You are on page 1of 29

Analisis Fundamental dan Teknikal

PT. ASTRA AGRO LESTARI, Tbk.

Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Akhir


Mata Kuliah Manajemen Investasi

Dosen : Dr. Andarwati, SE., ME.

Disusun Oleh :
Iin Agustina
(146020200111052)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER MANAJEMEN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015

Tugas Akhir Manajemen Investasi 1

2015
PT. ASTRA AGRO
LESTARI, Tbk.

Profil Perusahaan
PT. Astra Agro Lestari, Tbk. (AALI) merupakan perusahaan yang bergerak di
bidang perkebunan, seperti kelapa sawit, karet, teh, cokelat dan minyak masak.
Perusahaan yang telah berdiri sejak tanggal 3 Oktober 1988 ini merupakan produsen
kelapa sawit terbesar di Indonesia yang telah memenuhi berbagai segmen pasar, baik di
dalam maupun di luar negeri.
Perusahaan ini memperluas cakupan bisnisnya dengan merangkul perusahaan
induknya yakni PT Astra International Tbk yang memutuskan untuk menciptakan bisnis
baru di sektor perkebunan singkong dan karet. Di samping itu, karena bisnis kelapa
sawit terlihat sangat menjanjikan di pasaran, maka membuat AALI lebih fokus dalam
pengembangan bisnis kelapa sawit.
Pada tahun 1984, management bersama PT. Tunggal Perkasa Plantations yang
telah memiliki lebih dari 15.000 hektar perkebunan kelapa sawit yang terletak di Riau,
Sumatera bekerja dalam pertumbuhan produksi kelapa sawit. Beberapa tahun kemudian,
pada 1988 PT. Astra International Tbk memutuskan untuk membentuk bisnis kelapa
sawit terbaru yang berlabel PT. Suryaraya Cakrawala untuk lebih memperkokoh
kedudukan industri ini. Selanjutnya, pada tahun 1989 perusahaan ini kembali berubah
nama menjadi PT. Astra Agro Niaga, yang pada akhirnya bersama PT. Surya Raya
Bahtera melakukan merger membentuk perusahaan baru bernama PT. Astra Agro
Lestari pada tahun 1997.
Sejak Desember 1997, perusahaan ini telah berhasil masuk dalam daftar saham di
Bursa Efek Jakarta dengan kepemilikan saham publik sebesar 20,3%. Hingga sekarang,
perusahaan ini telah mempekerjakan lebih dari 28.109 orang karyawan yang
bertanggung jawab untuk mengelola lebih dari 272.994 hektar perkebunan kelapa sawit

Tugas Akhir Manajemen Investasi 2

yang tersebar di Sumatera, Kalimantan dan sulawesi. Salah satu bentuk prestasi yang
ditorehkan AALI adalah berhasil mendapatkan sertifikat Indonesia Sustainable Palm Oil
(ISPO) pada tanggal 8 Maret 2013. Dengan komitmen dan dedikasi yang tinggi
terhadap perkembangan kelapa sawit Indonesia, AALI kedepannya diharapkan bisa
menjaga eksistensinya sebagai perusahaan sector perkebunan yang paling produktif dan
inovatif di dunia.

Analisis Fundamental Perusahaan


Untuk melakukan analisis fundamental diperlukan beberapa tahapan analisis,
yaitu:
1. Analisis Kondisi Makro Ekonomi dan Kondisi Pasar
Melemahnya rupiah hingga mencapai angka di atas Rp. 13,000 per US Dollar
saat ini merupakan posisi terendah sejak krisis moneter tahun 1998. Bahkan ketika
krisis global tahun 2008, posisi nilai tukar rupiah tidak pernah turun sampai serendah
ini, rupiah hanya turun sampai Rp 12,768 per US Dollar sebagai titik terendahnya,
namun kemudian segera kembali ke level normalnya yakni Rp 9,000-an per US
Dollar. Dalam kondisi seperti ini, sebaiknya para investor tidak terlalu
mempertimbangkan perkembangan ekonomi makro dan tetap fokus pada faktor
fundamental perusahaan dalam berinvestasi di pasar saham.
Menariknya, kita tahu bahwa pada tahun 1998 dan juga 2008, Indonesia
sempat dilanda krisis ekonomi termasuk bursa saham ketika itu juga hancur
berantakan. Akan tetapi, hal tersebut menunjukkan kondisi yang sebaliknya saat ini,
karena meski kondisi rupiah tampak mengkhawatirkan namun kondisi perekonomian
secara umum tampak masih berjalan normal, dan IHSG justru malah sukses break
new high dalam beberapa bulan terakhir. Hal ini menimbulkan banyak pertanyaan
dari kalangan terutama para investor yang bermain di pasar bursa.

Tugas Akhir Manajemen Investasi 3

Untuk mengetahui bagaimana kondisi yang berkebalikan ini bisa terjadi,


sebelumnya kita akan flashback ke tahun 2013, yang mana rupiah saat itu sudah
menembus Rp 11,000 per USD dan kondisi pasar saham berbanding terbalik dengan
saat ini yakni IHSG terpuruk di level 4,200-an, atau anjlok lebih dari 1,000 poin
dibanding posisi puncaknya pada bulan Mei di tahun yang sama. Sehingga dapat
diketahui bahwa masalah yang dihadapi pemerintah saat itu ada dua, yakni
pelemahan rupiah itu sendiri (yang dikeluhkan para pelaku usaha riil), dan juga
pelemahan IHSG (yang dikeluhkan para investor dan pelaku pasar modal lainnya).
Permasalahan yang sesungguhnya dihadapi Indonesia ketika itu (tahun 2013)
adalah 1) Perlambatan pertumbuhan ekonomi, akibat 2) Defisitnya neraca ekspor
impor, yang disebabkan oleh 3) Meningkatnya nilai impor peralatan dan mesinmesin industri karena pertumbuhan industri manufaktur di dalam negeri, dan 4)
Turunnya nilai ekspor karena turunnya harga batubara, CPO, serta karet, yang
merupakan tiga komoditas utama ekspor Indonesia. Sehingga ini merupakan refleksi
dari perlambatan pertumbuhan ekonomi, dimana jika fundamental perekonomian
Indonesia melemah, maka rupiah sebagai saham Indonesia juga akan turut
melemah.
Adapun beberapa paket kebijakan pemerintah dalam penyelamatan ekonomi
pada dasarnya ditujukan untuk meningkatkan ekspor dan menekan impor, sehingga
defisit perdagangan diharapkan tidak akan terjadi lagi. Paket kebijakan diatas masih
menyentuh akar permasalahan dari defisit tersebut, yakni penurunan harga komoditas
CPO dan batubara yang merupakan andalan ekspor Indonesia, dan peningkatan
impor peralatan dan mesin-mesin industri. Dan sayangnya bahkan sampai hari ini
harga CPO dan batubara masih belum pulih kembali.
Dalam kondisi seperti, sebaiknya pemerintah mengeluarkan kebijakan yang
meskipun mungkin tidak bisa secara langsung menyentuh akar permasalahan, namun
paling tidak bisa lebih efektif dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dan juga
bisa dengan cepat diimplementasikan, seperti:

Ekspor terbesar Indonesia setelah migas, CPO, dan batubara, adalah ekspor alatalat listrik, karet, dan mesin-mesin mekanik. Jadi Pemerintah mungkin bisa

Tugas Akhir Manajemen Investasi 4

memberikan insentif tertentu pada perusahaan-perusahaan alat-alat listrik dan


mesin mekanik, agar mereka bisa meningkatkan nilai ekspor.

Ekspor terbesar Indonesia hingga saat ini adalah migas, entah itu berbentuk
minyak mentah, gas, ataupun minyak olahan. Jadi Pemerintah melalui
kementerian dan badan-badan terkait mungkin bisa mendorong perusahaanperusahaan minyak yang beroperasi di tanah air, baik asing maupun lokal, untuk
meningkatkan produksinya.

Impor terbesar Indonesia juga terletak di migas. Jadi Pemerintah harus segera
merencanakan pembangunan kilang-kilang pengolahan minyak di dalam negeri,
agar kita tidak harus impor bensin dan solar lagi, atau minimal dikurangi.

Memberikan insentif bagi perusahaan-perusahaan perkebunan kelapa sawit agar


mereka mau mengembangkan industri hilir CPO, termasuk mengembangkan
biodiesel, agar Indonesia bisa mengekspor produk hilir CPO yang memiliki nilai
tambah, dan juga mengurangi impor solar.

Diluar masalah defisit neraca perdagangan, pertumbuhan ekonomi tidak hanya


didorong oleh meningkatnya ekspor dan menurunnya impor, melainkan juga
didorong oleh meningkatnya belanja pemerintah, konsumsi, dan investasi.
Sehingga pemerintah tentunya punya banyak opsi untuk meningkatkan ketiga hal
tersebut, tinggal pilih yang mana yang bisa diimplementasikan dalam waktu
dekat.
IHSG bisa naik dan turun kapan saja, dan kalaupun akan turun maka

penurunannya bisa sampai berapa saja. Untuk tahun 2015 kinerja para emiten di BEI
masih cukup bagus, dan valuasi IHSG masih belum terlalu mahal (masih lebih
rendah dibanding ketika IHSG mencapai posisi 5,250 pada bulan Mei 2013 lalu),
meski juga sudah tidak bisa dikatakan murah lagi. Jadi kalau investor asing masih
terus masuk seperti sebulan terakhir ini, maka IHSG juga masih bisa naik karena dari
sisi valuasi IHSG masih memiliki ruang untuk naik lebih lanjut, selain karena masih
ada sentimen positif dari keluarnya laporan keuangan perusahaan serta pembagian
dividen dalam waktu satu dua bulanan kedepan.

Tugas Akhir Manajemen Investasi 5

2. Analisis Industri
Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI), Asosiasi Produsen
Oleokimia Indonesia (APOLIN), dan Asosiasi Produsen Biofuels Indonesia
(APROBI) memprediksi ekspor produk sawit dan turunannya di tahun 2015 ada di
kisaran 23,7 juta ton. Total ekspor tersebut hanya meningkat 0,4 persen dari total
ekspor produk sawit tahun 2014 yang sebesar 23,6 juta ton. Sementara itu, komposisi
ekspor sawit dan turunannya tahun 2015 diproyeksikan identik dengan tahun 2014
yaitu terdiri dari ekspor hulu sawit (Crude Palm Oils /CPO dan lainnya) sebesar 9,9
juta ton atau 42 persen dan ekspor hilir sawit (Processed Palm Oil/PPO) sebesar 13,8
juta ton atau 58 persen.
Perkembangan profil ekspor kelapa sawit tersebut tidak menggembirakan,
khususnya bagi Industri Hilir Kelapa Sawit (IHKP). Tahun 2012 ekspor hilir sawit
mencapai 60,8 persen dari total ekspor kelapa sawit, sedangkan tahun 2013 ekspor
hilir sawit mencapai 61 persen. Menurunnya minat ekspor hilir sawit disinyalir
karena mandulnya instrumen bea keluar pada sawit. Dalam program hilirisasi, selain
pemberian insentif pajak bagi investasi IHKS, produksi hilir sawit seharusnya
dikenai bea keluar lebih rendah dibandingkan produk hulu.
Harga CPO dunia yang menurun drastis sejak kwartal ketiga tahun 2014
menyebabkan bea keluar sawit berada di level 0 persen. Nihil bea keluar untuk sawit
menyebabkan eksportir lebih menyukai ekspor hulu sawit dibandingkan hilir.
Berdasarkan

Peraturan

Menteri

Perdagangan

(Permendag)

No.

93/M-

AG/PER/12/2014, produk CPO akan bebas bea keluar apabila harga dunia (CIF
Rotterdam) di bawah USD 750 per ton. Sampai dengan Januari 2015 tercatat Harga
Patokan Ekspor (HPE) CPO sebesar USD 625 dolar AS per ton.
Pengamat memperkirakan kombinasi dari banjir yang baru terjadi di Malaysia
dan waktu tunggu (time-lagged) yang mengakibatkan kekurangan di area produksi

Tugas Akhir Manajemen Investasi 6

kelapa sawit, akan meningkatkan harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO)
untuk dua bulan kedepan.

3. Analisis Kondisi Spesifik Perusahaan


PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) adalah salah satu emiten teraktif di Bursa
Efek Indonesia. Perusahaan ini menjadi fenomena BEI sejak lama dan AALI
termasuk emiten yang terdaftar dalam daftar saham Indeks LQ45. Di bawah ini
merupakan data kepemilikan saham pada 2015. Hampir semua aset yang berada di
PT. Agro Astra Lestari Tbk. dimiliki oleh PT. Astra Internasional Tbk.

yang

mencapai

yang

79.68%,

selebihnya

20.32%

dimiliki

oleh

perusahaan

menginvestasikan saham ke PT. Agro Astra Lestari Tbk. Yang diantaranya ada
perusahaan asing menginvestasikan saham, yaitu perusahaan Jardine Cycle &
Carriage Limited, Singapura, Jardine Strategic Holdings Limited, Bermuda di
London, dan Jardine Matheson Holdings Limited, Bermuda di London.

Manajemen PT Astra Agro Lestari Tbk memutuskan untuk membagikan


dividen sebesar Rp 716 per saham dari kinerja tahun buku perseroan tahun 2014.
Dividen itu sudah termasuk dividen interim sebesar Rp 244 per saham yang telah
dibayarkan pada 28 Oktober 2014. Dari hasil RUPS (Rapat Umum Pemegang
Saham), perusahaan memutuskan untuk membagikan dividen sisanya sebesar Rp 472
per saham pada 15 Mei 2015. Para pemegang saham yang menerima dividen adalah
mereka yang namanya tercatat dalam daftar pemegang saham perseroan pada 24
April 2015.

Tugas Akhir Manajemen Investasi 7

Berdasarkan data laporan keuangan yang disajikan dalam bentuk grafik di atas,
diketahui bahwa perolehan laba dari tahun 2010 sampai dengan 2012 mengalami
kenaikan, sedangkan untuk tahun 2013 sempat menurun, namun ditahun 2014
kembali naik. Untuk total aset dan kewajian serta total ekuitas perusahaan
mengalami kenaikan dari tahun 2010 sampai dengan 2014, dan kenaikan tersebut
tampak proporsional setiap tahunnya. Dilihat dari total pendapatan diketahui bahwa
perusahaan mengalami kenaikan pendapatan di tahun 2010 sampei dengan 2014.
Sedangkan dari laporan keuangan pada kuartal I 2015, diketahui bahwa AALI
mencetak penurunan laba bersih pada Q1 2015 sebesar 80,11% menjadi Rp156,09
miliar atau Rp. 99,12 per saham dari laba bersih Q1 2014 yang mencapai Rp784,61
miliar atau Rp. 498,24 per saham. Anjiloknya kinerja AALI tersebut disebabkan oleh
penurunan penjualan yang cukup besar yaitu 13,40% menjadi Rp. 3,23 triliun di Q1
2015 dari penjualan Q1 tahun 2014 sebesar Rp. 3,73 triliun, dan kerugian kurs yang

Tugas Akhir Manajemen Investasi 8

sangat besar yaitu Rp. 246,33 miliar, sedangkan di Q1 2014 mengalami keuntungan
kurs sebesar Rp. 165,73 miliar.
Beban pokok penjualan mengalami penurunan sedikit dari Rp. 2,52 triliun
menjadi Rp. 2,47 triliun, dan beban usaha mengalami kenaikan dari Rp. 234,59
miliar menjadi Rp. 274,35 miliar, serta beban keuangan mengalami kenaikan dari
Rp. 12,92 miliar menjadi Rp. 18,72 miliar.
Total Aset AALI mencapai Rp. 19,94 triliun di Q1 2015, naik 7,44% dari total
aset tahun 2014 yaitu Rp. 18,56 triliun, dan total utang mengalami kenaikan dari Rp.
6,72 triliun menjadi Rp. 7,91 triliun.
Pendapatan terbesar AALI dikontribusikan dari pendapatan minyak sawit
mentah dan turunannya dengan pendapatan Q1 2015 dan 2014 masing-masing
sebesar Rp. 2,86 triliun dan Rp. 3,27 triliun, selain itu Inti Sawit dan turunannya Rp.
374,77 miliar dan Rp. 447,99 miliar, serta lainnya Rp. 0,04 miliar dan Rp. 8,28
miliar. Di bawah ini adalah rincian Penjualan AALI berdasarkan segmen Geografis
yaitu:

Sumatera Rp.1,53 triliun dan Rp.1,95 triliun.

Kalimantan Rp.1,36 triliun dan Rp.1,65 triliun.

Sulawesi Rp.1,56 triliun dan Rp.1,44 triliun.

Eliminasi Rp.1,22 triliun dan Rp.1,31 triliun.


Guna meningkatkan kapasitas produksi, PT. Astra Agro Lestari Tbk (AALI)

berencana menambah dua pabrik pengolahan minyak sawit mentah atau crude palm
oil (CPO). Selain itu, AALI diketahui telah menyiapkan capexatau belanja modal
sebesar Rp 3 triliun. Sesuai rencana, penggunaan capex akan dibagi ke dalam tiga
pos mulai dari upaya penanaman baru dan berulang (replanting) sawit di kebun yang
dikelolanya, pengembangan produk dan pabrik kelapa sawit di wilayah-wilayah baru,
serta membangun sejumlah infrastruktur di sekitar area tanam.

Tugas Akhir Manajemen Investasi 9

Manajemen AALI menyatakan masih menunggu realisasi pemberlakuan dana


pengembangan kelapa sawit atau CPO Supporting Fund yang saat ini tengah digodok
pemerintah. Pemberlakuan CPO Supporting Fund dinilai akan memberi dampak pada
kinerja perseroan ke depan dan rencananya dimaksudkan untuk mengembangkan
industri CPO serta menutupi beban pemerintah sewaktu membeli produk olahan
kelapa sawit berupa biodiesel.
Pemberlakuan CPO fund akan memberikan dampak negatif pada arus kas Astra
Agro untuk jangka pendek. Namun kebijakan tersebut justru akan berdampak positif
bagi anak usaha Grup Astra itu dalam jangka menengah dan panjang. Hal ini
dikarenakan dari adanya penerapan mandatori biodiesel 15 persen (B15) sebagai
campuran bahan bakar minyak (BBM) yang sudah ditetapkan pemerintah belum
lama ini. B15 akan berdampak positif pada permintaan CPO domestik. Apabila
permintaan CPO melonjak maka harganya juga akan naik.
4. Analisis Rasio Keuangan
Di bawah ini merupakan data rasio keuangan perusahaan dari tahun 2010
sampai dengan 2014, berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan oleh PT.
Astra Agro Lestari Tbk.

Tugas Akhir Manajemen Investasi 10

Dari data rasio keuangan di atas, kemudian akan dianalisis berdasarkan


masing-masing kelompok rasio keuangan, yaitu:
a. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban
jangka pendeknya.
No
1

Rasio
Current
Ratio

Tahun

Kriteria

2010

2011

2012

2013

2014

193.17

130.97

68.4
6

45.00

44.74

Analisis

Menunjukkan

Current ratio dari

kemampuan

tahun 2010 ke

perusahaan

tahun 2014

dalam

mengalami

membayar

penurunan,

utang lancar

sehingga hal ini

dengan aktiva

mengindikasikan

lancar yang

bahwa

tersedia.

kemampuan

Semakin tinggi

perusahaan dalam

rasio ini berarti

memenuhi

semakin besar

kewajiban jangka

kemampuan

pendeknya

perusahaan

dengan

dalam

menggunakan

memenuhi

aktiva lancar yang

kewajiban

dimiliki semakin

jangka

berkurang.

pendeknya.

Tugas Akhir Manajemen Investasi 11

b. Rasio Leverage (Leverage Ratio)


Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai
oleh utang atau dibiayai oleh pihak luar.
No

Rasio

Tahun
2010

Debt to

0.17

Kriteria

2012

2013

2014

0.25

0.31

0.38

Analisis

DAR mengukur

DAR dari tahun

Asset

jumlah aktiva

2010 sampai 2014

Ratio

perusahaan

mengalami

(DAR)

yang dibiayai

kenaikan sehingga

oleh utang atau

mengindikasikan

modal yang

bahwa risiko yang

berasal dari

dihadapi

kreditur.

perusahaan setiap

Semakin besar

tahunnya semakin

rasio maka

meningkat karena

semakin besar

jumlah aset yang

Debt to

pula risiko yang

dibiayai dengan

Equity

dihadapi.

utang juga

0.15

2011

0.18

0.46

0.62

Ratio

semakin besar.

(DER)

DER diukur dari


0.21

0.33

perbandingan
antara utang
dengan
ekuitasnya.
Tingkat DER
yang aman
biasanya kurang
dari 50 persen.
Semakin kecil
DER maka akan
semakin baik
bagi
perusahaan.

Meskipun DER
dari tahun 2010
sampai 2014
mengalami
kenaikan, namun
kenaikan tersebut
masih dalam
tingkat aman
(dibawah 50 %),
sehingga
menunjukkan
proporsi utang
yang relatif kecil
dari total
keseluruhan
ekuitasnya.

c. Rasio kemampulabaan (Profitability Ratio)

Tugas Akhir Manajemen Investasi 12

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam


hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendirinya. Rasio ini
sangat diperhatikan oleh calon maupun pemegang saham karena akan berkaitan
dengan harga saham serta dividen yang akan diterima.
No

Rasio

Return on

Tahun
2010
23.93

2011
24.48

Kriteria

2012

2013

2014

20.2

12.72

10.85

Analisis

ROA

ROA dari tahun

menunjukkan

2010 ke 2011

(ROA)

kemampuan

mengalami

(%)

perusahaan

kenaikan, akan

dalam

tetapi dari tahun

menghasilkan

2011 sampai 2014

laba melalui

terus mengalami

akiva yang

penurunan hingga

dipergunakan.

di bawah standar

Standar ROA

minimal

Perusahaan

perusahaan

minimal 20%,

(<20%). Hal ini

semakin besar

mengindikasikan

ROA maka

kinerja AALI

semakin baik

yang semakin

kinerja

menurun karena

perusahaan.

kemampuan

Asset

28.21

18.53

17.59

Return on

asetnya dalam

Equity

menghasilkan

(ROE)

laba terus

(%)

menurun dalam
ROE
menunjukkan
29.65
26.9
1

tiga tahun
terakhir.

kemampuan

ROE dari tahun

perusahaan

2010 ke 2011

dalam

mengalami

menghasilkan

kenaikan, akan

laba yang

tetapi dari tahun

tersedia bagi

2011 sampai 2014

pemegang

terus mengalami

Tugas Akhir Manajemen Investasi 13

40.81

32.20

31.31

Gross
Profit
Margin
(GPM)
(%)

saham

penurunan hingga

perusahaan.

di bawah standar

Standar ROE

minimal

perusahaan

perusahaan

minimal 20%,

(<20%). Hal ini

semakin besar

mengindikasikan

ROE maka

kinerja AALI

semakin baik

yang semakin

kinerja

menurun karena

keuangan.

kemampuan

36.53

modalnya dalam
menghasilkan
37.6

23.79

Net Profit

laba terus
15.01

16.76

GPM mengukur

menurun dalam

tingkat laba

tiga tahun

kotor

terakhir.

dibandingkan

Margin

dengan volume

(NPM)

penjualan.

(%)

Semakin tinggi
GPM maka
menunjukkan

23.19

kinerja
penjualan yang
21.7
9

semakin baik
dalam
menghasilkan
laba kotor.

GPM dari tahun


2010 ke 2011
mengalami
penurunan, lalu
meningkat di
tahun 2012 dan
kemudian
menurun lagi
ditahun 2013
hingga 2014. Hal
ini
mengindikasikan
kinerja penjualan

NPM mengukur
tingkat laba
bersih setelah
pajak

AALI yang
kurang stabil dan
kurang

dibandingkan

menguntungkan.
NPM dari tahun

dengan volume

2010 hingga 2013

penjualan.

mengalami

Semakin tinggi

penurunan secara

Tugas Akhir Manajemen Investasi 14

NPM maka

berturut-turut, dan

menunjukkan

meningkat di

kinerja

tahun 2014 tetapi

penjualan yang

tidak terlalu

semakin baik

signifikan. Hal ini

dalam

mengindikasikan

menghasilkan

kinerja penjualan

laba bersih

AALI yang terus

setelah pajak.

menurun sehingga
laba bersih setelah
pajak yang
diperoleh juga
semakin kecil.

d. Rasio Saham (Common Strock Ratios)


Rasio ini menunjukkan bagian dari laba perusahaan, dividen, dan modal yang
dibagikan kepada setiap saham.
No
1

Rasio
Dividen

Tahun

Kriteria

2010

2011

2012

2013

2014

830.00

995.00

685.00

675.00

244.00

Analisis

DPS

DPS dari tahun

Per Share

menunjukkan

2010 ke 2011

(DPS)

seluruh

mengalami

(Rp)

pembayaran

kenaikan, akan

dividen dalam

tetapi dari tahun

angka per

2011 hingga 2014

saham. Semakin

mengalami

tinggi DPS

penurunan,

maka semakin

bahkan ditahun

menarik bagi

2014 penurunan

calon atau

tersebut sangat

pemegang

drastis. Hal ini

saham.

mengindikasikan
bahwa dividen
yang diberikan

1,280.70

2
Earning
Per Share

1,527.59

1,530.5
7

1,143.93

1,164.2
1

kepada pemegang
saham semakin
menurun karena

Tugas Akhir Manajemen Investasi 15

(EPS) -

kinerja AALI

(Rp)

EPS mengukur
besarnya laba
yang diberikan

4,735.53

5,350.81

6.520.33
5,947.2

7,116.78

Book

yang juga
menurun dalam
tiga tahun terakhir

kepada

EPS dari tahun

pemegang

2010 hingga 2014

saham. Semakin

menunjukkan

tinggi EPS

angka yang

maka semakin

fluktuatif, dengan

baik dan

kenaikan dan

semakin

penurunan yang

menarik bagi

relatif kecil

investor.

(kurng dari Rp.


300,- per

Value Per

sahamnya). Hal

Share

ini

(BVPS) -

mengindikasikan

(Rp)

kondisi
perusahaan yang
BVPS
menunjukkan
nilai buku
perusahaan yaiu
total aktiva

64.81

65.14

kurang stabil
sehingga akan
mempengaruhi
persepsi investor
terhadap AALI.

dikurangi total

59.01
20.96

utang (modal)

BVPS dari tahun

yang dihitung

2010 hingga 2014

Dividen

untuk setiap

mengalami

Payout

saham. Jila nilai

kenaikan setiap

Ration

buku lebih

tahunnya. Karena

(DPR)

tinggi dari harga

nilai buku lebih

(%)

saham maka

besar dari harga

perusahaan

saham, maka

tersebut

dapat disimpulkan

undervalue dan

kalau saham

sebaliknya.

AALI overvalued,

44.75

dan ini

Tugas Akhir Manajemen Investasi 16

DPR

menunjukkan

menunjukkan

sinyal yang bagus

besarnya laba

bagi pemegang

yang dibayarkan

saham untuk

Dividen

kepada

menjual

Yield

pemegang

sahamnya.

(DY)

saham dalam

(%)

bentuk dividen.

3.17

4.59

2.69
1.06
3.48

Prosentase DPR
dari tahun 2010
hingga 2014
sangat fluktuatif,
yakni meningkat
dan menurun.
Akan tetapi
penurunan drastis

DY
menunjukkan
tingkat
penghasilan
berjalan yang
diperoleh dari
investasi saham
perusahaan.

ditunjukkan pada
tahun 2014 yang
mengindikasikan
pada tahun
tersebut AALI
membayarkan
dividen kepada
pemegang saham
dalam jumlah
yang relatif kecil.
Prosentase DY
dari tahun 2010
ke 2011
mengalami
kenaikan, akan
tetapi dari tahun
2011 hingga tahun
2014 mengalami
penurunan, dan
penurunan
signifikan dialami
pada tahun 2014.

Tugas Akhir Manajemen Investasi 17

Hal ini
mengindikasikan
tingkat
pendapatan yang
diperoleh oleh
pemegang saham
berkurang dalam
tiga tahun
terakhir.

No
1

Rasio
Price

Tahun
2011
13.68

2012
12.64

2013
21.94

Kriteria
2014
15.62

Jan15
14.98

Analisis

PER

PER dari tahun

Earning

menunjukkan

2011 ke 2012

Ratio

perbandingan

mengalami

(PER)

antara harga

penurunan,

(X)

saham dipasar

kemudian naik

perdana

ditahun 2013 dan

dibandingkan

menurun lagi

dengan

ditahun 2014 dan

pendapatan

kuartal pertama

yang diterima.

2015. Hal ini

Semakin tinggi

mengindikasikan

PER maka

semakin

semakin tinggi

menurunnya

ekspektasi

ekspektasi

investor tentang

investor terhadap

prestasi

masa depan AALI

perusahaan

dalam dua tahun

dimasa

terakhir.

1.79
PER
Industry
(X)

33.17

15.46

19.34

17.46

mendatang.
PER Industry
menunjukkan
perbandingan
rata-rata antara
harga saham
dibandingkan

PER Industry dari


tahun 2011 ke
2012 mengalami
kenaikan yang
sangat besar, akan
tetapi menurun
hampir 50%

Tugas Akhir Manajemen Investasi 18

4.06
Price to

3.31

3.85

3.41

3.27

dengan

ditahun 2013,

pendapatan

kemudian naik

dalam industri

lagi ditahun 2014

sejenis.

dan turun
dikuartal I 2015.

Book

Hal ini

Value

mengindikasikan

(PBV)

posisi AALI yang

(X)

cukup fluktuatif
dan cukup
PBV
menunjukkan

berpengaruh pada
industri sejenis.

apakah harga

PBV dari tahun

pasar saham

2011 ke 2012

diperdagangkan

mengalami

di atas

penurunan,

(overvalued)

kemudian naik di

atau di bawah

tahun 2013 dan

nilai buku

menurun lagi

(undervalued)

hingga kuartal I

saham tersebut.

2015. Hal ini

Semakin tinggi

mengindikasikan

PBV maka

bahwa harga

semakin mahal.

saham AALI di

Jika nilai PBV

pasar saham

nya kecil tetapi

mungkin

harga sahamnya

mengalami

stagnan makan

undervalued

perusahaan

dikarenakan harga

tersebut

saham di pasar

tergolong

saham lebih

perusahaan

rendah

yang berprospek

dibandingkan

rendah, dan

dengan nilai buku.

sebaliknya.

Dengan adanya
penurunan rasio
ini dari tahun

Tugas Akhir Manajemen Investasi 19

2013 ke tahun
2015 sehingga
harga saham
menjadi lebih
murah.

Analisis Teknikal
Analisis teknikal yang dilakukan untuk melihat trend dari pergerakan harga saham
PT. Astra Agro Lestari, Tbk. ini ditujukan untuk menentukan waktu jual, waktu beli, dan
waktu hold transaksi saham. Selain itu, juga dilakukan untuk menentukan batasan
oversold dan overbought dari suatu saham. Adapun analisis ini dilakukan dengan
menggunakan simple moving average (SMA) dan eksponensial moving average
(EMA), serta dengan metode perhitungan stochastic oscillator (SO).
Data harga saham diambil berdasarkan pergerakan harga saham selama satu tahun
terakhir, yakni mulai bulan Juni 2014 sampai dengan awal Juni 2015.

Sinyal SO pada tanggal 26 Juni menunjukkan sinyal jual.

Tugas Akhir Manajemen Investasi 20

Pada tanggal 26 Juni 2014 terlihat gambar down candle dimana harga
penutupan (close price) Rp. 29.300 sama dengan harga pembukaan (open price) Rp.
29.300, dan pada tanggal 27 Juni 1 Juli harga terus menurun yang mengindikasikan
investor harus menjual saham tersebut pada tanggal 26 Juni 2014.

Sinyal SO pada tanggal 17 Juli menunjukkan sinyal beli.

Tugas Akhir Manajemen Investasi 21

Jika investor membeli diharga Rp. 25.900, dan kemudian dijual pada tanggal
19 Agustus 2014 diharga Rp. 26.550, maka investor tersebut akan mendapatkan
keuntungan Rp. 650 per lembar saham, sehingga 1 lot akan mendapatkan keuntungan
sebesar 650*500 lembar = Rp. 325.000.

Tugas Akhir Manajemen Investasi 22

Sinyal SO pada tanggal 29 Agustus 2014 menunjukkan sinyal beli dan tanggal 5
September 2014 menunjukkan sinyal jual.

Jika investor membeli diharga Rp. 25.500, dan dijual pada tanggal 5 September
2014 diharga Rp. 25.800, maka mereka akan mendapatkan keuntungan Rp. 300 per
lembar saham, sehingga 1 lot akan mendapatkan keuntungan sebesar 300*500
lembar = Rp. 150.000.

Sinyal SO pada tanggal 21 Oktober 2014 menunjukkan sinyal beli dan tanggal 21
Nopember 2014 menunjukkan sinyal jual.

Tugas Akhir Manajemen Investasi 23

Jika investor membeli diharga Rp. 19.425, dan dijual pada tanggal 21
Nopember 2014 diharga Rp. 25.100, maka mereka akan mendapatkan keuntungan
Rp. 5.675 per lembar saham, sehingga 1 lot akan mendapatkan keuntungan sebesar
5.675*500 lembar = Rp. 2.837.500.

Sinyal SO pada tanggal 17 Desember 2014 menunjukkan sinyal beli dan tanggal 13
Januari 2015 menunjukkan sinyal jual.

Tugas Akhir Manajemen Investasi 24

Jika investor membeli diharga Rp. 22.400, dan dijual pada tanggal 13 Januari
2015 diharga Rp. 25.900, maka mereka akan mendapatkan keuntungan Rp. 3.500 per
lembar saham, sehingga 1 lot akan mendapatkan keuntungan sebesar 3.500*500
lembar = Rp. 1.750.000.

Sinyal SO pada tanggal 29 Januari 2015 menunjukkan sinyal beli dan tanggal 6
Pebruari 2015 menunjukkan sinyal jual.

Tugas Akhir Manajemen Investasi 25

Jika investor membeli diharga Rp. 23.200, dan dijual pada tanggal 6 Pebruari
2015 diharga Rp. 26.400, maka mereka akan mendapatkan keuntungan Rp. 3.200 per
lembar saham, sehingga 1 lot akan mendapatkan keuntungan sebesar 3.200*500
lembar = Rp. 1.600.000.

Sinyal SO pada tanggal 25 Pebruari 2015 menunjukkan sinyal beli dan tanggal 5
Maret 2015 menunjukkan sinyal jual.

Tugas Akhir Manajemen Investasi 26

Jika investor membeli diharga Rp. 24.500, dan dijual pada tanggal 5 Maret
2015 diharga Rp. 26.300, maka mereka akan mendapatkan keuntungan Rp. 1.800 per
lembar saham, sehingga 1 lot akan mendapatkan keuntungan sebesar 1.800*500
lembar = Rp. 900.000.

Sinyal SO pada tanggal 29 April 2015 menunjukkan sinyal beli dan tanggal 20 Mei
2015 menunjukkan sinyal jual.

Tugas Akhir Manajemen Investasi 27

Jika investor membeli diharga Rp. 19.925, dan dijual pada tanggal 20 Mei
2015 diharga Rp. 27.400, maka mereka akan mendapatkan keuntungan Rp. 7.475 per
lembar saham, sehingga 1 lot akan mendapatkan keuntungan sebesar 7.475*500
lembar = Rp. 3.737.500.

Kesimpulan

Tugas Akhir Manajemen Investasi 28

Sinyal beli terdapat pada tanggal 17 Juli 2014, 29 Agustus 2014, 21 Oktober 2014,
17 Desember 2014, 19 Januari 2015, 25 Pebruari 2015, dan 29 April 2015.

Sinyal jual terdapat pada tanggal 26 Juni 2014, 5 September 2014, 21 Nopember
2014, 13 Januari 2015, 6 Pebruari 2015, 5 Maret 2015, dan 20 Mei 2015.

Overbought berada ditanggal 24 Oktober 2014 dan 29 April 2015.

Oversold berada ditanggal 26 Juni 2014 dan 20 Mei 2015.

Overbought dan Oversold dapat digunakan sebagai alat bantu bagi para investor
apabila ingin mengetahui pergerakan harga di pasar dan menentukan waktu jual dan
waktu beli. Sehingga apabila kita sebagai investor dapat melakukan rencana trading
yang terkontrol.

You might also like