You are on page 1of 15

CASE STUDY

Disusun untuk Memenuhi Mata Kuliah Disaster Nursing and Trauma Healing

Disusun oleh :
Kelompok 5
A12.1
1.
2.
3.
4.
5.

Debby Agung S
Nur Lela Fitriani
Aulia Noor Faizah
Lilik Fauziah
Nindhita Setyaningrum

(22020112130103)
(22020112130046)
(22020112130051)
(22020112130052)
(22020112130053)

JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2014

CASE STUDY
A. Kasus
Enam bulan yang lalu telah terjadi bencana banjir bandang di kecamatan L dengan
skala bencana provinsi. Ny.P kehilangan anaknya dalam bencana tersebut. Selama 2
minggu terakhir Ny.P merasa sangat sedih dan sering menangis bila teringat anaknya,
susah tidur hampir tiap hari, menolak untuk beraktivitas sehari-hari, mempunyai pikiran
untuk mati, tidak nafsu makan dan mengalami penurunan BB secara drastis selama 1
bulan terakhir. Ny.P pernah mengalami masalah yang mirip dengan yang dihadapinya
sekarang sekitar 2 minggu setelah bencana, akan tetapi tidak separah ini dan dapat hilang
dengan sendirinya.
B. Case Study Disaster Nursing and Trauma Healing
1. Masalah kesehatan mental apa yang dialami korban bencana pada kasus diatas ?
2. Lengkapilah data pengkajian sesuai dengan masalah kesehatan mental yang dialami !
3. Apa intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan mental
tersebut ?
4. Apa strategi trauma healing yang dapat diterapkan pada korban bencana tersebut ?
5. Buatlah pre planing dan strategi trauma healing tersebut !
C. Problem Solving
1. Masalah kesehatan mental apa yang dialami korban bencana pada kasus diatas ?
Jawab :
Masalah kesehatan mental yang dialami korban pada kasus diatas yaitu depresi yang
disebabkan karena bencana alam (bencana banjir bandang).
a. Pengertian Depresi
Depresi merupakan reaksi psikologis terhadap hilangnya kesehatan, orang
dicintai, atau rasa harga diri seseorang. Menurut Nugroho (2008) depresi
adalah suatu perasaan sedih dan pesimis yang berhubungan
dengan

suatu

penderitaan.

Dapat

berupa

serangan

yang

ditujukan pada diri sendiri atau perasaan marah yang mendalam.


Menurut Hudak dan Gallo dalam Azizah (2011), gangguan depresi
merupakan keluhan umum pada lanjut usia dan merupakan
penyebab tindakan bunuh diri. Sedangkan menurut Lau dan Eley
dalam Lewis et al (2011) depresi adalah gangguan yang
kompleks dan multifaktorial, merupakan efek yang melibatkan
interaksi genetik dan risiko lingkungan.Pada umumnya pasien depresi

mempunyai nada bicara pesimistik dan ekspresi wajah putus asa. Depresi dapat
terjadi pada anak-anak, remaja, dewasa, dan orang tua.
b. Gambaran klinis Depresi
Pada penderita depresi dapat ditemukan berapa tanda dan gejala umum
menurut
Diagnostic Manual Statistic IV (DSM-IV): (American Psychiatric Association,
2000)
1) Perubahan fisik
a) Penurunan nafsu makan
b) Gangguan tidur
c) Kelelahan atau kurang energi
d) Agitasi
e) Nyeri
f) Sakit kepala
g) Otot kram
h) Nyeri tanpa penyebab fisik
2) Perubahan Pikiran
a) Merasa bingung, lambat berpikir
b) Sulit membuat keputusan
c) Kurang percaya diri
d) Merasa bersalah dan tidak mau dikritik
e) Adanya pikiran untuk membunuh diri
c. Faktor penyebab depresi
Ada beberapa faktor penyebab depresi antara lain :
1. Faktor biologi
Faktor neurotransmiter dari biogenik amin, norepinefrin, dan serotonin
merupakan dua neurotransmiter yang paling berperan dalam patofisiologi
gangguan mood. Norepinefrin hubungan yang dinyatakan oleh penelitian
ilmiah dasar antara turunnya regulasi reseptor B-adrenergik dan respon
antidepresan secara klinis memungkinkan indikasi peran sistem noradrenergik
dalam depresi
2. Faktor genetik
Data genetik menyatakan bahwa faktor yang signifikan dalam
perkembangan gangguan mood adalah genetik. Pada penelitian anak kembar
terhadap gangguan depresi berat pada anak, pada anak kembar monozigot
adalah 50%, sedangkan dizigot 10-25% (Sadock & Sadock, 2010). Menurut
penelitian Hickie et al., menunjukkan penderita late onset depresi terjadi
karena mutasi pada gene methylene tetrahydrofolate reductase yang
merupakan kofaktor yang terpenting dalam biosintesis monoamin. Mutasi ini
tidak bisa diketemukan pada penderita early onset depresi (Hickie et al, 2001)
3. Faktor psikososial

Peristiwa kehidupan dan stres lingkungan dimana suatu pengamatan


klinik menyatakan bahwa peristiwa atau kejadian dalam kehidupan yang
penuh ketegangan sering mendahului episode gangguan mood
d. Jenis Depresi
Menurut Idrus (2007) depresi dibedakan dalam tiga tingkatan, yaitu :
1) Depresi ringan (mild), jika terdapat sekurang-kurangnya dua dari tiga gejala
utama ditambah sekurang-kurangnya dua dari gejala tambahan yang sudah
berlangsung sekurang-kurangnya selama dua minggu. Dan tidak boleh ada
gejala yang berat di antaranya ( Idrus, 2007 ).
2) Depresi sedang (moderate), jika terdapat sekurang-kurangnya dua dari tiga
gejala utama ditambah sekurang-kurangnya tiga (sebaiknya empat) gejala
tambahan ( Idrus, 2007 ).
3) Depresi berat (severe), jika terdapat tiga gejala utama ditambah sekurangkurangnya empat gejala tambahan, beberapa di antaranya harus berintensitas
berat ( Idrus, 2007 ).
2. Lengkapilah data pengkajian sesuai dengan masalah kesehatan mental yang dialami !
Jawab :
Data pengkajian
a. Identitas klien
1) Nama
: Ny. P
2) Usia
: 45 tahun
3) Alamat
: Tembalang, Semarang
4) Jenis Kelamin : Perempuan
5) Agama
: Islam
6) Suku Bangsa : Jawa
7) Status
: Sudah menikah
8) Pekerjaan
: Ibu Rumah tangga
9) Penanggung jawab
Suami

: Tn. Budi Raharjo

10) Keluhan utama : klien merasa sangat sedih dan sering menangis bila teringat
anakanya yang meninggal akibat bencana banjir bandang
b. Riwayat kesehatan
1) Predisposisi
Kejadian bencana lama (banjir bandang) yang mengakibatkan kehilangan
anaknya.
2) Presipitasi
Ny.P pernah mengalami masalah yang mirip dengan yang dihadapinya
sekarang sekitar 2 minggu setelah bencana
c. Pengkajian Depresi
1) Depressed Mood

Skala 3, yaitu klien cenderung menangis untuk mengekspresikan perasaannya


2) Perasaan bersalah
Skala 1, yaitu menyalahkan diri sendiri dan merasa sebagai penyebab
kematian anaknya ketika terjadi bencana
3) Keinginan Bunuh Diri
Skala 2, yaitu klien memiliki keinginan untuk mati
4) Ganguan Pola Tidur
Skala 1, klien mengalami middle insomnia, yaitu gelisah dan susah tidur
hampir setiap malam.
5) Aktivitas
Skala 2, yaitu klien kehilangan minat untuk beraktivitas sehari-hari
6) Retardasi Mental
Skala 4, yaitu klien sukar diwawancarai
7) Agitasi
Skala 1, mengalami kegelisahan ringan
8) Kecemasan Somatik
Skala 2 (sedang), suara tidak stabil, muka pucat dan terlihat lemas
9) Kecemasan Psikis
Skala 3, sikap kekhawatiran tercermin di wajah dan pembicaraan klien
10) Gejala Somatik Pencernaan
Skala 2, klien sukar makan dan merasa perutnya penuuh
11) Gejala Somatik Umum
Skala 2, yaitu klien merasa kehilangan kekuatan dan kemampuan
12) Genital
Skala 1, klien sering buang air kecil pada malam hari
13) Hipokondriasis (keluhan somatik dan fisik yang berpindah-pindah)
Skala 3, klien sering mengeluh membutuhkan pertolongan orang lain
14) Kehilangan Berat Badan
Skala 2, klien terlihat dengan jelas mengalami penurunan berta badan
15) Pemahaman Diri
Skala 1, klien menyadari dirinya sakit sebagai akibat karena dia tidak nafsu
makan
16) Variasi Harian
Skala 0, karena klien tidak mengalami perubahan keadaan yang makin
memburuk pada waktu siang maupun pagi
17) Depersonalisasi dan Derealisasi
Skala 1, klien tidak mengalami waham nihilistik namun belum dapat
menerima realita
18) Gejala-gejala Paranoid
Skala 2, pikiran klien menjadi pusat perhatiannya dan seakan-akan peristiwa
di luar tertuju pada dirinya
19) Gejala-gejala Obsesi dan Kompulsi
Skala 0, tidak ada gejala
Total Score = 32, klien mengalami Depresi Sedang

3. Apa intervensi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan mental
tersebut ?
Jawab :
Berdasarkan kasus diatas , diagnosa keperawatan yang ditemukan pada pasien depresi
adalah risiko bunuh diri. Intervensi resiko bunuh diri pada seseorang yang mengalami
depresi antara lain :
1) Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik :
a.

Sapa klien dengan nama baik verbal maupun non verbal.

b.

Perkenalkan diri dengan sopan.

c.

Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien.

d.

Jelaskan tujuan pertemuan.

e.

Jujur dan menepati janji.

f.

Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.

g.

Berikan perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar

2) Jauhkan klien dari benda-benda yang dapat membahayakan.


3) Tempatkan klien diruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh perawat.
4) Awasi klien secara ketat setiap saat
5) Dengarkan keluhan yang dirasakan klien.
6) Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan, ketakutan dan
keputusasaan.
7) Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti penderitaannya.
8) Beri dukungan pada tindakan atau ucapan klien yang menunjukkan keinginan
untuk hidup.
9) Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusasaannya.
10) Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal individu.
11) Bantu mengidentifikasi sumber-sumber harapan (misal : hubungan antar sesama,
keyakinan, hal-hal untuk diselesaikan)
12) Ajarkan mengidentifikasi pengalaman-pengalaman yang menyenangkan.
13) Bantu untuk mengenali hal-hal yang ia cintai dan yang ia sayangi dan pentingnya
terhadap kehidupan orang lain.
14) Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada orang lain

15) Kaji dan manfaatkan sumber-sumber eksternal individu.


16) Kaji sistem pendukung keyakinan yang dimiliki klien.
17) Lakukan rujukan sesuai indikasi (pemuka agama).
18) Diskusikan tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek samping minum
obat).
19) Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar.
20) Anjurkan membicarakan efek dan efek samping yang dirasakan oleh klien.
21) Beri reinforcement positif bila menggunakan obat dengan benar.
4. Apa strategi trauma healing yang dapat diterapkan pada korban bencana tersebut ?
Jawab :
Strategi trauma healing yang dapat diterapkan pada korban bencana tersebut yaitu
Cognitive Behavior Therapy (CBT).
5. Buatlah preplaning dan strategi trauma healing tersebut !
Jawab :
SAP Cognitive Behavior Therapy (CBT)
untuk Klien dengan Depresi
a. Latar belakang
Bencana alam merupakan suatu peristiwa alam yang mengakibatkan
dampak besar bagi populasi manusia. Peristiwa alam dapat berupa banjir, letusan
gunung berapi, gempa bumi, tanan longsor, kebakaran, tornado maupun wabah
penyakit.
Dampak yang ditimbulkan oleh bencana alam yaitu timbulnya korban jiwa,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Dampak
psikologis yang ditimbulkan oleh bencana alam seperti trauma, kecemasan, dan
depresi.
Depresi merupakan suatu reaksi psikologis terhadap hilangnya kesehatan,
orang dicintai, atau rasa harga diri seseorang. Seseorang dapat dikatakan depresi
apabila ada tanda dan gejala berupa terjadi perubahan fisik seperti gangguan tidur
dan penurunan nafsu makan, perubahan fikiran seperti merasa bingung, kurang
percaya diri dan merasa bersalah, perubahan perasaan seperti merasa sedih dan
sering menangis, serta perubahan pada kebiasaan sehari-hari seperti menjauhkan
diri pada lingkungan sosial, sering menunda pekerjaan.
Ada beberapa hal yang menyebabkan seseorang depresi yaitu faktor
biologi, faktor genetik, dan faktor psikososial. Pada beberapa kasus, seperti
bencana alam faktor yang menyebabkan seseorang depresi adalah faktor

psikososial. Hal tersebut terjadi dikarenakan kebanyakan korban bencana alam


kehilangan nyawa, baik keluarga, saudara maupun teman, kehilangan harta benda,
dan lain-lain. Dampak lain yang bisa timbul ketika seseorang mengalami depresi
adalah dampak yang berhubungan dengan kesehatan seperti penyakit jantung,
diabetes, obesitas, penurunan mental, penyalahgunaan zat, kanker, dan penyakit
lainnya.
Dampak lain dari depresi dapat dikurangi dengan melakukan penanganan
dengan terapi. Terapi bertujuan untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan
tanda dan gejala yang timbul pada seseorang yang sedang depresi. Ada beberapa
terapi yang dapat digunakan untuk mengatasi depresi yaitu Cognitive Behavior
Therapy (CBT) dan terapi interpersonal.
Pada makalah ini akan dibahas cara mengatasi depresi menggunakan
Cognitive Behavior Therapy (CBT). Menurut NACBT (2007) dalam Ira (2010),
Cognitive Behavior Therapy (CBT) merupakan suatu bentuk psikoterapi yang
menekankan pada pentingnya proses berpikir dalam bagaimana hal berpikir dan
bertindak. CBT fokus pada perasaan distress, pikiran, dan perilaku yang nantinya
akan mengarah pada perubahan yang positif (NICE 2005 dalam Ira, 2010)
individu yang menerima CBT diharapkan memiliki pikiran yang positif sehingga
akan memperlihatkan perilaku yang juga positif dalam menjalani kehidupannya.
b. Tujuan
1) Tujuan jangka pendek
Setelah dilakukan tindakan penanganan depresi dengan CBT pada
klien, diharapkan klien mampu mengatasi depresi yang dialaminya dan
mampu merubah pola pikir dan perilakunya dari negatif menjadi positif.
2) Tujuan jangka panjang
a) Klien mampu menjelaskan pengertian depresi
b) Klien mampu menjelaskan tanda dan gejala depresi
c) Klien mampu menjelaskan pengertian terapi CBT
d) Klien mampu menjelaskan langkah-langkah untuk melakukan terapi CBT
e) Kliem mampu mempraktekkan terapi CBT untuk mengatasi depresi secara
mandiri
f) Depresi klien hilang
c. Metode
Metode yang digunakan yaitu konseling.
d. Pelaksanaan
1) Orientasi
a) Salam
b) Perkenalan

c) Menjelaskan tujuan dari terapi CBT (Cognitive Behavior Therapy)


d) Kontrak (waktu dan tempat)

2) Kerja
Walaupun tidak ada peraturan khusus tentang jumlah sesi dalam CBT, sesuai
penelitian mengembangkan 5 sesi yaitu :
a) Sesi 1 pengkajian
Klien mengungkapkan pikiran otomatis negatif tentang diri sendiri yang
berkaitan dengan stressor yaitu pengalaman banjir bandang yang
menyebabkan klien kehilangan anaknya. Kemudian mengidentifikasi hal
positif yang dimiliki
b) Sesi 2 Terapi Kognitif
Mengulang kembali pikiran negatif yang telah dilatih sebelumnya dan
melatih untuk mengatasi pikiran otomatis negatif yang kedua. Langkahlangkah untuk melakukan terapi kognitif yaitu :
(1) Tuliskan semua yang anda rasakan dan pikirkan. Dengan menuliskan
semua apa yang anda rasakan dan pikirkan membuat anda bisa melihat
gambar besarnya dan membuat anda bisa melihat dengan lebih
obyektif. Dengan menuliskan hal tersebut maka pola pikir negatif bisa
mudah dikenali.
(2) Identifikasi kejadian yang membuat anda terganggu (sedih). Apa yang
benar-benar membuat anda tidak suka atau sedih (misalnya ketika
mobil tiba tiba macet di jalan). Apakah karena baju anda yang baru
menjadi kotor terkena oli ketika mengecek mesin? Ataukah karena
mobil tidak mau jalan? Apakah karena anda tahu bahwa sebenarnya
mobilnya memang sudah memerlukan service namun anda menundanunda membawa ke bengkel? Ataukah karena hal tersebut membuat
anda terlambat datang ke kantor?
(3) Identifikasi semua emosi yang negatif. Misalnya kejadiannya adalah
mobil mogok, maka identifikasi semua emosi negatif ketika mobil
anda mogok tidak mau jalan. Seperti: kesal karena mobil tidak mau
jalan, frustasi karena baju baru terkena oli, merasa bersalah karena
menunda nunda tidak membawa mobil ke bengkel. Semua emosi
negatif tersebut diidentifikasi dan ditulis.
(4) Identifikasi semua pikiran negatif yang mengikuti emosi negatif.
Misalnya: saya kesal karena mobil mogok membuat saya terlambat
datang ke pertunjukan drama dimana anak saya ikut pentas. Pasti anak
saya berpikir bahwa saya bukan ayah yang baik. Saya frustasi karena

baju saya kotor, saya jadi kelihatan tidak rapih, saya memang
berantakan.
(5) Identifikasi distorsi pemikiran yang terjadi dan ganti dengan yang
benar. Misalnya, soal mobil mogok: saya bukan orang yang suka
menunda pekerjaan, tapi akhir akhir ini memang pekerjaan kantor
sedang banyak sekali. Soal pakaian kotor, kita bisa bereaksi dengan:
Saya bukan orang yang jorok dan tidak rapih, saya biasanya rapih.
Baju kena oli membuat saya kesal karena baju saya biasanya rapih dan
bersih.
(6) Pertimbangkan kembali emosi anda. Dengan mengubah reaksi anda
terhadap suatu kejadian, anda bisa terhindar dari gangguan jiwa atau
emosi yang tidak sehat. Misalnya, mungkin anda masih merasa kesal
karena mobil mogok, namun hal tersebut didasarkan pada realita,
bukan berdasar atas hasil pemikiran yang sudah terdistorsi.
(7) Buat rencana perbaikan. Misalnya, segera selesai nonton televisi,
saya akan belanja ke supermarket.

c) Sesi 3 Terapi perilaku


Mengevaluasi pikiran otomatis negatif yang masih ada, mengidentifikasi
perilaku positif yang dimiliki, menyusun rencana perilaku positif untuk
mengubah perilaku negatif yang muncul, bisa memberikan konsekuensi
positif maupun negatif jika perilaku dilakukan atau tidak dilakukan.
(1) Langkah pertama
Psikolog akan menjelaskan tentang penyakit depresi, dasar
pemikiran dari terapi aktivasi perilaku, pengantar kepada monitoring
kegiatan

sehari-hari,

perlunya

penilaian

atas

hal

hal

yang

menyenangkan dan yang dinilainya penting, kapan harus menyerahkan


formulir monitoring tersebut dan hal hal lain yang terkait dengan
prosedur psikoterapi.
Psikolog atau psikiater akan meminta pasien untuk membuat
data dasar secara akurat dan detil tentang kegiatan sehari-hari yang
selama ini dilakukan oleh penderita depresi. Dalam kurun 1-2 minggu,
dibuat catatan secara detil kegiatan yang selama ini dilakukan. Data
kegiatan sehari hari tersebut kemudian dikaitkan dengan keadaan
emosi (suasana hati), pikiran dan berbagai aspek kesejahteraan (seperti

kehidupan yang berimbang, pengisian peran, distribusi kegiatan


sepanjang hari, dll).
Selain mencatat semua kegiatan secara detil, klien juga diminta
untuk membuat penilaian mana saja kegiatan yang dinilainya
menyenangkan (atau mengurangi kesedihannya) dan kegiatan-kegiatan
yang dinilainya penting. Misalnya, kegiatan mencuci baju mungkin
merupakan kegiatan yang tidak menyenangkan, namun penting. Dilain
pihak, menonton TV mungkin menyenangkan namun tidak terlalu
penting.
(2) Langkah kedua
Penderita depresi diminta menentukan hal-hal yang ingin
ditingkatkan dalam hidupnya. Penentuan area kehidupan sebaiknya
spesifik dan sesuai dengan situasi yang dihadapi oleh klien dan
menjadi penyebab depresinya. Misalnya, pada ibu yang menjadi
depresi karena masalah ekonomi, salah satu area yang perlu
ditingkatkan adalah masalah ekonomi tersebut.
Langkah selanjutnya adalah menentukan kegiatan kegiatan apa
yang perlu dilakukan untuk meningkatkan area tersebut. Kegiatankegiatan tersebut sebaiknya yang mudah dilakukan terlebih dahulu,
kemudian meningkat kearah kegiatan mandiri. Kegiatan yang bisa
dilakukan misalnya: mencari pekerjaan sampingan sebagai penambah
perekonomian

keluarga.

Beberapa

area

yang

biasanya

perlu

ditingkatkan adalah:
(a) Hubungan keluarga (family relationship). Misalnya, penderita
ingin meningkatkan diri agar bisa menjadi orang tua yang
menyayangi anaknya. Kegiatan yang bisa dilakukan, misalnya:
- Memasak masakan kesukaan anak setiap sabtu pagi
- Menjemput anak di sekolah setiap hari tepat waktu
(b) Hubungan sosial (social relationship). Misalnya ingin menjadi

(c)
(d)
(e)
(f)

teman yang baik. Kegiatan yang perlu dilakukan:


- Menelpon atau kirim sms teman minimal seminggu sekali
- Mengajak teman jalan ke taman bersama
Pendidikan/ pelatihan. Misalnya: Mengikuti kursus memasak.
Karir/ pekerjaan. Misalnya:
- Belajar menanam dan merawat tanaman hias
- Belajar membuat ayam goreng tepung
Hobi/ rekreasi, Misalnya: Bermain volley setiap kamis sore
Kegiatan sosial (relawan, dll). Misalnya:
- Membuat nasi dan lauk pauk untuk diberikan ke tukang becak
- Membantu membersihkan rumah janda tua

(g) Keagamaan, tanggung jawab harian, dll. Misalnya:


- Mengikuti pengajian
- Membersihkan kamar
Semua kegiatan tersebut perlu diprioritaskan. Mana yang paling
penting dan menyenangkan serta tingkat kesulitannya.
(3) Langkah ketiga
Membuat jadwal kegiatan baru. Sesuai dengan area yang ingin
ditingkatkan dibuatlah kesepakatan bersama antara klien dengan
pembimbing jadwal kegiatan baru. Kegiatan baru tersebut dimulai dari
kegiatan mudah dan ringan. Monitor perubahan pikiran, suasana hati
dan hambatan yang dialami serta dukungan yang diperlukan. Klien
diminta membuat suatu kontrak atau perjanjian dengan keluarga
atau orang terdekatnya bahwa dia benar benar akan mengerjakan
kegiatan tersebut.
(4) Langkah keempat
Setelah penderita depresi melaksanakan kegiatan penting yang
menyenangkan dan positif, kemudian didiskusikan hal hal apa yang
menjadi penghambat kegiatan perilaku positif tersebut. Perlu juga
didiskusikan hal-hal yang bisa mendorong agar perilaku positif
tersebut semakin berkembang.
Begitulah secara bertahap dilakukan kegiatan perilaku sehat
yang mudah dan kemudian meningkat ke kegiatan yang semakin sulit.
Kegiatan perilaku sehat yang semakin sulit biasanya juga membawa
dampak positif yang semakin besar. Selain membuat jadwal kegiatan
baru yang semakin banyak dan semakin penting, klien juga perlu
diajak untuk memulai menerapkan pola hidup sehat, seperti makan
makanan yang sehat dan berolah raga secara teratur. Klien juga perlu
diajari teknik pemecahan masalah, manajemen tidur dan lain lain yang
akan dapat mendukung terapi aktivasi perilaku tersebut.
d) Sesi 4 Evaluasi terapi kognitif dan perilaku
Mengevaluasi kemajuan dan perkembangan terapi, mereview pikiran
otomatis negatif, memfokuskan terapi, mengevaluasi perilaku yang
dipelajari berdasarkan konsekuensi yang disepakati. Teknik cara
melakukan terapi kognitif perilaku yaitu :
1) Periksa apa yang sebenarnya terjadi (evident). Letakkan suatu kejadian
dalam konteksnya atau gambaran besarnya. Bila anda sedih karena
suami bilang bahwa anda pemalas karena ketika tadi malam anda

pulang malam dan tidak punya lagi kekuatan untuk membersihkan


dapur. Maka ingat ingat bahwa pada hari hari biasa, ketika tidak terlalu
capai, anda biasanya membersihkan dapur. Tentu saja, bila saat itu
sangat capai, bisa dimaklumi bila anda tidur tanpa membersihkan
dapur terlebih dahulu. Dengan kata lain, anda tidak perlu menyalahkan
diri anda sendiri sebagai pemalas.
2) Bicara kepada diri sendiri seperti bila anda bicara kepada teman.
Misalnya ada seorang teman yang kena pemutusan hubungan kerja
(PHK) sehingga teman tersebut merasa sebagai orang yang tidak
berguna lagi, gagal dan tidak dihargai. Apa yang anda katakan
kepadanya? Mungkin anda akan berkata seperti ini: Anda bukan
seorang yang gagal dan tidak berguna. Banyak orang terkena PHK, dan
PHK sering tidak berkaitan dengan kinerjamu. Kamu punya
kemampuan dan kreatif. Kamu dulu pernah jatuh dan bangkit lagi.
Saya percaya kamu akan bisa mengatasi hal ini. Bila anda mengalami
hal yang sama, katakan hal yang sama kepada diri anda sendiri.
3) Temukan kesuksesan atau keberhasilan kecil. Dari pada menilai
perkawinan anda sebagai gagal total, coba lihat pada keberhasilan atau
kesuksesan kecil, seperti bahwa selama ini anda bisa saling
mendukung sehingga anda bisa mengambil S2 dan jabatan juga naik
terus. Kita selalu bia mengubah pikiran negatif menjadi pikiran positif
dalam segala situasi.
4) Buat rumusan pengertian atau definisi dari suatu istilah. Bila anda
gagal ketika ikut tes mengemudi (cari SIM-surat ijin mengemudi)
kemudain anda berpikir bahwa anda adalah manusia tidak berguna,
maka coba lihat pengertian manusia tidak berguna. Manusia tidak
berguna adalah manusia yang tidak bisa menghasilkan apa apa. Nah,
tentu saja anda tidak termasuk dalam kategori manusia tidak
berguna.
Lakukan survey kecil-kecilan.Bila ibu anda ingin berkunjung dan menginap dirumah
anda, padahal saat itu anda sangat sibuk dengan pekerjaan kantor dan anak anak juga
sibuk dengan tes di sekolah. Anda sebenarnya agak keberatan dengan kunjungan ibu
anda disaat kondisi seperti itu, namun anda juga ingin menjadi anak yang berbakti.
Bila anda bingung, coba tanya kepada teman teman atau saudara dekat bagaimana
sebaiknya mengatasi hal tersebut.

5) Buat perbandingan. Misalnya bila anda merasa sedih karena anda


merasa jadi ibu yang pemalas (karena anda tidak suka masak, makanan
sering beli makanan jadi), maka bandingkan dengan bidang yang lain.
Ternyata anda senang membersihkan rumah, merawat taman,
membantu anak anak mengerjakan pekerjaan rumah. Dengan demikian
anda bisa menghilangkan pikiran negatif bahwa anda adalah seorang
istri pemalas karena tidak suka memasak.
6) Pecahkan masalah. Bila anda marah marah setelah pulang kantor
karena melihat rumah kotor dan berantakan. Maka dari pada marah
marah tidak karuan, coba pecahkan masalahnya. Ternyata istri anda
hari itu harus memasak untuk kegiatan sosial sehingga tidak sempat
membersihkan rumah. Maka pemecahannya bisa dengan, misalnya:
mencari pembantu kerja paruh waktu, atau beli makanan jadi untuk
kegiatan sosial (tidak harus istri masak sendiri), dll. Intinya dari pada
marah dan punya pikiran negatif, lakukan saja pemecahan masalahnya.
e) Sesi 5 mencegah kekambuhan
Menjelaskan pentingnya CBT, membudayakan pikiran positif dan perilaku
positif secara mandiri dan berkesinambungan dalam mengatasi masalah
e. Terminasi
1) Melakukan evaluasi terhadap tahapan pelaksanaan CBT
2) Melakukan pendokumentasian terhadap proses dan hasil terapi yang dilakukan
3) Salam

DAFTAR PUSTAKA
Amin N. 2004. Aspek Neurobiologi Molekuler Depresi
Erwina, Ira. 2010. Tesis Pengaruh Cognitive Behavior Therapy terhadap Post Traumatic
Stress Disorder pada Penduduk Pasca Gempa di Kelurahan Air Tawar Barat Kecamatan
Padang Utara Propinsi Sumatera Barat. Universitas Indonesia
Banjir Bandang. http://id.wikipedia.org Diakses pada tanggal 03 Juni 2014 pukul 21.54
WIB
Bencana Alam. http://id.wikipedia.org diakses pada tanggal 04 Juni 2014 pukul 22.51 WIB
Staf Perencanaan. 2012. Pemantapan Penanganan Psikososial Korban Bencana.
www.dinsos.sulteng.go.id Diakses pada tanggal 03 Juni 2014 pukul 21.36 WIB
Sward, Mark H. 1995. Buku Ajar Diagnostik Fisik. Jakarta : EGC
Tirtojiwo. 2012. Terapi Kognitif dan Perilaku untuk Penderita Depresi

You might also like