You are on page 1of 3

Slide2

Kestabilan STL : kemampuan STL untuk tetap berada pada kondisi


normal setelah gangguan. Dalam kestabilan STL terdapat
keseimbangan daya mekanis dan elektris. Kelebihan daya elektris
= perlambatan putaran rotor generator (beban nambah). Kelebihan
daya mekanik = percepatan rotor (beban ngurang). Bila gangguan
tidak segera dihilangkan, perlambatan/percepatan rotor berakibat
hilangnya sinkronisasi pada sistem.
Kestabilan sudut rotor : kemampuan dari beberapa mesin sinkron
yang saling terinterkoneksi pada suatu sistem tenaga untuk
mempertahankan kondisi sinkron setelah terjadi gangguan.
Kestabilan transien adalah kemampuan sistem tenaga untuk
menjaga sinkronisasi setelah terjadi gangguan besar.
Slide3
Studi kestabilan transien diperlukan untuk memastikan
kemampuan sistem untuk bisa menahan kondisi transien
setelah gangguan besar. Seringkali, studi tersebut dilakukan
ketika terjadi pemasangan fasilitas transmisi maupun
pembangkitan yang baru. Atau bahkan bisa untuk sistem yang
sudah ada dan mengalami gangguan.
Analisa kestabilan transien yang banyak digunakan sekarang
adalah metode konvensional TDS.
Metode konvensional atau TDS memerlukan waktu yang tidak
sedikit pada saat melakukan simulasi dan analisa kestabilan
transien. Di sisi lain, seiring perkembangan jaman, tuntutan
keadaan untuk menganalisis kestabilan transien juga pasti akan
berkembang, missal yang awalnya penelitian dilakukan offline
sekarang menjadi secara real time atau bahkan online. Maka
analisa transien menggunakan metode TDS kurang efektif untuk
diterapkan pada analisa stabilitas secara real time/online.
Diusulkan metode critical trajectory untuk mendapatkan nilai
pemutus kritis yang lebih cepat dan dapat diaplikasikan secara
online/real time.
Namun analisa yang dilakukan selama ini hanya dengan
gangguan tiga fasa ke tanah, sedangkan pada sistem plan
gangguan unbalanced lebih sering terjadi daripada unbalanced,
maka dari itu pada penelitian ini dilakukan analisa untuk
gangguan unbalanced

Slide6
Pada power
flow kita akan mendapatkan output berupa
tegangan pada setiap bus, aliran daya
Reduksi menggunakan reduksi kron dimana menghilangkan
saluran yang tidak dialiri arus, sehingga mempermudah dalam
perhitungan
Pemodelan sistem pada saat fault trajectory dan sebelum
gangguan menggunakan metode yang sudah ada, TDS
Lintasan Kritis menggunakan metode modifikasi trapezoidal,
Initial kondisi pada keadaan ini pada fault trajectory sampai dengan
titik end point dari sistem.
End Point adalah titik kritis setiap generator
Apabila 1gen makan UEP dapat langsung ditentukan
Multi mesin CUEP (Controlling Unstable Equilibrium Point)
Slide8
Energi Function merupakan pengembangan model yang didasarkan
pada perbedaan energi
dari sistem tenaga listrik, sehingga
didapatkan sebuah pemodelan baru untuk
menentukan titik kestabilan pada analisa kestabilan transien. Ide
dasar dalam metode ini agar sistem tenaga listrik dapat
memberikan kontingesi dalam sistem setelah terjadi gangguan
adalah
dengan
membandingkan total energi sistem yang
diperoleh selama gangguan terjadi dengan nilai energi potensial
tertentu. Teori energy function dalam analisa kestabilan transien
multimesin dapat dianalogikan seperti bola yang menggelinding
dalam sebuah mangkuk dimana yang menjadi koordinat adalah
sudut rotor generator. Pada kondisi setelah terjadi gangguan, akan
terdapat titik minimum dari total energi. Dimana energi tersebut
tergantung pada
energi potensial dan energi
kinetik
dari generator setelah
gangguan diputus
Slide9
Metode energy function ini memberikan gambaran energi pada
setiap generator menggunakan metode BCU Shadowing.
Kemudian dari hasil energi function akan digambarkan nilai energy
kritis dari setiap generator menggunakan CUEP yang selanjutnya
digunakan sebagai end point dari critical trajectory
Pengaturan dari

sangat penting pada metode ini untuk dapat

menentukan generator kritis. Dimana

sendiri adalah matriks

diagonal pemberat (square weighting matrix) dengan nilai positif


sesuai persamaan

m +1=x m+1x u . Konsep dari weighting matrix

adalah memberikan nilai yang sangat besar untuk generator yang


ditetapkan sebagai critical generator, dan memberikan nilai yang
sangat kecil untuk generator lainnya, sehingga dapat ditentukan
elemen yang mencapai UEP sesuai persamaan diatas yaitu

m+1

=x

CUEP adalah batas kestabilan dari sistem, Apabila gangguan


diputus sebelum batas kestabilan dalam hal ini adalah Ws(Xco)
maka akan kembali pada titik kestabilan. Dan apabila diputus
setelah batas kestabilan maka sistem menjadi tidak stabil.
X1,X2,Xo dll adalah batas kestabilan / titik kritis dari semua
generator
Nilai CUEP adalah titik kritis atau titik asimtut yang menjadi batas
sistem masih dalam kondisi stabil dan tidak stabil.
Slide10
Contohnya pada gambar.
Metode Trapezoidal adalah metode yang digambarkan untuk
menggambarkan critical trajectory, sehingga secara kasarannya
dapat dianggap metode ini adalah pondasi dari critical trajectory.
Kurva post-fault trajectory yang didapatkan dari initial condition
dimisalkan memiliki waktu

tk

dan dilambangkan dengan

xk .

Dengan digunakan metode ini, formulasi permasalahan dapat


dianggap least square minimization problem yang kemudian dapat
dikerjakan menggunakan Newton Raphson dan Jacobian, yang
disertai dengan spline untuk dapat menentukan nilai di setiap
titiknya.
Slide11
Critical clearing time adalah titik kritis dalam satuan second yang
menjadi batasan sebuah sistem tenaga masih dalam keadaan stabil
atau tidak. Normalnya apabila sistem mengalami gangguan, area
yang mengalami gangguan dapat diisolasi dengan memutus CB,
yang membutuhkan waktu paling cepat 0,1 second. Namun cara
pemutusan saluran seperti itu saja tidak menjamin sistem akan
kembali ke keadaan stabil setelah gangguan hilang.

You might also like