You are on page 1of 15

STATUS PSIKIATRI

I IDENTITAS PASIEN
Nama

: Tn. A

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Tempat Tanggal Lahir

: Bekasi, 29 April 1982

Usia

: 32 tahun

Agama

: Islam

Alamat

: Setu, Bekasi Timur

Suku Bangsa

: Sunda

Pendidikan terakhir

: SLTA

Status pernikahan

: Menikah

Pekerjaan

: Guru TPQ

Tanggal masuk RSIJ

: 6 Juni 2014

Tempat wawancara

: Ruang perawatan bangsal RSJI Klender

II RIWAYAT PSIKIATRI
Berdasarkan :

Autoanamnesa

28 Juni 2014 (pukul 16.00 WIB)


30 Juni 2014 (pukul 14.00 WIB)

Alloanamnesa

29 Juni 2014 (pukul 16.30 WIB melalui telp)


30 Juni 2014 (pukul 11.00 WIB)
Nama (inisial)
Pendidikan terakhir
Pekerjaan
Hubungan dengan pasien

: Tn. S
: SMA
: Guru dan Aktifis islam
: Ayah

Nama (inisial)
Pendidikan terakhir
Pekerjaan
Hubungan dengan pasien

: Ny. L
: SMA
: Aktifis islam
: Ibu

Keluhan Utama
Pasien gelisah dan mengamuk sejak 2 hari Sebelum Masuk Rumah Sakit.

Keluhan Tambahan
Gelisah, bbicara, mengamuk, membanting dan merusak barang-barang yang berada
disekitarnya, bicara kacau, mendengar suara-suara yang orang lain tidak bisa dengar,
tidak mau minum obat, memukul orang tanpa sebab, merusak rumah orang, dan adzan
di Masjid tanpa kenal waktu.

Riwayat Gangguan Sekarang


Alloanamnesis dan Autoanamnesis
Pasien datang ke RSJI Klender dengan diantar oleh ayahnya, karena gelisah dan
mengamuk sejak 2 hari SMRS. Keluarga mengatakan bahwa pasien terlihat gelisah
dan tidak bisa tidur sudah hamper 2 malam, kalau tidak bisa tidur selalu ada saja hal
yang ia lakukan, seperti membaca buku-buku islami, mondar mandir keluar rumah.
Pasien juga sempat mengamuk karena keinginannya untuk keluar rumah tengah
malam tidak dituruti. Sebelumnya pasien terlihat sedang duduk di kamarnya membaca
buku islami, namun seketika itu ia bangun dari duduknya dan kemudian pergi keluar
rumah. Ayah pasien yang melihatnya segera datang dan melarangnya untuk keluar
rumah karena saat itu sudah larut malam dan dikhawatirkan akan mengganggu
tetangga. Namun karena keinginannya untuk keluar rumah tengah malam tersebut
dilarang oleh ayahnya, pasien marah dan kemudian membanting telepon gengam yang
saat itu sedang ia pegang.
Ayah pasien mengatakan bahwa anaknya sering mendengar bisikan yang
menyuruhnya untuk memukul orang. Ia selalu melakukan hal tersebut setelah
mendengar bisikan. Pasien menyadari kalau apa yang ia lakukan seperti memukul
orang tanpa sebab, merupakan hal yang tidak baik, tetapi pasien tidak bisa
mengendalikannya dirinya dan selalu mengikuti arahan dari bisikan yang ia dengar.
Bisikan yang terdengar berupa suara dari orang yang tidak dikenalinya.
Satu bulan SMRS, pasien menjad banyak biacara. Ia terlihat bicara dan ngocehngoceh tanpa tahu dengan siapa ia bicara. Ibu pasien juga mengatakan, kalau pasien
senang sekali menasihati orang lain, tidak perduli apakah ia jendral, ustad, ataupun
polisi, ia selalu menasihati orang tersebut tentang hal kebaikan-kebaikan. Padahal
sebelumnya ia tidak pernah melakukan hal tersebut, apalagi terhadap orang yang lebih
tua darinya. Nasihat-nasihat yang ia berikan berupa ajakan untuk tidak meninggalkan
solat lima waktu, beramal, patuh terhadap orang tua, serta yang menyangkut
kebaikan-kebaikan lainnya. Ibu pasien mengatakan, semua nasihat-nasihat tersebut
2

bersumber dari bisikan-bisikan seseorang yang diyakini pasien selalu mendampingi


dan menjaganya.
Keluarga mengatakan pasien mempunyai riwayat gangguan seperti ini sebelumnya,
ia sudah di rawat di RSJI 5 kali dan melakukan rawat jalan ke poli RSJI untuk
kontrol. Ibu pasien mengatakan bahwa anaknya sudah mulai tidak teratur minum obat
sejak 1 bulan terakhir. Ia selalu merasa kalau ia minum obat tersebut, ia menjadi
ngantuk dan tidak bisa melakukan pekerjaannya. Ibu pasien mengatakan sejak saat itu
pasien menjadi tidak teratur minum obat. Namun, jika diajak oleh keluarga untuk
kontrol pasien menurutinya, hanya kalau untuk minum obat terkadang pasien tidak
mau.
Ayah pasien mengatakan bahwa anaknya tersebut sering mendapatkan arahan
melalui batinnya yang di pancarkan dari seseorang yang berilmu. Ia biasa menyebut
sosok tersebut masan. Masan yang dipercayai pasien hanya dapat dirasakan
melalui kebatinan oleh dirinya dan hanya ia yang dapat berhubungan. Pasien
mengatakan bahwa masan menurutnya itu nyata, ia sudah ditunjukan sosok
masan yang selama ini selalu mengarahkan dirinya. dulu mungkin saya tidak tau
siapa itu masan, tapi sekarang saya sudah mengetahui bahwa sesungguhnya dia itu
adalah sesosok jin islam, yang diyakininya jin tersebut merupakan jin yang dahulu
selalu mendampingi kakeknya ketika masih hidup.
Dua minggu SMRS, pasien menjadi lebih sering marah-marah dengan istrinya.
Pasien mengatakan kalau ia sempat merasa kesal pada istrinya karena selalu
menuntutnya meminta ini dan itu tanpa melihat kondisi ekonomi pasien. Pasien juga
mengatakan ia sempat meminjam uang pada temannya, tetapi temannya malah
memberinya kalung emas, dan dengan syarat jika ingin menggantinya harus dengan
riba. Mendengar hal tersebut pasien menjadi semakin kesal dan sempat ingin
memukul temannya tersebut, tetapi berhasil dihentikan oleh tetangganya yang saat itu
melihat kejadian tersebut. Ibu pasien mengatakan, sejak saat itu pasien merasa kalau
dirinya tidak dapat mencukupi kebutuhan keluarganya dan hanya menambahn beban
orang tuanya, dan sejak saat itu pula ia menjadi semakin kacau, bicara sendiri,
menjadi sangat sensitif dan jika ia merasa tersinggung dengan apa yang dibicarakan
orang, ia langsung memukul orang tersebut.
Pasien pun tidak pernah lagi bekerja membantu ayahnya di klinik bekam dan di
kios tanaman hias, bahkan ia pun terlihat sangat cuek terhadap istri dan anaknya.
Padahal sebelumnya ia sangat rajin membantu ayahnya bekerja, bahkan ia tidak
3

pernah membiarkan ayahnya bekerja sendiri dan selalu ia yang melakukan pekerjaan
ayahnya tersebut. Namun hal tersebut berubah setelah pasien mengalami hal seperti
ini.
2.4 Riwayat Gangguan Sebelumnya

Riwayat Gangguan Psikiatri


Pasien mengatakan keluhan ini pertamakali terjadi saat ia usia 12 tahun,
keluhan ini diawali karena ia melihat sosok makhluk halus berbadan tinggi
besar yang berpakaian putih sedang berdiri didekat makam keramat di
lingkungan pesantren Daarut Taqwin milik kakeknya. Makhluk tersebut
memanggil-manggil namanya sebanyak 3 kali, pasien syok dan kemudian
pingsan.
Pada tahun 1995-1999 ibu pasien mengatakan kalau pasien berperilaku
aneh seperti gelisah, bicara kacau, tidak bisa tidur. Pasien sempat dipasung
selama kurang lebih 40 hari karena tingkah pasien yang menurut keluarga
sudah tidak bisa ditahan lagi. Karena merasa perilaku pasien aneh, kemudian
keluarga membawanya ke orang pintar untuk dilakukan Ruqyah.
Pada tahun 2000-2003 pasien kembali berperilaku aneh seperi gelisah,
biacara kacau, dan tidak bisa tidur. Kemudian keluarga membawa pasien ke
klinik dokter spesialis jiwa, dan sejak saat itu pasien rutin kontrol.
Pada tahun 2004 pasien masih gelisah, mengamuk, bicara kacau, tidak bisa
tidur, mendengar suara bisikan-bisikan yang orang lain tidak bisa dengar.
Pasien juga mengatakan bertepatan dengan Ramadhan di tahun ini, pasien
mendengar bisikan seperti ada yang menyuruhnya untuk mendatangi Masjid
yang berada di komplek AURI Angkatan Darat yang tidak jauh dari
rumahnya, di masjid tersebut pasien tiba-tiba saja masuk dan kemudian adzan
yang seharusnya belum waktunya untuk adzan. Karena mendengar suara
adzan yang bukan pada waktunya, orang-orang sekitar merasa aneh
kemudian memanggil paksa pasien untuk keluar dari masjid. Namun karena
pasien tidak menuruti perintah akhirnya orang-orang yang berada disana
menjadi kesal dan meneriaki pasien sebagai pencuri. Pasienpun dipukuli dan
sempat ingin dibakar oleh orang-orang sekitar komplek tersebut. Beruntung
ayah pasien segera datang dan menghentikan kejadian tersebut.
Tahun 2006 pasien masih saja gelisah, bicara kacau, tidak bisa tidur, dan
melihat makhluk berkepala botak seperti jin sedang meledek pasien, namun
4

jin tersebut tidak dapat dilihat orang lain, dan hanya pasien yang dapat
melihatnya.
Tahun 2008 pasien masih terlihat gelisah, kacau, tidak bisa tidur, marahmarah, dan pasien mengatakan pada ibunya kalau ia melihat makhluk putih
yang mengajaknya berkelahi, namun ibu pasien tidak melihat makhluk yang
dikatakan pasien tersebut.
Pada tahun 2009 pasien terlihat semakin aneh, masih terlihat gelisah,
marah-marah, biacara kacau, tidak bisa tidur, dan terlihat sering mengasah
golok karena curiga ada orang yang akan memalak dirinya.

Riwayat Penyakit Medik


Menurut ibu pasien, pasien tidak memiliki riwayat penyakit bawaan pada
saat lahir, kejang, trauma kepala atau penyakit berat lainnya sejak kecil.

Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif


pasien tidak pernah menggunakan obat-obatan terlarang dan mengkonsumsi
alkohol. Pasien merokok sejak duduk dibangku SMA.

2.5 Riwayat Pribadi Pasien Sebelum Sakit

Riwayat Pranatal dan Perinatal


Menurut ibu pasien, selama kehamilan ibu pasien dalam keadaan sehat,
tidak pernah mengalami gangguan kesehatan baik fisik maupun psikis. Pasien
dilahirkan pada usia kehamilan 8 bulan, spontan dengan persalinan ditolong
oleh dukun, berat badan lahir dalam batas normal. Pasien anak ketiga dari
sembilan bersaudara dan merupakan anak yang dikehendaki oleh kedua orang
tuanya.

Masa Batita (0-3 tahun)


Menurut ibu pasien, Pasien diasuh oleh kedua orang tuanya dan diberikan
ASI hingga usia 2 tahun. Pasien tumbuh normal seperti anak seusianya, tidak
terdapat gangguan selama usia perkembangan. Kondisi orang tua sehat selama
periode pengasuhan. Menurut ibu pasien, pasien dapat berjalan saat berumur
kurang lebih 1,5 tahun dan tidak pernah ada keterlambatan berbicara. Tidak
ada kebiasaan buruk pasien, seperti membenturkan kepala atau menghisap jari.
5

Pasien dapat tumbuh normal, tidak ada riwayat kejadian trauma kepala dan
kecelakaan saat itu .

Masa Kanak- kanak Pertengahan ( 3-11 tahun )


Menurut penuturan ibu pasien, pasien adalah anak yang pendiam dan tidak
banyak bicara. Pasien mulai masuk Sekolah Dasar ketika berusia 6 tahun. Dan
pada usia itu pasien diasuh oleh kakeknya di pondok pesantren. Sejak tinggal
dengan kakeknya, pasien menjadi lebih dekat dengan kakeknya dibandingkan
dengan orang tuanya. Pasien juga merupakan anak yang tertutup, pandai
menutupi kesedihannya dan lebih senang memendam kesedihannya sendiri.
Semasa sekolah dasar pasien dinilai tidak banyak bertingkah di sekolah.
Menurut ibu pasien, pasien tidak pernah terlibat perkelahian dengan teman
sebayanya di sekolah. Kemampuan pasien dalam membaca, berhitung dinilai
baik. Pasien menyelesaikan sekolahnya selama enam tahun. Sepengetahuan ibu
pasien, pasien tidak memiliki ketakutan terhadap binatang tertentu, dinilai
cukup pemberani namun agak pendiam dan jarang berbicara.

Masa Pubertas dan Remaja


Menurut ibu pasien, sikap pasien terhadap kakak dan saudara lainnya dinilai
cukup baik dan harmonis. Pasien termasuk anak yang ramah dan disenangi
teman-temannya, tidak mau membebani orang. Pasien diketahui belum pernah
memiliki teman wanita, pasien juga tidak mudah dekat dengan orang yang baru
dikenal. Menurut ibu pasien, pasien semasa remaja dulu tidak pernah ada
pikiran atau ide bunuh diri, menurutnya ia bertingkah laku wajar-wajar saja,
saat SMA, pasien tidak memiliki kesulitan dalam menerima pelajaran yang
diberikan oleh gurunya. Pasien menyelesaikan SMA selama tiga tahun.

Masa Dewasa
Riwayat Pekerjaan

Pasien dalam kesehariannya membantu ayahnya di klinik bekam


dan kios tanaman hias. pasien juga mengajar di TPQ dan mengajar
private di rumahnya.
o Riwayat Pernikahan
Pasien sudah menikah dan dikaruniai seorang anak berusia 4 tahun.

o Riwayat Beragama
Pasien adalah seorang yang beragama islam. Setiap harinya pasien
selalu mengerjakan shalat 5 waktu, mengaji, dan berpuasa.
Aktivitas Sosial

Pasien terkenal pendiam dan dan disenangi oleh orang-orang


lingkungan sekitar karena keramahan dan akhlaknya yang baik.
Riwayat Pelanggaran Hukum

Pasien tidak pernah terlibat kasus hukum, pasien juga tidak pernah
ditahan atau dipenjara.

Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak ke 3 dari 9 bersaudara. Ayah dan Ibu pasien
masih ada hingga saat ini. Menurut pengakuan ibu pasien, tidak ada riwayat
anggota keluarga yang mengalami gangguan kejiwaan. Kakek pasien memiliki
riwayat kelainan jiwa, namun kakek pasien meninggal pada usia 95 tahun, dan
saat kakek pasien meninggal, pasien sudah tinggal serumah dengan orang
tuanya.

Keterangan:
Laki-laki
7

Perempuan
Kakek
Pasien

III STATUS MENTAL


(Dilakukan pada tanggal 28 Juni 2014)
A. Gambaran Umum
1. Penampilan
Pasien seorang laki-laki berusia 32 tahun, dengan tinggi
176 cm, berat badan 80 kg, memakai baju hijau pendek, celana
loreng pendek, memakai peci haji berwarna hitam, mengenakan alas
kaki, tampak sesuai usia.
2. Perilaku dan Aktivitas Motorik
Sebelum wawancara, pasien tampak sedang duduk sambil
merokok. Selama wawancara, pasien tampak tenang, duduk tenang
disamping pemeriksa dan pasien menjawab pertanyaan pemeriksa.
Setelah wawancara, pasien tampak kembali duduk tenang dan
berkumpul bersama teman-temannya.

3. Pembicaraan
Volume
: Sedang
Irama
: Teratur
Kelancaran : Lancar
Kecepatan : Sedang
Pasien berkontak mata dengan pemeriksa
4. Sikap Terhadap Pemeriksa
Pasien bersikap kooperatif saat wawancara.
B. Aspek dan Ekspresi Afektif
1. Mood
: Eutimik
2. Afek
: Sesuai
3. Keserasian
: Serasi
C. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi
8

a. Auditorik

: Ada (mendengar bisikan yang menyuruhnya

b. Visual

untuk memukul orang tanpa sebab)


: Ada (melihat makhluk putih
berbadan tinggi besar berdiri didepannya dan

c. Olfaktorius
d. Gustatorik
e. Taktil
2. Ilusi
3. Depersonalisasi
4. Derealisasi

D. Proses Pikir
1. Produktivitas
2. Kontinuitas
a. Blocking
b. Asosiasi Longgar
c. Inkoherensia
d. World salad
e. Neologisme
f. Flight of idea

meledek dirinya)
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada

: Baik
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada

E. Isi Pikir
a. Preokupasi
b. Waham Referensi
c. Thought echo
d.
e.
f.
g.

: Tidak ada
: Tidak ada
: Ada (Bisikan-bisikan yang
menyuruhnya menasihati orang lain).
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: Ada (Pasien merasa pikirannya

Thought broadcasting
Thought withdrawl
Thought insertion
Thought control

dikendalikan oleh tenaga lain).


: Ada (Pasien tidak dapat melawan

h. Delusion of passivity

bisikan-bisikan tersebut dan hanya


dapat mengikutinya saja).

F. Fungsi Kognitif dan Sensorium


9

1. Kesadaran
2. Orientasi

: Compos mentis
Waktu :

Baik.

Pasien

dapat

menyebutkan waktu sekarang dan hari apa


dengan tepat saat pasien diwawancara.
Tempat: Baik. Pasien mengetahui dengan
tepat

tempat

pasien

berada

saat

diwawancara.
Orang :
Baik. pasien tahu bahwa ia
sedang diwawancarai oleh dokter muda.
3. Konsentrasi
Baik. Pasien dapat mengeja namanya secara terbalik.
4. Daya ingat

Jangka Panjang

Baik,

Pasien

dapat mengingat dengan tepat nama


sekolahnya dulu.
Jangka Sedang
:

Baik,

pasien

dapat menyebutkan menu makan tadi


pagi.
Jangka Pendek

Baik,

pasien

dapat mengingat tiga nama benda


setelah jeda 10 menit.
Segera
:
Baik,

Pasien

dapat

mengulangi tiga nama benda segera


setelah pewawancara menyebutkan.
5. Intelegensia

dan

Pengetahuan Umum

Baik. Pasien tahu nama


presiden saat ini.
6. Visuospasial
Baik.

Pasien

menggambarkan
lima

seperti

dapat
persegi
yang

pewawancara contohkan.

10

7. Kemampuan membaca dan


menulis

Baik.

Pasien dapat mambaca dan


menulis.
8. Pemikiran abstrak :
Baik,

pasien

mengartikan

dapat

peribahasa

berakit-rakit

kehulu

berenang-renang ketepian.
G. Daya Nilai
1. Penilaian sosial

Baik.

Pasien

berbagi minuman dengan pasien lain.


2. Uji daya nilai
:
Baik.
menemukan

dompet

dijalan

mau
Apabila

pasien

akan

mengembalikan dompet tersebut kepada polisi.


H. RTA (Reality Testing Ability)
Terganggu,

karena

:
ada

halusinasi dan waham.


I. Tilikan
menyadari

: Derajat IV (pasien
penyakitnya

dan

menyadari bahwa ia membutuhkan


bantuan tetapi tidak mengetahui
penyebab dari penyakitnya)
J. Taraf Dapat dipercaya
dipercaya
IV STATUS FISIK
1. Status Interna
Kesadaran
Tekanan Darah
Nadi
Pernafasan
Suhu

: Compos Mentis
: 120/80
: 80x/menit
: 20x/menit
: 36,5 C

11

: Dapat

2. Pemeriksaan Fisik
Kepala
: Normocepal
Mata
Hidung

: Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik


: Tidak ada pernapasan cuping hidung serta tidak ada

Mulut
Leher
Thorax
Abdomen
Ekstremitas

sekret yang keluar


: Tidak ada sianosis peroral
: KGB tidak teraba pembesaran
: Paru dan jantung dalam batas normal
: Bising usus (+) normal, nyeri tekan (-)
: Akral Hangat, tidak ada edema

3. Status Neurologis
Tanda rangsang meningeal : Tidak ada
Mata :
Gerakkan

: Baik ke segala arah

Bentuk pupil

: Isokor

Rangsangan cahaya

: +/+

Motorik :
Tonus
Turgor
Kekuatan
Koordinasi

: Baik
: Baik
: Baik
: Baik

V IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


1. Kesadaran
2. Mood
3. Afek
4. Keserasian
5. Gangguan isi pikir
6. Gangguan Persepsi
7. RTA (Reality testing ability)
8. Tilikan
9. Taraf dapat dipercaya

: Compos Mentis
: Eutimik
: Sesuai
: Serasi
: Waham paranoid
: Halusinasi auditorik
: Terganggu
: Derajat IV
: Dapat dipercaya

VI FORMULASI DIAGNOSTIK
Aksis I : F20.0 Sjizofrenia Paranoid
Berdasarkan ikhtisar penemuan bermakna, maka dalam kasus ini:
1. Skizofrenia : Ada, karena ditemukan adanya halusinasi auditorik dan
waham paranoid.

12

Menurut PPDGJ III, kasus ini memenuhi kriteria Skizofrenia


Paranoid karena:

Memenuhi kriteria umum Skizofrenia yaitu terdapat lebih dari 1


gejala mayor berupa waham paranoid dan halusinasi auditorik serta

sudah berlangsung lebih dari 1 bulan.


Memenuhi kriteria tambahan untuk diagnosis Skizofrenia Paranoid
berupa halusinasi auditorik yang berupa perintah.

Aksis II

: ciri kepribadian paranoid.

Aksis III : Tidak ditemukan kelainan organobiologik.


Aksis IV : Dari autoanamnesa dan alloanamnesa stressor yang ditemukan
berupa masalah ekonomi (pasien merasa tidak mampu
memberikan apa yang istrinya minta, dan merasa hanya
membebani orang tua)
Aksis V

: GAF scale 70-61 (beberapa gejala ringan dan menetap,


disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik)
Merawat diri : Pasien mampu merawat diri
dan menjaga kebersihan dirinya.
Pekerjaan
:
Pasien

memiliki

keinginan untuk bekerja.


Fungsi relasi dan lingkungan : pasien mampu
bersosialisasi dengan teman-teman di ruang
perawatan.
VII EVALUASI MULTIAKSIS
Aksis I
: Skizofrenia Paranoid
Aksis II
: Ciri kepribadian paranoid
Aksis III
: Tidak terdiagnosis
Aksis IV
: Masalah dengan ekonomi (saat istrinya meminta ini dan itu
tanpa melihat kondisi ekonomi pasien, dan pasien merasa
tidak bisa mencukupi kebutuhan keluarga dan hanya
membebani orang tua saja)

13

Aksis V

: GAF scale 70-61 (beberapa gejala ringan dan menetap,


disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik
disabilitas sedang)

VIII DIAGNOSA KERJA


Skizofrenia paranoid

IX PROGNOSIS
Dubia ad bonam
Faktor yang mendukung ke arah perburukan :
Onset timbul pada usia muda
Ditemukan stressor berupa masalah ekonomi, pasien merasa kalau
dirinya tidak bisa memberikan apa yang istrinya minta, dan merasa
hanya membebani orang tua.

Faktor yang mendukung ke arah perbaikan :

Ada keinginan pasien untuk sembuh


Pasien mendapat dukungan dari keluarga untuk sembuh
Respon terapi saat ini baik sehingga gejala berkurang
Kepatuhan pasien untuk minum obat

X RENCANA TERAPI
1. Farmakoterapi
Haloperidol tab 5mg 2x1
2. Psikoterapi
14

a. Suportif
Menanamkan kepercayaan pada pasien bahwa gejalanya akan
hilang dengan menganjurkan pasien untuk selalu minum obat
secara

teratur

agar

gejala

penyakitnya

berkurang

dan

menjelaskan kepada pasien tentang akibat yang terjadi bila


pasien tidak teratur minum obat.
b. keluarga
Menjelaskan kepada keluarga pasien mengenai kondisi pasien
agar keluarga dapat menerima dan tidak dijauhi, dan agar dapat
mendukung kesembuhan pasien, serta menjelaskan kepada
suami bahwa pasien juga membutuhkan dukungan dalam terus
menjalani pengobatan.
c. Terapi sosial budaya
Terapi kerja : memafaatkan waktu luang dengan melakukan
hobi atau pekerjaan yang bermanfaat, melibatkan pasien secara
aktif dalam kegiatan terapi aktivitas kelompok di RSJI Klender
agar

ia

dapat

beraktivitas

dan

berinteraksi

dengan

lingkungannya secara normal.


d. Terapi rekreasi : olahraga ringan, berlibur.
e. Memotivasi pasien agar selalu rajin beribadah, seperti shalat,
puasa, dan berdzikir.

15

You might also like