Professional Documents
Culture Documents
KORTIKOSTEROID TOPIKAL
Perseptor :
Pati Aji Achdiat, dr., SpKK
Disusun Oleh :
Nadia Ayu Destianti
1301-1214-0002
Lashiny Vijeiatheran
1301-1214-2523
KORTIKOSTEROID
PENDAHULUAN
HORMON KORTIKOSTEROID
Fungsi hormon kortikosteroid adalah menjaga fungsi hemostasis tubuh
dengan mengatur aktifitas enzim dalam tubuh. Kortikosteroid dibedakan menjadi
dua golongan besar yaitu glukokortikoid dan mineralokortikoid. Efek utama
glukokortikoid adalah penyimpanan glikogen hepar dan efek antiinflamasinya,
sedangkan pengaruhnya pada keseimbangan air dan elektrolit kecil. Efek utama
golongan mineralokortikoid adalah terhadap keseimbangan air dan elektrolit,
sedangkan pengaruhnya pada penyimpanan glikogen hepar kecil. Golongan
mineralokortikoid tidak mempunyai efek antiinflamasi.
Kedua kelenjar adrenal, yang masing-masing mempunyai berat kira-kira 4
gram, terletak di kutub superior dari kedua ginjal. Tiap kelenjar terdiri atas 2
bagian yang berbeda, yaitu medula adrenal dan korteks adrenal. Medula adrenal
secara fungsional berkaitan dengan sistem saraf simpatis yang mensekresikan
hormon epinefrin dan norepinefrin. Korteks adrenal mensekresikan kelompok
hormon kortikosteroid. Korteks adrenal sendiri dibagi dalam 3 zona yang
mensintesis berbagai steroid. Bagian luar yaitu zona glomerulosa menghasilkan
mineralokortikoid, yaitu aldosteron yang mempengaruhi keseimbangan elektrolit
(mineral)
cairan
ekstraseluler,
terutama
natrium
dan
kalium.
Tanpa
perlu
pola
pikir
yang
rasional
dalam
memilih
sediaan
Durasi
T
(menit)
Potensi
Potensi
Dosis
glukokortik
mineralokortik
Ekivalen
oid
oid
(mg)
Short Acting
Kortisol
8-12
30-90
0,8
25
Hidrokortison
8-12
60-120
20
Prednison
24-36
60
Prednisolon
24-36
115-212
Metilpredniso
24-36
180
24-36
78-188
36-54
100-300
20-30
0,75
36-54
100-300
20-30
0,6-0,75
Intermediate
Acting
lon
Triamsinolon
Long acting
Deksametaso
n
Betametason
KORTIKOSTEROID TOPIKAL
Penggunaan
kortikosteroid
topikal
pertama
kali
diperkenalkan
oleh
efek
glukokortikoid
karena
vehikulum
tersebut
c. Lesi basah
h. Gigitan serangga
dengan pembalut
tekan (memperkuat efek vasokonstriksi).
i.
Lesi intraoral
Sediaan :
1. Salep adalah campuran tidak larut air yang terdiri dari minyak dan
petroleum sediaan terbaik pada kondisi kulit yang kering karena
dapat melembabkan.
2. Krim emollient yang baru mengandung jumlah petroleum yang
lebih banyak tetapi kurang berminyak dibandingkan salep dan
beberapa pasien mendapatkan obat ini lebih menarik secara
kosmetik.
Krim adalah suspensi minyak dalam air. Banyak pasien mendapati
krim lebih merata pada kulit dan secara kosmetik lebih nyaman
dibanding salep. Krim mengandung pengemulsi dan pengawet
yang dapat menimbulkan alergi pada beberapa pasien.
3. Losion adalah suspensi minyak dalam air yang menyerupai krim.
4. Jel adalah komponen padat pada suhu ruangan tetapi meleleh bila
bersentuhan dengan kulit.
*Losion, solusi dan jel memiliki daya penetrasi kurang dibanding
salep tetapi berguna dalam mengobati kulit berambut seperti kulit
kepala dimana obat yang berminyak tidak nyaman bagi pasien.
*Yang lebih baru, produk berbentuk busa, spray dan koyo telah
tersedia sebagai formulasi topikal.
Cara aplikasi
Pada
umumnya
dianjurkan
pemakaian
salep
2-3x/hari
sampai
2.
Antiproliferatif
Proliferasi sel terdapat pada membrane basalis epidermis kulit.
Kortikosteroid topical dapat mengurangi mitosis dan proliferasi sel
melalui penghambatan sintesis dan mitosis DNA. Penyakit yang
mempunyai karakteristik proliferasi yang berlebihan seperti pada
psoriasis dapat menggunakan efek dari kortikosteroid ini. Pada
penggunaan kortikosteroid dalam jangka waktu yang lama dan
penggunaan secara intralesi dapat mengakibatkan hipopigmentasi.
Kortikosteroid
topikal
dapat
menyebabkan
peningkatan
aktivitas
Efek antiinflamasi
Efek antiinflamasi glukokortikoid didapat dengan menghambat
pembentukan prostaglandin dan derivat lain dari asam arakidonat.
Glukokortikoid menghambat pelepasan fosfolipase A2, enzim yang
berperan
dlam
pelepasan
asam
arakidonat
dari
membran
sel,
Imunosupresi
Efek
beberapa
imunosupresi
penelitian
glukokortikoid
menunjukkan
belum
dipahami,
glukokortikoid
namun
menyebabkan
D.
Obat
Sediaan
Hidrokortison
M-prednison
Deksmetason
Krim 0,1%
2 ++
Aklometason
dipropionat
Krim 0,05%
LOW
Betametason valerat
Krim 0,01%
Triamsinolon asetonid
Krim 0,025%
3 +++
Hidrokortison butirat
Krim 0,1%
MODERA
TE
Flutikason propionat
Krim 0,05%
Desoksimetason
Krim 0,05%
1+
LOW
4 ++++
HIGH
5 ++++
+
HIGH
Flusinolon asetonid
Krim 0,025%
Hidrokortison valerat
Krim 0,2%
Mometason fluroat
Krim 0,1%
Flusinolon asetonid
Salep 0,02%
Betametason
dipropionat
Krim 0,05%
Flutikason propionat
Salep 0,005%
Flusinolon asetonid
Salep 0,2%
Desoksimetason
Krim 0,05%
Mometson furoat
Salep 0,1%
Betametason
dipropionat
Klobetasol propionat
Krim 0,05%
Diflorason diacetat
Krim 0,05%
Klobetasol propionat
Salep 0,05%
6 ++++
++
ULTRA
HIGH
E. INDIKASI
Pemakaian kortikosteroid pada beberapa dermatosa :
Resisten
-
Granuloma
anulare,
sebaiknya
dipakai
kortikosteroid
medium
sampai kuat
-
Moderat
-
Discoid
lupus
erytematous,
sebaiknya
dipakai
kortikosteroid
F.
INTERAKSI OBAT
Hanya sedikit yang diketahui.
Pemakaian obat ini sering dicampur dengan obat topikal lainnya,
G.
untuk
penyakit
ringan
digunakan
emolien
yang
belum
diketahui,
diduga
disebabkan
oleh
karena
pajanan sinar matahari berlebih atau merupakan bentuk ringan dari atopik
dermatitis.
Penyakit
ini
dapat
sembuh
sendiri
walaupun
kelainan
terjadi
infeksi
sekunder
oleh
Candida
albicans
atau