir dengan hati, yakni selalu ingat dan merasa dekat kepada
Allah swt. Ia merenungkan sifat-sifat Allah dengan segala ketentuanketentuan-Nya. Merasa dekat dengan Allah swt membuat seseorang menjadi
sangat hati-hati dalam menjalani kehidupan ini agar tidak melanggar
ketentuan-ketentuan-Nya.
Kedua, dzikir dengan lisan yakni menyebut atau mengucap nama Allah swt
ketika akan melakukan sesuatu atau sesudahnya.
Ketiga, dzikir dengan amal, yakni melakukan segala sesuatu dalam
kerangka ingat kepada Allah yang membuat kita tidak mungkin melakukan
hal-hal
yang
tidak
dibenarkan
Allah
swt.

You might also like