Professional Documents
Culture Documents
STATUS PASIEN
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: An.A
Umur
: 9 tahun
Pekerjaan
: Pelajar
Alamat
: Salaman, Magelang
II.
ANAMNESIS
Keluhan Utama: Mata kanan dan kiri terasa gatal dan kemerahan sejak 1
minggu yang lalu.
III.
PEMERIKSAAN FISIK
A.
Status Generalis
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Compos Mentis
Status Gizi
: Baik
Tanda Vital
Nadi: 88 x/menit,
Suhu: 36,5 C,
B. Status Lokalis
Oculus Dexter
Oculus Sinister
C.
Status Ophtalmicus
No
Pemeriksaan
Oculus Dexter
Oculus Sinister
1.
Visus
2.
3.
Palpebra Superior
Edema
(-)
(-)
Hematoma
(-)
(-)
Hiperemi
(-)
(-)
Entropian
(-)
(-)
Ektropion
(-)
(-)
Edema
(-)
(-)
Hematoma
(-)
(-)
Hiperemi
(-)
(-)
Ektropion
(-)
(-)
Entropion
(-)
(-)
(+)
(+)
(+) ringan
(+) ringan
(-)
(-)
Cobble stone
(-)
(-)
Trantas dot
(+)
(+)
Jernih
Jernih
(-)
(-)
4.
5.
Palpebra Inferior
Konjungtiva
Hiperemi
Injeksi Konjungtiva
Injeksi Siliar
Sekret
6.
Kornea
Permukaan
Edema
7.
Infiltrat
(-)
(-)
Keratic precipitates
(-)
(-)
Ulkus
(-)
(-)
Sikatriks
(-)
(-)
Normal
Normal
(-)
(-)
(-)
(-)
2 mm
2 mm
(+)
(+)
(+)
(+)
Sinekia
(-)
(-)
Jernih
Jernih
Jernih
Jernih
Cemerlang
Cemerlang
COA
Kedalaman
Isi (Hifema/Hipopion)
8.
Iris
Shadow test
9.
Pupil
Diameter
10.
Lensa
Kejernihan
11.
Korpus vitreum
Kejernihan
12.
Fundus Refleks
13.
Funduskopi:
Fokus 0
Papil
Vasa
AVR 2:3,
mikroaneorisma (- )
neovaskularisasi (-)
Makula
Retina
Cemerlang, Edema
macula (-)
Perdarahan retina (-)
neovaskularisasi (-) ,
Fokus 0
Batas tegas, warna
jingga
AVR 2:3,
mikroaneorisma (- )
neovaskularisasi (-)
Cemerlang, Edema
macula (-)
Perdarahan retina (-)
neovaskularisasi (-) ,
cotton woll patch (-),
4
TIO
Palpasi normal
IV.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
V.
a)
DIAGNOSIS BANDING
Konjungtivitis Vernal
Dipertahankan karena dari anamnesis didapatkan mata merah, gatal,
nerocos, rasa ganjel seperti ada pasir yang kabuh sejak 1 bulan yang lalu
setelah bermain bola. Tidak ada penglihatan yang kabur. Pemeriksaan fisik
didapatkan visus normal, Injeksi siliar (-), injeksi konjungtiva (+), terdapat
tanda trantas dot pada limbus mata kanan dan kiri.
b)
Konjungtivitis Atopi
Disingkirkan karena tidak ditemukan nyeri, fotofobia dan terasa panas
c)
d)
Trakoma Stadium 2
Disingkirkan karena disebabkan Chlamydia trachomatis, tidak ditemukan
adanya pannus
e)
Litiasis
Disingkirkan karena tidak disebabkan oleh alergi, tandanya terdapat titiktitik putih kekuningan di bawah konjungtiva palpebral atau konjungtiva
forniks
VI.
DIAGNOSIS
TERAPI
5
Medikamentosa
Topikal
Oral
: Tidak ada
Operatif
: Tidak ada
VIII. EDUKASI
IX.
KOMPLIKASI
Keratitis epitel
X.
PROGNOSIS
Quo ad visam
Quo ad sanam
Quo ad fungsionam
Quo ad vitam
Quo ad kosmeticam
VOD
Ad Bonam
Dubia ad Bonam
Dubia ad Bonam
Ad Bonam
Dubia ad Bonam
VOS
Ad Bonam
Dubia ad Bonam
Dubia ad Bonam
Ad Bonam
Dubia ad Bonam
XI.
RUJUKAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
dengan kulit pada tepi kelopak (persambungan mukokutan) dan dengan epitel
kornea limbus.
Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel
goblet. Musin bersifat membasahi bola mata terutama kornea.
Konjungtiva terdiri atas tiga bagian, yaitu :
Lapisan epitel konjungtiva, terdiri dari dua hingga lima lapisan sel
Sel-sel epitel supercial, mengandung sel-sel goblet bulat atau oval yang
mensekresi mukus. Mukus mendorong inti sel goblet ke tepi dan diperlukan
untuk dispersi lapisan air mata secara merata diseluruh prekornea. Sel-sel epitel
8
basal berwarna lebih pekat daripada sel-sel superficial dan di dekat limbus
dapat mengandung pigmen.
Stroma konjungtiva, dibagi menjadi :
Kelenjar air mata asesori (kelenjar Krause dan wolfring), yang struktur
berulang (recurrence) yang khas, dan merupakan suatu reaksi alergi. Penyakit
ini juga dikenal sebagai catarrh musim semi dan konjungtivitis musiman
atau konjungtivitis musim kemarau. Sering terdapat pada musim panas di
negeri dengan empat musim, atau sepanjang tahun di negeri tropis (panas).
2.3
mengenai kedua mata, sering terjadi pada orang dengan riwayat keluarga yang
kuat alergi.
Mengenai pasien usia muda 3-25 tahun dan kedua jenis kelamin sama.
Biasanya pada laki-laki mulai pada usia dibawah 10 tahun. Penderita
Manifestasi Klinis
Gejala yang mendasar adalah rasa gatal, manifestasi lain yang
menyertai meliputi mata berair, sensitif pada cahaya, rasa pedih terbakar, dan
perasaan seolah ada benda asing yang masuk. Penyakit ini cukup menyulitkan,
10
Pasien umumnya mengeluh tentang gatal yang sangat. Keluhan gatal ini
Ptosis
-
yang lain. Ptosis terjadi karena infiltrasi ciairan ke dalam sel-sel konjungtiva
palpebral dan infiltrasi sel-sel limfosit plasma, eosinophil, juga adanya
degenerasi hyaline pada stroma konjungtiva.
Kelainan di kornea
-
Terdapat pertumbuhan papil yang besar (cobble stone) yang diliputi sekret
yang mukoid. Konjungtiva tarsal bawah hiperemi dan edema, dengan kelainan
kornea lebih berat dibanding bentuk limbal. Secara klinik papil besar ini
tampak sebagai tonjolan bersegi banyak dengan permukaan yang rata dan
dengan kapiler ditengahnya.
12
Patofisiologi
Pada bentuk palpebral, jaringan epitel membesar pada beberapa area
bentuk
limbal
terdapat
perubahan
yang
sama,
yaitu:
13
2.6
Pemeriksaan Penunjang
Pada eksudat konjungtiva yang dipulas dengan Giemsa terdapat
berdasarkan jenis dan lokasinya. Jumlah rata-rata sel per kubik milimeter tidak
melampaui jumlah normal. Diperkirakan bahwa peradangan sel secara
maksimum seringkali berada dalam kondisi konjungtiva normal. Jadi, untuk
mengakomodasi lebih banyak sel dalam proses peradangan konjungtivitis
vernal, maka jaringan akan membesar dengan cara peningkatan jumlah kolagen
dan pembuluh darah.
Jaringan tarsal atas yang abnormal ditemukan dari empat pasien
konjungtivitis vernal yang terkontaminasi dengan zat imun, yaitu: dua dari
empat pasien mengandung spesimen IgA-, IgG-, dan IgE- secara berlebih yang
akhirnya membentuk sel plasma. Sel-sel tersebut tidak ditemukan pada
konjungtiva normal dari dua pasien lainnya.
Kandungan IgE pada air mata yang diambil dari sampel serum 11
pasien konjungtivitis vernal dan 10 subjek kontrol telah menemukan bahwa
terdapat korelasi yang signifikan antara air mata dengan level kandungan
serum pada kedua mata. Kandungan IgE pada air mata diperkirakan muncul
dari serum kedua mata, kandungan IgE dalam serum (1031ng/ml) dan pada air
mata (130ng/ml) dari pasien konjungtivitis vernal melebihi kandungan IgE
dalam serum (201ng/ml) dan pada air mata (61ng/ml) dari orang normal.
Butiran antibodi IgE secara spesifik ditemukan pada air mata lebih banyak
daripada butiran antibodi pada serum. Selain itu, terdapat 18 dari 30 pasien
yang memiliki level antibodi IgG yang signifikan yang menjadi butiran pada
air matanya. Orang normal tidak memiliki jenis antibodi ini pada air matanya
maupun serumnya. Hasil pengamatan ini menyimpulkan bahwa baik IgE- dan
IgG- akan menjadi perantara mekanisme imun yang terlibat dalam patogenesis
14
Diferensial Diagnosis
f)
Konjungtivitis Vernal
Dipertahankan karena dari anamnesis didapatkan mata merah, gatal,
nerocos, rasa ganjel seperti ada pasir yang kabuh sejak 1 bulan yang lalu
setelah bermain bola. Tidak ada penglihatan yang kabur. Pemeriksaan fisik
didapatkan visus normal, Injeksi siliar (-), injeksi konjungtiva (+), terdapat
tanda trantas dot pada limbus mata kanan dan kiri.
g)
Konjungtivitis Atopi
Disingkirkan karena tidak ditemukan nyeri, fotofobia dan terasa panas.
h)
i)
Trakoma Stadium 2
15
Litiasis
Disingkirkan karena tidak disebabkan oleh alergi, tandanya terdapat titiktitik putih kekuningan di bawah konjungtiva palpebral atau konjungtiva
forniks
2.8
Komplikasi
Dapat menimbulkan keratitis epitel atau ulkus kornea superfisial sentral
Penatalaksanaan
Biasanya penyakit ini akan sembuh sendiri. Tetapi medikasi yang
dipakai terhadap gejala hanya memberikan hasil jangka pendek, karena dapat
berbahaya
jika
dipakai
untuk
jangka
panjang.
Penggunaan
steroid
berkepanjangan ini harus dihindari karena bisa terjadi infeksi virus, katarak,
hingga ulkus kornea oportunistik.
Farmakologi
Oleh karena dasarnya alergi, diberi larutan kortikosteroid, yang pada
stadium akut diberikan setiap 2 jam 2 tetes atau dalam bentuk salep mata.
Steroid topical atau sistemik yang mengurangi rasa gatal, hanya sedikit
mempengaruhi penyakit kornea ini dan efek sampingnya (glaucoma, katarak,
ulkus kornea dan komplikasi lain) dapat sangat merugikan. Sekali penderita
memakai kortikosteroid dan merasa keluhannya membaik maka akan
cenderung memakai kortikosteroid terus-menerus. Sebaiknya kortikosteroid
local diberikan 2 jam selama 4 hari untuk selanjutnya digantikan dengan obat
lain. Kalau ada kelainan kornea, jangan diberikan kortiksteroid lokal, kalau
perlu dapat diberikan secara sistemik, disamping ditambah dengan sulfat
16
atropine 0,5% 3 kali sehari 1 tetes. Cromolyn topical adalah agen profilaktik
yang baik untuk kasus sedang sampai berat. Vasokonstriktor, kromolin topical
dapat mengurangi pemakaian steroid. Kompres dingin selama 10 menit
beberapa kali sehari dapat mengurangi keluhan. Jika pengobatan tidak ada hasil
dapat diberikan radiasi atau dilakukan pengangkatan giant papil.
Non Farmakologi
Pengganti air mata (artifisial). Selain bermanfaat untuk cuci mata juga
berfungsi protektif karena membantu menghalau allergen
2.10
BAB III
KESIMPULAN
17
menahun,
bertahun-tahun.
Penyakit
ini
sering
menimbulkan
DAFTAR PUSTAKA
18
1.
Ilyas, Sidarta Prof. Dr. SpM. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Jakarta: FK
2.
3.
4.
19