You are on page 1of 1

Zona alterasi berikutnya yaitu argilik lanjut yang dicirikan oleh kehadiran silika

dan mineral lempung yang cukup masif . Batuan induk (host rock) alterasi ini
yaitu lava dasit dan sebagian lava andesit. Kenampakan singkapan alterasi
argilik lanjut di lapangan yaitu batuan berwarna abu - putih kecoklatan,
berkomposisi silika dan mineral lempung yang lebih masif yang diketahui dari
tergoresnya batuan ketika digerus dengan paku. Pada batuan seringkali
dijumpai stockwork berupa sulfida dan urat kuarsa yang berukuran panjang 5
25 cm dengan lebar 0.5 2 cm. Terdapat pula kehadiran mineral sulfur, enargit
yang berwarna kehitaman, mineral lempung jarosit yang berwarna oranye,
alunit yang berwarna putih susu, dan hematit yang cukup segar.
Selanjutnya yaitu alterasi argilik terbentuk pada kisaran temperatur 150-200C
dengan kondisi pH berkisar 3-5. Batuan teralterasi argilik umumnya berwarna
putih kecoklatan dengan komposisi penyusun mineral yang relatif lunak. Warna
putih menunjukkan kehadiran mineral lempung, biasanya kaolin, sedangkan
warna kecoklatan menandakan intensitas proses pelapukan pada alterasi
tersebut. Mineral sulfida seperti pirit telah banyak teroksidasi menjadi hematit
yang berwarna kuning kecoklatan. Urat dengan panjang mulai dari 10 cm
hingga 3 m, dan dengan ketebalan 2 mm 10 cm, umumnya memiliki orientasi
berarah timurlaut baratdaya. Batuan asal yang mengalami alterasi argilik ini
adalah lava dasit dan lava andesit.
Zona alterasi propilitik merupakan zona terluar dari setiap sistem alterasi
hidrotermal. Alterasi propilitik dicirikan oleh melimpahnya kehadiran klorit dan
epidot. Alterasi propilitik terbentuk pada temperatur 100-250 C dengan
salinitas yang beragam, pH mendekati netral dan terbentuk pada daerah
dengan permeabilitas yang rendah. Batuan induk teralterasi propilitik pada
daerah penelitian adalah lava andesit yang dicirikan dengan tekstur faneritik
hingga faneroporfiritik, memiliki fenokris berukuran 0.5 5 mm, massa dasar <
0.03-0.1mm, holokristalin, tersusun atas hornblenda, piroksen, sedikit kuarsa,
epidot, klorit dan mineral opak. Pengamatan mineral bijih pada beberapa
sampel menunjukan kehadiran pirit, hematit, magnetit dan sedikit galena.
Berdasarkan beberapa analisa paragenesa mineral logam, baik berdasarkan
suhu pembentukan dan bentuk kontak antar mineral, dapat diketahui
bagaimana urutan pembentukan seluruh mineral logam dan kisaran suhu
pembentukan mineralisasi pada daerah penelitian. Urutan mineralisasi bila
diurutkan dari yang pertama terbentuk hingga yang paling akhir yaitu :
magnetit (Fe2O3) enargit (CuAsS) kalkopirit (CuFeS2) galena (PbS) - pirit
(FeS2) emas (Au) digenit (Cu9S5) hematit (Fe2O3).
Waktu : 31 Mei 2015 9 Juni 2015
Lokasi : Desa Kebon Sari, Kecamatan Borobudur, Jawa Tengah.
Peralatan pengambilan data:
Digital Voltmeter
Elektroda Porouspot
Kabel capit buaya
Meteran
Cangkul
Cairan Copper Sulphate ( CuSO4)

You might also like