You are on page 1of 50

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Dewasa ini pertumbuhan ekonomi di Indonesia mengalami peningkatan

yang sangat pesat. Seperti halnya Jakarta yang merupakan ibukota Indonesia
sebagai pusat perekonomian juga mengalami peningkatan ekonomi. Dikarenakan
pusat perekonomian sehingga banyak perusahaan yang mendirikan perkantoran
di Jakarta. Lokasinya yang strategis mendukung fungsi dari perkantoran itu
sendiri.
Puri Indah Financial Tower merupakan perkantoran yang terletak di daerah
Jakarta Barat. Lokasi proyek ini terletak sangat strategis karena merupakan
kawasan perkantoran.
Seiring berjalannya waktu, dunia konstruksi di Indonesia semakin berkembang
sehingga menuntut Mahasiswa Teknik Sipil untuk mengetahui dan memahami
perkembangan

dunia

Teknik

Sipil.

Dalam

dunia

sipil

khususnya

pada

pembangunan gedung bertingkat, keberadaan pelat lantai sangat penting karena


pelat lantai merupakan pemisah ruang bangunan bertingkat secara horisontal.
Maka dari itu penting untuk meninjau bagaimana metode pelaksanaan pelat lantai.
Mahasiswa Teknik Sipil juga dituntut untuk dapat menerapkan ilmu pengetahuan
yang diajarkan di bangku perkuliahan pada proyek sungguhan, maka mahasiswa
diwajibkan untuk mengikuti kerja magang. Adapun kerja magang yang kami
lakukan selama 3 bulan sesuai dengan peraturan Program Studi Strata Satu
Teknik Sipil Sekolah Tinggi-PLN (STT-PLN).
1.2.

Tujuan Kerja Magang


Adapun tujuan dari kerja magang ini adalah:

1. Memahami dan mengenal secara nyata kondisi lapangan dari proyek Puri
Indah Financial Tower.
2. Mengetahui penerapan ilmu Teknik Sipil yang telah diperoleh mahasiswa
dari kuliah praktek dan kegiatan lainnya pada kondisi lapangan..
3. Untuk mengetahui metode kerja pelaksanaan dan peralatan yang
digunakan dalam pekerjaan pengecoran pelat lantai.
1.3.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka rumusan masalah

yang akan dibahas adalah sebagai berikut:


1. Bagaimana cara pelaksanaan pekerjaan pembesian pada pelat lantai?
2. Bagaimana cara pelaksanaan pekerjaan bekisting pada pelat lantai?
3. Begaimana cara pelaksanaan pekerjaan pengecoran pada pelat lantai?
4. Peralatan apa saja yang digunakan dalam mendukung pelaksanaan
pekerjaan pelat lantai?
5. Kendala-kendala yang

harus

diperhatikan

pada

saat

pelaksanaan

pekerjaan pelat lantai?


6. Hal-hal apa saja yang harus diperhatikan dalam pekerjaan pengecoran
pelat lantai sebelum dan sesudah pengerjaan?

1.4.

Batasan Masalah
Ruang lingkup pembahasan dibatasi hanya membahas mengenai metode

dan tahap pelaksanaan pengecoran pelat lantai. Pembahasan tidak akan


membahas mengenai perhitungan strukturnya dan rencana anggaran biaya (RAB)
1.5.

Sistematika Penulisan
Terdiri dari 5 BAB yaitu BAB I Pendahuluan berisi tentang latar belakang,

tujuan masalah, rumusan masalah, batasan masalah dan sistematika penulisan.


BAB II Landasan Teori berisi tentang Pelat Lantai, Pekerjaan Pembesian,
Pekerjaan

Bekisting,

Pengertian

Pengecoran,

Kondisi

Lingkungan

dan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). BAB III Tinjauan Umum Proyek berisi
tentang Latar Belakang Proyek, Kondisi Proyek, Kontraktor Pelaksana dan Flow
Chart Pelaksanaan Pekejaan Pengecoran Pelat Lantai. BAB IV Analisa dan
Pembahasan berisi tentang Pengertian Umum Pengecoran Pelat Lantai, Metode
Kerja dalam Pengecoran Pelat Lantai. BAB V berisi tentang Kesimpulan dan
Saran.

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Proyek Konstruksi
2.1.1. Pengertian Proyek Konstruksi
Proyek merupakan sekumpulan aktivitas yang saling berhubungan
dimana ada titik awal dan titik akhir serta hasil tertentu, proyek biasanya
bersifat lintas fungsi organisasi sehingga membutuhkan bermacam keahlian
(skills) dari berbagai profesi dan organisasi. Setiap proyek adalah unik,
bahkan tidak ada dua proyek yang persis sama. Dipohusodo (1996)
menyatakan bahwa suatu proyek merupakan upaya yang mengerahkan
sumber daya yang tersedia, yang diorganisasikan untuk mencapai tujuan,
sasaran dan harapan penting tertentu serta harus diselesaikan dalam jangka
waktu terbatas sesuai dengan kesepakatan.

Proyek adalah aktivitas sementara dari personil, material, serta sarana


untuk menjadikan/mewujudkan sasaran-sasaran (goals) proyek dalam kurun
waktu tertentu yang kemudian berakhir.
Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang saling
berkaitan untuk mencapai tujuan tertentu (bangunan /konstruksi) dalam
batasan waktu, biaya dan mutu tertentu. Proyek konstruksi selalu
memerlukan resources (sumber daya) yaitu man (manusia), material (bahan
bangunan), machine (peralatan), method (metode pelaksanaan), money
(uang), information (informasi), dan time (waktu).
Dalam Suatu proyek konstruksi terdapat tiga hal penting yang harus
diperhatikan yaitu hal mengenai waktu, biaya dan mutu. Pada umumnya,
mutu konstruksi merupakan elemen dasar yang harus dijaga untuk
senantiasa

sesuai

dengan

perencanaan.

Namun

demikian,

pada

kenyataannya sering terjadi pembengkakan biaya sekaligus keterlambatan


waktu pelaksanaan (Proboyo, 1999; Tjaturono, 2004). Dengan demikian,
seringkali efisiensi dan efektivitas kerja yang diharapkan tidak tercapai. Hal
itu mengakibatkan pengembang akan kehilangan nilai kompetitif dan peluang
pasar.
Adapun pihak-pihak yang terkait dalam pelaksanaan proyek konstruksi
antara lain:
1. Pemilik
2. Perencana (konsultan)

3. Pelaksana kontraktor
4. Pengawas (konsultan)
5. Penyandang dana
6. Pemerintah (regulasi)
7. Pemakai bangunan
8. Masyarakat

2.1.2. Ciri-ciri Proyek Konstruksi


Secara umum ciri-ciri proyek dapat dikelompokan kedalam 4 (empat)
kelompok, yaitu :
1. proyek mempunyai tujuan yaitu menghasilkan barang dan jasa.
2. proyek memerlukan input berupa faktor-faktor produksi atau sumber
daya, seperti modal, tanah dan material, peralatan, tenaga pegawai
dan kepemimpinan.
3. proyek mempunyai titik awal dan titik akhir.
4. Proyek tidak langsung menghasilkan.

2.2. Definisi dari Pelat Lantai


Pelat lantai adalah lantai yang tidak terletak di atas tanah langsung, jadi
merupakan lantai tingkat. Pelat lantai ini didukung oleh balok-balok yang bertumpu
pada kolom-kolom bangunan.
Ketebalan pelat lantai ditentukan oleh :

a.

Besar lendutan yang diijinkan.

b.

Lebar bentangan atau jarak antara balok-balok pendukung.

c.

Bahan konstruksi dan pelat lantai.

Berdasarkan aksi strukturalnya, pelat lantai dibedakan menjadi empat jenis,


yaitu:

1. Pelat kaku
Pelat kaku merupakan pelat tipis yang memiliki ketegaran lentur (flexural
rigidity), dan memikul beban dengan aksi dua dimensi, terutama dengan momen
dalam (lentur dan puntir) dan gaya geser transversal, yang umumnya sama
dengan balok. Pelat yang dimaksud dalam bidang teknik adalah pelat kaku,
kecuali jika dinyatakan lain.

2. Membran
Membran merupakan pelat tipis tanpa ketegaran lentur dan memikul beban
lateral dengan gaya geser aksial dan gaya geser terpusat. Aksi pemikul beban ini
dapat didekati dengan jaringan kabel yang tegang karena ketebalannya yang
sangat tipis membuat daya tahan momennya dapat diabaikan.

3. Pelat flexibel
Pelat flexibel merupakan gabungan pelat kaku dan membran dan memikul
beban luar dengan gabungan aksi momen dalam, gaya geser transversal dan

gaya geser terpusat, serta gaya aksial. Struktur ini sering dipakai dalam industri
ruang angkasa karena perbandingan berat dengan bebannya menguntungkan.

4. Pelat tebal
Pelat tebal merupakan pelat yang kondisi tegangan dalamnya menyerupai
kondisi kontinu tiga dimensi

Sedangkan berdasarkan pada bahan yang digunakan, Pelat lantai dibagi menjadi :

1. Pelat Lantai Kayu


Ukuran Lebar papan umumnya 20-30 cm. Tebal papan ukuran 2-3 cm, dengan
jarak balok-balok pendukung antara 60-80cm. Ukuran balok berkisar antara 8/12,
8/14, 10/14. Untuk bentangan 3-3,5cm. Balok-balok kayu ini dapat diletakkan
diatas pasangan bata 1 batu atau ditopang oleh balok beton. Bahan kayu yang
dipakai harus mempunyai berat jenis antara 0,6-0,8 (t/m3) atau dari jenis kayu
kelas II.
o Keuntungannya :
1. Harga relative murah, berarti biaya bangunan rendah.
2. Mudah dikerjakan, berarti pekerjaan lebih cepat selesai.
3. Beratnya ringan, berarti menghemat ukuran fondasi.
o Kerugiannya :
1. Hanya boleh untuk konstruksi bangunan sederhana dengan beban ringan.
2. Bukan peredam suara yang baik.

3. Sifat bahan permeable ( rembes air ), jadi tidak dapat dibuat KM/WC di
lantai atas.
4. Mudah terbakar, jadi tidak dapat membuat dapur dilantai atas.
5. Tidak dapat dipasang keramik.
6. Dapat dimakan bubuk atau serangga, berarti keawetan bahan terbatas.
7. Mudah rusak oleh pengaruh cuaca yang berubah-ubah.

2. Pelat Lantai Beton


Dipasang tulangan baja pada kedua arah, tulangan silang, untuk menahan
momen tarik dan lenturan. Untuk mendapatkan hubungan jepit-jepit, tulangan
pelat lantai harus dikaitkan kuat pada tulangan balok penumpu. Perencanaan dan
hitungan pelat lantai dan beton bertulang, harus mengikuti persyaratan yang
tercantum dalam buku SNI I Beton 1991.

Beberapa persyaratan tersebut antara lain :


1. Pelat lantai harus mempunyai tebal sekurang-kurangnya 12 cm, sedangkan
untuk pelat atap sekurang-kurangnya 7 cm.
2. Harus diberi tulangan silang dengan diameter minimum 8 mm dari baja lunak
atau baja sedang.
3. Pada pelat lantai yang tebalnya > 25 cm harus dipasang tulangan rangkap atas
bawah.
4. Jarak tulangan pokok yang sejajar tidak kurang dari 2,5 cm dan tidak lebih dari
20 cm atau dua kali tebal pelat lantai, dipilih yang terkecil.

5. Semua tulangan pelat harus terbungkus lapisan beton setebal minimum 1 cm,
untuk melindungi baja dari karat, korosi atau kebakaran.
6. Bahan beton untuk pelat harus dibuat dari campuran 1semen : 2pasir : 3kerikil
+ air, bila untuk lapis kedap air dibuat dari campuran 1semen : 1 pasir : 2
kerikil + air secukupnya.

Gambar 2.1. Perencanaan Pelat Lantai Beton

Pelat lantai beton dapat dibuat menerus/menjadi satu dengan pelat luifel
dengan balok penumpu sebagai pembatasnya seperti yang terlihat pada
gambar 2.1.
3. Pelat Lantai Yumen ( Kayu Semen )
Pelat lantai kayu semen ini dibuat dari potongan kayu apa saja dan kecil-kecil
yang kemudian dicampur semen yang berukuran 90 cm x 80 cm. pelat lantai
yumen ini masih jarang digunakan karena termasuk bahan bangunan yang baru
dan yumen ini buatan dari Pabrik Semen Gresik.

Cara Pemasangan Yumen :

10

Sebelum dipasangi yumen, dack yang akan dibuat dipasangi kayu bangkirai
5/7 dengan panjang yang sudah diatur dengan jarak 40 cm. Kayu yang berjejer
tersebut ditumpangi ring balk dan dicor, setelah itu lembaran yumen dipasang
berjejer rapat diatas kayu tersebut lalu dibaut. Kemudian diatas yumen baru diberi
rabat beton (1pc : 2ps : 3kr), setelah kering dipasang keramik, kalau dilihat dari
bawah, kayu tersebut tampak seperti utuh. Untuk itu kayu tersebut bisa dipakai
sebagai kayu ekspos (bisa dipolitur).

2.3. Pekerjaan Pembesian


Pekerjaan pembesian merupakan bagian dari pekerjaan struktur. Pekerjaan
ini memegang peranan penting dari aspek kualitas pelaksanaan mengingat fungsi
besi tulangan yang penting dalam kekuatan struktur gedung. Pekerjaan
pembesian mencakup pemotongan besi, pembengkokan besi dan pemasangan
besi. Berikut adalah alat-alat yang digunakan dalam proses pembesian:

Bar Cutter
Bar cutter adalah alat khusus yang digunakan untuk memotong tulangan,
keberadaan alat ini sangat berguna karena memudahkan pekerjaan tulangan.

Gambar 2.2. Bar Cutter

Bar Bender
Bar bender adalah alat yang digunakan untuk membengkokkan tulangan,
keberadaan tulangan ini sangat membantu cepatnya pekerjaan tulangan.

11

Gambar 2.3. Bar Bender

2.4. Pekerjaan Bekisting


Formwork atau bekisting merupakan sarana struktur beton untuk mencetak
beton baik ukuran atau bentuknya sesuai dengan yang direncanakan, sehingga
bekisting harus mampu berfungsi sebagai struktur sementara yang bisa memikul
berat sendiri, beton basah, beban hidup dan peralatan kerja.
Pada pekerjaan bekisting, khususnya pelat dan balok biasanya dilakukan
pekerjaan

perancah

(scaffolding).

Pekerjaan

perancah

dilakukan

untuk

mendukung perencanaan pembuatan bekisting pelat dan balok.


Alat-alat yang digunakan pada pekerjaan bekisting adalah sebagai berikut:

Scaffolding
Scaffolding berguna sebagai perancah penyangga bekisting balok dan pelat.
Alat ini mempunyai bentuk yang seragam. Dalam penggunaanya scaffolding
cukup dipasang pada jarak dan ketinggian yang dikehendaki.

12

Gambar 2.4. Scaffolding

Theodolith
Theodolith adalah alat yang digunakan untuk menentukan koordinat suatu titik,
alat ini dapat menentukan titik koordinat secara horizontal maupun vertikal.

Gambar 2.5. Theodolith

Waterpass
Waterpass memiliki kegunaan yang sama dengan theodolith dalam menentukan
titik koordinat namun waterpass hanya dapat bekerja pada arah horizontal saja.

Gambar 2.6. Waterpass

Roll Meter
Roll meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur jarak atau panjang .

13

Gambar 2.7. Roll Meter

2.5. Pengertian Pengecoran


Pekerjaan pengecoran adalah pekerjaan penuangan beton segar ke dalam
cetakan suatu elemen struktur yang telah dipasangi besi tulangan. Sebelum
pekerjaan pengecoran dilakukan, harus dilakukan inspeksi pekerjaan untuk
memastikan cetakan dan besi tulangan telah terpasang sesuai rencana.
Alat yang digunakan untuk proses pengecoran pelat lantai adalah sebagai
berikut :

Tower Crane
Alat ini digunakan untuk memindahkan alat dan material ketempat yang
dibutuhkan, keberadaan alat ini sangat berguna karena memudahkan proses
pekerjaan, dalam proyek ini tower crane yang digunakan berkapasitas 2 ton
dengan jumlah 2 buah seperti yang terlihat pada gambar 2.8.

Gambar 2.8. Tower Crane

14

Concrete Mixer Truck


Suatu kendaraan khusus yang digunakan untuk mengangkut campuran beton
segar dari batching plant menuju ke proyek, alat ini sangat berguna karena
mampu meminimalkan kerusakan kualitas beton selama proses pengangkutan,
concrete mixer truck dalam proyek ini memiliki kapasitas antara 6 m 3 sampai 7
m3. Berikut adalah gambar concrete mixer truck yang terdapat pada proyek :

Gambar 2.9. Concrete Mixer Truck

Concrete Pump
Concrete pump digunakan untuk memindahkan beton segar menuju tempat
pengecoran, keberadaan alat ini sangat membantu karena mempercepat
pengerjaan pengecoran. Pada proyek ini concrete pump digunakan untuk
pengecoran pelat dan balok.

Gambar 2.10. Concrete Pump

15

Passenger Hoist
Alat ini digunakan untuk mengangkut sejumlah peralatan dan pekerja menuju
ketinggian tertentu dari gedung, pada proyek ini terdapat 2 passenger hoist
dengan kapasitas 1 ton seperti yang terlihat pada gambar 2.11.

Gambar 2.11. Passenger Hoist

Concrete Bucket
Concrete bucket digunakan untuk mengangkut beton segar dari concrete mixer
truck menuju tempat pengecoran, dalam proses pengangkutan concrete bucket
dibantu oleh tower crane, biasanya concrete bucket digunakan pada
pengecoran bagian vertikal seperti : kolom, core wall dan shear wall. Selain itu
juga bisa digunakan untuk pengecoran balok dan pelat lantai.

Gambar 2.12. Concrete Bucket

Kompresor
Kompresor digunakan untuk meniupkan kotoran pada bekisting balok dan pelat
lantai yang siap untuk dicor. Kotoran tersebut dapat berupa debu, kerikil, kawat
baja, maupun kotoran lainnya.

Vibrator

16

Vibrator digunakan untuk memadatkan beton segar dalam cetakan, sehingga


dicapai kepadatan beton yang ideal, serta mencegah keropos yang diakibatkan
kerikil. Dalam penggunaannya harus diperhatikan agar penggetaran pada beton
segar tidak terlalu lama karena dikhawatirkan terjadi segregasi, selain itu juga
penggunaan vibrator jangan sampai menggeser posisi tulangan dan cetakan.

Gambar 2.13. Kompresor (kiri),Vibrator (kanan)

2.6. Kondisi Lingkungan


Sebelum suatu proyek dijalankan, sebaiknya dilakukan terlebih dahulu studi
mengenai kondisi lingkungan disekitar proyek konstruksi. Pada proyek konstruksi

17

pengadaan data-data mengenai kondisi lingkungan sangat penting agar dapat


mengetahui hambatan-hambatan apa saja yang terjadi.
Beberapa kondisi lingkungan yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan
pembangunan gedung adalah:
2.6.1. Budaya dan Perilaku Masyarakat Sekitar
Pentingnya aspek budaya dan perilaku masyarakat sekitar membuat
pelaksana pembangunan harus memikirkan bagaimana cara agar kegiatan
pembangunan tidak mengganggu jalannya aspek tersebut pada masyarakat.
Seperti digantinya penggunaan tiang pancang dengan borepile karena
penggunaannya

mengurangi

kebisingan

dan

getaran

yang

akan

mengganggu masyarakat dan bangunan sekitar.


2.6.2. Jalur Mobilisasi dan Demobilisasi
Mobilisasi dan demobilisasi proyek adalah kegiatan mendatangkan ke
lokasi (mobilisasi) dan mengembalikan (demobilisasi) alat-alat proyek sesuai
spesifikasi yang ditentukan dalam dokumen lelang dengan menggunakan
alat angkutan darat (trailer / truck besar) atau alat angkut air (ponton). Dalam
menentukan jalur mobilisasi dan demobilisasi pelaksana dapat mengetahui
kendala-kendala apa saja yang timbul dalam masa pengiriman peralatan dan
material proyek.
Mobilisasi / pengiriman peralatan dan material dijadwalkan terlebih
dahulu yang berisi keterangan lokasi peralatan dan material , usulan cara
pengangkutan dan jadwal kedatangan peralatan dan material di lapangan .
Selanjutnya peralatan dan material ditempat lokasi yang aman / dalam Base
camp dan dekat di lokasi proyek agar mudah nantinya .
2.7. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Secara filosifi pengertian K3 adalah suatu pemikiran atau upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani, tenaga kerja
pada khusunya dan masyarakat pada umumnya terhadap hasil karya dan

18

budayanya menuju masyarakat adalah makmur. Sedangkan secara keilmuan


pengertian K3 adalah ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha
mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
2.7.1. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Tujuan dari diadakannya K3 adalah sebagai berikut :
o Melindungi kesehatan, keamanan dan kedamaian dari tenaga
kerja.
o Meningkatkan efisiensi kerja.
o Mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
2.7.2. Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Dalam penerapannya K3 memiliki langkah-langkah sebagai berikut:
1. Identifikasi bahaya
2. Risiko yang menyebabkan kecelakaan kerja pada proyek
konstruksi
3. Pengelolaan risiko:
Sumber daya manusia didalam organisasi harus dikelola dengan
baik, Pengelolaan sumber daya manusia dalam organisasi terdiri
dari:
o
o
o
o
o
o

Pengadaan personil
Pengembangan personil melalui pelatihan dan pendidikan
Pemberian imbalan
Integrasi personil kedalam organisasi
Pemeliharaan terhadap personil yang ada
Pemberhentian personil

2.7.3. Perlengkapan dan Peralatan K3


Alat Pelindung Diri Perlengkapan wajib yang digunakan saat bekerja
sesuai bahaya dan resiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu
sendiri dan orang di sekelilingnya. Berikut adalah alat-alat yang digunakan
dalam K3:
1. Tanda pengenal untuk setiap pekerja wajib memakai tanda pengenal di area
proyek.

19

2. Safety belt sudah selayaknya bagi pekerja yang melaksanakan kegiatannya


pada ketinggian tertentu atau pada posisi yang membahayakan wajib
mengenakan tali pengaman atau safety belt. Fungsi utama tali pengaman ini
3.
4.
5.
6.

dalah menjaga seorang pekerja dari kecelakaan kerja pada saat bekerja,
Kaca mata pelindung, Sarung tangan dan Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Masker untuk kebersihan dan kesehatan
Safety Harness untuk jenis pekerjaan Climbing & Vertical (Gondola)
. Board / papan / Spanduk peringatan

Gambar 2.14. perlengkapan K3 (kiri) dan spanduk peringatan (kanan)

20

BAB III
TINJAUAN UMUM PROYEK

3.1. Latar Belakang Proyek

Gambar. 3.1 Puri Indah Financial Tower

Proyek perkantoran Puri Indah Financial Tower Jakarta direncanakan


sebagai perkantoran dengan berbagai fasilitas. Proyek ini terletak di Jalan Puri
Indah Raya Blok T, Jakarta Barat. Bangunan proyek ini direncanakan terdiri dari
25 lantai + 4 basement + atap.

21

3.1.1. Data Proyek


Nama Proyek
: Puri Indah Financial Tower
Pemilik Proyek
: PT. Antilope Madju Puri Indah
Konsultan Perencana :
- Struktur
: PT. Davy Sukamta & Partners
- Arsitektur
: PT. Arga Calista Disain
- MEP
: PT. Meltech Consultindo Nusa
- QS
: PT. Wilde And Woollard Indonesia
Konsultan Pengawas : PT. Trimatra Jaya Persada
Waktu Pelaksanaan
Mulai
Selesai

: 465 Hari Kalender


: 17 Februari 2014
: 28 Mei 2015

Waktu Pemeliharaan : 360 Hari Kalender


- Mulai
- Selesai
Jenis Pekerjaan

: 29 Mei 2015
: 29 Mei 2016
: Pekerjaaan Struktur, Arsitektur dan Plumbing.

3.1.2. Data Teknis


Tebal pelat
- Tipe A
- Tipe B
- Tipe C
- Tipe D
Kuat Beton

:
: 120 mm
: 150 mm
: 200 mm
: 130 mm
:

Basement 4 sampai Lantai 5

3
= 400 kg /cm

(40 MPa)

Lantai 6 sampai Lantai 14

3
= 325 kg /cm

(32,5 MPa)

Lantai 15 sampai Lantai 26

Slump test pelat

= 400

kg /cm3

: 13 (+3/-1)

= 325

kg /cm3

: 13 (+3/-1)

= 250

kg /cm3

: 16 (+3/-1)

= 250 kg /cm

(25 MPa)

22

3.2. Lokasi Proyek


Proyek ini berlokasi di Jakarta, dikawasan perkantoran. Lokasi persis proyek
ini adalah pada Jalan Puri Indah Raya Blok T Jakarta Barat provinsi DKI Jakarta.

Gambar 3.2. Lokasi Proyek


3.3. Kontraktor Pelaksana
Kontraktor Pelaksana adalah badan hukum atau perorangan yang ditunjuk
untuk melaksanakan pekerjaan proyek sesuai dengan keahliannya. Atau dalam
definisi lain menyebutkan bahwa pihak yang penawarannya telah diterima dan
telah diberi surat penunjukan serta telah menandatangani surat perjanjian
pemborongan kerja dengan pemberi tugas sehubungan dengan pekerjaan proyek.
Kontraktor bertanggung jawab secara langsung pada pemilik proyek (owner)
dan

dalam

melaksanakan

pekerjaannya

diawasi

oleh

tim

pengawas

dari owner serta dapat berkonsultasi secara langsung dengan tim pengawas

23

terhadap masalah yang terjadi dalam pelaksanaan. Perubahan desain harus


segera dikonsultasikan sebelum pekerjaan dilaksanakan.
Kontraktor sebagai pelaksana proyek tentunya mempunyai tugas dan
tanggung jawab dalam menjalankan fungsinya, antara lain adalah sebagai berikut:
1. Melaksanakan pekerjaan konstruksi sesuai dengan peraturan dan
spesifikasi yang telah direncanakan dan ditetapkan didalam kontrak
perjanjian pemborongan.
2. Memberikan laporan kemajuan proyek (progress) yang meliputi laporan
harian, mingguan, serta bulanan kepada pemilik proyek yang memuat
antara lain:
1) Pelaksanaan pekerjaan.
2) Prestasi kerja yang dicapai.
3) Jumlah tenaga kerja yang digunakan.
4) Jumlah bahan yang masuk.
5) Keadaan cuaca dan lain-lain.
3. Menyediakan tenaga kerja, bahan material, tempat kerja, peralatan, dan
alat pendukung lain yang digunakan

mengacu dari spesifikasi dan

gambar yang telah ditentukan dengan memperhatikan waktu, biaya,


kualitas dan keamanan pekerjaan.
4. Bertanggung jawab sepenuhnya atas kegiatan konstruksi dan metode
pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
5. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan jadwal (time schedule) yang
telah disepakati.
6. Melindungi semua perlengkapan, bahan, dan pekerjaan terhadap
kehilangan dan kerusakan sampai pada penyerahan pekerjaan.
7. Memelihara dan memperbaiki dengan biaya sendiri terhadap kerusakan
jalan yang diakibatkan oleh kendaraan proyek yang mengangkut
peralatan dan material ke tempat pekerjaan.
8. Kontraktor mempunyai hak untuk meminta kepada pemilik proyek
sehubungan dengan pengunduran waktu penyelesaian pembangunan

24

dengan memberikan alasan yang logis dan sesuai dengan kenyataan di


lapangan yang memerlukan tambahan waktu.
9. Mengganti semua ganti rugi yang diakibatkan oleh kecelakaan sewaktu
pelaksanaan

pekerjaan,

serta

wajib

menyediakan

perlengkapan

pertolongan pertama pada kecelakaan.

3.3.1. Struktur Organisasi


Strukur organisasi adalah bagian dari manajemen atau pengolaan
proyek dengan cara tertentu untuk mendapatkan tujuan tertentu. Secara
garis besar pihak-pihak yang terlibat dalam proyek ini yaitu sebagai berikut

25

26

Gambar 3.3. Struktur Organisasi Proyek

3.3.2. Flow Chart Pelaksanaan Pekerjaan Pengecoran Pelat Lantai

27

Adapun flow chart pelaksanaan pekerjaan pengecoran pelat lantai,


yaitu:
Mulai

Pekerjaan Persiapan:

Pekerjaan Scaffolding & Bekisting

Pekerjaan Pembesian

Pekerjaan Pembersihan

Gambar 3.4. Flow Chart

Pekerjaan Pengetesan Beton

Pekerjaan Pengecoran

Pelat Lantai

Pekerjaan Pengecoran Pelat Lantai


BAB IV
ANALISIS DAN
PEMBAHASAN
4.1.
Pengertian
Umum
Pekerjaan
pengecoran
pelat
Pekerjaan Pembongkaran Bekisting

lantai sangat penting


konstruksi
gedung
merupakan
yang

dalam
Pekerjaan Curing Beton

bertingkat
bagian
berfungsi

proyek

pembangunan
karena pelat lantai

Selesai

dari eleman gedung


sebagai

tempat

berpijak. Pijakan itu nantinya digunakan untuk menopang scaffolding pelat dan

28

balok lantai berikutnya, serta tempat pijakan alat-alat dan material untuk pekerjaan
lainnya.
4.2. Metode Kerja
4.2.1. Metode Konstruksi
Metode konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan pelaksanaan
konstruksi yang mengikuti prosedur dan telah dirancang sesuai dengan
pengetahuan maupun standar yang telah diuji cobakan. Metode yang dipilih
nantinya harus disuaikan dengan berbagai kondisi dilapangan dan
ketersediaan sumber daya dilapangan.
4.3. Langkah Konstruksi
4.3.1. Pekerjaan Persiapan
Tahap pertama dari pengerjaan pengecoran beton adalah pekerjaan
persiapan.

Pekerjaan

persiapan

sangat

penting

untuk

memastikan

kelancaran pengerjaan beton selanjutnya. Pekerjaan persiapan ini biasanya


mencakup pembersihan lahan atau tempat yang nantinya akan dijadikan
pelat lantai serta penanadaan (marking) pada bagian pelat baik itu untuk
penandaan letak bekisting, maupun untuk kontrol tinggi scaffolding pada saat
pemasangan bekisting pelat.

4.3.2 Pekerjaan Scaffolding Dan Bekisting


4.3.2.1. Pekerjaan scaffolding
Scaffolding adalah suatu struktur sementara yang digunakan untuk
menyangga manusia dan material dalam konstruksi dan beban lainnya yang
diperlukan selama masa konstruksi.
Fungsi Scaffolding adalah sebagai berikut :
Fungsi Scaffolding sebagai struktur sementara

29

Untuk menahan beton yang belum mampu memikul beratnya sendiri

(pada pelaksanaan pengecoran).


Fungsi Scaffolding sebagai support
Menyediakan tatakan elevasi yang mampu menahan suatu beban

tertentu pada sebuah area tertentu.


Fungsi Scaffolding sebagai access.
Akses atau akomodasi bagi para pekerja bangunan. Contoh dari fungsi
Scaffolding sebagai access adalah untuk membuat tangga menuju
tempat tinggi pada sebuah pekerjaan konstruksi.

Bagian-bagian Scaffolding :

Crossbrace
Penghubung/ pengikat antar main frame, berfungsi sebagai pengaku
dan pengikat antar main frame pada suatu Scaffolding, agar Scaffolding

tidak mudah goyang dan tetap berdiri tegak.


Joint Pin
Joint pin penyambung antar frame berfungsi sebagai penyambung

antara bagian-bagian Scaffolding.


Jack Base
Berfungsi sebagai kaki Scaffolding yang dapat diatur naik turunnya
untuk menyesuaikan ketinggian Scaffolding sesuai dengan yang

diinginkan.
U Head Jack
Berfungsi sebagai penghubung antara Scaffolding dengan kayu-kayu
bekisting. Sama dengan jack base, U head jack juga dapat diatur naik

turunnya sesuai posisi tinggi yang diinginkan.


Catwalk/deck/platform
Berfungsi sebagai tempat berpijak yang dibentangkan diantara frameframe Scaffolding. Catwalk digunakan pada scaffolding yang berfungsi
sebagai akses atau akomodasi untuk para pekerja bangunan.

Gambar 4.1. Sketsa Scaffolding

U Head
Scaffolding
Joint Base
Jack
Crossbrace
Pin

30

Berikut adalah langkah-langkah pekerjaan pemasangan Scaffolding pada


proyek Puri Indah Financial Tower:
1. Lakukan inspeksi terhadap Scaffolding pada saat kedatangan, pastikan
kelengkapan dan fisik nya tidak ada yang rusak . antara lain :
a. Karat
b. Bengkok
c. Las las an lepas
d. Accesories tidak lengkap
2. Penumpukan di gudang harus rapih dan diberi identifikasi , disusun
berdasarkan jenis alat .

31

3. Untuk Accesories yang kecil dimasukkan kotak / peti kayu


4. Lokasi pemasangan harus rata dan kuat.
5. Landasan Scaffolding harus level
6. Pemasangan main frame yang untuk menahan beban utama harus
tegak lurus, dan apabila diperlukan kondisi tidak tegak lurus harus
dipasang angkur penahan dan bracing pipa yang cukup dan di klem
dengan kuat.
7. Sambungan Scaffolding (joint pin) harus baik
8. Cross brace harus terpasang dan terkunci.
9. Pipa pipa horizontal dan diagonal harus terpasang baik secara
melintang dan memanjang.
10. Semua pipa bracing horisontal dan diagonal harus diikat dengan Clamp.
11. Untuk pemasangan Scaffolding melebihi tinggi 2 m, harus dipasang
tangga darurat dan plat form yang kokoh.
12. Untuk dimana diperlukan jembatan untuk lalu lintas pekerja, dipasang
hand rail post, diberi plat form dari bahan yang kuat dan kokoh.
13. Pasang rambu atau tanda peringatan di lokasi kerja, contoh
a. Awas Kejatuhan Benda dari atas
b. Hati hati bekerja di ketinggian.

32

Gambar 4.2. Pemasangan Scaffolding

4.3.2.2. Pekerjaan Bekisting


Pemasangan bekisting dilakukan agar beton yang dicor nantinya
dapat tercetak sesuai dengan bentuk yang diharapkan. Pemasangan
bekisting dilaksanakan dengan rapi dan rapat, agar bekisting tidak
mengalami kebocoran. Untuk pekerjaan bekisting, maka dilakukan beberapa
langkah langkah sebagai berikut sesuai dengan prosedur pelaksanaan
yang terdapat pada proyek Puri Indah Financial Tower :

1. Penyiapan Shop Drawing


Untuk memudahkan pelaksanaan di lapangan, maka harus
dibuat gambar yang detail dan lengkap, gambar tersebut disebut
gambar pelaksanaan atau shop drawing. Gambar pelaksanaan harus
menggambarkan :
a) Gambar tampak, harus dapat memberikan informasi mengenai
jenis-jenis material yang dipakai untuk sistem bekisting yang akan
digunakan.

33

b) Gambar detail, harus dapat memberikan informasi mengenai


ukuran ukuran material, jarak pemasangan material tersebut dan
detail penempatan sambungan.
Semua gambar pelaksanaan harus mengacu pada gambar
perencanaan yang berstatus for construction spesifikasi. Gambar
tersebut harus sudah disetujui pemberi tugas. Sebelum diedarkan
ke lapangan serta gambar yang beredar merupakan gambar
dengan revisi terakhir.

2. Cara Pelaksanaan
Sistem penggunaan bekisting typical dapat dilihat pada
gambar. Untuk efektifitas dan efisiensi pelaksanaan pekerjaan
bekisting, areal kerja dibagi dalam zone. Cara pelaksanaan pekerjaan
bekisting pelat lanati dapat dilihat pada gambar 4.3.

Gambar 4.3. Pelaksanaan Pekerjaan Bekisting Pelat Lantai

34

Untuk bekisting pelat menggunakan plywood fyber 15 mm.

Gambar 4.4. Plywood Fyber Ukuran 15 mm.

Kendala yang sering muncul pada saat pemasangan bekisting


adalah sisi bekisting yang tidak rapat, disebabkan profil kayu tidak
begitu baik saat sudah berulangkali digunakan. Solusi dari masalah
tersebut adalah pemasangan busa kuning disela-sela bekisting yang
tidak rapat, agar saat pengecoran beton tidak keluar melalui sela-sela
tersebut. Berikut gambar cara pengaplikasiannya:

Gambar 4.5. Pemasangan Busa Kuning Disela-sela Bekisting Yang Tidak Rapat

4.3.3. Pekerjaan Pembesian

35

4.3.3.1. Penempatan Besi Untuk Pelat Lantai


Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan besi untuk
pelat antara lain :
a.

Penyimpanan
sehingga

besi

besi

tersebut

harus dilaksanakan
tidak

berhubungan

sedemikian
langsung

rupa

dengan

permukaan tanah untuk mencegah agar besi tidak menjadi berkarat.


Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan ganjal kayu di bawah
tumpukan besi.
b.

Penyimpanan besi harus dipisahkan sesuai dengan ukurannya,


untuk memudahkan pada saat pengambilan besi untuk difabrikasi.

Gambar 4.6. Fabrikasi Besi

4.3.3.2. Stel Besi


Sebelum pelaksanaan

pekerjaan

pembesian

pelat lantai,

sebelumnya dibuat dulu schedule rencana potong dan bengkok. Hal ini
dilakukan untuk memperkecil waste material besi.

36

Besi harus difabrikasi dulu di workshop dimana pemindahan dari


truk pengangkut besi ke workshop dilakukan dengan alat bantu tower
crane, sesuai dengan dengan gambar rencana dan dipisahkan, diberi
ukuran/tanda untuk pekerjaan yang direncanakan. Untuk potong
bengkok menggunakan alat bar bender dan bar cutter. Setelah fabrikasi
selesai, besi dibawa ke lokasi pekerjaan untuk dilakukan penyetelan
besi.

Gambar 4.7. Bar Bender (kiri) dan bar cutter (kanan)

4.3.3.3. Pelaksanaan Pekerjaan Pembesian Pelat Lantai


Pembesian dilakukan dengan tujuan untuk memberikan kekuatan
pada pelat lantai agar dapat menahan beban tekan kebawah, baik berat
sendiri maupun beban dari luar ( beban bergerak), sehingga pelat lantai
mampu

menahan beban-beban tersebut dengan baik. Didalam

pembesian atau yang biasa disebut dengan penulangan, diameter besi


sangat menentukan berapa besar kekuatan yang mampu ditopang oleh
pelat lantai nantinya, sehingga semakin besar beban yang harus di pikul

37

oleh pelat lantai maka semakin besar diameter besi yang harus
digunakan.

Gambar 4.8. Besi Dengan Diameter Beragam

Pemasangan besi tulangan tidak dilakukan dengan asal-asalan


melainkan sesuai dengan gambar rencana / shop drawing dan diikat
dengan menggunakan kawat besi (bendrat). Potongan kawat tidak
boleh dibuang di area / lokasi yang akan dicor untuk menjaga
kebersihan lokasi. Pada saat pengikatan besi perlu diperhatikan
kekuatan ikatan tersebut supaya pada saat pengecoran ikatan besi tidak
lepas.

Gambar 4.9. Pelaksanaan pekerjaan Pembesian Pelat Lantai

38

Dalam tulangan pelat lantai terdapat tulangan atas dan tulangan


bawah, agar saat pengecoran tulangan atas dan tulangan bawah ini
tidak menyatu maka pada selah diantara kedua tulangan tersebut
digunakan pemisah berupa besi berbentuk menyerupai huruf s yang
disebut besi pemisah. Berikut contoh gambar pengaplikasiannya:

Gambar 4.10. Pengaplikasian Besi Pemisah Pada Tulangan Pelat Lantai

4.3.4 Pekerjaan Pembersihan


Sebelum pekerjaan pengecoran beton dilaksanakan, bekisting dan besi
yang sudah terpasang harus dibersihkan dari kotoran, batu, potongan kayu,
potongan

besi

dan

lain-lain.

Pembersihan

dapat

dilakukan

dengan

menggunakan air compressor, disiram dengan air atau dengan cara lain.

39

Gambar 4.11. Kompresor

4.3.5 Pekerja Pengetesan Beton


Pengetesan beton dilaksanakan untuk menjamin apakah beton yang
dipesan oleh pelaksana dilapangan memiliki spesifikasi kekuatan yang sama
dengan beton yang sampai. Beton diantar oleh mobil pengangkut beton
(concrete mix truck) dari tempat pembuatan beton (concrete batching plant).
Pengujian ini juga dilakukan guna memastikan apakah beton masih segar dan
masih baik untuk pengecoran dan belum memasuki waktu kering (initial
setting). Berikut prosesnya:

Alat yang harus disediakan :


1. Gerobak dorong / Ember cor plastik atau bahan lainnya yang tidak
menyerap air
2. Alas ukuran minimal 50 x 40 cm2 terbuat dari multiplex lapis film atau pelat
baja atau bahan lain yang tidak menyerap air
3. Kerucut Abrams tinggi 30 cm diameter bawah 20 cm dan diameter atas 10
cm
4. Sendok beton /sekop kecil
5. Tongkat baja diameter 16 mm panjang 60 cm

40

Cara kerja test :


1. Alas diletakkan diatas tanah yang keras dan rata
2. Ambil campuran beton yang akan ditest secukupnya dengan gerobak
dorong atau ember cor
3. Kerucut Abrams diletakkan di atas alas yang sudah disediakan
4. Kerucut Abrams diisi dengan beton yang akan ditest slumpnya sambil
ditekan ( diinjak ) ke bawah pada penyokongnya .
5. Pengisian dengan cara bertahap , adukan beton diisikan ke dalam
sebanyak 3 lapis yang masing masing kira-kira sama takaranya ( 1/3 ).
6. Setiap setelah mengisi 1/3 bagian tersebut dirojok 10 kali dengan tongkat
baja
7. Setelah itu bidang atasnya disipat rata dan dibiarkan selama 30 detik.
Selama waktu ini adukan beton yang berceceran di sekitar kerucut
disingkirkan.
8. Kemudian kerucut Abrams ditarik ke atas dengan hati-hati dan kecepatan
yang konstan
9. Segera setelah itu penurunan puncak kerucut terhadap tingginya semula
diukur dengan meteran saku .

Gambar 4.12. Proses Pengujian Slump Test Beton

41

4.3.6. Pekerjaan Pengecoran Pelat Lantai


1. Persiapan
Sebelum memulai pekerjaan pengecoran, semua bagian yang
terlibat harus terlebih dahulu memahami bahwa semua kegiatan yang
berhubungan dengan pekerjaan pengecoran harus didasarkan pada :
a. Spesifikasi
b. Gambar perencanaan

2. Penyiapan shop drawing


Untuk memudahkan pelaksanaan dilapangan, maka harus
dibuat gambar yang detail dan lengkap, gambar tersebut disebut
gambar pelaksanaan atau shop drawing. Gambar pelaksanaan harus
menggambarkan :
a.

Gambar denah, yang menggambarkan dimensi/ukuran pelat lantai


serta notasi penulangannya.

b.

Gambar potongan harus dapat menginformasikan ukuran, detail


penulangannya, mutu beton dan mutu besi yang dipakai.

c.

Gambar skematik penulangan harus dapat menginformasikan


jenis, jumlah dan diameter besi serta jarak besi.
Semua gambar pelaksanaan harus mengacu pada gambar

perencanaan yang berstatus for construction spesifikasi. Gambar


tersebut harus sudah disetujui pemberi tugas. Sebelum diedarkan ke
lapangan serta gambar yang beredar merupakan gambar dengan
revisi terakhir.

42

3. Mempersiapkan bahan, tenaga kerja dan alat


Mempersiapkan bahan
Material yang digunakan harus mendapatkan persetujuan terlebih
dahulu dari pemberi tugas atau konsultan. Jenis material yang
perlu mendapatkan persetujuan adalah sebagai berikut :
-

Besi tulangan melalui tes tarik dan tes tekuk

Beton melalui trial mix / job mix

Mempersiapkan peralatan yang dipakai


Peralatan yang dipakai untuk mengerjakan pekerjaan pengecoran
antara lain :

Gerobak

Genset / Penerangan Kerja

Concrete Pump

Alat Bekisting

Vibrator

Air Compressor

Alat Bantu lainnya.

4. Pelaksanaan Pengecoran
1) Penuangan beton
Untuk mendapatkan hasil beton yang baik maka cara
penuangan harus benar-benar yaitu :
a.

Pengecoran dituang langsung dengan menggunakan pompa


beton (concrete pump) dengan menyedotkan beton dari truk
pengangkut beton (concrete mix truck) menuju ke bagian

43

konstruksi yang sudah diberi bekisting dan penulangan, apabila


alat

concrete

pump

bermasalah

maka

pengecoran

dapat

menggunakan bucket dengan pengangkatan dibantu tower crane .

Gambar 4.13. Pengecoran Menggunakan Placing boom (kiri), Penuangan Beton Segar
menggunakan bucket (kanan)

b.

Beton harus dituang vertikal dan sedekat mungkin dengan


bagian yang dicor.

c.

Beton tidak boleh dituangkan kedalam bekisting dengan jarak


yang tinggi (maksimum 1.50 m) karena akan menagkibatkan
segregasi. Apabila tinggi lebih dari 1.5 m, maka harus memakai
talang/cor/tremi..

d.

Beton tidak boleh dicorkan pada saat hujan lebat tanpa penutup
di atasnya, karena air hujan akan menyebabkan turunnya mutu
beton.

2) Pemadatan Beton

44

Disamping cara penuangan yang benar, cara pemadatan yang


benar juga merupakan faktor penting guna mencapai tujuan
pembetonan. Cara pemedatan dengan vibrator yang benar yaitu :
a. Besarnya kepala vibrator harus disesuaikan dengan jenis struktur
beton yang akan dicor dan jarak antar tulangan terkecil.
b. Vibrator harus dapat dimasukan ke dalam jaringan/anyaman besi
beton dan harus diusahakan sedikit mungkin menempel pada
besi. Menggetarkan besi beton dapat menyebabkan turunnya
mutu beton. Dimana terjadi penggumpulan pasir disekitar besi.
Bahkan

apabila

besi

digetarkan

terus-menerus

dapat

menyebabkan retak atau terjadinya rongga antar besi dan beton


yang telah mengeras rongga ini dapat menyebabkan korosi pada
tulangan.
c. Tidak boleh meletakan kepala vibrator terlalu lama dalam beton
karena akan menyebabkan segregasi dan bleeding terutama
untuk beton dengan slump tinggi. Lama penggetaran cukup antara
10 s/d 15 detik.
d. Kepala vibrator jangan terlalu dekat dengan bekisting, karena
apabila bekisting bergetar akan terbentuk lapisan pasir lepas dan
juga dapat merusakan bekisting. Jarak minimal kebekisting adalah
10 cm.
e. Beton tidak boleh digetarkan berulang-ulang pada tempat yang
sama, karena dapat mengakibatkan rongga-rongga didalam
beton.

45

f. Vibrator harus dimasukan kedalam beton yang belum terpadatkan


secara tepat dan dicabut pelan-pelan. Kecepatan memasukan
vibrator diperlukan agar tidak sempat terjadi pemadatan awal
pada beton lapis atas sehingga menyulitkan lolosnya udara dan
air yang terperangkap di bawahnya. Sedangkan pencabutan
harus dilakukan pelan-pelan untuk memberikan kesempatan
vibrator menyalurkan secara penuh energi pemadatan pada
beton. Kecepatan pencabutan berkisar antara 4cm/dt s/d 8 cm/dt.
g. Lapisan beton harus dicor secara rata sejak permulaan untuk
memudahkan pengaturan sistem pemadatan dengan vibrator.
h. Untuk pengecoran struktur beton yang tinggi dan lebar, yang
paling efisien dibuat perlapis kurang lebih 50 cm perlapis. Apabila
tiap lapisan dibuat tebal akan menyulitkan udara dan air keluar
dari beton ketika digetarkan dengan vibrator. Sebaliknya dengan
lapisan yang terlalu tipis tekanan beton tidak dapat mengimbangi
pekerjaan vibrator.
i. Untuk menyambung lapisan bawah dengan lapisan diatasnya,
vibrator harus dimasukan sebagian (kira-kira 10 s/d 15 cm) ke
dalam lapisan di bawahnya agar tercipta lekatan yang monolik
padat dan meyatu.
j. Pada pengecoran pelat beton yang tipis, vibrator boleh dimasukan
ke dalam beton secara miring dalam hal ini vibrator akan
menyentuh besi tulangan, tetapi harus diusahakan sedikit dan
secepat mungkin.

46

Gambar 4.14. Pemadatan Beton Menggunakan Vibrator

4.3.7. Pekerjaan Pembongkaran Bekisting


Pembongkaran Bekisting Pelat :

Setelah pengecoran pelat lantai, bekisting pelat lantai dibongkar 5 hari


setelah pengecoran kemudian diganti dengan reporping sampai dengan
28 hari setelah pengecoran.

Pembongkaran dimulai dari pelepasan clam siku dan stut dinding balok,
hasil pembongkaran dirapikan untuk clam siku dikumpulkan pada kotak
yang sudah disediakan, sedangkan stutnya dikumpulkan dan diikat
dengan bendrat untuk dipakai selanjutnya.

Pengendoran baut jack multi span pada daerah yang akan dibongkar,
pembongkaran dimulai dari pembongkaran multi span secara hati-hati,
setelah lepas dari tumpuan dinding balok, multi span dipendekkan dan
bautnya dikencangkan kembali baru diturunkan satu per satu secara
hati-hati.

47

Di sini perlu diawasi pembongkarannya jangan sampai ada multi span


yang rusak karena terbanting.

Setelah multi span lepas semua (pada daerah yang dibongkar, dalam
hal ini modul pelat), pembongkaran dilanjutkan ke arah dinding balok,
setelah

dinding

balok

terbongkar

baru

dilanjutkan

dengan

pembongkaran pelat lantai.

4.3.8. Pekerjaan Curing Beton


Pemeliharaan pelat lantai yang telah dicor (curing) merupakan tahap
terakhir yang harus dilakukan didalam proses pengecoran pelat lantai. Pelat
yang telah dicor harus dirawat karena meskipun secara kasat mata
permukaannya sudah tampak mengering, namun secara kimiawi proses
pengikatan didalam beton masih berlangsung hingga umur beton mencapai
sekitar 28 hari. Berikut adalah proses pekerjaan curing beton:
1. Selama pengecoran memeriksa secara seksama perkembangan
kelembaban permukaan beton (khususnya pada suhu udara yang
panas).
2. Pada permukaan yang horizontal dan luas yang telah selesai dicor,
dilakukan penyiraman permukaan beton pada waktu permukaan beton
sudah berubah ke plastis ( beton tidak menyerap air lagi ).
3. Menutup permukaan beton dengan karung goni dan menyiram kembali
sehingga goni tersebut menjadi basah , atau menutup dengan plastic
cor .

48

4. Memelihara goni tetap basah dengan melakukan penyiraman rutin tiap


hari selama 3 hari berturut-turut , atau menjaga plastic cor tidak terbuka
selama 3 hari .

Gambar 4.15. Proses Curing Beton

BAB V
PENUTUP

Setelah melaksanakan Praktek Kerja Magang, penulis merasakan manfaat


yang sangat besar sekali, karena dapat membandingkan antara teori yang
diperoleh di bangku kuliah dengan praktek sebenarnya di lapangan. Dari hasil

49

pengamatan dalam pelaksanaan kerja magang selama 3 (tiga) bulan, penulis


dapat mengambil beberapa kesimpulan dan saran sebagai berikut:

5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat penulis ambil adalah sebagai berikut :
1. Dalam sebuah proyek konstruksi penting adanya perencanaan yang baik,
kerjasama tim, pengawasan yang tepat, pemahaman kontrak kerja, dan
manajemen orang, alat dan material.
2. Metode dan teknologi yang baik dengan mempertimbangkan segala aspek
di lapangan merupakan penentu proyek tersebut akan berjalan dengan
baik.
3. Pekerjaan pengecoran adalah pekerjaan penuangan beton segar ke dalam
cetakan suatu elemen struktur yang telah dipasangi besi tulangan.
4. Tahapan dalam proses pekerjaan pengecoran pelat lantai meliputi:
Pekerjaan persiapan
Pekerjaan Scaffolding dan Bekisting
Pekerjaan Pembesian
Pekerjaan Pembersihan
Pekerjaan Pengetesan Beton
Pekerjaan Pengecoran Pelat Lantai
Pekerjaan Pembongkaran Bekisting
Pekerjaan Curing Beton
5. Pada pekerjaan pemasangan bekisting, perlu dilakukan dengan teliti agar
bisa mendapatkan hasil pelat lantai yang baik.
6. Kendala-kendala yang sering timbul yakni :
Tidak dapat digunakannya placing boom pada saat pelaksanaan
pengecoran sehingga alat pengecoran yang digunakan adalah bucket.
Pekerjaan pengecoran menggunakan bucket memakan waktu yang

lebih lama dibanding placing boom.


Penggunaan bekisting pelat yang berulang membuat profil kayu pada
bekisting menjadi kurang baik sehingga menyebabkan kebocoran.

50

Kurangnya tenaga kerja lapangan dikarenakan absen yang dapat

menyebabkan pelaksanaan pekerjaan terlambat.


Cuaca yang tak terprediksi.

5.2. Saran
Adapun beberapa saran yang dapat penulis utarakan sebagai berikut:
1. Pada pekerjaan bekisting, bekisting yang digunakan tidak disarankan berulangulang karena dapat menyebabkan kebocoran pada bekisting.
2. Dalam pekerjaan pengecoran lebih disarankan menggunakan placing boom
dikarenakan apabila menggunakan bucket memakan waktu yang lebih lama.
3. Di dalam pelaksanaan pekerjaan, pengendalian waktu pekerjaan melalui
jadwal pelaksanaan pekerjaan sangat penting diterapkan agar pekerjaan yang
dihasilkan dapat selesai dengan tepat waktu dan hasil pekerjaan juga
memuaskan.
4. Pengadaan tenaga kerja sangat penting karena sangat berpengaruh pada
waktu pelaksanaan pekerjaan konstruksi.
5. pada penempatan tenaga kerja disarankan harus sesuai dengan keahlian dan
mengerjakan pekerjaan dalam satu bidang agar pekerjaan tidak mengalami
kekeliruan dan pelaksanaan pekerjaannya akan lebih cepat dan baik.
.

You might also like