You are on page 1of 7

Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN XIV

Pemanfaatan Efektif Penginderaan Jauh Untuk Peningkatan Kesejahteraan Bangsa

ANALISIS PENERAPAN METODE KRIGGING DAN INVERS DISTANCE PADA


INTERPOLASI DATA DUGAAN SUHU, AIR MAMPU CURAH (AMC) DAN INDEKS
STABILITAS ATMOSFER (ISA) DARI DATA NOAA-TOVS
(The Analizys of Application of Krigging and Inverse Distance Method for interpolation of
Temperature, Precipitable Water, Atmospheric Stability Index Using NOAA-TOVS Data)
Indah Prasasti1 Hari Wijayanto2, dan Maulana Christanto3
1

Peneliti Pusbangja, LAPAN


2
Dosen Statistika, IPB
3
Mahasiswa Statistika, IPB
e-mail: rizkinov@yahoo.co.id

Abstrak
NOAA-TOVS (National Oceanic and Atmospheric Administration TIROS Operational Vertical Sounders) data
include position and information about atmospheric physical parameter for certain points which moved in each
acquisition, and it also did not represent the earths surface as whole. Interpolation data is one way to obtain points
information in the earths surface. This research was studied to types interpolation methods, krigging and inverse
distance methods, those methods estimate temperature value (T1000mb), Precipitable Water (AMC), Atmospheric
Stability Index (ISA) Using NOAA-TOVS in Cengkareng and it will compare to radiosonde measurement data.
The result showed that both of methods were possible to used for interpolating of NOAA-TOVS data (e.i.T1000mb,
AMC and ISA) and interpolating values would be similar. Compared to data measurement of radiosonde, then
temperature (T1000mb) result data and predicted AMC which are from both interpolated methods would be higher
(over estimate), meanwhile ISA data would be performed lower (under estimate). Based on Dunnet Testing result will
be obtained that predicted data using both krigging and inverse distance methods significantly different with
radiosonde. Moreover if it is seen from mean value of data that has been generated between krigging, inverse distance
methods and radiosonde data showed that mean value of invers distance method is closer to the mean value of
radiosonde compare to krigging method value.
Key Word: NOAA-TOVS, AMC, ISA, Radiosonde, Krigging, Invers Distance

1.

PENDAHULUAN

Data NOAA-TOVS (National Oceanic and


Atmospheric Administration TIROS Operational
Vertical Sounders) memuat posisi dan informasi
parameter fisik atmosfer, seperti profil suhu dari
permukaan bumi hingga pada ketinggian 10 mb,
kandungan uap air pada tiga lapisan atmosfer dan
mengukur total ozon. Namun demikian, informasi
dari data NOAA-TOVS tersebut hanya untuk
titik-titik tertentu, dimana posisi titik-titik
informasi tersebut selalu bergeser setiap kali
akuisisi dan tidak semua lokasi di permukaan
bumi terwakili oleh informasi titik-titik yang
terdeteksi oleh NOAA-TOVS tersebut. Oleh
karena itu, untuk memperoleh informasi suatu

titik lokasi di permukaan bumi yang diperlukan


harus dilakukan dengan cara interpolasi data.
Namun demikian, hasil nilai interpolasi tersebut
diharapkan bisa mewakili kondisi lokasi yang
diinginkan dengan baik dan akurat.
Interpolasi adalah suatu metode atau fungsi
matematika yang menduga nilai pada lokasilokasi yang datanya tidak tersedia. Interpolasi
spasial mengasumsikan bahwa atribut data
bersifat kontinu di dalam ruang (space) dan
atribut ini saling berhubungan (dependence)
secara spasial (Anderson, 2001). Kedua asumsi
tersebut mengindikasikan bahwa pendugaan
atribut data dapat dilakukan berdasarkan lokasilokasi di sekitarnya dan nilai pada titik-titik yang

Gedung Rektorat lt. 3 Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember


Surabaya, 14 15 September 2005

TIS - 316

Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN XIV


Pemanfaatan Efektif Penginderaan Jauh Untuk Peningkatan Kesejahteraan Bangsa

berdekatan akan lebih mirip dari pada nilai pada


titik-titik yang terpisah lebih jauh.
Ada beberapa metode interpolasi data yang
dikenal, antara lain metode krigging dan invers
distance. Metode krigging pada dasarnya adalah
metode rataan terbobot dari setiap nilai contoh
lokasi.
Bobot tersebut secara langsung
berhubungan
dengan
variogram
atau
semivariogram. Sedangkan, metode interpolasi
invers distance akan memberikan faktor
pembobot yang proporsional terhadap jarak secara
invers.
Bobot dari teknik interpolasi ini
merupakan suatu fungsi jarak antara titik sasaran
(H0, V0) dan titik contoh (Hi, Vi) untuk i = 1, 2, 3,
... , n. Metode interpolasi invers distance ini
cukup baik dalam menduga nilai contoh pada
suatu lokasi (Ashraf et al., 1997).
Selain data suhu permukaan pada ketinggian
1000mb (T1000mb), data turunan yang juga bisa
diperoleh dari data NOAA-TOVS adalah data Air
Mampu Curah (AMC) dan Indeks Stabilitas
Atmosfer (ISA). AMC adalah jumlah uap air
(dalam satuan milimeter atau inci) pada suatu
lapisan udara yang sering dinyatakan sebagai
tinggi air yang dapat diubah menjadi hujan. ISA
dihitung guna untuk menentukan tingkat labilitas
udara. Tingkat stabilitas atau labilitas udara
sangat erat hubungannya dengan profil vertikal
suhu udara. Kondisi tingkat stabilitas udara
sangat menentukan peluang terjadinya hujan di
suatu wilayah.
Parameter yang dapat dihasilkan dari data TOVS
ada 112 parameter yang berupa profil atmosfer
vertikal yang berisi informasi Posisi (lintang,
bujur) titik informasi, Suhu Udara (T) dari
tekanan 1000, 850, 700, 500, 400, 300, 250, 200,
150, 100, 70, 50, 30, 20, dan 10 milibar (mb),
Suhu Titik Embun (Td) pada tekanan 1000, 850,
700, 500, 400, dan 300mb, Arah dan Kecepatan
Angin pada tekanan 850, 700, 500, 400, 300, 250,
200, 150, dan 100mb, Arah dan Suhu Puncak
Awan dan Tekanan Puncak Awan. Dari suhu
udara dan titik embun dapat diturunkan menjadi
nilai Kelembaban Relatif (RH) yang selanjutnya
digunakan untuk menentukan AMC. Nilai ISA
ditentukan dengan menggunakan T850mb,
T700mb, T500mb, dan Td850mb dan Td700mb.

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji


penerapan metode interpolasi krigging dan invers
distance untuk menduga nilai T1000mb, AMC
dan ISA wilayah Cengkareng dari data NOAATOVS. Selain itu, untuk membandingkan hasil
kedua metode tersebut dengan data radiosonde
guna mendapatkan metode interpolasi yang paling
baik untuk menduga nilai parameter fisik atmosfer
suatu lokasi dari data NOAA-TOVS.
2.

METODOLOGI PENELITIAN

Data yang digunakan adalah data T1000mb, data


AMC, dan ISA yang diekstraksi dari data NOAATOVS bulan Agustus 2000 dan data pengukuran
parameter atmosfer dari radiosonde Stasiun
Cengkareng tahun 2000 tanggal yang bersesuaian
dengan tanggal perolehan data NOAA-TOVS.
Data NOAA-TOVS diperoleh dari Instalasi Cuaca
dan
Lingkungan,
Pusbangja,
LAPAN.
Sedangkan, data radiosonde didapat dari Badan
Meteorologi dan Geofisika (BMG), Jakarta.
Pemrosesan data dilakukan melalui beberapa
tahap, yakni: 1/. Interpolasi data T1000mb, AMC
dan ISA dari titik-titik informasi yang dihasilkan
oleh data NOAA-TOVS untuk semua tanggal
yang tersedia. Proses interpolasi ini dilakukan
dengan menerapkan metode krigging dan invers
distance menggunakan perangkat lunak ArcGIS,
2/. Pengambilan nilai titik pengamatan, yakni nilai
titik Cengkareng pada koordinat 6,07oLS dan
106,64oBT, dan 3/. Analisis grafis dan statistik
(penentuan nilai korelasi dan uji Dunnet). Uji
Dunnet dilakukan untuk pengujian perbandingan
semua nilai tengah perlakukan hanya dengan
kontrol (atau dengan standar tertentu).
3.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 1 ditampilkan untuk memberikan


gambaran pola titik-titik lokasi yang memuat
informasi parameter yang digunakan dalam
interpolasi data yang diterapkan dalam kajian ini.
Gambar 1 ini memperlihatkan contoh data TOVS
tanggal 21 Januari 1998 wilayah Indonesia yang
memuat titik-titik lokasi (boks) informasi
parameter fisik atmosfer. Titik-titik informasi
tersebut tidak selalu sama dalam setiap perekaman
data.
Untuk menduga titik lokasi atau
pengamatan yang diinginkan yang tidak ada atau

Gedung Rektorat lt. 3 Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember


Surabaya, 14 15 September 2005

TIS - 317

Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN XIV


Pemanfaatan Efektif Penginderaan Jauh Untuk Peningkatan Kesejahteraan Bangsa

33
31
29
27
25
23
T1000_rad

21

T1000_inv

19

T1000_krg

17
15
1

11

13

15

17

19

Jumlah Pengamatan (Hari)

a. T1000mb
70
60
50
40
30
AMC_rad

20

AMC_inv

10

AMC_krg

0
1

11

13

15

17

19

Jumlah Pengamatan (Hari)

b. AMC

Indeks Stabilitas Atmosfer (ISA)

Dari Tabel Lampiran 1 dan Gambar 2 tampak


bahwa nilai hasil interpolasi T1000mb, AMC dan
ISA yang diperoleh dari metode invers distance
(T1000mb_inv, AMC_inv, dan ISA_inv) dengan
metode krigging (T1000mb_krg, AMC_krg, dan
ISA_krg) relatif tidak jauh berbeda. Akan tetapi,
apabila dibandingkan dengan data hasil
pengukuran radiosonde terlihat bahwa nilai
dugaan untuk T1000mb dan AMC hasil
interpolasi cenderung lebih tinggi (over estimate),
sedangkan nilai dugaan ISA cenderung lebih
rendah (under estimate).

Gambar 1. Titik-titik Lokasi yang Memuat Informasi


Parameter Fisik yang Diekstraksi dari Data TOVS
Tanggal 21 Januari 1998.

Suhu (o C)

Hasil ekstraksi nilai T1000mb, AMC dan ISA


wilayah Cengkareng berikut dengan data hasil
pengukuran radiosonde disajikan pada Tabel
Lampiran
1.
Sedangkan,
Gambar
2
memperlihatkan perbandingan antara nilai
T1000mb, AMC dan ISA yang dihasilkan dari
pengukuran
radiosonde
(T1000mb_rad,
AMC_rad, dan ISA_rad) dengan dari hasil
interpolasi kedua metode.

digunakan dua metode interpolasi yakni krigging


dan invers distance. Proses interpolasi data

Air Mampu Curah (AMC) (mm)

termuat dalam suatu tanggal perekaman, maka


harus dilakukan interpolasi data. Pada kajian ini
dengan kedua metode tersebut dilakukan pada
seluruh data rekaman bulan Agustus 2000 yang
tersedia dan yang bersesuaian dengan tanggal
pengukuran radiosonde pada bulan Agustus 2000.
Selanjutnya, dari data hasil interpolasi tersebut
dilakukan pengambilan nilai T1000mb, AMC dan
ISA untuk titik lokasi Cengkareng pada koordinat
6,07oLS dan 106,64oBT.

70
60
50
40
30

ISA_rad

20

ISA_inv

10

ISA_krg

0
-10

11

13

15

17

19

-20
Jumlah Pengamatan (Hari)

c. ISA
Gambar 2. Perbandingan Nilai T1000mb (a), AMC (b)
dan ISA (c) yang Dihasilkan dari Pengukuran
Radiosonde (garis biru), Metode Invers Distance (garis
merah), dan Metode Krigging (garis kuning)

Gedung Rektorat lt. 3 Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember


Surabaya, 14 15 September 2005

TIS - 318

Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN XIV


Pemanfaatan Efektif Penginderaan Jauh Untuk Peningkatan Kesejahteraan Bangsa

Nilai korelasi antara nilai pengukuran radiosonde


dengan nilai interpolasi dengan kedua metode
disajikan pada Tabel 2. Dari tabel 2 terlihat
bahwa nilai korelasi antara nilai radiosonde
dengan nilai interpolasi relatif kecil.
Nilai
korelasi yang tertinggi diperoleh antara nilai
AMC_rad dengan AMC_inv (0.34) dan ISA_rad
dengan ISA_inv (0.29), tetapi untuk T1000mb
dihasilkan
antara
T1000mb_rad
dengan
T1000mb_krg (-0.05).
Nilai korelasi yang
dihasilkan untuk ketiga parameter tampak sangat
kecil. Kondisi ini mungkin disebabkan perbedaan
pada teknik pengambilan / pengukuran parameterparameter tersebut. Selain itu, pengukuran yang
dilakukan dengan menggunakan satelit sifatnya
pengukuran sesaat, sedangkan pengukuran dengan
radiosonde merupakan hasil pengukuran rata-rata
dari periode waktu pengukuran.
Dengan
demikian, keragaman data dari kedua jenis data
tersebut relatif berbeda. Sehinggga memerlukan
penelitian lebih lanjut untuk menentukan model
antara hasil interpolasi dengan data radiosonde
agar data memiliki korelasi yang lebih baik.
Contoh pola distribusi nilai interpolasi dari kedua
metode yang digunakan disajikan pada Gambar 3
(a-b) . Dari ketiga pola tersebut tampak bahwa
pola yang dihasilkan dari penerapan kedua
metode relatif tidak terlalu berbeda. Namun
demikian, tampak pula bahwa penggunaan
metode inverse distance untuk lokasi yang
memiliki nilai informasi yang lebih banyak atau
rapat akan menghasilkan nilai dugaan yang lebih
baik. Sebaliknya, apabila kerapatan titik-titik
informasinya agak kurang, maka penggunaan
metode kriging lebih efektif, karena dalam metode
tersebut terdapat variabel lain sebagai parameter
kedekatan titik.

Tabel 2. Korelasi Antara Nilai Pengukuran


Radiosonde dengan Nilai Interpolasi dengan Metode
Krigging dan Invers Distance
T1000_rad

AMC_rad

T1000_inv

0.003507

T1000_krg

-0.046998

AMC_inv

0.335027

AMC_krg

0.287401

ISA_rad

ISA_inv

0.29429

ISA_krg

0.234206

Dari hasil uji ANOVA untuk T1000mb tampak


bahwa nilai peluang (p) adalah 0.00. Hal ini
menunjukkan bahwa adanya perbedaan yang
nyata antara variabel T1000mb yang diperoleh
masing-masing metode.
Untuk mengetahui
metode yang lebih mendekati nilai hasil
pengukuran radiosonde, maka perlu dilakukan uji
lanjut, yakni Uji Dunnet. Pada uji Dunnet ini
dengan menjadikan T1000mb yang dihasilkan
dari pengukuran radiosonde sebagi pembanding.
Hasil uji Dunnet menunjukkan bahwa nilai yang
dihasilkan dengan metode krigging dan inverse
distance berbeda nyata dengan hasil pengukuran
radiosonde. Apabila dilihat dari hasil uji nilai
tengah didapat bahwa nilai tengah yang dihasilkan
dari metode inverse distance lebih mendekati nilai
tengah hasil pengukuran radiosonde. Kondisi ini
berlaku untuk semua parameter yang digunakan
dalam penelitian ini, yakni T1000mb, AMC dan
ISA.
Menurut Ashraf et al. (1997) dikatakan bahwa
metode inverse distance cukup baik dalam
menduga nilai contoh pada suatu lokasi.

Data yang dianalisis dengan ANOVA sebelumnya


telah melewati proses pengujian asumsi yang
merupakan syarat untuk melakukan analisis
ragam. Data yang akan dianalisis telah memenuhi
kriteria kehomogenan ragam, kenormalan galat,
serta kebebasan galat. Setelah itu, uji ANOVA
tersebut digunakan untuk menentukan metode
yang lebih mendekati nilai hasil pengukuran
radiosonde.

Gedung Rektorat lt. 3 Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember


Surabaya, 14 15 September 2005

(a)

TIS - 319

Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN XIV


Pemanfaatan Efektif Penginderaan Jauh Untuk Peningkatan Kesejahteraan Bangsa

Antoyo, S. 1999. Penggunaan Informasi Air


Mampu Curah (Precipitable Water) dan Tinggi
Lapisan Basah Dalam Penentuan Awal Musim
Hujan dan Awal Musim Kemarau. IPB. Bogor.
Ashraf, M., C. L. Jim, K. G. Hubbard. 1997.
Application of Geostatistics to Evaluate Partial
Weather Station Network. J. Agricultural and
Forest Meteorology, 84:255 271.
(b)
Gambar 3. Pola Distribusi T1000mb dengan Metode
Krigging (a) dan Inverse Distance (b).

Brooker, P. 1979. Krigging. Engineering and


Mining Journal, Vol. 180. No. 9. pp:148 153.
Clark, I. 1979. Partial Geostatistics. Applied
Science Publisher Ltd. London.

4.

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil pengkajian penggunaan kedua metode


tersebut dapat disimpulkan bahwa:
1. Penerapan metode krigging dan inverse
distance menghasilkan nilai dugaan yang
relatif tidak jauh berbeda.
2. Untuk nilai AMC dan T1000mb hasil dugaan
dengan kedua metode cenderung lebih tinggi
(over estimate), sedangkan untuk nilai ISA
cenderung lebih rendah (under estimate).
3. Nilai korelasi antara nilai dugaan dari kedua
metode dengan nilai pengukuran radiosonde
relatif kecil. Sehingga membutuhkan model
antara hasil interpolasi dengan data
radiosonde.
4. Penggunaan metode invers distance untuk
lokasi yang memiliki titik-titik informasi
(tetangga) yang rapat akan lebih efektif
dibandingkan dengan metode krigging.
5. Hasil uji Dunnet menunjukkan bahwa metode
inverse distance lebih mendekati nilai
pengukuran radiosonde.
6. Untuk mendapatkan hasil interpolasi yang
lebih baik masih diperlukan pengkajian yang
lebih dalam dengan melibatkan data yang
lebih banyak agar hasil yang didapatkan lebih
signifikan.

Cressie, N. A. C. 1993. Statistics for Spatial Data.


John Willey & Sons. Inc. New York.

DAFTAR PUSTAKA
Adiningsih, E. S. 2000. Dinamika Stabilitas
Atmosfer dan Pembentukan Awan di Indonesia
dari Data NOAA-TOVS. IPB. Bogor.

Gedung Rektorat lt. 3 Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember


Surabaya, 14 15 September 2005

TIS - 321

Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN XIV


Pemanfaatan Efektif Penginderaan Jauh Untuk Peningkatan Kesejahteraan Bangsa

LAMPIRAN
Tabel 1. Nilai T1000mb, AMC dan ISA yang Dihasilkan dari Interpolasi dengan Metode Krigging, Invers Distance dan
Pengukuran Radiosonde Selama Bulan Agustus 2000
T1000
Tanggal

T1000_rad

T1000_inv

AMC
T1000_krg

AMC_rad

AMC_inv

ISA
AMC_krg

ISA_rad

ISA_inv

ISA_krg

24.3

28.16

28.17

37.3

45.4

42.59

53.6

27.88

26.42

23.5

27.09

27.36

37.66

51.41

43.83

52.1

32.46

25.33

22.6

29.01

29.17

37.92

46.44

48.92

51.6

28.94

29.59

24.3

29.98

29.67

33.24

49.99

51.75

50.6

31.58

31.58
30.32

24.4

29.96

29.59

39.49

59.78

51.75

52.2

36.27

10

22.9

29.98

29.64

37.2

59.78

51.79

53

35.75

30.32

11

24

26.19

26.5

33.93

36.92

34.02

46.7

24.54

23.46

14

23

29.69

28.91

32.87

13.19

21.41

45.8

-14.53

-11.64

15

22.4

28.86

28.5

36.9

48.57

45.22

52

31.08

29.63

16

23.3

28.18

27.58

43.42

42.33

38.39

60.7

26.65

24.66

17

21.8

27.01

28.81

19.12

27.03

28.05

34.1

17.69

15.91

18

21.2

27.15

26.77

24.86

26.97

27.41

40.7

15.53

15.93

19

23.4

29.08

29.17

15.28

38.75

32.46

18.4

23.19

18.91

20

21.8

31.91

31.58

31.89

50.53

44.41

44

30.01

25.67

23

22.4

29.81

29.14

29.82

55.42

52.06

50.7

33.45

30.31

25

22.5

28.39

30.01

23.4

52.32

56.21

33

34.44

34.98

26

24

30.01

30.06

26.84

28.66

49.75

36.4

12.43

29.25

27

24.2

30.31

29.95

33.38

26.85

51.31

53.8

35.72

30.83

28

24.2

28.16

28.59

42.07

38.74

41.24

55.3

25.32

26.37

31

24.6

27.86

28.33

33.71

45.92

49.5

52.4

29.44

31.17

rata-rata

23.24

28.8395

28.875

32.515

42.25

43.1035

46.855

25.892

24.95

Gedung Rektorat lt. 3 Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember


Surabaya, 14 15 September 2005

TIS - 322

Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN XIV


Pemanfaatan Efektif Penginderaan Jauh Untuk Peningkatan Kesejahteraan Bangsa

Gedung Rektorat lt. 3 Kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember


Surabaya, 14 15 September 2005

TIS - 317

You might also like