Professional Documents
Culture Documents
keruntuhan getas. Selain sengkang yang menahan gaya geser maka pada penelitian ini
dicoba divariasikan dengan menggunakan tulangan geser longitudinal yang diharapkan
dapat menyumbangkan tahanan terhadap kapasitas geser balok tinggi.
TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian tulangan geser
longitudinal terhadap kapasitas dan kekakuan geser serta perilaku perkuatan lainnya pada
balok tinggi beton bertulang.
TINJAUAN PUSTAKA DAN TEORI
Penyelidikan keruntuhan tekan geser telah dilakukan pada balok tinggi dengan
mengambil variasi rasio bentang geser dan tinggi efektif balok (a/d) antara 1,0 sampai 2,5
dengan beban single dan double pada balok. Dijelaskan bahwa mutu beton, rasio
penulangan utama, rasio penulangan geser pada rasio a/d 1,0 sampai 2,5 akan
mempengaruhi keruntuhan tekan geser pada balok tinggi (Zararis, 2003).
Desain dengan metode CIRIA pada balok tinggi dengan memakai beton normal dan
mutu tinggi telah dilakukan revisi untuk memperkirakan geser ultimit yang terjadi.
Parameter yang bervariasi diberikan pada penyelidikan tersebut antara lain ; rasio a/d
antara 0,27 sampai 2,7 ; jumlah penulangan utama (1,23 sampai 5,80%), jumlah
penulangan geser dan mutu beton yang digunakan antara 25 sampai 100 MPa (Leong and
Tan, 2003).
Perkiraan daerah dan dimensi keruntuhan tekan geser juga dapat dilakukan pada
balok tinggi dengan memakai metode AE, yang mengukur besarnya energi lokal dari
sensor-sensor yang diberikan pada permukanan beton. Evaluasi daerah keruntuhan dapat
diketahui dari pengujian tekan uniaxial pada balok berdasarkan amplitudo maksimum yang
diukur dari tegangan maksimum. Panjang daerah keruntuhan balok hasil pengujian
ternyata lebih dari 30% dari hasil pengukuran sensor yang dilakukan dari berbagai bentuk
dan ukuran benda uji (Watanabe, 2002,).
Pengaruh letak beban dengan penulangan geser yang berbeda pada balok tinggi
dengan beton mutu tinggi (fc > 55 MPa) juga telah diteliti, dimana dilakukan pengujian
dengan beban seluruhnya terletak pada tepi atas balok, dan semua pada tepi bawah balok
serta kombinasi tepi atas dan tepi bawah balok dengan ratio Ptop/Pbottom masing-masing 1:1
dan 2:1. Sedangkan variasi penulangan geser yang diteliti antara lain balok tinggi dengan
tulangan utama yang dimiringkan, tulangan geser vertikal serta kombinasi tulangan geser
vertikal dan horizontal. Penelitian ini juga menjelaskan bidang defleksi balok, lebar retak
yang terbentuk, pola retak, model keruntuhan, beban retak diagonal, kekuatan layan dan
ultimit (Tan and Wei, 1999).
Berdasarkan SK. SNI T15-1991-03 kuat geser balok tinggi dapat ditentukan
berdasarkan persamaan :
M 1
V d
f 1c 120 w u bw d ....................................................(1)
Vc 3,5 2,5 u
Vu d 7
Mu
Dimana :
Mu
=
momen terfaktor yang terjadi bersamaan dengan gaya
geser terfaktor maksimum Vu pada penampang kritis.
3,5 2,5
Mu
Vu d
2,50 .................................................................................................(2)
Vc
1
f c bw d
................................................................................................(3)
n
n
11
Av 1 d
Avh
d
fs.d
fs.d
Vs
s2
12
s 12
.................................................................(4)
Pgeser
geser
..(5)
dimana : Pgeser dan geser adalah beban dan lendutan saat terjadinya retak geser.
METODE PENELITIAN
Balok uji sebanyak 12 (duabelas) buah berukuran (130x400) mm panjang 100 cm
diuji dengan skala penuh. Variabel yang diambil adalah 3 (tiga) balok tanpa memakai
tulangan geser longitudinal, kemudian setiap 3 (tiga) balok memakai 1 lapis 6mm, 2 lapis
6mm dan 3 lapis 6mm tulangan geser longitudinal. Semua balok diuji dengan memakai
setting beban 2 (dua) titik, dengan rasio a/d berturut-turut ; 0,6 ; 0,8 dan 1,0. Mutu beton
dipakai 25 MPa. Peralatan pengujian yang digunakan antara lain ; loading frame kapasitas
30 ton, hydraulic jack kapasitas 50 ton, Load ceel kapasitas 30 ton yang dilengkapi dengan
Load indikator dengan ketelitian pembacaan sampai 1 kg, dial gauge ketelitian 0,001 mm.
Pengujian balok uji dilakukan dengan memakai loading frame seperti terlihat pada gambar
3.4. Pembacaan yang dilakukan pada pengujian adalah data beban yang diberikan setiap
kenaikan 250 kg, beban saat retak awal balok, beban saat retak diagonal/geser terjadi,
beban saat kondisi ultimit tercapai, serta displacemen pada titik beban ( tepi atas dan tepi
bawah balok). Pengamatan yang dilakukan adalah pola retak yang terjadi mulai retak awal,
retak diagonal sampai beban pasca retak balok. Pengujian balok dilakukan pada setiap
variasi penulangan geser longitudinal dengan a/d mulai 0,6 ; 0,8 dan 1,0 dengan pemberian
dua titik beban pada balok seperti terlihat pada gambar 3.1. Selain data tersebut diatas juga
dibaca data mengenai regangan yang terjadi melalui strain gauge yang dipasang pada
tulangan pokok, sengkang dan tulangan geser longitudinal seperti terlihat pada gambar 2.
Actuator Frame
Hidraulic Jack
Load Cell
Balok
Uji
Pin Supporting
Load Indicator
Dial
gggauge
Loading Frame
Hidraulic
Pump
BTTB0
210 mm
410 mm
40
cm
100 cm
13
cm
6-100 mm
210 mm
26 mm
BTTB1
40
cm
100 cm
13
cm210 mm
6-100 mm
BTTB2
410 mm
46 mm
40
cm
100 cm
13
cm 210 mm
6-100 mm
66 mm
BTTB3
40
cm
100 cm
: strain gauges
13
cm
HASIL PENELITIAN
Dari pengujian dengan sistem two point loading terhadap benda uji balok tinggi, diperoleh
hasil-hasil sebagai berikut :
Tabel 1 : Hasil Pengujian pada balok Tinggi
Jml
Benda
Tul Rasio
Uji
Geser (a/d)
Long
0
0.6
BTTB0
0.8
0
0
1
1
0.6
BTTB1
0.8
1
1
1
2
0.6
BTTB2
0.8
2
2
1
3
0.6
BTTB3
0.8
3
3
1
Beban (kg)
First
Ultimit
crack
11445 16935
11270 13340
6890
13985
12300
9635
20210
16850
7730
17360
12575
10915
22560
19490
8350
18930
13950
14010
24562
24440
12920
16610
Regangan Maksimum (x
Lendutan
0,000001)
(mm)
Tul.
Geser
First
Sengkang
Ultimit
lentur Long
crack
251
9094
5.69
2.68
146
1573
1.74
1.25
101
624
1053
1614
1375
125
256
347
1103
1.34
4.88
6.33
1
2.53
4.17
742
6.82
4.62
7.77
3.96
4.23
4.32
686
5.98
8.28
4.25
2.48
5.18
1.75
9.58
5.66
Dari hasil analisa tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan penambahan tulangan
geser longitudinal, akan meningkatkan kapasitas beban yang dapat diterima oleh struktur
balok tinggi. Peningkatan ini terjadi dikarenakan adanya perkuatan dari tulangan arah
longitudinal atau horizontal yang mampu menahan gaya geser yang terjadi akibat beban.
Tulangan longitudinal tersebut mampu memberikan aksi perlawanan bersama-sama
sengkang setelah retak diagonal terjadi pada bentang geser.
Namun demikian
penambahan tulangan geser longitudinal ini harus tetap diperhitungkan terhadap batasan
rasio penulangan maximum max agar tidak terjadi kondisi over-reinforced.
Kekakuan Geser Balok Tinggi
Kekakuan geser pada balok tinggi ditentukan berdasarkan perbandingan antara
beban yang dapat dipikul oleh balok terhadap defleksi yang terjadi akibat deformasi balok
sehingga beton mengalami retak pada daerah bentang geser yang disebut retak geser
diagonal. Adapun hubungan antara beban dan defleksi yang terjada pada semua uji
ditunjukkan pada Gambar-6.
Secara teoritis, nilai kekakuan geser akan berbanding lurus dengan nilai gaya geser
sesuai dengan persamaan-5. Hal ini juga terlihat dari hasil pengujian dengan
memperhatikan grafik hubungan antara beban yang diterima balok pada saat retak geser
dengan defleksi yang terjadi. Dari keseluruhan benda uji, terlihat bahwa balok tinggi
dengan pemakaian tulangan longitudinal yang makin bnyak akan menghasilkan kekakuan
geser yang makin besar juga. Pada balok tinggi BTTB-3 (3 lapis tulangan longitudinal)
menghasilkan kekakuan geser masing-masing 39.510 kg/cm untuk a/d = 1,0 ; 79.714
kg/cm untuk a/d = 0,8 ; tetapi pada rasio geser a/d = 0,6 kekakuan terbesar terjadi pada
balok BTTB-1 (1 lapis tulangan longitudinal) yakni sebesar 37.900 kg/cm. Kenaikan
kekakuan geser balok tinggi dibandingkan dengan balok tinggi tanpa tulangan longitudinal
(BTTB-0) adalah sebesar 55%, 64 %, dan 16% masing-masing rasio a/d = 1,0 ; 0,8 dan
0,6. Pada rasio geser a/d = 0,6 peningkatan tersebut relatif kecil. Sedangkan untuk a/d =
1,0 dan 0,8 peningkatan kekakuan geser balok tinggi lebih dari 1,5 kalinya.
Gambar 6 : Hubungan Regangan dan Rasio a/d pada balok tinggi tanpa tulangan
geser longitudinal
Pada balok tinggi yang diberi tulangan longitudinal didapatkan perilaku tegangan
pada tulangan yang berbeda karena adanya sengkang dan tulangan geser longitudinal
sebagai perkuatan menahan geser balok serta tulangan lentur dan tulangan longitudinal
yang juga dapat berfungsi sebagai perkuatan lentur balok. Pengaruh penambahan tulangan
geser longitudinal pada balok tinggi sangat terlihat nyata terhadap perilaku sengkang balok
tinggi. Makin banyak jumlah tulangan longitudinal akan mengurangi kerja dari sengkang
dalam menahan geser balok. Sebagian beban geser akan ditahan oleh tulangan longitudinal
dan sebagian lagi oleh sengkang. Hal ini akan menyebabkan berkurangnya nilai regangan
pada sengkang. Semakin banyak tulangan geser longitudinal yang diberikan maka semakin
kecil pula regangan yang terjadi pada sengkang. Namun perlu diperhatikan bahwa
penambahan tulangan geser longitudinal ini juga harus tetap diperhitungkan terhadap
batasan max agar tidak terjadi kondisi over-reinforced.
Hal yang lain berbeda adalah pada perilaku tulangan lentur, terlihat bahwa regangan pada
tulangan lentur yang diukur pada tengah bentang balok (mid-span) terus mengalami
kenaikan sesuai dengan penambahan momen lentur balok didaerah mid-span akibat geser
balok yang juga bertambah.