You are on page 1of 22

0.

Diagnosa Keperawatan katarak


Pre Operasi
1. Kecemasan (ansietas) berhubungan dengan kerusakan sensori.
2. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan penerimaan sensori.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya keinginan untuk mencari informasi.
Post Operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik
2. Resiko terhadap cedera berhubungan dengan kerusakan penglihatan (ketidakmampuan dalam
memodifikasi pencahayaan)

11. Intervensi Keperawatan


Pre Operasi
No.
Dx
1.

Tujuan dan kriteria


Setelah

intervensi

dilakukan NIC:

Rasional

Anxiety

tindakan keperawatan Reduction


selama

...x24

jam,
1. Gunakan

1. Mengetahui

diharapkan klien tidak pendekatan yang


mengalami

ansites. menenangkan
2. Jelaskan semua

Kriteria hasil:
1. Melaporkan intensitas
kecemasan
2. Melaporkan tidak
adanya gangguan

dialami pasien
2. Mengurangi

prosedur & apa


yang dirasakan

rasa kecemasan
pasien
3. mengurangi rasa

selama prosedur
3. Berikan obat untuk

persepsi sensori
3. Menggunakan strategi
koping effektif

kecemasan yang

mengurangi rasa

kecemasan
4. Temani pasien

kecemasan

pasien
4. memberi
motivasi/mengu

untuk memberikan

rangi rasa

keamanan dan

kecemasan yang

mengurangi takut
dialami pasien
5. Dorong pasien 5. mengetahui
untuk

seberapa pasien

mengungkapkan

takut

perasaan,
ketidaktakutan,
persepsi
2.

Setelah

dilakukan
1.

Tentukan
1. Mengetahui

tindakan keperawatan ketajaman

proses

selama

penyemuhan

..x24

diharapkan

jam, penglihatan

operasi
Perhatikan tentang
2. Mengetahui
penglihatan
penglihatan kabur
keberhasilan
Kriteria hasil:
3. Letakkan barang
1. Berpartisipasi dalam
operasi
yang dibutuhkan
program pengobatan
2.
Mempertahankan
3. Memudahkan
ketajaman penglihatan
pasien
2.
normal.

mengambil
barang yang
diperlukan
3.

Setelah

dilakukan NIC:

Teaching:

tindakan keperawatan Disease Process


1. Berikan penilaian
selama ...x24 jam,
1.
tentang
tingkat
diharapkan
pengetahuan pasien
pengetahuan
tentang
proses
meningkat.
Kriteria
penyakit
2.
Hasil:
2. Gambaran proses
1.
Mendeskripsikan
penyakit
dengan
faktor penyebab
2.
Mendeskripsikan cara yang tepat
3.

3.

pengetahuan
pasien dan
keluarga pasien
Meningkatkan
pengetahuan
pasien dan

keluarga pasien
3. Meningkatkan

faktor risiko
Mendeskripsikan
proses penyakit

Meningkatkan

pengetahuan
Gambaran tanda pasien dan
dan

yang keluarga pasien


4. Memberi
biasa
muncul
kesempatan
penyakit, dengan
pasien atau
cara yang tepat
4. Diskusikan pilihan keluarga pasien
terapi

gejala

atau untuk memilih

penanganan
Post Operasi
No.
Dx
1.

Tujuan dan kriteria


Setelah

intervensi

dilakukan NIC:

Rasional

Paint

tindakan keperawatan Managemen


1.
Lakukan
selama ...x24 jam,
1. Mengurangi
pengkajian secara
diharapkan
nyeri
nyeri yang
komprehensif
dapat
teratasi
.
sedang dialami
Kriteria Hasil:
1. Melaporkan adanya
2.

pasien
Observasi reaksi
2. Mengetahui

nyeri
nonverbal
dari
2. Frekuensi nyeri
ketidaknyamanan
3. Ekspresi nyeri pada
3.
Tingkatkan
3.
wajah
istirahat

nyeri yang
dialami pasien
Mengurangi/
mengalihkan
perhatian lewat

tidur
4. Agar pasien
4.
Ajarkan tentang
mengetahui
teknik
non
mengurangi
farmakologis
nyeri tanpa obat
5. Mengurangi
nyeri
2.

Setelah

5. Berikan analgetik
dilakukan NIC:
Infection

tindakan keperawatan Control


1.
Membatasi
selama
...x24jam,
1. Mengurangi
pengunjung
diharapkan terbebas
adanya infeksi
dari risiko terhadap
cedera. Kriteria Hasil:
1. pengetahuan tentang
2.
2.

dari luar
2. Mengurangi
Menyediakan resiko infeksi

risiko
tempat tidur yang
menghindari paparan
nyaman dan bersih
yang
yang
bisa
3.
Menganjurkan
3.
mengancam kesehatan keluarga
untuk
menemani pasien

Agar pasien
terkontor

4.

Memberikan kebersihannya
4. Memberikan
penerangan yang
kenyamanan
cukup
5.
Menghindari pasien
5. Mengurangi
lingkungan
yang
risiko infeksi
berbahaya
pada pasien

ASUHAN KEPERAWATAN
DIAGNOSA
Pre operasi
1. Resiko cedera berhubungan dengan adanya pandangan kabur
2. Resiko kurang perawatan diri berhubungan dengan adanya pandangan kabur
3. Kecemasan berhubungan dengan adanya pandangan kabur, fotofobia, diplopia
Pasca operasi
1. Nyeri berhubungan dengan perlukaan sekunder operasi miles prosedur
2. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan prosedur pembedahan
N Diagnosa Tujuan
Intervensi
Rasional
o keperawat
an
1 Resiko
Tupen : klien
cedera
mampu
Anjurkan klien untuk
Meraih yang
berhubun mencegah
menggunakan peralatan adaptif
berlebihan
gan
aktivitas yang
(tongkat walker) untuk ambulasi
akan
dengan meningkatkan
sesuai kebutuhan
mengubah
adanya
resiko
pusat
pandanga cederaTupan :
gravitasi yang
Beritahu klien agar tidak meraih
n kabur klien tidak
akan
benda untuk stabilitas saat
mengalami
menyebabkan
ambulasi
cedera atau
klien jatuh.
gannguan
Tekankan pentingnya
visual akibat
Mencegah
menggunakan pelindung mata
jatuh
terjadinya
saat melakukan aktivitas beresiko
cedera
tinggi.

Anjurkan menggunakan teknik

manajemen stress contoh,


bimbingan
imajinasi,visualisasi,napas dalam
dan latihan relaksasi

Meningkatka
n relaksasi
dan koping,
menurunkan
TIO

Memungkink
an tindakan
yang aman
dalam
lingkungan

Menurunkan
ansietas
sehubungan
dengan
ketidaktahuan
atau harapan
yang akan
dating dan
memberikan
dasar fakta
untuk
membuat
pilihan
informasi
tentang
pengobatan.

Memberikan
keyakinan
bahwa pasien
tidak sendiri

o Memmberikan sumber
stabilitas
2 Resiko
Tupen :
kurang
mengidentifi
perawatan kasi intervensi
diri
untuk
berhubun menurunkan
gan
resiko kurang
dengan perawatan
adanya
diriTupan :
pandanga mampu
n kabur memenuhi
kebutuhan
perawatan diri

3 Kecemasa Tupen :
n
mengakui
berhubun atau
gan
mendiskusika
dengan n tentang
adanya
ketakutan atau
pandanga masalahTupan
n kabur, : tampak
fotofobia, rileks dan
diplopia melaporkan
ansietas
menurun
sampai
tiingkat dapat
diatasi.

Berikan instruksi lisan dan


tertulis kepada pasien atau orang
terdekat yang berarti mengenal
terknik yang benar memebrikan
obat
o Ajarkan pasien dan
keluarga teknik panduan
penglihatan

Pemakain teknik
yang benar akan
mengurangi resiko
infeksi dan cedera
mata

Kaji tingkat ansietas

Berikan informasi yang jujur dan


akurat. Diskusikan bahwa
pengawasan dan pengobatan
dapat mencegah kehilangan
penglihatan tambahan

Identifikasi sumber atau orang


yang menolong
o Factor ini mempengaruhi
persepsi pasien terhadap
ancaman diri, potensial
siklus ansietas, dan dapat
mempengaruhi upaya
medic untuk mengontrol
TIO.

dalam
menghadapi
masalah.

Pasca bedah
no Diagnosa
1 Nyeri berhubungan
dengan perlukaan
sekunder operasi
miles prosedur

Tujuan
Intervensi
Tupen : menurunkan
adanya laporan nyeri
Hindari
hilang atau
sentuhan
terkontrolTupan :
seminimal
tampak rileks,
mungkin
mampu beristirahat
untuk
atau tidur dengan
mengurangi
tepat
rangsangan
nyeri.

Motivasi
untuk
melakukan
teknik
pengaturan
nafas dan
mengalihkan
perhatian.

Resiko infeksi
berhubungan
dengan tindakan
prosedur
pembedahan

Tupen:
mengidentifikasi
intervensi untuk
mencegah atau
menurunkan resiko

Sentuhan dapat
meningkatkan
rangsangan
nyeri.

Tehnik relaksasi
dapat
mengurangi
rangsangan
nyeri.

Untuk
membantu
mengetahui
derajat
ketidaknyamana
n dan
keefektifan
analgesic
sehingga
memudahkan
dalam memberi
tindakan.

Analgesik
membantu
memblok nyeri.

Menurunkan
jumlah bakteri
pada tangan,
mencegah

Kaji nyeri,
catat lokasi,
karakteristik
dan intensitas
nyeri (skala 010).

Kolaborasi :

Rasional

Berikan
analgetik
sesuai dengan
program
medis.

Gunakan atau
tunjukkan
teknik yang
tepat untuk

infeksi.Tupan :
meningkatkan
penyembuhan luka
tepat waktu, bebas
drainase purulen,
eritema dan demam

membersihkan
mata dari
dalam ke luar
dengan tisuue
basah aau bola
kapas untuk
tiap usapan,
ganti balutan.

Diskusikan
pentingnya
mencuci
tangan
sebelum
menyentuh
atau
mengobati
mata.

Tekankan
pentingnya
tidak
menyentuh
atau
menggaruk
mata yang di
operasi

Ciptakan
lingkungan
ruangan yang
bersih dan
bebas dari
kontaminasi
dunia luar

Teknik aseptic
menurunkan
risiko
penyebaran
bakteri atau
kontaminasi
silang

kontaminasi
area.

Mencegah
kontaminasi dan
kerusakan sisi
operasi

Mengurangi
kontaminasi dan
paparan pasien
terhadap pasien
terhadap agen
infektious

G. Pathway
Usia > 40 th
DM
Kortikosteroid jangka panjang
Miopia
Trauma mata

Obstruksi jaringan
Trabekuler

peningkatan tekanan
Vitreus

Hambatan pengaliran
Cairan humor aqueous
Nyeri

TIO meningkat

pergerakan iris kedepan

Glaukoma

TIO Meningkat

Gangguan saraf optik

tindakan operasi

Perubahan penglihatan perifer


Trabekulectomy
Nyeri
Resikocedera
infeksi

resiko

angguan persepsi sensori penglihatan


Anxietas
interpretasi salah

Kurangnya
pengetahuan

Resiko cedera

. Diagnosa Keperawatan
Pre operasi
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan peningkatan TIO
2. Penurunan persepsi sensori visual / penglihatan berhubungan dengan serabut saraf oleh
karena peningkatan TIO.
3. Cemas berhubungan dengan :
a. Penurunan ketajaman penglihatan
b. Kurang pengetahuan tentang prosedur pembedahan
Post operasi
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan post tuberkulectomi iriodektomi.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan luka insisi operasi.
C.

Analisa Data
No
Data Fokus
1

Ds :
Mengatakan mata
tegang. Nyeri hebat,
lebih sakit untuk
melihat.

Penyebab/ Etiologi
Obtruksi jaringan
trabekuler

Hambatan pengaliran
aqueus humor

TIO meningkat

Masalah
keperawatan
Gangguan rasa
nyaman nyeri
berhubungan dengan
meningkatan TIO

Do :
Meringis, menangis
menahan nyeri.
Sering memegangi
mata.
2

Ds:
Menyatakan
penglihatan kabur,
tidak jelas, penurunan
area penglihatan.

Nyeri

TIO meningkat

Gangguan saraf optik

Perubahan penglihatan

Penurunan persepsi
sensori
visual/penglihatan
berhubungan dengan
serabut saraf oleh
karena peningkatan
TIO

perifer
Do:
Pemeriksaan lapang
pandang menurun.
Penurunan
kemampuan
identifikasi lingkungan
(benda, orang, tempat
3

Ds:
Mengatakan takut
dioperasi
Sering menanyakan
tentang operasi

Gangguan persepsi
sensori penglihatan

TIO meningkat

Gangguan saraf optik

Cemas berhubungan
dengan penurunan
penglihatan/ kurang
pengetahuan tentang
prosedur
pembedahan

Perubahan penglihatan
Do:
Perubahan tanda vital
peningkatan nadi,
tekanan darah,
frekuensi pernapasan
Tampak gelisah, wajah
murung, sering
melamun
4

Ds:
Mengatakan
nyeri/tegang.
Do: Gelisah,
kecenderungan

perifer

Cemas

Peningkatan tekanan

Gangguan rasa

vitreus

nyaman (nyeri)

berhubungan dengan

Pergerakan iris kedepan

post tuberkulectomi

TIO meningkat

iriodektomi.

memegang daerah
mata.

Tindakan operasi

trabekulectomy

Nyeri

Ds:
Keinginan untuk
memegang mata
Menyatakan nyeri
sangat

TIO meningkat

Resiko infeksi
berhubungan dengan

Tindakan operasi

luka insisi operasi.

trabekulectomy

Do: - Perilaku tidak


terkontrol
- Kecenderungan

Resiko infeksi

memegang darah
operasi

D.

Intervensi
No
1

Diagnosa
Keperawatan
Gangguan rasa
nyaman
(nyeri)
berhubungan
dengan
peningkatan
TIO

Tujuan Dan
Kriteria Hasil
Tujuan :
a.
Nyeri hilang atau
berkurang dalam

Intervensi
Kaji tingkat
nyeri.

Rasional
a. Memudahkan
tingkat nyeri untuk
intervensi
selanjutnya.

waktu 1x24 jam.


Kriteria hasil:

b.

Pantau derajat
nyeri mata setiap b. Untuk
Klien dapat
30 mentit selama
mengidentifikasi
mengidentifikasi
masa akut.
kemajuan atau
penyebab nyeri.
penyimpanan dari
Klien
hasil yang
menyebutkan
c. Siapkan pasien diharapkan.
faktor-faktor yang untuk
dapat
pembedahan
meningkatkan
sesuai peranan. c. Setelah TIO pada
nyeri.
glaukoma sudut
Klien mampu
terbuka,
melakukan
pembedahan harus
tindakan untuk
segera dilakukan

mengurangi nyeri. d.

Penurunan
persepsi

Tujuan:
Peningkatan

Pertahankan tirai secara permanent


baring ketat pada
menghilangkan
posisi semi fowler. blok pupil.

e.

Berikan
d. Pada tekanan mata
lingkungan gelap sudut ditingkatkan
dan terang.
bila sudut datar.

f.

Berikan
analgesic yang e. stress dan sinar
diresepkan peran
menimbulkan TIO
dan evaluasi
yang mencetuskan
efektifitasnya
nyeri.

f. untuk mengontrol
nyeri, nyeri berat
menentukan
menuvervalasava,
menimbulkan TIO.
a. Kaji dan catat a. Menentukan
ketajaman
kemampuan visual.
penglihatan

sensori visual / persepsi sensori


b. Kaji tingkat
deskripsi
b.
berhubungan
dalam waktu 1 x
fugnsional
terhadap
dengan serabut 24 jam
penglihatan dan
saraf oleh
kriteria hasil :
perwatan
penglihatan

dapat berkurang

klien dapat
c.
meneteskan
obat
peningkatan
mata dengan benar
tekanan intra Kooperatif dalam
tindakan
okuler.
Menyadari
hilangnya
d.
pengelihatan
secara permanen
Tidak terjadi
penurunan visus
e.
lebih lanjut
karena

Memberikan
keakuratan
terhadap
penglihatan dan
perawatan.

Sesuaikan
lingkungan
dengan
kemampuan
penglihatan.

c. Meningkatkan self
care dan
mengurangi
ketergantungan.
Kaji jumlah dan
tipe rangsangan
yang dapat
d. Meningkatkan
diterima Klien. rangsangan pada
waktu kemampuan
Observasi TTV. penglihatabn
menurun.

f. Kolaborasi
dengan tim
medis dalam
pemberian

e. Mengetahui kondisi
dan perkembangan
klien secara dini.
f. Untuk
mempercepat

terapi.

proses
penyembuhan
Cemas
Tujuan :
a.
Hati-hatia. Jika klien belum
Cemas klien dapat penyampaian
siap akan
berhubungan
berkurang
dlam
hilangnya
menambah
dengan
waktu 1 x 24 jam
penglihtan
kecemasan.
penurunan
Kriteria Hasil :
secara
penglihatan,
permanen.
Berkurangnya
kurang
perasaan gugup
pengetahuan Posisi tubuh rileks
b. Mengekspresikan
tentang
Mengungkapkan b. Berikan
kesempatan
perasaan membantu
pembedahan
pemahaman
klien
Klien
tentang rencana
mengekspresika
mengidentifikasi
tindakan
n tentang
sumber cemas.
kondisinya.

c. Pertahankan
kondisi yang
rileks.

c. Rileks dapat
menurunkan cemas.

d. Observasi TTV. d. Untuk mengetahui


TTV dan perkembangannya.
e. Siapkan bel
e.
ditempat tidur
dan instruksi
Klien
memberikan
tanda bila
mohon bantuan
f. Kolaborasi
dengan tim
medis dalam
pemberian
terapi

Gangguan rasa Nyeri berkurang, a. Kaji derajat


nyeri setiap
nyaman
hilang, dan
hari.
(nyeri)
terkontrol.
Kriteria hasil :
berhubungan
Klien

Dengan
memberikan
perhatian akan
menambah
kepercayaan klien.

f. Diharapkan dapat
mempercepat
proses
penyembuhan

a. Normalnya, nyeri
terjadi dalam waktu
kurang dari 5 hari
setelah operasi dan
berangsur
menghilang. Nyeri

dengan post

mendemonstrasikan teknik
tuberkulectom
penurunan nyeri
i iriodektomi. Klien melaporkan
nyeri berkurang
atau hilang.

dapat meningkat
sebab peningkatan
TIO 2-3 hari pasca
operasi. Nyeri
mendadak
menunjukan
peningkatan TIO
masif.

b. Meningkatkan
kolaborasi ,
memberikan rasa
aman untuk
b. Anjurkan untuk
peningkatan
melaporkan
dukungan
perkembangan
psikologis.
nyeri setiap hari
atau segera saat
terjadi
peningkatan
nyeri
mendadak.
c. Beberapa kegiatan
klien dapat
c. Anjurkan pada
meningkatkan nyeri
klien untuk
seperti gerakan
tidak
tiba-tiba,
melakukan
membungkuk,
gerakan tibamengucek mata,
tiba yang dapat
batuk, dan
memicu nyeri.
mengejan.
d. Mengurangi
ketegangan,
d. Ajarkan teknik
mengurangi nyeri.
distraksi dan
relaksasi.
e. Mengurangi nyeri
dengan
e. Lakukan
meningkatan
tindakan
ambang nyeri.
kolaboratif
dalam
pemberian
analgesik
topikal/
sistemik.

Resiko infeksi
berhubungan
dengan luka
insisi operasi

Tujuan :
Tidak terjadi
cedera mata
pascaoperasi
Kriteria Hasil :
Klien
menyebutkan
faktor yang
menyebabkan
cedera.
Klien tidak
melakukan
aktivitas yang
meningkatkan
resiko cedera

a. Diskusikan
tentang rasa
sakit,
pembatasan
aktifitas dan
pembalutan
mata.

a. Meningkatkan
kerjasama dan
pembatasan yang
diperlukan.

b. Tempatkan
b. Istirahat mutlak
klien pada
diberikan 12-24
tempat tidur
jam pasca operasi.
yang lebih
rendah dan
anjurkan untuk
membatasi
pergerakan
mendadak/ tibatiba serta
menggerakkan
kepala berlebih.
c. Bantu aktifitas
selama fase
c.
istirahat.
Ambulasi
dilakukan
d.
dengan hatihati.
d. Ajarkan klien
untuk
menghindari
tindakan yang
dapat
menyebabkan
cedera.

Mencegah/
menurunkan risiko
komplikasi cedera.
Tindakan yang
dapat
meningkatkan TIO
dan menimbulkan
kerusakan struktur
mata pasca operasi
antara lain:
Mengejan
( valsalva
maneuver)
Menggerakan
kepala mendadak
Membungkuk
terlalu lama
Batuk

e. Berbagai kondisi
seperti luka
menonjol, bilik
e. Amati kondisi
mata depan
mata : luka
menonjol, nyeri
menonjol, bilik
mendadak,
mata depan
hiperemia, serta
menonjol, nyeri

mendadak,
hipopion mungkin
nyeri yang tidak menunjukan cedera
berkurang
mata pasca operasi.
dengan
pengobatan,
mual dan
muntah.
Dilakukan
setiap 6 jam
asca operasi
atau seperlunya.

Retinoblastoma

1. Ansietas adalah suatu keresahan, perasaan ketidaknyamanan yang tidak mudah atau dread
yang disertai dengan respons autonomis ; sumbernya seringkali tidak spesifik atau tidak
diketahui oleh individu ; perasaan khawatir yang disebabkan oleh antisipasi terhadap
bahaya.ini merupakan tanda bahya yang memperingatkan bahaya yang akan terjadi dan
memampukan individu untuk membuat pengukuran untuk mengatasi ancaman.

Tujuan : ansietas berkurang/terkontrol.


Kriteria hasil :
- klien mampu merencanakan strategi koping untuk situasi-situasi yang membuat stress.
- klien mampu mempertahankan penampilan peran.
- klien melaporkan tidak ada gangguan persepsi sensori.
- klien melaporkan tidak ada manifestasi kecemasan secara fisik.
- tidak ada manifestasi perilaku akibat kecemasan.
INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI

1. Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien.


R : memudahkan intervensi.

2. Kaji mekanisme koping yang digunakan pasien untuk mengatasi ansietas di masa lalu.
R : mempertahankan mekanisme koping adaftif, meningkatkan kemampuan
mengontrol ansietas.
3. Lakukan pendekatan dan berikan motivasi kepada pasien untuk mengungkapkan pikiran dan
perasaan.
R : pendekatan dan motivasi membantu pasien untuk mengeksternalisasikan
kecemasan yang dirasakan.
4. Motivasi pasien untuk memfokuskan diri pada realita yang ada saat ini, harapa-harapan yang
positif terhadap terapy yang di jalani.
R : alat untuk mengidentifikasi mekanisme koping yang dibutuhkan untuk mengurangi
kecemasan.
5. Berikan penguatan yang positif untuk meneruskan aktivitas sehari-hari meskipun dalam
keadaan cemas.
R : menciptakan rasa percaya dalam diri pasien bahwa dirinya mampu mengatasi masalahnya
dan memberi keyakinan pada diri sendri yang dibuktikan dengan pengakuan orang lain atas
kemampuannya.
6. Anjurkan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi.
R : menciptakan perasaan yang tenang dan nyaman.
7. Sediakan informasi factual (nyata dan benar) kepada pasien dan keluarga menyangkut
diagnosis, perawatan dan prognosis.
R : meningkatkan pengetahuan, mengurangi kecemasan.
8. Kolaborasi pemberian obat anti ansietas.
R : mengurangi ansietas sesuai kebutuhan.

2. Gangguan citra tubuh adalah konfusi pada gaambaran mental dari fisik seseorang.

Tujuan : pasien memiliki persepsi yang positif terhadap penampilan dan fungsi tubuh.
Kriteria hasil :
- pasien melaporkan kepuasan terhadap penampilan dan fungsi tubuh.
- memiliki keinginan untuk menyentuh bagian tubuh yang mengalami gangguan.
- menggambarkan perubahan actual pada fungsi tubuh.
INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI

1. Kaji dan dokumentasikan respons verbal dan non verbal pasien tentang tubuhnya.
R : factor yang mengidentifikasikan adanya gangguan persepsi pada citra tubuh.
2. Kaji harapan pasien tentang gambaran tubuh.
R : mungkin realita saat ini berbeda dengan yang diharapkan pasien sehingga pasien tidak
menyukai keadaan fisiknya.
3. Dengarkan pasien dan keluarga secara aktif, dan akui realitas adanya perhatian terhadap
perawatan, kemajuan dan prognosis.
R : meningkatkan perasaan berarti, memudahkan saran koping, mengurangi kecemasan.
4. Berikan perawatan dengan cara yang tidak menghakimi, jaga privasi dan martabat pasien.
R : menciptakan suasana saling percaya, meningkatkan harga diri dan perasaan berarti dalam
diri pasien.

3. Koping individu, ketidakefektifan adalah ketidakmampuan membuat penilaian yang tepat


terhadap stressor, pilihan respons untuk bertindak secara tidak adekuat, dan atau
ketidakmampuan untuk menggunakan sumber yang tersedia.

Tujuan : pasien menunjukkan koping yang efektif.


Kriteria hasil :
- pasien akan menunjukkan minat terhadap aktivitas untuk mengisi waktu luang.
- mengidentifikasikan kekuatan personal yang dapat mengembangkan koping yang efektif.
- menimbang serta memilih diantara alternative dan konsekuensinya.
- berpartisipasi dalam aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS).
INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI

1. Kaji pandangan pasien terhadap kondisinya dan kesesuaiannya dengan pandangan pemberi
pelayanan kesehatan.
R : mengidentifikasi persepsi pasien terhadap kondisinya.
2. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan.
R : menghindari ketakutan dan menciptakan hubungan saling percaya, memudahkan
intervensi
3. Anjurkan pasien untuk mengidentifikasi gambaran perubahan peran yang realitas.
R : memberikan arahan pada persepsi pasien tentang kondisi nyata yang ada saat ini.

4. Bantu pasien dalam mengidentifikasi respons positif dari orang lain.


R : meningkatkan perasaan berarti, memberikan penguatan yang positif.
5. Libatkan sumber-sumber yang ada di rumah sakit dalam memberikan dukungan emosional
untuk pasien dan keluarga.
R : menciptakan suasana saling percaya, perasaan berarti, dan mengurangi kecemasan.

4. Proses keluarga, perubahan adalah suatu perubahan dalam hubungan dan/atau fungsi
keluarga.

Tujuan : pasien dan keluarga memahami perubahan perubahan dalam peran keluarga.
Kriteria hasil :
- pasien/keluarga mampu mengidentifikasi koping.
- paien/keluarga berpartisipasi dalam proses membuat keputusan berhubungan dengan
perawatan setelah rawat inap.
INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI
1. Kaji interaksi antara pasien dan keluarga.
R : mengidentifikasi masalah, memudahkan intervensi.
2. Bantu keluarga dalam mengidentifikasi perilaku yang mungkin menghambat pengobatan.
R : mempengaruhi pilihan intervensi.
3. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang tambahan ketrampilan koping yang digunakan.
R : membantu keluarga dalam memilih mekanisme koping adaptif yang tepat .
4. Dukung kesempatan untuk mendapatkan pengalaman masa anak-anak yang normal pada
anak yang berpenyakit kronis atau tidak mampu.
R : memudahkan keluarga dalam menciptakan/memelihara fungsi anggota keluarga.

5. Ketakutan adalah ansietas yang disebabkan oleh sesuatu yang dikenali secara sadar dan
bahaya nyata dan dipersepsikan sebagai bahaya yang nyata.

Tujuan : pasien akan memperlihatkan pengendalian ketakutan.


Kriteria hasil :
- mencari informasi untuk menurunkan ketakutan.
- menggunakan teknik relaksasi untuk menurnkan ketakutan.

- mempertahankan penampilan peran dan hubungan social.


INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI
1. Kaji respons takut subjektif dan objektif pasien.
R : mengidentifikasi masalah, memudahkan intervensi.
2. Berikan penguatan positif bila pasien mendemonstrasikan perilaku yang dapat menurunkan
atau mengurangi takut.
R : mempertahankan perilaku koping yang efektif.
3. Lakukan pendekatan dan berikan motivasi kepada pasien untuk mengungkapkan pikiran dan
perasaan.
R : pendekatan dan motivasi membantu pasien untuk mengeksternalisasikan kecemasan yang
dirasakan.
4. Motivasi pasien untuk memfokuskan diri pada realita yang ada saat ini, harapan-harapan
yang positif terhadap terapy yang di jalani.
R : alat untuk mengidentifikasi mekanisme koping yang dibutuhkan untuk mengurangi
kecemasan.

6. Mobilitas fisik, hambatan adalah suatu keterbatasan dalam kemandirian, pergerakkan fisik
yang bermanfaat dari tubuh atau satu ekstremitas atau lebih.
Tujuan : pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal.
Kriteria hasil :
- penampilan yang seimbang..
- melakukan pergerakkan dan perpindahan.
- mempertahankan mobilitas optimal yang dapat di toleransi, dengan karakteristik :

a.
b.
c.
d.
e.

0 = mandiri penuh
1 = memerlukan alat Bantu.
2 = memerlukan bantuan dari orang lain untuk bantuan, pengawasan, dan pengajaran.
3 =membutuhkan bantuan dari orang lain dan alat Bantu.
4 =ketergantungan; tidak berpartisipasi dalam aktivitas.

INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI


1. Kaji kebutuhan akan pelayanan kesehatan dan kebutuhan akan peralatan.
R : mengidentifikasi masalah, memudahkan intervensi.

2. Tentukan tingkat motivasi pasien dalam melakukan aktivitas.


R : mempengaruhi penilaian terhadap kemampuan aktivitas apakah karena ketidakmampuan
ataukah ketidakmauan.
3. Ajarkan dan pantau pasien dalam hal penggunaan alat bantu.
R : menilai batasan kemampuan aktivitas optimal.
4. Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif dan pasif.
R : mempertahankan /meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot.
5. Kolaborasi dengan ahli terapi fisik atau okupasi.
R : sebagai suaatu sumber untuk mengembangkan perencanaan dan
mempertahankan/meningkatkan mobilitas pasien.

You might also like