Professional Documents
Culture Documents
Biasanya, ketika iodium diberikan secara profilaksis pada area dengan defisiensi
iodium, beberapa kasus hipertiroidisme atau Jod-Basedow thyrotoxicosis dapat
muncul. Hal tersebut cenderung terjadi pada individ dengan nodul tiroid yang
autonom atau overreaktif. Hipertiroidisme ini biasanya ringan dan dapat
diobati.
Badan Pengawas Makanan dan Nutris U.S menolerir batas asupan iodium untuk
dewa >19 th dan wanita hamil dan menyusui sampai 1100 g/ hari. Batas
asupan untuk anak-anak dan remaja juga diberikan pada IOM (2002).
Indeks status iodium
Metode biokimia yang paling banyak digunakan di seluruh dunia untuk menilai
status iodium adalah dengan menentukan ekskresi iodium pada spesimen urin
24 jam atau urin acak; metode ini dijelaskan dibawah. Pengukuran TSH pada
serum digunakan sebagai skrining untuk mendeteksi hipotiroidisme kongenital
pada neonatus. Apakah hal itu dapat dilakukan untuk menilai status iodium
masih kurang jelas. Beberapa peneliti mengklaim bahwa konsentrasi serum
thyroglobullin merupakan penanda iodium yang sensitif. Kadar T4 dan T3 juga
seringkali digunakan, walaupun tidak terlalu sensitif, secara umum hanya turun
dibawah batas normal ketika defisiensi iodium sangat berat.
Metode untuk menilai volume kelenjar tiroid juga dijelaskan di bawah. penentuan
fungsi kognitif pada anak-anak seringkali digunakan sebagai sebuah pengukur
fungsional noninvasif dari status iodium. Beberapa mikronutrien lainnya (mis
zink, folat dan vit B12) mempengaruhi fungsi kognitif juga, jadi tes ini tidak
begitu spesifik dan paling sering berguna dalam uji intervensi iodium doubleblind placebo-controlled.
25.1.1 Ukuran tiroid dengan palpasi leher
Pada defisiensi iodium, kelenjar tiroid yang terletak di depan laring dan di atas
trakea membesar. Pembesaran tiroid ini dikenal sebagai goiter, dan merupakan
kondisi klinis yang paling bisa dilihat dari keadaan defisiensi iodium. Oleh karena
kelenjar tiroid yang sudah membesar tidak bisa kembali ke ukuran normal
setelah berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun setelah koreksi defisiensi
iodium, maka prevalensi goiter menunjukkan status iodium populasi yang dahulu
daripada yang sekarang (Dalenge et al, 2001)
Goiter biasanya terjadi ketika asupan diet iodium <50 g/hari, kecuali kalau
terdapat pula goitrogen pada diet. Goitrogen bisa menyebabkan pembesaran
tiroid lebih dari yang diduga berdasarkan asupan iodium saja. Goiter
menunjukkan sebuah usaha dari kelenjar tiroid untuk kompensasi dari kurangnya
produksi hormon tiroid, diinduksi oleh defisiensi iodium. Dengan turunnya
produksi dari tiroid, kadar T4 turun, yang memicu peningkatan pada sekresi TSH
oleh pituitari. Yang menyebabkan meningkatnya ambilan iodida oleh tiroid,
dengan ditingkatkannya pergantian dari iodium yang berhubungan dengan
hiperplasia dari sel-sel folikel tiroid. Sebagai hasilnya, tiroid membesar.
Awalnya, kelenjar tiroid membesar secara menyebar dan simetris, namun ketika
keparahan defisiensi meningkat dan penderita bertambah tua, kelenjar itu akan
membesar dan terbentuk nodul yang dapat dipalpasi. Pada beberapa kondisi,
pembesaran tiroid dapat menyebabkan gejala obstruksi dengan tertekannya
esofagus dan trakea.
Metode tradisional untuk mengukur ukuran tiroid adalah menggunakan palpasi
leher. Beberapa studi telah membandingkan penggunaan dari palpasi leher
dengan ultrasound (seksi 25.1.2) untuk memperkirakan prevalensi dari goiter.
Hasil-hasil yang didapat menunjukkan bahwa pada area dengan GAKI ringan
dimana prevalensi goiter yang bisa dilihat adalah kecil, sensitivitas dan
spesifisitas dari palpasi hasilnya buruk, menghasilkan misklasifikasi dalam
jumlah besar (yaitu 40%) (Vitri et al, 1994; WHO/ UNICEF/ ICCIDD, 1994).
Bagaimanapun, pada area dengan GAKI sedang dan berat palpasi goiter
menggunakan kriteria WHO/UNICEF/ICCIDD (1994) (tabel 25.2) secara umum
menunjukkan estimasi yang cukup akurat dari prevalensi goiter, khususnya
untuk anak usia 6-12 tahun dan wanita hamil dan menyusui.
Terdapat beberapa bukti bahwa volume tiroid bervariasi sesuai jenis kelamin.
Beberapa penelitian (Delange et al, 1997; Foo et al, 1999) tapi tidak semua (Vitti
et al, 1994; Xu et al, 1999; Heas dan Zimmerman, 2000) menunjukkan bahwa
perempuan memiliki volume tiroid yang lebih besar daripada laki-laki.
Kriteria interpretasi
Klasifikasi goiter yang disederhanakan berdasarkan tiga tingkatan telah
dikembangkan oleh WHO/UNICEF/ICCIDDD (1994) dan telah ditulis ulang pada
tabel 25.2. Palpasi leher cocok khususnya untuk anak-anak usia 6-12 th dan
wanita hamil dan menyusui, tapi tidak direkomendasikan untuk bayi dan anakanak yang lebih muda yang mempunyai tiroid yang kecil. Volume tiroid
meningkat seiring waktu, dan mencapai puncak pada usia 15 th.
Estimasi dari goiter grade 1 menggunakan palpasi leher hasilnya sangat tidak
akurat, seperti telah ditulis sebelumnya. Lebih jauh lagi, spesifisitas dan
sensivisitas dari palpasi untuk grade 0 dan 1 hasilnya rendah karena besarnya
variasi antara pemeriksa. Karenanya, selalu disarankan menggunakan
ultrasounografi dan kadar ekskresi iodium urin (seksi 25.1.3) untuk
mengkonfirmasi goiter tingkat rendah .
Tabel 25.3 menunjukkan kriteria epidemiologi yang diatur oleh
WHO/UNICEF/ICCIDD (1994) untuk menilai keparahan dari GAKI berdasarkan
prevalensi dari goiter pada anak-anak usia sekolah. Rasio Goiter Total (RGT)/
Total Goiter Rate (TGR) merepresentasikan jumlah antara rasio goiter grade 1
dan grade 2.
Pengukuran dengan palpasi leher
Inspeksi yang diikuti oleh palpasi leher merupakan metode konvensional untuk
mengukur ukuran kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid dipertimbangkan mengalami
goiter bila setiap lobus lateral mempunyai volume lebih dari ujung jari jempol
dari subyek yang diperiksa. Pada goiter grade 1, lobus tiroid lebih besar dari
ujung jempol dan dapat dipalpasi tapi tidak dapat terlihat ketika leher dalam
posisi normal. Pada goiter grade 2, tiroid membesar dan terlihat ketika leher
dalam posisi normal (WHO/UNICEF/ICCIDDD, 1994)
Palpasi leher mudah dan murah untuk dilakukan dan hanya membutuhkan biaya
untuk pemeriksanya saja. Personil dapat dilatih secara mudah untuk tekniknya,
pada banyak kondisi, palpasi mungkin lebih bisa diterima dan lebih bisa
dilakukan daripada USG tiroid, yang dijelaskan dibawah (Foo et al, 1999;
Zimmerman et al, 2001)
25.1.2 Volume tiroid dengan ultrasonografi
Ultrasonografi mengukur volume tiroid (Tvol) lebih presisi dan obyektif daripada
inspeksi dan palpasi pada leher, khususnya jika goiter yang dapat terlihat
berukuran kecil (grade 1). Metode ini menggunakan frekuensi suara pada
rentang megahertz, diatas frekuensi suara yang dapat didengar. Impuls suara
diaplikasikan pada leher oleh alat yang bisa digenggam yang mentransmitkan
sinyal dan sekaligus menerima refleksinya. Ultrasound mempenetrasi permukaan
kulit dan melewati jaringan dibawahnya dengan porsi tertentu yang direfleksikan
kembali. Jaringan yang mengandung isi yang berbeda densitas akustiknya
mengeluarkan dense echoes. Transmisi suara dari transducer ke kulit difasilitasi
oleh gel transmisi water-solluble, yang diaplikasikan pada daerah yang diukur.
WHO/UNICEF/ICCIDD (1997) menyarankan penggunaan metode ini pada anak
usia 8-10 th. Metode ini aman, non invasif dan bisa dilaksananakan dengan
mudah bahkan di daerah terpencil karena ketersediaan peralatan ultrasound
yang portabel. Alat usg terbaru memang membutuhkan listrik, namun dapat
dioperasikan dengan aki mobil. Operator USG yang terlatih harus digunakan
ketika melakukan pengukuran volume tiroid, karena bentuk ireguler dari kelenjar
tiroid.
Kriteria interpretasi
Untuk menginterpretasi usg secara benar untuk menilai prevalensi goiter,
kriteria referensi yang valid dari populasi yang cukup iodium (asupan iodium
rata-rata >150 g/hari dan median iodium pada urin acak >100 g/L)
dibutuhkan.
Pada tahun 2004, laporan WHO dari Nutrition for Health and Development Iodine
Deficiency Study Group menerangkan bahwa nilai normatif ntuk volume tiroid
pada anak-anak usia 6-12 th berdasarkan data yang diperoleh dari 3529 anakanak dengan cukup iodium dari subpopulasi spesifik di Amerika, Eropa tengah,
Mediterania timur, Afrika dan Pasifik barat. Dua pemeriksa melakukan semua
USG menggunakan teknik yang telah valid.
Nilai referensi median dan batas atas (persentil 97) dari volume tiroid
berdasarkan usia dan luas permukaan tubuh (Body Surface Area/BSA) ini
diberikan pada Tabel 25.4 (Zimmerman et al, 2004). Pada usian >8th dan
dengan BSA >1.0 m2, anak perempuan mempunyai median dan persentil 97
yang lebih tinggi secara signifikan untuk volume tiroid dibandingkan anak lakilaki (p<0,001, ANOVA). Penulis mencatat perbedaan kecil namun signifikan pada
median volume tiroid diantara daerah-daerah yang diteliti namun
mempertimbangkan hal tersebut menjadi modest relative to the population dan
merupakan variabel pengukuran dan that a single site-independent set of
references was justified. Nilai referensi baru harus digunakan in preference to
data referensi yang lama dari WHO/UNICEF/ICCIDD (1997) dan Zimmerman et al
( 2001).
Seorang anak didefinisikan mempunyai goiter apabila volume tiroid yang spesifik
dengan jenis kelaminnya, diekspresikan dalam fungsi usia atau BSA lebih dari
persentil 97 yang ditunjukkan pada tabel 25.4. Data volume tiroid diberikan
sebagai fungsi BSA karena pada negara dimana terdapat prevalensi tinggi
retardasi pertumbuhan, berat badan anak-anak lebih rendah dan tinggi
badannya juga lebih rendah daripada referensi anak-anak yang berusia sama.
Data tersebut juga berguna jika usia anak-anak tersebut tidak jelas.
Luas permukaan tubuh (BSA) (m2) dapat dihitung dengan menggunakan formula
sbb:
W0,425 x H0,725 x 0,007184
Dimana W sama dengan berat badan dalam kg dan H adalah tinggi badan dalam
cm
Sampai sekarang tidak terdapat nilai referensi internasional untuk dewasa.
Pengukuran volume tiroid dengan ultrasonografi
Semua pengukuran volume tiroid harus dilakukan oleh operator yang terlatih
yang telah berpartisipasi dalam latihan kalibrasi dengan sebuah tim terlatih,
prior to any survey. Untuk pengukuran Tvol pada anak-anak usia kurang dari 6 th,
sebuah tranducer 7,5 MHz digunakan untuk memperoleh resolusi yang cukup,
sedangkan untuk anak usia lebih tua, transducer 5 MHz sudah cukup. The latter
results in resolution of slightly < 1cm. Pengukuran T vol dapat dilakukan pada anak
dengan posisi berbaring dengan leher yang hiperekstensi atau ketika subyek
duduk pada kursi dengan sandaran lurus dengan leher yang ekstensi
(Zimmerman et al, 2004)
Seorang operator berpengalaman dapat melakukan sampai 200 pemeriksaan
volume tiroid per hari. Program pelatihan tersedia secara internasional.
Sayangnya, pada prakteknya, pengukuran volume tiroid dengan USG seringnya
tidak terstandarisasi secara baik, karena tidak adanya kriteria standar yang ada
untuk pengukuran atau perhitungan volume tiroid. Sebagai hasilnya, WHO
sekarang sedang mengembangkan sebuah standar kriteria.
Sebuah diagram dari kelenjar tiroid menunjukkan dua lobus yang memanjang
terhubung melalui garis tengah isthmus yang ditunjukkan pada gambar 25.2.
sebuah gambar tiga dimensi ditunjukkan untuk sebuah lobus untuk
mengilustrasikan bahwa setiap lobus kira-kira berbentuk ellips. Karenanya,
volume lobus dapat diperkirakan dengan menghitung panjang dari tiga aksis (a,
b, c) sebagai :
Vlobus = a x b x c x 0,479
Dengan catatan bahwa isthmus tidak selalu diukur karena dapat berukuran
sangat kecil, khususnya pada anak-anak. Pada beberapa kasus volumenya
diperkirakan 5% dari volume dua lobus :
Visthmus = 0,05 x (Vlobus kanan + Vlobus kiri)
Untuk menghitung volume tiroid, volume-volume diatas dijumlah :
Vtiroid = Vlobus kanan - Vlobus kiri + Visthmus
Ultrasonografi sering digunakan pada survei skala besar di Eropa, Amerika
Selatan, dan Australia, dengan penggunaan dari laboratorium mobile van-based.
Karena volume tiroid bukan merupakan indikator dari status iodium terkini, maka
usg maupun palpasi leher tidak bisa digunakan untuk memonitor efektivitas dari
program garam beriodium; butuh waktu yang relatif lama untuk tiroid agar
volumenya kembali normal setelah pengembalian kadar iodium yang tersedia.
Sehingga, iodium urin lebih sesuai dan didiskusikan dibawah.
25.1.3 Ekskresi iodium urin
Ekskresi urin harian iodium merefleksikan asupan iodin sebelumnya karena
hanya sebagian kecil yang dikeluarkan lewat feses. Bahkan, hampir 90% iodium
yang diambil oleh tubuh dikeluarkan lewat urin (Nath et al, 1992). Karenanya,
dengan memperkirakan median volume urin 24 jam sekitar 0,0009 L/jam/kg dan
bioavailabilitas rata-rata iodium dalam diet 92%, maka asupan iodium harian
dapat dihitung dari iodium urin dengan cara sbb :
Iintake = (0,0009 x 24/0,92) x Wt X Ui
=0,0235 x Wt x Ui
Dimana Wt merupakan Berat badan dalam kg dan Ui adalah iodium urin dalam
g/L. Detailnya diberikan pada IOM (2002)
Para peneliti lain mengasumsikan urin volume 24 jam sebanyak 1,5 L dan ratarata bioavailabilitas iodium 90% (Zimmerman dan Delange, 2004)
Iodium urin telah digunakan sebagai indeks status nutrisi iodium pada banyak
survey nutrisi skala besar untuk penilaian defisiensi dan kelebihan iodium.
Spesimen urin 24 jam lebih disarankan tapi tidak selalu dilakukan dalam survey
lapangan.
Beberapa studi telah memeriksa validitas dari ekskresi iodium urin 24 jam
sebagai alat ukur status nutrisi iodium pada kadar individu dan populasi.
Thomson et al. (2001) mencatat korelasi signifikan antara pengukuran dari
ekskresi iodium urin berdasar dua sampel urin 24 jam setiap orang dan volume
tiroid dan thyroglobullin tetapi tidak dengan T4 atau TSH, mengkonfirmasi
penggunaannya pada tingkat individu pada studi ini yang dilakukan pada orang
dewasa di Selandia baru. Hasil yang sama diperoleh ketika subyek (n=233)
dimasukkan dalam 3 grup (<60, 60-90, >90 g/hari iodium), seperti ditunjukkan
pada tabel 25.5
Pada prakteknya di lapangan, tidak selalu dapat melakukan pengumpulan urin
selama 24 jam, khususnya untuk anak-anak. Kerjasama dan kemauan subyek
dibutuhkan untuk memastikan koleksi urin komplit selama 24 jam (seksi 15.1.2).
sebagai alternatifnya, spesimen pagi setelah puasa atau spesimen acak sering
dipakai untuk estimasi pada populasi. Thomson et al (1996) melaporkan nilai
median yang identik untuk konsentrasi iodium urin pada dewasa (n=189)
berdasarkan sampel urine puasa (bagian dari urin 24 jam) dan koleksi urin 24
jam.
Sebagai tambahan, telah diamati korelasi signifikan antara ekskresi iodium
berdasarkan pada sampel urin puasa (diekspresikan sebagai mol/L) dan sampel
urin 24 jam (diekspresikan sebagai mol/hari). Lebih lagi, proporsi subyek yang
diklasifikasikan sebagai defisiensi iodium ringan, sedang dan berat jumlahnya
hampir sama, mengkonfirmasi penggunaan sampel urin puasa, setidaknya pada
tingkat populasi pada studi ini. Kontrasnya, Rasmussen et al, (1999) telah
melaporkan bahwaekskresi iodium urin berdasarkan urin puasa lebih rendah
secara signifikan daripada hasil yang dihitung menggunakan konsentrasi urin 24
jam aktual.
Beberapa studi juga mempelajari waktu paling tepat untuk koleksi sampel urin
acak, karena ekskresi iodium urin menunjukkan variasi diurnal nilai paling
rendah terjadi saat pagi hari, dengan puncak nilai terjadi 4-5 jam setelah makan
dan variasi hari-ke-hari (sirkadian) (Als et al, 2000). Bagaimanapun, tidak ada
konsensus yang telah dicapai dan penggunaan konsentrasi iodium urin
berdasarkan pada sampel acak melawan spesimen pagi setelah puasa untuk
menilai status gizi iodium pada sebuah populasi masih secara panas didebatkan
(Soldin, 2002). Bahkan, Soldin (2002) menekankan bahwa penggunaan
konsentrasi iodium urin dari sampel urin acak mungkin tidak memberi estimasi
tepat dari proporsi populasi dengan median konsentrasi iodium urin <50 g/L.
Beberapa peneliti menganjurkan tambahan pengukuran kreatinin pada sampel
iodium urin acak, agar dapat melakukan pengaturan faktor-faktor yang
mempengaruhi konsentrasi iodium (Knudsen et al, 2000), dengan
memperkirakan bahwa ekskresi kreatinin harian bernilai konstan pada individu
tersebut (seksi 15.1.12). bagaimanapun, nilai kreatinin bervariasi sesuai usia dan
laki-laki dan 110-129 g/L untuk perempuan, dan menunjukkan bahwa asupan
diet iodium sudah adekuat.
Pengukuran iodium urin
Untuk pengukuran iodium urin, suatu perawatan harus dilakukan untuk
menghindari sumber adventitious kontaminasi. Spesimen urin dikumpulkan pada
tabung polyethilene, tertutup rapat dengan penutup yang berulir. Sampel tidak
memerlukan tambahan preservatif atau disimpan dalam pendingin selama
koleksi dan transpor ke laboratorium. Sampel dapat disimpan dalam lemari
pendingin untuk beberapa bulan sampai dilakukan analisis, asal sampel tertutup
rapat untuk menghindari evaporasi. Sampel urin beku dapat disimpan
indefinitely.
Beberapa metode dapat dilakukan untuk mengukur iodium urin, beberapa
mengguk nakan peralatan otomatis yang memungkinkan analisis dalam jumlah
besar (Dunn et al, 1993). Secara umum, metode-metode ini mempunyai batas
deteksi yang rendah, dan dapat digunakan untuk mengukur konsentrasi iodium
sampai serendah 5-20 g/L, dengan variasi koefisien (CV) analisis <10%.
WHO/UNICEF/ICCIDD (1994) menjelaskan metode simpel yang cocok untuk
analisis iodium urin pada survey epidemiologis, dimana mempunyai biaya sekitar
0,5 1 US$ perspesimen, termasuk biaya buruh; 150 spesimen dapat diproses
setiap hari menggunakan metode ini.
Banyak metode yang berdasarkan reaksi asam klorida pada bahan organik diikuti
penentuan iodium memakai reaksi Sandell dan Kolthoff. Pada reaksi ini iodium
mengkatalisasi reduksi dari ceric amonium sulfat(warna kuning) menjadi bentuk
cerous (tidak berwarna) menggunakan asam arsenik; extinction diukur dengan
spektrofotometer pada 405 nm (Aumont dan Tressol, 1986). Material referensi
yang tersertifikasi harus digunakan untuk mengkontrol akurasi dari metode
analisis yang digunakan. Material-material tersebut tersedia di Seronorm (Sero
AS, Asker, Norwegia)
Sebuah metode manual iodium urin acid digestion yang simpel, tidak mahal
telah dikembangkan dan performanya dibandingkan dengan lima metode lain
pada laboratorium yang berbeda. Metode ini menggunakan digestion asam
klorida ringan pada temperatur yang lebih rendah dan dalam waktu yang lebih
singkat untuk menghancurkan substansi yang mengacaukan pemeriksaan,
seperti thiocyanate dan materi-materi organik, menghilangkan kebutuhan akan
perchloric acid fume hood. Setelah digestion, kandungan iodium urin kemudian
diukur dengan menggunakan reaksi Sandell-Kolthoff. Korelasi yang tinggi
diperoleh antara nilai iodium urin yang dianalisis menggunakan metode baru
yang simpel pada laboratorium yang berpartisipasi, bahkan untuk spesimen
dengan nilai iodium urin rendah (May et al, 1997).
Metode kualitatif yang menunjukkan informasi defisiensi atau kelebihan iodium
saja juga telah dikembangkan untuk pemeriksaan iodium urin. Beberapa tersedia
pada darah atau 40-50 mU/L pada serum direkomendasikan sebagai cutoff untuk
skrining hipotiroidisme kongenital.
Seringkali pemeriksaan TSH pada bayi baru lahir digunakan sebagai indikator
untuk menilai prevalensi dari GAKI pada studi epidemiologis (gambar 25.4). pada
kasus tersebut, kadar TSH mungkin akan meningkat secara ringan dan
WHO/UNICEF/ICCIDD (1994) menyarankan poin cutoff >5 mU/L untuk TSH darah
pada neonatus. Berdasarkan nilai cutoff ini WHO telah menentukan estimasi
prevalensi untuk masing-masing keparahan pada GAKI, mengindikasikan
masalah kesehatan masyarakat ringan (3-19,9%), sedang (20,0-39,9%) atau
berat (> 40%).
Beberapa peneliti telah mencatat bahwa kriteria WHO/UNICEF/ICCIDD (1994)
harus diaplikasikan dengan hati-hati pada populasi dimana cairan iodium dipakai
selama prosedur medis sebelum melahirkan (Copeland et al, 2002; Oltarzewski
dan Szymborski, 2003). Copeland et al (2002) mencatat bahwa kesesuaian nilai
cutoff >5 mU/L untuk monoclonal TSH kit komersil masih belum jelas. Terdapat
pula beberapa bukti bahwa cutoff yang berbedamungkin dibutuhkan untuk
sampel darah tali pusar dan sampel darah dari tumit (Copeland et al, 2002)
Pengukuran TSH
Spesimen darah dari tali pusar atau dari tumit dapat dikoleksi ke dalam kartu
kertas saring (Grade 903; Schelicher dan Schuel) untuk pemeriksaan. Detail dari
prosedur standar untuk pengumpulan dan penyimpanan dari spesimen darah
dari tumit/ heel-prick (dan jari/finger-prick) ke dalam kertas saring dirangkum
dalam Mei et al (2001). Dengan catatan bahwa darah yang kering dapat
disimpan dalam suhu -20oC untuk beberapa minggu atau tahun, provided
rekomendasiprosedur ini digunakan. Sebagai alternatif, serum dari sampel tumit
dapat digunakan.
Metode uji yang direkomendasikan untuk TSH adalah enzyme-linked
imunosorbent assay (ELISA) menggunakan antibodi monoklonal. Uji TSH
monoklonal ini tidak menunjukkan reaksi silang yang dialami ketika
menggunakan uji TSH poliklonal yang lebih dulu (Sullivan et al, 1997), uji ini juga
punya sensitivitas yang tinggi (<2 mU/L), memungkinkan penentuan GAKI
ringan-sedang yang berhubungan dengan kadar TSH darah <20 mU/L. Lebih
jauh, reagennya mempunyai masa shelf hidup panjang (6 bulan) (Miyai et al,
1981). Spesimen dengan kontrol kualitas internal maupun eksternal harus
digunakan. Program Penjamin Kualitas Skrining Bayi baru Lahir, yang
dioperasikan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for
Disease Control and Pervention/ CDC) Amerika Serikat, mendistribusikan
material dengan kontrol kualitas untuk pengukuran TSH (dan tiroksin) (Mei et al,
2001).
25.1.5 Serum Thyroglobullin
Thyroglobullin pada serum diuji secara umum melalui sebuah metode sandwich
fluoroimmunometric menggunakan teknologi plate mikro dengan commercial
kits. Sebuah 2-site immunoassay lebih disukai karena mempunyai reaktivitas
silang yang rendah dan meningkatkan spesifisitas dibandingkan dengan 1-site
assays (Torrens dan Burch, 2001)
Uji darah kering (dried blood spot assays) sekarang tersedia juga untuk penilaian
thyroglobullin dan menggunakan adaptasi dari teknik sandwich
fluoroimmunometric (Baumann dan Wood 1985; Zimmerman et al, 2003b).
Untuk uji tersebut, darah dari jari, tumit atau daun telinga dapat ditutul
(diameter 3mm) pada kertas saring (grade 903; Schleicher dan Schuell),
dikeringkan pada udara bebas dengan posisi horizontal selama 24 jam dan
kemudian disimpan pada suhu -20o C menggunakan prosedur yang
direkomendasikan oleh Mei et al (2001).
Missler et al (1994) menunjukkan bahwa spesimen darah dapat disimpan pada
temperatur ambient tanpa adanya penurunan imunoreaktivitas selama periode
28 hari, pada temperatur antara -5o C dan +45o C, dan kelembaban relatif antara
<10% dan >90%.