Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Iin Agustina
(146020200111052)
2015
PT. ASTRA AGRO
LESTARI, Tbk.
Profil Perusahaan
PT. Astra Agro Lestari, Tbk. (AALI) merupakan perusahaan yang bergerak di
bidang perkebunan, seperti kelapa sawit, karet, teh, cokelat dan minyak masak.
Perusahaan yang telah berdiri sejak tanggal 3 Oktober 1988 ini merupakan produsen
kelapa sawit terbesar di Indonesia yang telah memenuhi berbagai segmen pasar, baik di
dalam maupun di luar negeri.
Perusahaan ini memperluas cakupan bisnisnya dengan merangkul perusahaan
induknya yakni PT Astra International Tbk yang memutuskan untuk menciptakan bisnis
baru di sektor perkebunan singkong dan karet. Di samping itu, karena bisnis kelapa
sawit terlihat sangat menjanjikan di pasaran, maka membuat AALI lebih fokus dalam
pengembangan bisnis kelapa sawit.
Pada tahun 1984, management bersama PT. Tunggal Perkasa Plantations yang
telah memiliki lebih dari 15.000 hektar perkebunan kelapa sawit yang terletak di Riau,
Sumatera bekerja dalam pertumbuhan produksi kelapa sawit. Beberapa tahun kemudian,
pada 1988 PT. Astra International Tbk memutuskan untuk membentuk bisnis kelapa
sawit terbaru yang berlabel PT. Suryaraya Cakrawala untuk lebih memperkokoh
kedudukan industri ini. Selanjutnya, pada tahun 1989 perusahaan ini kembali berubah
nama menjadi PT. Astra Agro Niaga, yang pada akhirnya bersama PT. Surya Raya
Bahtera melakukan merger membentuk perusahaan baru bernama PT. Astra Agro
Lestari pada tahun 1997.
Sejak Desember 1997, perusahaan ini telah berhasil masuk dalam daftar saham di
Bursa Efek Jakarta dengan kepemilikan saham publik sebesar 20,3%. Hingga sekarang,
perusahaan ini telah mempekerjakan lebih dari 28.109 orang karyawan yang
bertanggung jawab untuk mengelola lebih dari 272.994 hektar perkebunan kelapa sawit
yang tersebar di Sumatera, Kalimantan dan sulawesi. Salah satu bentuk prestasi yang
ditorehkan AALI adalah berhasil mendapatkan sertifikat Indonesia Sustainable Palm Oil
(ISPO) pada tanggal 8 Maret 2013. Dengan komitmen dan dedikasi yang tinggi
terhadap perkembangan kelapa sawit Indonesia, AALI kedepannya diharapkan bisa
menjaga eksistensinya sebagai perusahaan sector perkebunan yang paling produktif dan
inovatif di dunia.
Ekspor terbesar Indonesia setelah migas, CPO, dan batubara, adalah ekspor alatalat listrik, karet, dan mesin-mesin mekanik. Jadi Pemerintah mungkin bisa
Ekspor terbesar Indonesia hingga saat ini adalah migas, entah itu berbentuk
minyak mentah, gas, ataupun minyak olahan. Jadi Pemerintah melalui
kementerian dan badan-badan terkait mungkin bisa mendorong perusahaanperusahaan minyak yang beroperasi di tanah air, baik asing maupun lokal, untuk
meningkatkan produksinya.
Impor terbesar Indonesia juga terletak di migas. Jadi Pemerintah harus segera
merencanakan pembangunan kilang-kilang pengolahan minyak di dalam negeri,
agar kita tidak harus impor bensin dan solar lagi, atau minimal dikurangi.
penurunannya bisa sampai berapa saja. Untuk tahun 2015 kinerja para emiten di BEI
masih cukup bagus, dan valuasi IHSG masih belum terlalu mahal (masih lebih
rendah dibanding ketika IHSG mencapai posisi 5,250 pada bulan Mei 2013 lalu),
meski juga sudah tidak bisa dikatakan murah lagi. Jadi kalau investor asing masih
terus masuk seperti sebulan terakhir ini, maka IHSG juga masih bisa naik karena dari
sisi valuasi IHSG masih memiliki ruang untuk naik lebih lanjut, selain karena masih
ada sentimen positif dari keluarnya laporan keuangan perusahaan serta pembagian
dividen dalam waktu satu dua bulanan kedepan.
2. Analisis Industri
Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI), Asosiasi Produsen
Oleokimia Indonesia (APOLIN), dan Asosiasi Produsen Biofuels Indonesia
(APROBI) memprediksi ekspor produk sawit dan turunannya di tahun 2015 ada di
kisaran 23,7 juta ton. Total ekspor tersebut hanya meningkat 0,4 persen dari total
ekspor produk sawit tahun 2014 yang sebesar 23,6 juta ton. Sementara itu, komposisi
ekspor sawit dan turunannya tahun 2015 diproyeksikan identik dengan tahun 2014
yaitu terdiri dari ekspor hulu sawit (Crude Palm Oils /CPO dan lainnya) sebesar 9,9
juta ton atau 42 persen dan ekspor hilir sawit (Processed Palm Oil/PPO) sebesar 13,8
juta ton atau 58 persen.
Perkembangan profil ekspor kelapa sawit tersebut tidak menggembirakan,
khususnya bagi Industri Hilir Kelapa Sawit (IHKP). Tahun 2012 ekspor hilir sawit
mencapai 60,8 persen dari total ekspor kelapa sawit, sedangkan tahun 2013 ekspor
hilir sawit mencapai 61 persen. Menurunnya minat ekspor hilir sawit disinyalir
karena mandulnya instrumen bea keluar pada sawit. Dalam program hilirisasi, selain
pemberian insentif pajak bagi investasi IHKS, produksi hilir sawit seharusnya
dikenai bea keluar lebih rendah dibandingkan produk hulu.
Harga CPO dunia yang menurun drastis sejak kwartal ketiga tahun 2014
menyebabkan bea keluar sawit berada di level 0 persen. Nihil bea keluar untuk sawit
menyebabkan eksportir lebih menyukai ekspor hulu sawit dibandingkan hilir.
Berdasarkan
Peraturan
Menteri
Perdagangan
(Permendag)
No.
93/M-
AG/PER/12/2014, produk CPO akan bebas bea keluar apabila harga dunia (CIF
Rotterdam) di bawah USD 750 per ton. Sampai dengan Januari 2015 tercatat Harga
Patokan Ekspor (HPE) CPO sebesar USD 625 dolar AS per ton.
Pengamat memperkirakan kombinasi dari banjir yang baru terjadi di Malaysia
dan waktu tunggu (time-lagged) yang mengakibatkan kekurangan di area produksi
kelapa sawit, akan meningkatkan harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO)
untuk dua bulan kedepan.
yang
mencapai
yang
79.68%,
selebihnya
20.32%
dimiliki
oleh
perusahaan
menginvestasikan saham ke PT. Agro Astra Lestari Tbk. Yang diantaranya ada
perusahaan asing menginvestasikan saham, yaitu perusahaan Jardine Cycle &
Carriage Limited, Singapura, Jardine Strategic Holdings Limited, Bermuda di
London, dan Jardine Matheson Holdings Limited, Bermuda di London.
Berdasarkan data laporan keuangan yang disajikan dalam bentuk grafik di atas,
diketahui bahwa perolehan laba dari tahun 2010 sampai dengan 2012 mengalami
kenaikan, sedangkan untuk tahun 2013 sempat menurun, namun ditahun 2014
kembali naik. Untuk total aset dan kewajian serta total ekuitas perusahaan
mengalami kenaikan dari tahun 2010 sampai dengan 2014, dan kenaikan tersebut
tampak proporsional setiap tahunnya. Dilihat dari total pendapatan diketahui bahwa
perusahaan mengalami kenaikan pendapatan di tahun 2010 sampei dengan 2014.
Sedangkan dari laporan keuangan pada kuartal I 2015, diketahui bahwa AALI
mencetak penurunan laba bersih pada Q1 2015 sebesar 80,11% menjadi Rp156,09
miliar atau Rp. 99,12 per saham dari laba bersih Q1 2014 yang mencapai Rp784,61
miliar atau Rp. 498,24 per saham. Anjiloknya kinerja AALI tersebut disebabkan oleh
penurunan penjualan yang cukup besar yaitu 13,40% menjadi Rp. 3,23 triliun di Q1
2015 dari penjualan Q1 tahun 2014 sebesar Rp. 3,73 triliun, dan kerugian kurs yang
sangat besar yaitu Rp. 246,33 miliar, sedangkan di Q1 2014 mengalami keuntungan
kurs sebesar Rp. 165,73 miliar.
Beban pokok penjualan mengalami penurunan sedikit dari Rp. 2,52 triliun
menjadi Rp. 2,47 triliun, dan beban usaha mengalami kenaikan dari Rp. 234,59
miliar menjadi Rp. 274,35 miliar, serta beban keuangan mengalami kenaikan dari
Rp. 12,92 miliar menjadi Rp. 18,72 miliar.
Total Aset AALI mencapai Rp. 19,94 triliun di Q1 2015, naik 7,44% dari total
aset tahun 2014 yaitu Rp. 18,56 triliun, dan total utang mengalami kenaikan dari Rp.
6,72 triliun menjadi Rp. 7,91 triliun.
Pendapatan terbesar AALI dikontribusikan dari pendapatan minyak sawit
mentah dan turunannya dengan pendapatan Q1 2015 dan 2014 masing-masing
sebesar Rp. 2,86 triliun dan Rp. 3,27 triliun, selain itu Inti Sawit dan turunannya Rp.
374,77 miliar dan Rp. 447,99 miliar, serta lainnya Rp. 0,04 miliar dan Rp. 8,28
miliar. Di bawah ini adalah rincian Penjualan AALI berdasarkan segmen Geografis
yaitu:
berencana menambah dua pabrik pengolahan minyak sawit mentah atau crude palm
oil (CPO). Selain itu, AALI diketahui telah menyiapkan capexatau belanja modal
sebesar Rp 3 triliun. Sesuai rencana, penggunaan capex akan dibagi ke dalam tiga
pos mulai dari upaya penanaman baru dan berulang (replanting) sawit di kebun yang
dikelolanya, pengembangan produk dan pabrik kelapa sawit di wilayah-wilayah baru,
serta membangun sejumlah infrastruktur di sekitar area tanam.
Rasio
Current
Ratio
Tahun
Kriteria
2010
2011
2012
2013
2014
193.17
130.97
68.4
6
45.00
44.74
Analisis
Menunjukkan
kemampuan
tahun 2010 ke
perusahaan
tahun 2014
dalam
mengalami
membayar
penurunan,
utang lancar
dengan aktiva
mengindikasikan
lancar yang
bahwa
tersedia.
kemampuan
Semakin tinggi
perusahaan dalam
memenuhi
semakin besar
kewajiban jangka
kemampuan
pendeknya
perusahaan
dengan
dalam
menggunakan
memenuhi
kewajiban
dimiliki semakin
jangka
berkurang.
pendeknya.
Rasio
Tahun
2010
Debt to
0.17
Kriteria
2012
2013
2014
0.25
0.31
0.38
Analisis
DAR mengukur
Asset
jumlah aktiva
Ratio
perusahaan
mengalami
(DAR)
yang dibiayai
kenaikan sehingga
mengindikasikan
modal yang
berasal dari
dihadapi
kreditur.
perusahaan setiap
Semakin besar
tahunnya semakin
rasio maka
meningkat karena
semakin besar
Debt to
dibiayai dengan
Equity
dihadapi.
utang juga
0.15
2011
0.18
0.46
0.62
Ratio
semakin besar.
(DER)
0.33
perbandingan
antara utang
dengan
ekuitasnya.
Tingkat DER
yang aman
biasanya kurang
dari 50 persen.
Semakin kecil
DER maka akan
semakin baik
bagi
perusahaan.
Meskipun DER
dari tahun 2010
sampai 2014
mengalami
kenaikan, namun
kenaikan tersebut
masih dalam
tingkat aman
(dibawah 50 %),
sehingga
menunjukkan
proporsi utang
yang relatif kecil
dari total
keseluruhan
ekuitasnya.
Rasio
Return on
Tahun
2010
23.93
2011
24.48
Kriteria
2012
2013
2014
20.2
12.72
10.85
Analisis
ROA
menunjukkan
2010 ke 2011
(ROA)
kemampuan
mengalami
(%)
perusahaan
kenaikan, akan
dalam
menghasilkan
laba melalui
terus mengalami
akiva yang
penurunan hingga
dipergunakan.
di bawah standar
Standar ROA
minimal
Perusahaan
perusahaan
minimal 20%,
semakin besar
mengindikasikan
ROA maka
kinerja AALI
semakin baik
yang semakin
kinerja
menurun karena
perusahaan.
kemampuan
Asset
28.21
18.53
17.59
Return on
asetnya dalam
Equity
menghasilkan
(ROE)
laba terus
(%)
menurun dalam
ROE
menunjukkan
29.65
26.9
1
tiga tahun
terakhir.
kemampuan
perusahaan
2010 ke 2011
dalam
mengalami
menghasilkan
kenaikan, akan
laba yang
tersedia bagi
pemegang
terus mengalami
40.81
32.20
31.31
Gross
Profit
Margin
(GPM)
(%)
saham
penurunan hingga
perusahaan.
di bawah standar
Standar ROE
minimal
perusahaan
perusahaan
minimal 20%,
semakin besar
mengindikasikan
ROE maka
kinerja AALI
semakin baik
yang semakin
kinerja
menurun karena
keuangan.
kemampuan
36.53
modalnya dalam
menghasilkan
37.6
23.79
Net Profit
laba terus
15.01
16.76
GPM mengukur
menurun dalam
tingkat laba
tiga tahun
kotor
terakhir.
dibandingkan
Margin
dengan volume
(NPM)
penjualan.
(%)
Semakin tinggi
GPM maka
menunjukkan
23.19
kinerja
penjualan yang
21.7
9
semakin baik
dalam
menghasilkan
laba kotor.
NPM mengukur
tingkat laba
bersih setelah
pajak
AALI yang
kurang stabil dan
kurang
dibandingkan
menguntungkan.
NPM dari tahun
dengan volume
penjualan.
mengalami
Semakin tinggi
penurunan secara
NPM maka
berturut-turut, dan
menunjukkan
meningkat di
kinerja
penjualan yang
tidak terlalu
semakin baik
dalam
mengindikasikan
menghasilkan
kinerja penjualan
laba bersih
setelah pajak.
menurun sehingga
laba bersih setelah
pajak yang
diperoleh juga
semakin kecil.
Rasio
Dividen
Tahun
Kriteria
2010
2011
2012
2013
2014
830.00
995.00
685.00
675.00
244.00
Analisis
DPS
Per Share
menunjukkan
2010 ke 2011
(DPS)
seluruh
mengalami
(Rp)
pembayaran
kenaikan, akan
dividen dalam
angka per
saham. Semakin
mengalami
tinggi DPS
penurunan,
maka semakin
bahkan ditahun
menarik bagi
2014 penurunan
calon atau
tersebut sangat
pemegang
saham.
mengindikasikan
bahwa dividen
yang diberikan
1,280.70
2
Earning
Per Share
1,527.59
1,530.5
7
1,143.93
1,164.2
1
kepada pemegang
saham semakin
menurun karena
(EPS) -
kinerja AALI
(Rp)
EPS mengukur
besarnya laba
yang diberikan
4,735.53
5,350.81
6.520.33
5,947.2
7,116.78
Book
yang juga
menurun dalam
tiga tahun terakhir
kepada
pemegang
saham. Semakin
menunjukkan
tinggi EPS
angka yang
maka semakin
fluktuatif, dengan
baik dan
kenaikan dan
semakin
penurunan yang
menarik bagi
relatif kecil
investor.
Value Per
sahamnya). Hal
Share
ini
(BVPS) -
mengindikasikan
(Rp)
kondisi
perusahaan yang
BVPS
menunjukkan
nilai buku
perusahaan yaiu
total aktiva
64.81
65.14
kurang stabil
sehingga akan
mempengaruhi
persepsi investor
terhadap AALI.
dikurangi total
59.01
20.96
utang (modal)
yang dihitung
Dividen
untuk setiap
mengalami
Payout
kenaikan setiap
Ration
buku lebih
tahunnya. Karena
(DPR)
(%)
saham maka
perusahaan
saham, maka
tersebut
dapat disimpulkan
undervalue dan
kalau saham
sebaliknya.
AALI overvalued,
44.75
dan ini
DPR
menunjukkan
menunjukkan
besarnya laba
bagi pemegang
yang dibayarkan
saham untuk
Dividen
kepada
menjual
Yield
pemegang
sahamnya.
(DY)
saham dalam
(%)
bentuk dividen.
3.17
4.59
2.69
1.06
3.48
Prosentase DPR
dari tahun 2010
hingga 2014
sangat fluktuatif,
yakni meningkat
dan menurun.
Akan tetapi
penurunan drastis
DY
menunjukkan
tingkat
penghasilan
berjalan yang
diperoleh dari
investasi saham
perusahaan.
ditunjukkan pada
tahun 2014 yang
mengindikasikan
pada tahun
tersebut AALI
membayarkan
dividen kepada
pemegang saham
dalam jumlah
yang relatif kecil.
Prosentase DY
dari tahun 2010
ke 2011
mengalami
kenaikan, akan
tetapi dari tahun
2011 hingga tahun
2014 mengalami
penurunan, dan
penurunan
signifikan dialami
pada tahun 2014.
Hal ini
mengindikasikan
tingkat
pendapatan yang
diperoleh oleh
pemegang saham
berkurang dalam
tiga tahun
terakhir.
No
1
Rasio
Price
Tahun
2011
13.68
2012
12.64
2013
21.94
Kriteria
2014
15.62
Jan15
14.98
Analisis
PER
Earning
menunjukkan
2011 ke 2012
Ratio
perbandingan
mengalami
(PER)
antara harga
penurunan,
(X)
saham dipasar
kemudian naik
perdana
dibandingkan
menurun lagi
dengan
pendapatan
kuartal pertama
yang diterima.
Semakin tinggi
mengindikasikan
PER maka
semakin
semakin tinggi
menurunnya
ekspektasi
ekspektasi
investor tentang
investor terhadap
prestasi
perusahaan
dimasa
terakhir.
1.79
PER
Industry
(X)
33.17
15.46
19.34
17.46
mendatang.
PER Industry
menunjukkan
perbandingan
rata-rata antara
harga saham
dibandingkan
4.06
Price to
3.31
3.85
3.41
3.27
dengan
ditahun 2013,
pendapatan
kemudian naik
dalam industri
sejenis.
dan turun
dikuartal I 2015.
Book
Hal ini
Value
mengindikasikan
(PBV)
(X)
cukup fluktuatif
dan cukup
PBV
menunjukkan
berpengaruh pada
industri sejenis.
apakah harga
pasar saham
2011 ke 2012
diperdagangkan
mengalami
di atas
penurunan,
(overvalued)
kemudian naik di
atau di bawah
nilai buku
menurun lagi
(undervalued)
hingga kuartal I
saham tersebut.
Semakin tinggi
mengindikasikan
PBV maka
bahwa harga
semakin mahal.
saham AALI di
pasar saham
mungkin
harga sahamnya
mengalami
stagnan makan
undervalued
perusahaan
dikarenakan harga
tersebut
saham di pasar
tergolong
saham lebih
perusahaan
rendah
yang berprospek
dibandingkan
rendah, dan
sebaliknya.
Dengan adanya
penurunan rasio
ini dari tahun
2013 ke tahun
2015 sehingga
harga saham
menjadi lebih
murah.
Analisis Teknikal
Analisis teknikal yang dilakukan untuk melihat trend dari pergerakan harga saham
PT. Astra Agro Lestari, Tbk. ini ditujukan untuk menentukan waktu jual, waktu beli, dan
waktu hold transaksi saham. Selain itu, juga dilakukan untuk menentukan batasan
oversold dan overbought dari suatu saham. Adapun analisis ini dilakukan dengan
menggunakan simple moving average (SMA) dan eksponensial moving average
(EMA), serta dengan metode perhitungan stochastic oscillator (SO).
Data harga saham diambil berdasarkan pergerakan harga saham selama satu tahun
terakhir, yakni mulai bulan Juni 2014 sampai dengan awal Juni 2015.
Pada tanggal 26 Juni 2014 terlihat gambar down candle dimana harga
penutupan (close price) Rp. 29.300 sama dengan harga pembukaan (open price) Rp.
29.300, dan pada tanggal 27 Juni 1 Juli harga terus menurun yang mengindikasikan
investor harus menjual saham tersebut pada tanggal 26 Juni 2014.
Jika investor membeli diharga Rp. 25.900, dan kemudian dijual pada tanggal
19 Agustus 2014 diharga Rp. 26.550, maka investor tersebut akan mendapatkan
keuntungan Rp. 650 per lembar saham, sehingga 1 lot akan mendapatkan keuntungan
sebesar 650*500 lembar = Rp. 325.000.
Sinyal SO pada tanggal 29 Agustus 2014 menunjukkan sinyal beli dan tanggal 5
September 2014 menunjukkan sinyal jual.
Jika investor membeli diharga Rp. 25.500, dan dijual pada tanggal 5 September
2014 diharga Rp. 25.800, maka mereka akan mendapatkan keuntungan Rp. 300 per
lembar saham, sehingga 1 lot akan mendapatkan keuntungan sebesar 300*500
lembar = Rp. 150.000.
Sinyal SO pada tanggal 21 Oktober 2014 menunjukkan sinyal beli dan tanggal 21
Nopember 2014 menunjukkan sinyal jual.
Jika investor membeli diharga Rp. 19.425, dan dijual pada tanggal 21
Nopember 2014 diharga Rp. 25.100, maka mereka akan mendapatkan keuntungan
Rp. 5.675 per lembar saham, sehingga 1 lot akan mendapatkan keuntungan sebesar
5.675*500 lembar = Rp. 2.837.500.
Sinyal SO pada tanggal 17 Desember 2014 menunjukkan sinyal beli dan tanggal 13
Januari 2015 menunjukkan sinyal jual.
Jika investor membeli diharga Rp. 22.400, dan dijual pada tanggal 13 Januari
2015 diharga Rp. 25.900, maka mereka akan mendapatkan keuntungan Rp. 3.500 per
lembar saham, sehingga 1 lot akan mendapatkan keuntungan sebesar 3.500*500
lembar = Rp. 1.750.000.
Sinyal SO pada tanggal 29 Januari 2015 menunjukkan sinyal beli dan tanggal 6
Pebruari 2015 menunjukkan sinyal jual.
Jika investor membeli diharga Rp. 23.200, dan dijual pada tanggal 6 Pebruari
2015 diharga Rp. 26.400, maka mereka akan mendapatkan keuntungan Rp. 3.200 per
lembar saham, sehingga 1 lot akan mendapatkan keuntungan sebesar 3.200*500
lembar = Rp. 1.600.000.
Sinyal SO pada tanggal 25 Pebruari 2015 menunjukkan sinyal beli dan tanggal 5
Maret 2015 menunjukkan sinyal jual.
Jika investor membeli diharga Rp. 24.500, dan dijual pada tanggal 5 Maret
2015 diharga Rp. 26.300, maka mereka akan mendapatkan keuntungan Rp. 1.800 per
lembar saham, sehingga 1 lot akan mendapatkan keuntungan sebesar 1.800*500
lembar = Rp. 900.000.
Sinyal SO pada tanggal 29 April 2015 menunjukkan sinyal beli dan tanggal 20 Mei
2015 menunjukkan sinyal jual.
Jika investor membeli diharga Rp. 19.925, dan dijual pada tanggal 20 Mei
2015 diharga Rp. 27.400, maka mereka akan mendapatkan keuntungan Rp. 7.475 per
lembar saham, sehingga 1 lot akan mendapatkan keuntungan sebesar 7.475*500
lembar = Rp. 3.737.500.
Kesimpulan
Sinyal beli terdapat pada tanggal 17 Juli 2014, 29 Agustus 2014, 21 Oktober 2014,
17 Desember 2014, 19 Januari 2015, 25 Pebruari 2015, dan 29 April 2015.
Sinyal jual terdapat pada tanggal 26 Juni 2014, 5 September 2014, 21 Nopember
2014, 13 Januari 2015, 6 Pebruari 2015, 5 Maret 2015, dan 20 Mei 2015.
Overbought dan Oversold dapat digunakan sebagai alat bantu bagi para investor
apabila ingin mengetahui pergerakan harga di pasar dan menentukan waktu jual dan
waktu beli. Sehingga apabila kita sebagai investor dapat melakukan rencana trading
yang terkontrol.