Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Deformitas tangan dapat diakibatkan oleh kelainan kulit, jaringan subkutan, otot,
tendon, sendi, tulang atau fungsi neuromuskular. Sering terdapat riwayat cidera, atau infeksi
maupun penyakit yang bersamaan. Fasia superfisialis pada telapak tangan menyebar dari
pergelangan tangan menuju jari-jari, meluas melewati sendi-sendi metakarpofalangeal hingga
ke jari
BAB II
PEMBAHASAN
1
HLA-B7 dan HLA-DR3 telah diperiksa pada beberapa pasien, yang memungkinkan
ada keterkaitan sistem imun.
Karena perubahan dalam fascia yang disebabkan oleh trauma yang terlalu sering
sehingga menyebabkan penyembuhan luka yang tidak sempurna.
C. KLASIFIKASI
2
b.
c.
Kontraktur Arthrogen
Kontraktur yang terjadi karena proses di dalam sendi-sendi, proses ini bahkan
dapat sampai terjadi ankylosis. Kontraktur tersebut sebagai akibat immobilisasi
yang lama dan terus menerus, sehingga terjadi gangguan pemendekan kapsul dan
ligamen sendi, misalnya pada bursitis, tendinitis, penyakit kongenital dan nyeri.
D. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi dasar Dupuytren contracture adalah proliferasi fibroblast dan deposisi
kolagen. Mengapa terjadi proliferasi yang tidak terkendali dari fasia telapak tangan dan hal
itu masih tidak diketahui. Studi melibatkan faktor pertumbuhan, termasuk faktor dasar
pertumbuhan fibroblast, faktor pertumbuhan platelet yang diturunkan, dan TGF-beta. Faktorfaktor ini menunjukkan peningkatan ekspresi dalam fasia.
Penyakit ini berkembang dalam beberapa tahap. Tahap proliferasi ini ditandai dengan
perkembangan bintil atau nodul, lesi pathognomonic dari Dupuytren contracture. Nodul
terdiri dari fibroblas dan kolagen tipe III. Tahap proliferatif adalah fase yang paling biologis
aktif penyakit. Nodul multiple umum dan lunak untuk palpasi. Mereka sering terletak di
dekat lipatan palmaris distal tetapi mungkin ditemukan di seluruh telapak tangan dan bahkan
di jari.
Setelah nodul ada, kontraktil aktif, atau involutional. Fase lanjut merupakan keadaan
penyakit yang lebih lanjut, tetapi secara biologis agak kurang aktif dari tahap proliferasi.
Cord mulai berkembang dari proksimal ke nodul, dan alur atau lubang-lubang di kulit
3
menunjukkan fiksasi kulit fasia yang mendasarinya. Selama fase ini, myofibroblasts
menggantikan fibroblas sebagai jenis sel utama, mereka menunjukkan kesamaan morfologis
untuk fibroblas dan sel otot polos. Myofibroblasts mampu memproduksi kolagen dan
menyebabkan kontraksi karena mengandung myofibrils dalam sel-sel. Myofibroblasts juga
memiliki hubungan antar sel satu sama lain, yang memungkinkan penyesuaian peningkatan
kekuatan kontraktil. Sel-sel ini ditemukan tidak hanya dalam nodul dan cord tetapi juga di
seluruh fasia palmaris.
E. WOC
Kurangnya mobilisasi sendi akibat
suatu keadaan
Faktor
pertumbuhan
Tahap proliferasi
Berkembangnya bintil atau nodul, lesi
pathognomonic
nodul ada
kontraktil aktif
involutional
Fase Lanjut
ketidaktahuan tentang
proses/penyembuhan
penyakit
MK : Kurang pengetahuan
menyebabkan kontraksi
penurunan kekuatan/tahanan
MK : Gangguan
mobilitas fisik
F. Manifestasi Klinik
Gejala kontraktur bisa berupa :
a) Terdapat jaringan ikat dan atropi
b) Terjadi pembentukan sikatrik yang berlebih
c) Mengalami gangguan mobilisasi
d) Kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari
G. Komplikasi
a. Dupuytren dimana kondisi jari-jari tetap fleksi dan tidak dapat sepenuhnya
diekstensikan
b. Kelumpuhan / kecacatan permanen
H. Penatalaksanaan Medis
1. Exercise
Tujuan exercise untuk mengurangi udem, memelihara lingkup gerak sendi dan
mencegah kontraktur. Exercise yang teratur dan terus-menerus pada seluruh persendian baik
yang terkena luka bakar maupun yang tidak terkena, merupakan tindakan untuk mencegah
kontraktur.
Adapun macam-macam exercise adalah :
-
Active assisted exercise : latihan yang dilakukan oleh penderita sendiri tetapi
mendapat bantuan tenaga medis atau alat mekanik atau anggota gerak
wan tahanan yang diberikan oleh tenaga medis atau alat mekanik.
Passive exercise : latihan yang dilakukan oleh tenaga medis terhadap
penderita.
2. Tretching
Kontraktur ringan dilakukan strectching 20-30 menit, sedangkan kontraktur berat
dilakukan
stretching
selama
30
menit
atau
lebih
dikombinasi
dengan
proper
positioning. Berdiri adalah stretching yang paling baik, berdiri tegak efektif untuk stretching
panggul depan dan lutut bagian belakang.
3. Splinting/bracing
Mengingat lingkup gerak sendi exercise dan positioning merupakan hal yang penting
untuk diperhatikan pada luka bakar, untuk mempertahankan posisi yang baik selama
penderita tidur atau melawan kontraksi jaringan terutama penderita yang mengalami
kesakitan dan kebingungan.
4. Pemanasan
Pada kontraktur otot dan sendi akibat scar yang disebabkan oleh luka bakar,
ultrasound adalah pemanasan yang paling baik, pemberiannya selama 10 menit per lapangan.
Ultrasound merupakan modalitas pilihan untuk semua sendi yang tertutup jaringan lunak,
baik sendi kecil maupun sendi besar.
a) Operatif
Tindakan operatif adalah pilihan terakhir apabila pcncegahan kontraktur dan terapi
konservatif tidak memberikan hasil yang diharapkan, tindakan tersebut dapat
dilakukan dengan beberapa cara :
-
Skin graft
Indikasi skin graft apabila didapat jaringan parut yang sangat lebar.
Kontraktur dilepaskan dengan insisi transversal pada seluruh lapisan parut,
selanjutnya dilakukan eksisi jaringan parut secukupnya. Sebaiknya dipilih split
thickness graft untuk l potongan, karena full thickness graft sulit. Jahitan harus
berhati-hati pada ujung luka dan akhirnya graft dijahitkan ke ujung-ujung luka
yang lain, kemudian dilakukan balut tekan. Balut diganti pada hari ke 10 dan
dilanjutkan dengan latihan aktif pada minggu ketiga post operasi.
Flap
Pada kasus dengan kontraktur yang luas dimana jaringan parutnya terdiri
dari jaringan fibrous yang luas, diperlukan eksisi parsial dari parut dan
mengeluarkan/mengekspos pembuluh darah dan saraf tanpa ditutupi dengan
jaringan lemak, kemudian dilakukan transplantasi flap untuk menutupi defek
tadi. Indikasi lain pemakaian flap adalah apabila gagal dengan pemakaian cara
graft bebas untuk koreksi kontraktur sebelumnya. Flap dapat dirotasikan dari
jaringan yang dekat ke defek dalam 1 kali kerja.
Aktivitas/Istirahat
Gejala : Badan lemah, penurunan kekuatan, tahanan Keterbatasan rentang gerak
Perubahan pola biasa dalam tanggung jawab/ perubahan kapasitas fisik untuk
melaksanakan peran
B. Diagnosa keperawatan
a. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan/tahanan.
b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan permukaan kulit.
c. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan ketidaktahuan tentang proses/penyembuhan
penyakit
C. Perencanaan
Rencana keperawatan
NOC :
Intervensi
NIC :
Exercise therapy : ambulation
Monitoring
vital
sign
sebelm/sesudah latihan dan lihat
respon pasien saat latihan
Ajarkan
pasien
bagaimana
merubah posisi dan berikan bantuan
jika diperlukan
Rencana keperawatan
c). kesehatan
NOC :
Tissue Integrity : Skin and Mucous Membranes
Wound Healing : primer dan sekunder
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama..
kerusakan integritas kulit pasien teratasi dengan
kriteria hasil:
Integritas kulit yang baik bisa
dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi,
pigmentasi)
Tidak ada luka/lesi pada kulit
Perfusi jaringan baik
Menunjukkan pemahaman dalam proses
perbaikan kulit dan mencegah terjadinya sedera
berulang
Mampu
melindungi
kulit
dan
mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami
Menunjukkan
terjadinya
proses
penyembuhan luka
Intervensi
NIC : Pressure Management
Anjurkan
pasien
untuk
menggunakan pakaian yang longgar
Monitor
kulit
akan
adanya
kemerahan
Diagnosa Keperawatan/
Masalah Kolaborasi
Rencana keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
10
perubahan status
kesehatan
NOC :
Kontrol kecemasan
Koping
Setelah dilakukan asuhan selama klien
kecemasan teratasi dgn kriteria hasil:
Klien mampu mengidentifikasi dan
mengungkapkan gejala cemas
Mengidentifikasi, mengungkapkan dan
menunjukkan tehnik untuk mengontol cemas
Vital sign dalam batas normal
Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa
tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya
kecemasan
NIC :
Anxiety Reduction (penurunan
kecemasan)
Temani
pasien
untuk
memberikan keamanan dan
mengurangi takut
Identifikasi
tingkat
kecemasan
Dorong
pasien
untuk
mengungkapkan
perasaan,
ketakutan, persepsi
Rencana keperawatan
NOC:
Kowlwdge : disease process
Kowledge : health Behavior
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama . pasien menunjukkan
pengetahuan tentang proses penyakit
dengan kriteria hasil:
Pasien dan keluarga menyatakan
pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis
dan program pengobatan
Pasien dan keluarga mampu
melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara
benar
Pasien dan keluarga mampu
menjelaskan kembali apa yang dijelaskan
perawat/tim kesehatan lainnya
Intervensi
NIC :
Identifikasi
kemungkinan
penyebab, dengan cara yang tepat
11
D. Implementasi
Sesuai dengan intervensi dan kondisi pasien.
E. Evaluasi
a. Klien
b. Klien
c. Klien mengungkapkan perasaan lebih santai, Klien memperlihatkan tenang dan relaks
d. Klien mengungkapkan pemahaman penyakit dan pengobatannya
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kontraktur dupuytrend adalah kontraktur progresif lambat fasia Palmaris yang
mengakibatkan fleksi jari manis dan kelingking dan juga pada jari tengah ,sehingga
menjadi tidak berguna, dimana kontraktur fleksi tetap tangan di mana jari-jari
tikungan ke arah telapak tangan dan tidak dapat sepenuhnya diperpanjang
(diluruskan). (Brunner n Suddarth) Penyebab utama kontraktur adalah tidak ada atau
kurangnya mobilisasi sendi akibat suatu keadaan antara lain imbalance kekuatan otot,
penyakit neuromuskular, penyakit degenerasi, luka bakar, luka trauma yang luas,
inflamasi, penyakit kongenital, ankilosis dan nyeri. Kontraktur dapat diklasifikasikan
12
DAFTAR PUSTAKA
Barbara,C Long.1996.Perawatan Medikal Bedah .Yayasan IAPK:Bandung
Brunner n Suddarth.2002.Keperawatan Medikal Bedah.EGC:Jakarta
Schrock Theodore R,MD.1983.Ilmu Bedah (Handbook of Surgery).EGC:jakarta
Keilholz L, seegenschmiedth MH,Sauer R.1986. Radiotheraphy for prevention of disease
progression in early-stage Dupuytrends contracture.International journal of radiation
oncology,biology,physics
Badalamente MA,Hurst LC.2000.enzyme injection as non surgical treatment of dupuytrens
disease.The Journal of hand Surgery
Denkler, Keith.2010. Surgical complications associated with fasciectomy for Dupuytren's
disease volume 10.McGraw-Hill
W.A NewmanDorland.2010.Kamus Kedokteran Dorland.edisi 31.Jakarta:EGC
Nursing.2011.memahami berbagai macam penyakit.Cetakan 2.Jakarta Barat:PT Indeks
13