You are on page 1of 16

ANALISA KASUS

Seorang anak laki-laki berusia 11 tahun

datang dengan keluhan utama sesak nafas


serta keluhan tambahan batuk.

Dari anamnesa didapatkan keluhan sesak

nafas sejak 1 bulan sebelum MRS yang


bertambah bila beraktifitas dan berkurang bila
beristirahat. Sesak nafas tidak dipengaruhi
oleh cuaca. Penderita juga mengeluh batuk
dan pilek, dahak (+) banyak, demam (+).

Sesak nafas memberat sejak 2 minggu

sebelum MRS. Penderita tidak dapat


melakukan pekerjaan berat. Penderita
kadang terbangun dari tidur karena sesak
dan harus mengatur posisi tertentu agar
sesak berkurang. Sesak berkurang bila
penderita tidur dengan 2 bantal. Penderita
sering batuk, terutama ketika penderita
berbaring dan berkurang jika penderita
duduk. Demam (+) tidak terlalu tinggi, nyeri
sendi yang tidak berpindah-pindah (+).

Penderita dibawa ke Puskesmas setempat,

diberi obat OBH, digoksin 1 x tablet, dan


furosemid 2 x tablet. 1 hari sebelum MRS
penderita semakin sering merasa sesak,
sesak mengganggu aktivitas sehari-hari.
Batuk ada, dahak (+) banyak, nyeri sendi
masih ada.

Penderita

sebelum ini telah didiagnosa


menderita penyakit jantung rematik dan
kontrol teratur ke poliklinik anak RSMH, tetapi
selama 1 bulan terakhir penderita tidak
mendapatkan suntikan Benzatin Penisilin.

Dari riwayat penyakit dahulu, penderita


sering mengalami batuk pilek sejak usia 7
tahun.
Penderita juga pernah dirawat karena
penyakit jantung rematik sebanyak 3 kali
dengan diagnosa penyakit jantung rematik
dan kontrol teratur ke poliklinik jantung anak
RSMH tiap bulan.
Tidak ditemukan riwayat penyakit yang sama
didalam keluarga penderita.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan

umum pasien tampak sakit sedang,


kesadaran kompos mentis, tekanan darah
110/80 mmHg, nadi 129 x/menit, irreguler, isi
dan tegangan cukup, denyut jantung 129
x/menit irreguler, pernapasan 42 x/menit, dan
suhu 36,7c.
Dari pemeriksaan fisik kepala didapatkan JVP
(5+3) cmH2O.

Pada pemeriksaan fisik toraks didapatkan:


Paru-paru

Inspeksi

: asimetris, kiri lebih cembung dari


kanan, retraksi (+) ic, sc, epigastrium.
Palpasi
: Stemfremitus kanan=kiri.
Perkusi
: Sonor pada lapangan paru kanan dan kiri.
Auskultasi : Vesikuler (+) normal pada kedua
hemitoraks, ronki basah halus tidak
nyaring (+) pada basal paru kanan dan
kiri, wheezing (-).

Jantung
Inspeksi

: Iktus kordis terlihat di ICS V-VI 1 jari


lateral LMC sinistra
Palpasi
: Iktus kordis teraba di ICS V-VI 1 jari
lateral LMC sinistra, thrill (+).
Perkusi
: Batas jantung atas ICS II, batas jantung
kanan LPS dekstra, batas jantung kiri 1
jari lateral LMC sinistra, batas jantung
bawah ICS V-VI.
Auskultasi : HR: 129 x/menit, irreguler, bising
pansistolik grade IV/6 di ICS V 1 jari
lateral LMC kiri menjalar ke apeks dan
sternum, murmur (+).

Dari

hasil
pemeriksaan
laboratorium
didapatkan
adanya
leukositosis
(leukosit=13.320/mm3), CRP (+) yang
menunjukkan adanya peradangan dan
infeksi.
LED yang meningkat (LED=109 mm/jam) dan
hasil pemeriksaan EKG berupa PR interval
memanjang
dapat
digunakan
untuk
membuktikan adanya reaktivasi penyakit
jantung rematik pada penderita.

Pada

pemeriksaan
echokardiografi
didapatkan MR moderate dengan AMVL, TR
moderate menunjukkan sudah terdapat
kerusakan katup mitral pada penderita ini
yang disertai dengan proses perubahan pada
jantung penderita.

Dari

hasil anamnesa, pemeriksaan fisik,


laboratorium, EKG dan echokardiografi maka
pasien ini didiagnosa sebagai CHF NYHA II +
penyakit jantung rematik reaktivasi.

Penderita ditatalaksana dengan:

O2 2 l/m atas indikasi sesak.


Bedrest minimal 3 bulan (2-4 minggu) atas
indikasi karditis berat.
Diet jantung untuk memenuhi kebutuhan
kalori. Berupa makanan lunak dan rendah
garam.
IVFD maintenance D5% gtt 4/menit
sebagai jalur iv untuk memasukkan obat.

Diuretika (Furosemid 1x20 mg) untuk


mengurangi bendungan paru dan edema
perifer karena gagal jantung.
Injeksi Benzatin Penisilin 1,2jt IU untuk
eradikasi kuman (pencegahan primer).
Kortikosteroid (prednison 64 mg) atas
indikasi karditis dan nyeri sendi. Untuk
mengurangi proses peradangan akut.

Asetosal 4x500 mg (diberikan setelah 2


minggu pemberian steroid dan jika LED
normal) ditujukan untuk mencegah
fenomena rebound dari steroid serta untuk
meredakan demam dan artritis.
Rencana
operasi perbaikan katup
kerusakan katup.

Prognosis pada pasien ini quo ad vitam dan

quo ad functionam adalah dubia karena


gagal jantung kongestif dan penyakit jantung
rematik yang rekuren yang dialami penderita.

You might also like