You are on page 1of 10

ASDM

Minggu XII

BALOK SILANG (Grid System)

Pendahuluan
Pelat lantai pada bangunan bertingkat merupakan bagian struktur yang terpasang
mendatar dan berfungsi sebagai tumpuan beban di atasnya. Pelat lantai umumnya
mempunyai ketebalan yang ukurannya relatif kecil dibandingkan dengan panjang
bentangnya, sehingga kekakuan dari pelat sangat kurang. Kekakuan yang kurang
ini akan mengakibatkan lendutan dari pelat yang besar. Dari peraturan dan
keamanan konstruksi, lendutan yang besar ini harus dicegah agar pelat lantai masih
dapat berfungsi dan memberikan kenyamanan berpijak bagi penghuninya.
Dari ilmu struktur dan bahan konstruksi, untuk meningkatkan nilai kekakuan pada
pelat lantai dapat dilakukan dengan beberapa alternatif yaitu :
a. Dengan menambah ukuran tebal pelat, tetapi cara ini tidak dianjurkan karena
tidak efisien, boros bahan dan akibatnya menambah berat strukturnya sendiri.
b. Mengurangi lebar bentang pelat dengan memberikan balok-balok silang berupa
balok induk dan balok anak. Secara umum cara ini banyak digunakan karena
kepraktisannya dalam analisis dan pelaksanaannya. Sistim perancangannya
ditentukan oleh jarak dan tata letak dari kolom-kolom portalnya.
c. Memanfaatkan bentuk atau sistim kisi-kisi (wafer, grid structure) yang secara
umum lebih dikenal dengan istilah struktur Grid (balok silang). Struktur grid
mempunyai sifat utama dapat mendistribusikan beban pada kedua arah secara
seimbang.

Tujuan
Sistim balok silang digunakan sebagai salah satu alternatif teknis untuk memberikan
kekakuan dan menambah kekuatan pada pelat lantai. Struktur ini dipakai pada
bentangan besar dan dikarenakan bentuknya yang dapat dibuat sesuai selera maka
dapat menjadi plafon hiasan yang bersifat artistik.

Keuntungan dari Sistim Grid


a. Mempunyai kekakuan yang besar (terutama pada bentang lebar), sehingga
dapat memberikan kekakuan arah horisontal yang lebih besar pada sistim
portalnya.
b. Mempunyai bentuk yang seragam dengan berbagai variasi dan cetakannya
yang dapat digunakan berulang kali.
c. Dapat mendistribusikan beban dan momen pada kedua arah bentang secara
merata dengan ukuran modul grid yang dapat dikembangkan sebagai kelipatan
dari bentang kolom-kolomnya.
d. Mempunyai sifat fleksibilitas ruang yang cukup tinggi dan sederhana, sehingga
lebih luwes dalam mengikuti pembagian panel-panel eksterior maupun partisi
interiornya.
e. Dapat mengurangi jumlah pemakaian kolom, sehingga dapat memberikan ruang
yang lebih luas.

Prepared by zacoeb_a
Page 1

ASDM
Minggu XII

Bentuk dan Posisi Silang Balok


a. Sistim Grid Persegi

b. Sistim Grid Miring

c. Sistim Grid Majemuk

Metode Kekakuan
Metode Kekakuan (Stiffness Method) merupakan salah satu cara untuk
menganalisis struktur yang proses perumusan analisisnya dilakukan dengan cara
memberikan lendutan sebesar satu satuan di titik-titik diskrit yang akan dicari.
Dengan demikian akan diperoleh hubungan antara gaya-gaya yang bekerja pada
titik diskrit yang bersangkutan dan lendutan yang terjadi akibat bekerjanya gaya
tersebut.
Secara matematis, hubungan tersebut dapat ditulis:
{A} = [S] {D}
dimana :
{A} = vektor beban/gaya
[S] = matriks kekakuan
{D} = lendutan

(1)

Matriks Kekakuan Elemen [SM]i


Untuk mempermudah perakitan matriks kekakuan batang, maka titik-titik diskrit
diberi nomor urut dan ditentukan pula kondisi pengekang pada tumpuannya. Karena
adanya beban luar, baik beban pada batang (element load) atau beban pada titik
buhul (joint load), batang akan mengalami deformasi akibat torsi pada arah sumbu
X, rotasi pada arah sumbu Y dan translasi pada pada arah sumbu Z.
Untuk lebih jelasnya, persamaan tersebut akan ditulis dengan ilustrasi ditunjukkan
pada gambar berikut :

Prepared by zacoeb_a
Page 2

ASDM
Minggu XII

6
2

5
1

X
Sistim Koordinat Elemen (Lokal)

Gambar 1. Diskritisasi elemen dengan vektor gaya-lendutan di ujung


Matriks kekakuan batang dibetuk dengan melakukan analisis pada sebuah elemen
struktur yang terjepit pada ujung-ujungnya. Pada ujung elemen tersebut diberikan
aksi yang diperkirakan terjadi pada titik diskrit agar terjadi perpindahan sebesar
satu satuan yang sesuai dengan jenis aksinya. Hubungan antara gaya ujung batang
dan perpindahan yang selaras dengan gaya tersebut ditunjukkan dalam Gambar
berikut :

GI x
D1
L

GI
Bx
D1
L

Gambar 2. Gaya akibat torsi di titik A

4EI y
L

D2

6EI y
2

2EI y
L

D2

6EI y
L2

D2

D2

Gambar 3. Gaya akibat rotasi di titik A

6EI y
L2

D3

12EI y
L3

B
12EI
y

L3

6EI y
L2

D3

D3

D3

Gambar 4. Gaya akibat traslasi di titik A

Prepared by zacoeb_a
Page 3

ASDM
Minggu XII

GI x
D4
L

GI x
D4
L

Gambar 5. Gaya akibat torsi di titik B

2EI y
L

D5

6EI y
2

4EI y

D5

6EI y
L2

D5

D5

Gambar 6. Gaya akibat rotasi di titik B

6EI y
L2

D6

12EI y
L3

D6

12EI y
L3

6EI y
L2

D6

D6

Gambar 7. Gaya akibat traslasi di titik B


Dari Gambar 2 sampai dengan Gambar 7 dapat disusun persamaan linier simultan
sebagai berikut :

A1

GI x
GI
D1 x D 4
L
L

A2

A3

4EI y
L
6EI y

L2
GI x

D2

D2

6EI y

(2)

D3

L2
12EI y

L3

2EI y

D3

D5

L
6EI y

L2

6EI y

D6
L2
12EI y
D5
D6
L3

GI x
D4
L
L
2EI y
6EI y
4EI y
6EI y
A5
D 2 2 D3
D5 2 D6
L
L
L
L
6EI y
12EI y
6EI y
12EI y
A 6 2 D2
D3 2 D5
D6
3
L
L
L
L3
A4

D1

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

Persamaan (2) sampai dengan (7) dapat ditulis dalam bentuk matriks :

Prepared by zacoeb_a
Page 4

ASDM
Minggu XII

GIx
L

A1 0

A2
A 3 0
GI
A4 x
A5 L

A 6 0

4EIy

6EIy

L
L2
6EIy 12EIy
2 3
L
L

2EIy

6EIy

L
L
6EIy 12EIy
2 3
L
L

GIx

L
0
0
GIx

L
0
0

0
2EIy
L
6EIy
L2
0
4EIy
L
6EIy
L2

0
6EIy

D
2 1
L
12EIy D 2
3 D
L 3

D
0 4
D5

6EIy
2 D 6
L
12EIy
3
L

(8)

Persamaan (8) identik dengan persamaan (1) :


{A} = [S] {D}
selanjutnya matriks [S] disebut sebagai Matriks Kekakuan Elemen terhadap sistim
koordinal lokal :

Prepared by zacoeb_a
Page 5

ASDM
Minggu XII

GI x

SM i

GI x
L

4EI y

6EI y

L
6EI y
L2

L
12EI y
L3

2EI y

6EI y

L
6EI y
L2

L2
12EI y
L3

GI x
L
0

GI
x
L

2EI y

6EI y

L
6EI y
L2
0

4EI y
L
6EI y
L2

L
12EI y
2

L3

(9)

6EI y
2
L
12EI y
3
L

Persamaan (9) disebut juga dengan persamaan dasar struktur balok silang yang
diturunkan berdasarkan sistim koordinat lokal. Dengan demikian dalam penyusunan
matriks kekakuan struktur [SJ] diperlukan adanya matriks transformasi untuk
merubah ke dalam sistim koordinat global [SMS].
Rotasi Sumbu 3D
Pada gambar di samping, terlihat bahwa sumbu Z
untuk sistim koordinat lokal (zM) berhimpit dengan
sumbu Z untuk sistim koordinat global (ZS). Untuk
lebih jelasnya mengenai transformasi suatu elemen
dalam koordinat lokal ke dalam sistim koordinat global
dapat di lihat pada Gambar 8.

Z
Y
X
Sistim Koordinat Global

Prepared by zacoeb_a
Page 6

ASDM
Minggu XII

ZS

YS
D
d5 d 6 D
6
5
d4
D4
b

D6
d5 d
6

D5
d4

XS

D4

Gambar 8. Kondisi batang (element) pada sistim koordinat global


Untuk transformasi ujung a :

d1 cos sin 0
d sin cos 0
2

d 3
0
0
1
atau

D1
D
2

(10)

D 3

d a R D a

(11)

Untuk transformasi ujung b :

d 4 cos sin 0
d sin cos 0
5

d 6
0
0
1
atau

d b R D b

D4
D
5

(12)

D 6
(13)

Mengingat bahwa matriks [R] merupakan matriks orthogonal, karena mempunyai


matriks inverse yang sama dengan matriks transpose ([R]-1 = [R]T). Maka dengan
menggabungkan persamaan (11) dan (13) diperoleh :

Prepared by zacoeb_a
Page 7

ASDM
Minggu XII

da R 0 D a

d b 0 R Db
atau

(14)

d R T D

(15)

Analog dengan persamaan (14), maka dapat disusun persamaan :

fa R 0 Fa

f b 0 R Fb
atau

f R T F

(16)

(17)

Dari persamaan (14) dan (16) dapat diperoleh :

Prepared by zacoeb_a
Page 8

ASDM
Minggu XII

D a R 0 da
T
D b 0 R db
T

atau

(18)

D R T T d
(19)

Dan

Fa R 0 fa
T
F b 0 R fb
T

atau

F R T T f

(20)

(21)

Dari persamaan dasar f = k.d dan persamaan (21), dapat diperoleh :

F R T T k d

(22)

Prepared by zacoeb_a
Page 9

ASDM
Minggu XII

Dari persamaan (22) dan (15) dapat diperoleh :

F R T T k R T D

(23)
Persamaan (23) identik dengan persamaan A = S.D, sehingga diperoleh :
SMS i R T T SM i R T
dengan :
[SMS]i
= matriks kekakuan batang pada sistim koordinat global
[RT]T
= matriks rotasi transformasi transpose
[SM]i
= matriks kekakuan batang pada sistim koordinat global
[RT]
= matriks rotasi transformasi

Prepared by zacoeb_a
Page 10

You might also like