You are on page 1of 13

KOLOID DALAM

TINTA

Oleh:
Arcella Jostan

XI IA 4 / 02

Rafael Ivan

XI IA 4 / 25

Brigita Celine

XI IA 4 / 26

Daniel Sukandar

XI IA 4 / 35

BAB I: KOLOID
A. Pengertian Koloid
Sistem koloid (selanjutnya disingkat "koloid" saja) merupakan suatu bentuk campuran
(sistem dispersi) dua atau lebih zat yang bersifat homogen
namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang c ukup
besar (1 - 1000 nm), sehingga mengalami Efek Tyndall.
Bersifat homogen berarti partikel terdispersi tidak
terpengaruh oleh gaya gravitasi atau gaya lain yang
dikenakan kepadanya; sehingga tidak terjadi pengendapan.
Misalnya, sifat homogen ini juga dimiliki oleh larutan,
namun tidak dimiliki oleh campuran biasa (suspensi).
Koloid mudah dijumpai di mana-mana: susu, agaragar, tinta, sampo, serta awan merupakan contoh-contoh

Di atas ini adalah susu yang


merupakan salah satu
koloid yang dapat dijumpai seharicontoh lemak susu dalam
hari. Sitoplasma dalam sel juga merupakan sistem
air.
koloid. Kimia koloid menjadi kajian tersendiri dalam kimia industri karena
kepentingannya.
B. Jenis-jenis Koloid
Berdasarkan fase zat pendispersi dan zat terdispersinya, koloid terbagi menjadi beberapa
macam, diantaranya:
- Aerosol
Merupakan koloid yang memiliki zat pendispersi berupa gas. Aerosol yang memiliki
zat terdispersi cair disebut aerosol cair (contoh: kabut dan awan) sedangkan yang
memiliki zat terdispersi padat disebut aerosol padat (contoh: asap dan debu dalam
-

udara).
Sol
Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat cair. (Contoh: Air sungai,
sol sabun, sol detergen, cat dan tinta).
Emulsi

Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair lain, namun kedua zat cair
-

itu tidak saling melarutkan. (Contoh: santan, susu, mayonaise, dan minyak ikan).
Buih
Sistem Koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair. (Contoh: pada pengolahan
bijih logam, alat pemadam kebakaran, kosmetik dan lainnya). Ada pula buih padat
yang merupakan gas yang terdispersi dalam padat (Contoh: Styrofoam, batu apung,

spons, marshmallow).
Gel
sistem koloid kaku atau setengah padat dan setengah cair.
Contoh: agar-agar, Lem.
C. Sifat-sifat Koloid
Efek Tyndall
Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel
-

koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup besar. Efek
Tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang ahli fisika Inggris.
Oleh karena itu sifat itu disebut efek tyndall.
Efek Tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat
larutan sejati disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak akan
menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid, cahaya akan dihamburkan.
hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif
besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut. Sebaliknya, pada larutan sejati,
partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan

sangat sulit diamati.


Gerak Brown
Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak lurus
tapi tidak menentu (gerak acak/tidak beraturan). Jika koloid diamati dibawah
mikroskop ultra, maka kita akan melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan
bergerak membentuk zigzag. Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown.
Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut dapat bersifat acak
seperti pada zat cair dan gas( dinamakan gerak brown), sedangkan pada zat padat
hanya berosilasi di tempat ( tidak termasuk gerak brown ). Untuk koloid dengan
medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan partikel-partikel akan menghasilkan
tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut berlangsung
dari segala arah. Oleh karena ukuran partikel cukup kecil, maka tumbukan yang
terjadi cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan yang

menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga terjadi gerak zigzag atau gerak
Brown.
Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown yang terjadi.
Demikian pula, semakin besar ukuran partikel koloid, semakin lambat gerak Brown
yang terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati dalam larutan
dan tidak ditemukan dalam campuran heterogen zat cair dengan zat padat (suspensi).
Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu sistem koloid, maka
semakin besar energi kinetik yang dimiliki partikel-partikel medium pendispersinya.
Akibatnya, gerak Brown dari partikel-partikel fase terdispersinya semakin cepat.
Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu sistem koloid, maka gerak Brown

semakin lambat.
Adsorpsi
Adsorpsi ialah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain pada
permukaan partikel koloid yang disebabkan oleh luasnya permukaan partikel.
Adsorpsi harus dibedakan dengan absorpsi yang artinya penyerapan yang terjadi di

dalam suatu partikel.


Contoh:
o Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+.
o Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2.
Muatan koloid
Dikenal dua macam koloid, yaitu koloid bermuatan positif dan koloid bermuatan
negatif.
Koagulasi koloid
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan
terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid.
Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan pengadukan
atau secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda

muatan.
Koloid pelindung
Koloid pelindung ialah koloid yang mempunyai sifat dapat melindungi koloid lain

dari proses koagulasi.


Dialisis
Dialisis ialah pemisahan koloid dari ion-ion pengganggu dengan cara mengalirkan
cairan yang tercampur dengan koloid melalui membran semi permeable yang
berfungsi sebagai penyaring. Membran semi permeable ini dapat dilewati cairan
tetapi tidak dapat dilewati koloid, sehingga koloid dan cairan akan berpisah.

Elektroforesis
Elektroferesis ialah peristiwa pemisahan partikel koloid yang bermuatan dengan
menggunakan arus listrik.

BAB II: TINTA


A. Pengertian Tinta
Tinta adalah bahan berwarna yang mengandung pigmen warna yang digunakan untuk
mewarnai suatu permukaan. Tinta bersama penadan pensil digunakan
untuk menulis dan menggambar. Tinta merupakan sebuah media yang sangat kompleks,
berisikan pelarut, pigmen, celupan, resin dan pelumas, sollubilizer (semacam senyawa
yang membentuk ion-ion polimer polar dengan resin tahan air). Selain itu,
ada surfaktan yang merupakan unsur basah yang menurunkan tekanan permukaan dari
sebuah cairan yang memungkinkan penyebaran dengan mudah, surfaktan juga
menurunkan tekanan antar permukaan antara dua cairan). Dalam tinta juga terdapat
materi-materi partikuler, pemijar, dan material-material lainnya. Komponen-komponen
tinta tersebut menjalankan banyak fungsi seperti unsur pembawa tinta, pewarna, dan
bahan-bahan tambahan lainnya yang digunakan untuk mengatur aliran, ketebalan, dan
bentuk tinta ketika kering.
B. Jenis Tinta
Formula pembuatan tinta bervariasi, namun umumnya terdiri atas:
-

Colorants
Vehicles (binders)
Additives
Carrier substances

Tinta secara umum terdiri dari 4 macam:


-

Aqueous
Liquid
Paste
Powder
Gambar di atas adalah sebuah garis
dari sebuah pena cair, diperbesar 50x.

C. Kandungan
Secara umum tinta dibagi menjadi dua macam, tinta yang berbasis pelarut dan tinta yang
berbasis air. Keduanya mempunyai keunggulan dan kelemahan. Dibanding tinta yang

berbasis solven maka tinta yang berbasis air lebih tidak berbahu dan tidak beracun, tetapi
tinta yang berbasis solven relatif lebih cepat mengering dan menghapus tinta yang belum
kering tidak akan meninggalkan noda.
a. Kandungan utama
1. Solvent ( pelarut )
Adalah cairan yang mudah menguap merupakan bahan yang ditambahkan dalam cat,
vernis dan lacquer sebagai upaya untuk melarutkan komponen resin dan untuk
memodifikasi viskositas bahan. Untuk memenuhi hal itu secara efektif pelarut harus
memenuhi kriteria;
1. Harus merupakan larutan yang kekentalannya sesuai untuk penyimpanan dan
kebutuhan penerapan pelapisan dalam bentuk cairan.
2. Harus mempunyai laju penguapan yang benar.
3. Harus mendepositkan lapisan dengan karakteristik optimum.
4. Harus tidak mempunyai bau yang tidak menyengat.
5. Harus tidak beracun.
6. Harus tidak bereaksi dengan pigmen.
7. Harus mempunyai harga yang masuk akal.
Pelarut untuk tinta white board ada dua macam air dan bahan organik ( VOCs). Saat ini
keduanya telah secara luas digunakan untuk bahan pembuatan tinta cair, pasta dan padat.
Bahan pelarut organik ( VOCs) terbagi dalam berbagai macam klas.
1.1. Hidrokarbon;
white spirit, pelarut ini dicirikan dengan laju penguapan yang lambat dengan bau yang
sedang saja.Dapat melarutkan minyak, resin alami, vernis oleoresin, dan resin alkyd.
Secara umum digunakan untuk pembersihan ( general cleaning purpose ) dan pelarut
lemak dan digunakan sebagai pelarut pada kebanyakan formulasi tinta.
2. Resin polimer ( binder ).
Polimer mempunyai fungsi yang sangat jamak dalam menentukan sifat dan karakter tinta.
Pada zaman dahulu resin polimer yang yang tersedia di alam telah digunakan dalam
pembuatan tinta dan cat, tetapi saat ini tinta mengandung lebih banyak polimer sintetis.
Salah satu fungsi utama polimer dalam pembuatan tinta adalah untuk menyebarkan
partikel pewarna tinta agar merata di semua bagian, prakteknya dapat digunakan secara
sendiri atau bersama dengan surfaktan.
Polimer berfungsi juga untuk mengatur viskositas ( kekentalan ) dan untuk rheological
modifier. Fungsi lain polimer yang tidak kalah pentingnya adalah untuk membantu

pembentukan film dan menaikkan sifat mekanis dan sifat khusus dari tinta seperti
kemampuan pembasahan dan ketahanan abrasi ( abrasion resistance ).
Polimer berbasis nitrosellulose adalah pemain utama pada pembuatan tinta berbasis
solvent sedangkan poliakrilat lebih dikenal sebagai pendukung modern water based ink
( tinta berbasis air). Berbagai macam poliakrilat baik homopolimer maupun copolimer
secara luas telah digunakan dalam pembuatan tinta, walaupun ada klas yang lain seperti
poliurethan dan poliester yang berguna juga untuk mendukung sifat khusus dari tinta.
Sifat mendasar seperti suhu transisi gelas yang mana polimer berubah dari glassy atau
kondisi yang keras menjadi kondisi yang lunak ( flexible state ), kondisi tersebut harus
terkontrol untuk mendapatkan ketahanan blocking yang sesuai ( kondisi yang
menyebabkan tinta melekat hanya pada substratnya) serta kondisi pembentukan film
minimum ( MFFT, Minimum Film Forming Temperature). Aktifitas polimer dengan
komponen lain dalam tinta akan menentukan sifat akhir tinta. Misalnya interaksi antara
polimer dan surfaktan akan mempengaruhi viskositas dan stabilitas dispersi yang
akibatnya akan tampak pada kemampuan untuk mudah digunakan dan tambahan
kekuatan warna pada tinta.
Berikut ini akan dijelaskan tentang binder atau resin baik yang sintetis maupun resin yang
alami ;
Resin alami.
a.
Zinc resinate.
Rosin dapat dipanasi dan ditambah zinc oksida untuk membentuk zinc resinate. Resin ini
mempunyai titik lebur yang tinggi dan sifat pengeringan yang bagus manakala digunakan
dalam industri coating. Banyak digunakan untuk finishing dekoratif interior dan lacquer
nitroselulose dan berbagai macam formulasi tinta.
b. Maleic Modified Rosin.
Rosin dipanasi sampai 94 C dan ditambahkan maleic anhidrid perlahan lahan dengan
suhu dinaikkan bertahap sampai 149C sampai reaksi selesai. Maleic modified rosin
mempunyai titik lebur, acid value yang tinggi dan larut dalam alkohol dan glikol dan
seirng digunakan dalam vernis alkohol, tinta printing dan berbagai jenis lacquer.
Karena acid valuenya tinggi membuatnya sangat reaktif dengan bahan coating yang lain.
Oleh karena itu diesterifikasi dengan alkohol utnuk penggunakan vernis yang lebih
umum. Resin maleic pentamodified dapat digunakan dengan bodying oil yang lambat
untuk pembuatan vernis, tetapi tidak akan cocok untuk lacquer dan vernis alkohol.
3.

Colorant ( pewarna ).

Lebih dari 90% dari tinta adalah tinta untuk printing ( cetak ) yang mana pemakain
pewarnanya banyak menggunakan pigmen dari pada dye. Pigmen tidak larut tetapi dye
larut, penggunaan istilah dye dan pigmen dalam dunia perdagangan sering tumpang
tindih.Pigemen tinta dapat berjenis organik atau an organik. Kebanyakan tinta merah
menggunakan larutan dye eosin encer. Sedangkan warna biru dapat diperoleh dari dye
triphenyl methane. Sedangkan tinta tulis permanen mengandung besi sulfat dan asam
galat atau asam tanat. Tinta untuk ballpoint biasanya lebih pasta mengandung 40 50 %
dye.
Tinta yang putih mengandung titanium dioksida sebagai pigmen, dapat berujud kristal
tetragonal anatase atau rule. Perkembangan terhadap pemahaman tentang bahan yang
beracun dari logam berat telah mendorong pergeseran pigmen organik seperti chrome
yellow, molybdenum orange dan cadmium red ke arah pigmen organik yang mempunyai
sifat yang lebih tahan dan kurang beracun. Perkembangan lebih jauh lagi penggunaan
carbon black telah mengganti spinnel black, rutile balack dan iron black pada hampir
semua tinta hitam. Kenyataan di lapangan dunia industri tinta telah menjadi konsumen
terbesar dari carbon black.
Pigmen diketahui sebagai pendukung utama tinta dan mempengaruhi harga produksi
tinta sampai 50%. Secara esensial pigmen adalah partikel padat yang berwarna hitam,
putih atau fluorescent yang merubah penampakan suatu obyek dengan cara seleksi
menyerap dan atau menyebarkan cahaya. Pigmen tersebut dapat berujud suspensi koloid
dalam tinta dan tetap pada struktur kristal atau partikel sampai proses pencetakan selesai.
Pigmen organik tinta modern didindentifikasikan dengan sistem nomor indek warna
yang mencerminkan bayangan dan rona warna, dari detail kronolagis dan struktural
pigmen. Misalnya yang sangat dikenal adalah pigmen biru tembaga pthalocyanin blue PB
15. Intensitas warna (kekuatan) dari pigmen bertambah apabila ukuran partikel pigmen
berkurang dan pucak keburaman ( opacity peaks ) pada ukuran pigmen sekitar 0.3 mm.
Sedangkan struktur molekul pigmen dari empat pigmen yang terpenting yang digunakan
dalam produksi tinta adalah;
Ada pigmen yang secara khusus dibutuhkan seperti pigmen fluorescent yang mempunyai
banyak fungsi penerapan seperti dalam tinta sekuriti untuk menjaga pemalsuan dokumen,
dalam sinyal tanda lalu lintas, papan poster pada adversiting. Pigmen pearlescent

digunakan dalam tinta untuk merefleksikan cahaya dengan cara yang sama seperti perl
alami. Pigmen logam seperti bubuk aluminium ( aluminium bronze ) dan bubuk alloy
tembaga seng ( gold bronze ) digunakan pada novel tinta perak dan emas. Pigmen organik
lain dapat memberikan effek luminescent dan pearlescent.
d. Releasing agent. ( untuk tinta white board )
Disebut juga scrapping, separating agen. Merupakan bahan yang dimanfaatkan untuk
kemudahan pelepasan atau penghapusan dari coating atau tulisan diatas whiteboard.
Bahan tersebut dapat berupa lilin, silikon, lemak , minyak atau cairan hidrokarbon.
Dengan adanya releasing agen maka tinta yang tertulis di papan whiteboard akan dengan
mudah dihapus. Penggunaan releasing agen berkisar 1 20% berat komposisi tinta.
Releasing agen yang digunakan pada water based ink dan solven based ink berbeda
dalam fisiknya saja, penggunaan dalam water based ink aplikasinya dalam bentuk emulsi.
Sedangkan dalam solven based ink dipilih releasing agen yang dapat dilarutkan dalam
solven tersebut. Pada prakteknya releasing agen yang digunakan dari berbagai macam
golongan yaitu;
Aliphatic carboxylic acid ester ( ACAE ), berujud cair dan tidak menguap atau sedikit
menguap pada suhu ruang sebagai contohnya adalah;
Monobasic carboxylic acid ester ( misal, propil myristate, butyl palmitate, butyl stearate,
octyl stearate, butyl isostearate ).
Dibasic carboxylic acid diester ( misal, dodecanedioic acid dioctyl ester, dipropil adipate,
dioctyl sebaceate, dioctyl azelate ).
Mono-, diesters dihydric alcohol.
Mono-, di-, triester trihydrate alcohol, ( misal gliserin, tri isostearate ).
Jumlah ACAE dalam komposisi tinta apabila kurang dari 1 % dari berat tinta maka tinta
yang dihasilkan tidak mudah untuk dihapus sebaliknya jika kandunga ACAE lebih dari
20% dari berat tinta maka tinta yang diperoleh bila digunakan untuk menulis akan tidak
cepat kering dan bila dihapus akan meninggalkan kotoran, hasil tulisan tidak dapat segera
dihapus alias tinta basah terus di papan white board.
ACAE lebih efektif dibanding dari PPMAE dalam kemampuan hapus awal ( initial
erasability ), masalah tersebut menjadi subyek daei us paten 5316 574.
Higher hidrocarbon ( HHC) atau Higher Alcohol Ether ( HAE ), bahan tersebut tidak
menguap pada suhu ruang dan berujud cair, apabila digunakan dalam water based ink
aplikasinya dalam bentuk emulsi. Golongan HHC yang digunakan untuk releasing agen
adalah, parafin, squalene dan oxidized polyethylene wax. Sedangkan golongan HAE

yang digunakan sebagai releasing agen adalah Hexyl alcohol, octyl alcohol, lauryl
alcohol, cetyl alcohol, stearyl alcohol.
D. Sifat Tinta
Dalam proses cetak mencetak , tinta merupakan unsur yang sangat penting bahkan
merupakan salah satu factor yang menentukan kualitas hasil cetakan. Tinta secara umum
tersusun dari paling tidak tiga unsure pokok, yaitu bahan pewarna yang merupakan bahan
yang menentukan warna tinta Cyan, Magenta, Yellow , Black dan warna-warna lain, yang
kedua bahan pembantu (additional agent), yang ketiga Bahan pengikat. Dari ketiga
bagian/unsur tadi diproses sedemikian rupa untuk menghasilkan tinta yang sesuai dengan
standart. Tinta hasil proses dari ketiga unsure tersebut akan mempunyai sifat dan karakter
tertentu. Sifat tinta cetak ada beberapa diantaranya adalah:
Sifat kekentalan tinta, yang diukur dengan Viscometer. Nilai dari kekentalan tinta sangant
dipengaruhi oleh mesin dan kertas yang digunakan. Yang kedua , Tinta bersifat
flow adalah daya alir tinta. Tinta pada prinsipnya mengalir bergerak dan berpindah dari
bak tinta sampai ke kertas pada akhir proses cetak. Yang ketiga, kelengketan tinta. Sifat
daya tarik tinta terhadap permukaan kertas hingga perpindahan tinta ke permukaan kertas.
Kecepatan mesin pada saat proses cetak dan juga kertas yang digunakan akan
mempengaruhi sifat kelengketan tinta. Selanjutnya sifat Alir tinta yang akan mengalir jika
terkena gerakan dan akan berhenti jika gerakan tersebut berhenti. Sifat tinta selanjutnya
adalah sifat daya kering tinta, sifat pengeringan tinta sampai dengan pori kertas yang
dipakai.
Sifat-sifat inilah yang menyebabkan tinta mudah berubah bentuk dan menyesuaikan
dengan bahan cetak sehingga dapat diatur dan disesuaikan dengan hasil cetak yang
diharapkan.
Tinta juga memiliki sifat

1. Viscositas yaitu sifat kekentalan tinta yang dinyatakan dalam centi pose dan dapat diukur
dengan viscometer
2. Flow yaitu daya alir tinta di mana dapat turun dengan sangat baik mulai dari bak tinta
sampai dicetak ke sebuah kertas
3. Tackness yaitu sifat daya tarik enternal dan eksternal tinta terhadap permukaan kertas
sampai terjadi perpindahan tinta ke permukaan dengan sempurna dan dapat diukur
dengan inkometer.

4. Thixzotrophy yaitu sifat tinta yang akan mengalir bila digerakkan dan akan diam
kembali apabila gerakan itu berhenti
5. Drying tinta yaitu sifat pengeringan tinta sampai ke pori pori kertas dengan cepat
sehingga tidak mudah blobor.

E. Koloid Dalam Tinta


1. Koloid Pelindung
o Pada beberapa proses, suatu koloid harus dipecahkan. Misalnya, koagulasi lateks. Di lain
pihak, koloid perlu dijaga supaya tidak rusak.
o Suatu koloid dapat distabilkan dengan menambahkan koloid lain yang disebut koloid
pelindung. Koloid pelindung ini akan membungkus partikel zat terdispersi, sehingga
tidak dapat lagi mengelompok.
o Cat dan tinta dapat bertahan lama karena menggunakan suatu koloid pelindung.
2. Adsorpsi Koloid

Partikel koloid menyerap ion-ion pada bidang permukaan, yang menyebabkan partikel koloid
tersebut bermuatan listrik positip atau bermuatan listrik negatif
Contoh :
Partikel koloid Fe(OH)3 air akan menyerap ion-ion H+ sehingga dapat bermuatan positif.
Sedangkan koloid pelindung adalah koloid yang dicampur dengan koloid yang lain tidak
mengalami penggumpalan. Koloid pelindung ini akan melapisi partikel koloid lain sehingga
dapat melindungi muatan koloid tersebut.
Misalnya:
Pada tinta atau pada cat jika tidak diberi koloid pelindung akan terjadi pengendapan.

3. Jenis Koloid Tinta


Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat cair disebut sol. Ada dua jenis sol,
yaitu sol padat (padat dalam padat) dansol cair (padat dalam cair). pada sol cair, sol yang
memadat disebut gel. Koloid jenis sol banyak kita temukan dalam kehidupan sehari-hari maupun
dalam industri.
Contoh sol: Agar-agar, lem kanji, air sungai, cat, tinta, aloi, kaca berwarna.

You might also like