You are on page 1of 3

MANFAAT BELAJAR AKSARA ULU

Oleh: Centiha Larasati (13420050)


Sejarah Kebudayaan Isalam (SKI-B)
Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang
Sumatera selatan merupakan salah satu daerah di Indonesia yang secara potensi memiliki
kekayaan budaya sejak zaman sriwijaya, ketika daerah ini menjadi pusat pemerintahan,
perdagangan, pendidikan dan kebudayaan di nusantara.
Sungai merupakan salah satu faktor salah satu alam yang berpengaruh pada pembentukan
karakter kebudayaan sumatera selatan. Sumatera selatan meilii 9 buah sungai besar dan ratusan
anak sungai. Sungai menjadi bagian penting dalam proses produksi gagasan/konsep, perilaku dan
aktivitas, serta benda-benda budaya yang dihasilkan sehingga dalam komsep kebudayaannya
dikenalnya istilah Batagarisembilan.
Palembang sebagai salah satu kota tertua di Indonesia mempunyai sejarah gemilang di masa
lampau (akib, 1978), salah satu bukti kegemilangannya Palembang dapat dilihat pada prasasti
dan naskah-naskahnya.
Aksra tencong alah istilah yang mula-mula digunakan oleh para peneliti Belanda untuk
merunjuk pada aksaea surat ulu yang digunakan di kawasan ulu (pegunungan) sumatera,
khususnya di kerinci (jambi), bengkulu, sumtera selatan dan lampung. Bersama aksara-aksra
daerah lain di sumtera, surat ulu merupakan turunan dari aksara pallawa. Pada masa lalu surat
uku yang dituliskan pada bambu, tanduk kerbau, dan kulit kayu.
Ulu diletakkan pada naskah-naskah ini dikarenakan tradisi tulisnya dahulu berkembang
didaerah pemukiman di hulu-hulu sungai atau disebut daerag ulu. Dengan demikian prosuk
tukisannya disebut surat ulu arau serat ulu. Seperti telah dinyatakan aksara ka-ga-nga pada
bambu ditulis dengan teknik gores. Dengan demikian memberikan gambarab bagiaman akasara
ditulis dengan urutan-urutan yang sudah menjadi konvensi.
Dari data naskah yang berhasil dihimpun dalam survey di lapangan, diketahaui bahwa
naskah Palembang yang ditulis dengan aksara ulu (Ka Ga Nga) yaitu naskah ulu koleksi
1

Museum Balaputra Dewa ini terdiri atas gelumpai, kulit pohon halim, kertas,khakasm dan
tanduk.
Bedasarakan pengamatanm saya mendapat kesan bahwa naskah-naskah Palembang
hingga kini masih tersebar di kalangan masyarakat. Naskah-naskah tersebut tak pelak lago akan
segera mengalami kerusakan atau bahkan kehancurannya jika tidak segera diselamatkan. Hal ini
terjadi karena masyarakat pemilik naskah tidak tahu dan tidak mengerti bagaimana cara yang
benar merawat naskah kuno yang berada dalam tangan mereka.
Bahwa masyarakat Palembang dan sekitar sumatera lainnya sudah ridak mengenal aksara
daerah mereka sendiri, sehingga naskah-naskah kuno yang dirulis dengan huruf ulu atau Ka Ga
Nga sudah tidak ada lagi yang mampu membacanya.
Masyarakat Sumatera selatan telah memiliki budaya tulis yang tinggi jauh sebelum
kerajaan sriwijaya. Kini budaya tulis yang diwujudkan dalam sistem aksara tersebut di ambang
punah.
Jika usaha penyelamatan naskah naskah kuno tersebut tidak segera dilakukan
pembelajara huruf ulu ini, Dengan demikian manfaat belajar aksara ulu dapat melestarikan dan
terjaganya warisan sejarah seperti naskah kuno, dan dapat m mengetahui mengenai isi surat ulu
yang beriskani tentang beraneka ragam mulai silsilah keluarga, mantra-mantra, pengobatan, tuah
untuk ayam sebelum disabungm ramalan tentang nasib dan sifat manusia dan lain-lain,
Karakter melayu-jawa-islam, dalam teks naskah aksara dapat mengetahui adanya
gambaran menarik dan unik mengenai pertukaran kebudayaan sehubungan dengan
pengembangan peradaban, khususnya mengenai kehidupan intektual, di wilayah sumatera
selatan. Naksah ulu ini memberikan gambaran pembauran kebudayaan lokal/melayu-jawa-islam
dan memberikan indikasi kuat adanya pengaruh kekuasaan superstruktur terhadap kehidupan
intektual dan perubahan di sumatera selatan.
Keberadaan menuskrip ini juga tidak langsung memberikan gambaran adanya kehidupan
diasporasi jawa di wilayah penggunaan aksara kaganga., segaligus ,member dugaan kuat tentang
gambaran masa lalu terhadap pembentukan karakter kebudayaan sumatera selatan yang bercorak
melayu-jawa-islam.
2

Aksara ulu sebagai identitas budaya yang mana wilayah sebagian aksara ulu meliputi
sumtera bagian selatan, Bengkulu, lampung, Bangka Belitung, wilayah administrasi ini
memungkinkan kebijakan dalam bidang kebudayaan yang relatif sama. Dalam kaitannya dengan
budaya seluruh suku bangsa yang menggunakan aksara ulu memiliki budaya relatif sama,
walaupun secara teknis penulisan dan bentuk aksara pada setiap daerah memiliki variasi
penulisan sendiri, dengan begitu dengan aksara ulu ini dapat di jadikan sebagai identitas budaya
dalam setiap daerah-daerahnya.
Daftar Pustaka
Ahmad_Rapanie_paper.pdf diakses 04-05-2015 pada pukul 19.45
Naskahulupalembang.pdf diakses 04-05-2015 pada pukul 1950
http://kompas.com/kompas-cetak/0708/...ok/3763565.htm

You might also like