Professional Documents
Culture Documents
A. Latar Belakang
Menurut Sugiyanto (2008), peningkatan kemampuan gerak terjadi sejalan
dengan peningkatan koordinasi mata, tangan dan kaki. Perkembangan gerak dapat
terjadi dengan baik jika anak mendapat kesempatan cukup besar untuk melakukan
aktivitas fisik dalam bentuk gerakan-gerakan yang melibatkan seluruh bagian
anggota-anggota tubuh, tapi bagaimana dengan perkembangan gerak pada anak autis
apakah sama dengan anak normal. Sedangkan pada anak autis terdapat gangguan
pada tingkat emosi, sosial dan komunikasinya serta terjadi pengulangan pada
perilakunya. Jika dilihat dari pertumbuhan fisik seorang anak autis tidak mengalami
suatu gangguan (Sugiyanto, 2008).
Autisme adalah suatu sindroma gangguan perkembangan anak yang sangat
kompleks dan berat, dengan dugaan penyebab yang sangat bervariasi, serta gejala
klinik yang biasanya muncul pada tiga tahun pertama dari kehidupan anak tersebut
(Peeters T, 1997 ; Rimland B, 2001). Saat ini dilaporkan bahwa insidensi autisme di
USA, Inggris, Timur Tengah dan Asia mencakup 1 : 250 anak, suatu angka yang
cukup besar (Rimland B, 2001 ; Bradstreet JJ, 2002 ).
Autistik ini menarik untuk dipelajari mengingat jumlah anak yang didiagnosis
sebagai autistik meningkat dari tahun ke tahun. Frugteveen (2000) mengemukakan
pada awalnya hanya terdapat 1 : 10.000, pada tahun 2000 terdapat 1 : 1.500 anak
dengan autistik. Walaupun belum ada data resmi mengenai jumlah anak yang
didiagnosis sebagai autistik, namun lembaga sensus Amerika Serikat melaporkan
bahwa pada tahun 2004 di Indonesia terdapat 475.000 anak dengan ciri-ciri autistik
(Kompas, 2005). Sedangkan menurut Widodo (2006), perbandingan penderita autis
antara laki-laki dan perempuan adalah 2,6 - 4 : 1, namun anak perempuan yang
terkena akan menunjukkan gejala yang lebih berat. Jika benar demikian, sungguh
untuk
menekan
mediator.
Progranulin
plasma
diukur
dengan
1.3. Perilaku : aktivitas, perilaku dan interesnya sangat terbatas, diulangulang dan stereotipik seperti dibawah ini :
Adanya suatu preokupasi yang sangat terbatas pada suatu pola perilaku
yang tidak normal, misalnya duduk dipojok sambil menghamburkan
ini terjadi antara umur 6-30 bulan. Terjadi gangguan berbahasa, perseptif maupun
ekspresif disertai kemunduran psikomotor yang hebat. Yang sangat khas adalah
timbulnya gerakan-gerakan tangan yang terus-menerus seperti orang yang sedang
mencuci baju yang hanya berhenti bila anak tidur.
Gejala-gejala lain yang sering menyertai adalah gangguan pernafasan, otototot yang makin kaku, timbul kejang, skoliosis tulang punggung, pertumbuhan
terhambat dan kaki makin mengecil (hypotrophik). Pemeriksaan EEG biasanya
menunjukkan kelainan (Levy, 2009).
4. Gangguan Disintegratif Masa Kanak (Childhood Disintegrative Disorder)
Pada Gangguan Disintegrasi Masa Kanak, hal yang mencolok adalah bahwa
anak tersebut telah berkembang dengan sangat baik selama beberapa tahun,
sebelum terjadi kemunduran yang hebat. Gejalanya biasanya timbul setelah umur
3 tahun. Anak tersebut biasanya sudah bisa bicara dengan sangat lancar, sehingga
kemunduran tersebut menjadi sangat dramatis. Bukan saja bicaranya yang
mendadak terhenti, tapi juga ia mulai menarik diri dan ketrampilannya pun ikut
mundur. Perilakunya menjadi sangat cuek dan juga timbul perilaku berulangulang dan stereotipik. Bila melihat anak tersebut begitu saja , memang gejalanya
menjadi sangat mirip dengan autism (Levy, 2009).
5. Sindroma Asperger (Aspergers Syndrome)
Seperti pada Autisme Masa Kanak, Sindrom Asperger (SA) juga lebih banyak
terdapat pada anak laki-laki daripada wanita. Anak SA juga mempunyai gangguan
dalam bidang komunikasi, interaksi sosial maupun perilaku, namun tidak separah
seperti pada Autisme. Pada kebanyakan dari anak-anak ini perkembangan bicara
tidak terganggu. Bicaranya tepat waktu dan cukup lancar, meskipun ada juga yang
bicaranya agak terlambat. Namun meskipun mereka pandai bicara, mereka kurang
bisa komunikasi secara timbal balik. Komunikasi biasanya jalannya searah,
dimana anak banyak bicara mengenai apa yang saat itu menjadi obsesinya, tanpa
bisa merasakan apakah lawan bicaranya merasa tertarik atau tidak. Seringkali
mereka mempunyai cara bicara dengan tata bahasa yang baku dan dalam
berkomunikasi kurang menggunakan bahasa tubuh. Ekspresi muka pun kurang
hidup bila dibanding anak-anak lain seumurnya. Mereka biasanya terobsesi
dengan kuat pada suatu benda/ subjek tertentu, seperti mobil, pesawat terbang,
atau hal-hal ilmiah lain. Mereka mengetahui dengan sangat detil mengenai hal
yang menjadi obsesinya. Obsesi inipun biasanya berganti-ganti. Kebanyakan anak
SA cerdas, mempunyai daya ingat yang kuat dan tidak mempunyai kesulitan
dalam pelajaran disekolah. Mereka mempunyai sifat yang kaku, misalnya bila
mereka telah mempelajari sesuatu aturan, maka mereka akan menerapkannya
secara kaku, dan akan merasa sangat marah bila orang lain melanggar peraturan
tersebut. Misalnya: harus berhenti bila lampu lalu lintas kuning, membuang
sampah dijalan secara sembarangan. Dalam interaksi sosial juga mereka
mengalami kesulitan untuk berinteraksi dengan teman sebaya. Mereka lebih
tertarik pada buku atau komputer daripada teman. Mereka sulit berempati dan
tidak bisa melihat/ menginterpretasikan ekspresi wajah orang lain.
Perilakunya kadang-kadang tidak mengikuti norma sosial, memotong
pembicaraan orang seenaknya, mengatakan sesuatu tentang seseorang didepan
orang tersebut tanpa merasa bersalah. Anak Sindrom Asperger jarang yang
menunjukkan gerakan-gerakan motorik yang aneh seperti mengepak-ngepak atau
melompat-lompat atau stimulasi diri (Levy, 2009).
Penatalaksanaan
1. Applied Behavioral Analysis (ABA)
ABA adalah jenis terapi yang telah lama dipakai, telah dilakukan penelitian
dan didesain khusus untuk anak-anak dengan autisme. Sistem yang dipakai
adalah memberi pelatihan khusus pada anak dengan memberikan positive
reinforcement (hadiah/ pujian). Jenis terapi ini bisa diukur kemajuannya. Saat
ini terapi inilah yang paling banyak dipakai di Indonesia (Levy, 2009).
2. Terapi Wicara
Hampir semua anak dengan autisme mempunyai kesulitan dalam bicara dan
berbahasa. Biasanya hal inilah yang paling menonjol, banyak pula individu
autistik yang non verbal atau kemampuan bicaranya sangat kurang. Kadangkadang bicaranya cukup berkembang, namun mereka tidak mampu untuk
memakai bicaranya untuk berkomunikasi/ berinteraksi dengan orang lain.
Dengan hal ini terapi wicara dan berbahasa akan sangat menolong (Levy,
2009).
3. Terapi Okupasi
Hampir semua anak autistik mempunyai keterlambatan dalam perkembangan
motorik halus. Gerak-geriknya kaku dan kasar, mereka kesulitan untuk
memegang pensil dengan cara yang benar, kesulitan untuk memegang sendok
dan menyuap makanan ke mulutnya, dan lain sebagainya. Dalam hal ini terapi
okupasi sangat penting untuk melatih mempergunakan otot-otot halusnya
dengan benar (Levy, 2009).
4. Terapi Fisik
Autisme adalah suatu gangguan perkembangan pervasif. Banyak diantara
individu autistik mempunyai gangguan perkembangan dalam motorik
kasarnya. Terkadang tonus ototnya kurang kuat, sehingga jalannya pun kurang
kuat. Keseimbangan tubuhnya kurang bagus. Fisioterapi dan terapi integrasi
sensoris akan sangat banyak menolong untuk menguatkan otot-ototnya dan
memperbaiki keseimbangan tubuhnya (Levy, 2009).
5. Terapi Sosial
Kekurangan yang paling mendasar bagi individu autisme adalah dalam bidang
komunikasi dan interaksi. Banyak anak-anak ini membutuhkan pertolongan
dalam keterampilan berkomunikasi 2 arah, membuat teman dan main bersama
di taman bermain (Levy, 2009).
6. Terapi Bermain
Seorang anak autistik membutuhkan pertolongan dalam bermain. Bermain
dengan teman sebaya berguna untuk belajar bicara, komunikasi, dan interaksi
sosial (Levy, 2009).
7. Terapi Perilaku
Anak autistik seringkali mengalami frustasi. Teman-temannya seringkali tidak
memahami
mereka,
mereka
merasa
sulit
untuk
10 | A u t i s m S p e c t r u m D i s o r d e r ( A S D )
mengekspresikan
dan
tingkat
perkembangannya,
kemudian
ditingkatkan
11 | A u t i s m S p e c t r u m D i s o r d e r ( A S D )
with
autism.
Journal
of
Neuroinflammation
2011,
8:111
http://www.jneuroinflammation.com/content/8/1/111.
Al-Ayadhi, Laila dan Gehan A.Mostafa. 2012. A lack of association between elevated
serum levels of S100B protein and autoimmunity in autistic children. Journal
of
Neuroinflammation
2012,
9:54
http://www.jneuroinflammation.com/content/9/1/54.
American Music Theraphy Association. 2010. Autism Spectrum Disorders: Music
Therapy
Research
and
Evidence
Based
Practice
Support.
www.musictherapy.org.
Bradstreet JJ. 2002. Response to the national academy of science, institute of
medicine request for original research on thimerosal safety. In : The First
Open Windows Essential Training by ICDRC.Palm Bay, January, 2002.
12 | A u t i s m S p e c t r u m D i s o r d e r ( A S D )
in
Health
and Disease
2011,
10:62.
http://www.lipidworld.com/content/10/1/62.
Ghanizadeh, Ahmad. 2010. Targeting neurotensin as a potential novel approach for
the treatment of autism. Journal of Neuroinflammation 2010, 7:58.
http://www.jneuroinflammation.com/content/7/1/58.
Hartley, S L; D.M. Sikora, R McCoy. 2008. Prevalence and risk factors of
maladaptive behaviour in young children with Autistic Disorder. J Intellect
Disabil
Res.
2008
October;
52(10):
819829.
doi:10.1111/j.1365-
2788.2008.01065.x.
Imran et al. 2011. A survey of Autism knowledge and attitudes among the healthcare
professionals
in
Lahore,
Pakistan.
BMC
Pediatrics
2011,
11:107.
http://www.biomedcentral.com/1471-2431/11/107.
Kowalski et al. 2011. Paliperidone Palmitate in a Child with Autistic Disorder.
JOURNAL OF CHILD AND ADOLESCENT PSYCHOPHARMACOLOGY.
Volume 21, Number 5, 2011. Mary Ann Liebert, Inc. Pp. 491493 DOI:
10.1089/cap.2011.0035.
LeBlanc, Jocelyn J dan Michela Fagiolini. 2011. Autism: A Critical Period
Disorder?. Hindawi Publishing Corporation Neural Plasticity Volume 2011,
Article ID 921680, 17 pages. Doi:10.1155/2011/921680.
Levy, Susan E; David S. Mandell; Robert T. Schultz. 2009. Autism. National
Institutes
of
Health,
374
(9701):
1627-1638,
6736(09)61376-3.
13 | A u t i s m S p e c t r u m D i s o r d e r ( A S D )
doi:10.1016/S0140-
children.
Journal
of
Neuroinflammation
2010,
7:80
http://www.jneuroinflammation.com/content/7/1/80.
Kompas, 20 Juli 2005
http://www.ychicenter.org/index.php?
option=com_content&view=article&id=110:jumlah-anak-autis-meningkatpesat. Autism Care Indonesia. 2006 (diakses pada tanggal 1 Desember 2012).
14 | A u t i s m S p e c t r u m D i s o r d e r ( A S D )