You are on page 1of 10

MODUL PEMBANGUNAN KERANGKA DASAR HORIZONTAL (KDH)

A. PEMBUATAN KERANGKA
Titik-titik kerangka untuk pembuatan kerangka dasar horizontal dibuat sedemikian
rupa sehingga sudut-sudut dalam yang terbentuk tidak sama dengan 180 o. Hal ini
bertujuan untuk memudahkan pembedaan sudut yang didapatkan, apakah itu sudut
dalam atau sudut luar.
B. SPEK TEKNIS PENGUKURAN
1. Melakukan pengukuran untuk salah indeks di awal dan di akhir untuk setiap harinya.
2. Pengukuran sudut dalam keadaan teropong biasa dan luar biasa
3. Selisih antara B dan LB 20
C. TEKNIS PENGUKURAN
1. Alat yang diperlukan :
Alat
ETS
Reflektor
Statif
Baterai cadangan
Formulir
pengukuran
Sketsa kerangka
dasar

Jumlah
(unit)
1
2
3
1

2. Dirikan alat seperti sketsa dibawah ini :

1 pada titik 2, lakukan centering dan leveling :


Dirikan ETS
-

Buat statif kira-kira mendatar dan berada dia atas paku/pin dari patok
Letakan ETS pada statif
Dekatkan tanda lingkarang pada alat dengan titik pada patok dengan cara
menggeserkan statif
Jika sudah mendekati, antara tanda lingkaran dan titik pada patok, putar kiap
untuk menghimpitkannya
Nivo kotak center-kan dengan cara naik-turun statif secara halus
Nivo tabung center-kan dengan memutar kiap
o 2 kiap sejajar alat
o Putar 90o alat terhadap 2 kiap sejajar pertama, putar kiap ketiga
o (jika belum center, maka ulang dari 2 kiap sejajar lagi lalu putar 90 o lagi)
Putar ke sembarang arah untuk mengecek apakah gelembung pada nivo tabung
sudah di tengah

Nivo tabung, nivo kotak sudah center, cek antara titik pada patok dan tanda
lingkarang di alat apakah masih berhimpit atau tidak, jika tidak, longgarkan alat
lalu geser (lakukan translasi)

3. Dirikan reflector di titik 1 dan 3, lakukan centering dan leveling pada reflektor
4. Lakukan pengukuran salah indeks, bidik suatu objek yang jaraknya jauh sehingga
terlihat hanya titik, baca dalam kondisi teropong biasa dan luar biasa
5. Lakukan bidikan terhadap simpul benang pada reflector untuk mendapatkan nilai
sudut vertical dan jarak (SD) serta bidik tanda pada reflector untuk mendapatkan
nilai sudut horizontal
6. Bidik titik 1 dalam keadaan biasa, catat bacaan SD, vertical, dan horizontal
7. Bidik titik 3 dalam keadaan biasa, catat bacaan SD, vertical, dan horizontal
8. Bidik titik 3 dalam keadaan luar biasa, catat bacaan SD , vertical dan horizontal
9. Bidik titik 1 dalam keadaan luar biasa, catat bacaan SD , vertical dan horizontal
10. Jika ketika diputar kondisi luar biasa nivo tabung bergeser, maka atur dengan
memutar kiap lagi
11. Cek toleransi sudut dalam hasil bacaan biasa (Biasa ) dan sudut dalam hasil bacaan
luar biasa
(Luar Biasa): Biasa Luar Biasa 20
Jika tidak memenuhi toleransi, maka lakukan pengukuran ulang
12. Pindahkan ETS dengan cara :
Lepas ETS dari kunci tribragh, biarkan statif tetap berada di tempatnya. Lepas reflector
yang ada di titik 1 (statif tetap berada di tempat) sehingga tidak diperlukan centering
dan pemasangan statif seperti di awal. Sedangkan statif pada titik 3, pindahkan statif
dengan reflektornya ke titik selanjutnya, sebut saja itu titik 4 sesuai dengan rencana
pengukuran
13. Lakukan pengukuran seperti langkah diatas hingga semua titik terselesaikan dan
telah sesuai dengan toleransi sudutnya
14. Lakukan pengukuran untuk salah indeks di akhir pengukuran

Sudut Simpul
Untuk sudut yang berada di simpul antar seksi pengkuran, pengukuran sudut sudut
simpul tersebut dilakukan dengan alat (ETS dan reflektor) yang sama dan dilakukan
oleh setiap kelompok yang terkait dalam waktu yang bersamaan.
Contohnya: Perhatikan gambar dibwah ini! Sudut simpul yang akan diukur adalah
sudut simpul anatara seksi 1, 2 dan 3 yang diukur oleh kelompok 1, 2, dan 3. Maka
sudut simpul tersebut diukur dengan 1 alat ETS yang sama dan reflektor yang di
letakkan pada titik kerangka yang ada pada seksi 1, 2, dan 3. Kemudian, lakukan
pembacaan sudut biasa dan luar biasa untuk mendapatkan sudut dalam (a,b,c)
dilakukan oleh setiap kelompok. Sehingga nantinya akan terdapat 3 data sudut dalam
() a, 3 data sudut dalam () b , dan 3 data sudut dalam () c, yang berarti akan
terdapat 3 data sudut simpul. Setiap sudut simpul yang didapatkan harus menenuhi
toleransi (a+b+c = 3600 10). Hasil pengukuran sudut simpul dari setiap
kelompok ini dirata-ratakan untuk mendapatkan sudut simpul rata-rata.

D. PENGISIAN FORMULIR DATA UKURAN


1. Pengisian formulir harus menggunakan pulpen
2. Tulisan tidak terlalu besar (masih ada space kosong, sehingga bisa dipakai untuk
menulis ketika terjadi kesalahn pembacaan/penulisan), tidak terlalu kecil, dan jelas
untuk dibaca
3. Kesalahan dalam penulisan, hanya boleh dicoret sekali (360o menjadi 359o 20 31)
4. Penulisan sudut hingga detik (359o 20 31.02 dituliskan 359o 20 31)
5. Penulisan jarak hingga ketelitian mm (3 angka dibelakang koma)
6. Isi secara lengkap bagian identitas
7. Jika ada medan yang sulit dan pengukuran tidak yakin, berilah tanda berupa
keterangan pada tempat tersebut
8. Membuat sketsa kerangka untuk memudahkan analisis data (cek hasil sudut luar
atau sudut dalam)
E. PENGOLAHAN DATA KERANGKA DASAR HORIZONTAL

Perhitungan Sudut Dalam (setiap hari)

1. Masukan data pengukuran dari formulir pengukuran kedalam excel


2. Hitung salah ideks dengan rumus :
Salah indeks:
Untuk Sudut Zenit

s .i .=

( Z B +Z LB ) 360
2

Untuk Sudut Miring

s .i .=

( mLB mB )
2

3. Lakukan pada setiap bacaan sudut vertical dengan salah indeks


S

V =V s .i .
Salah indeks yang digunakan adalah salah indeks yang telah dirata-ratakan, salah
indeks awal dan akhir
4. Hitung sudut dalam () dengan bacaan sudut yang telah dikoreksi dengan salah
indeks dan jarak horizontal (HD)
5. Jarak horizontal yang dipakai adalah HD rata-rata dari kondisi teropong biasa dan luar
biasa.

NB: Salah kolimasi tidah perlu dihitung jika pembacaan sudut dilakukan dalam
keadaan biasa dan luar biasa.
F. PENAMAAN TITIK KERANGKA DASAR
Terdiri dari 3-4 digit angka KXX, dimana K (1-2) merupakan kelompok dan XX adalah
urutan titik kerangka dasar. Contoh untuk kelompok 2 dengan urutan titik ke-15 = 215,
kelompok 1 titik ke-01 = 101, dst.

G. KESELAMATAN UNTUK PENGUKURAN KDH

ALAT
Jika terjadi gerimis ataupun hujan :
-

alat ETS segera di payungi dan dipasangkan sarung pembungkus alat yang ada
pada box. Setelah dipasangkan, pindahkan dan simpan ETS pada box.
Refelektor juga dipindahkkan ke dalam box. Namun prioritas utama adalah ETS,
karena reflekor tidak akan rusak jika terkena air, sedangkan ETS akan sangat
sensiitif karena adanya komponen elektronik pada ETS.

Ketika memindahkan alat, jika medan


-

licin, lumpur, terjal, alat (ETS dan reflektor) disimpan kembali ke dalam box nya
untuk menghindari jatuhnya alat.
Jika medan di rasa aman untuk berjalan dan jarak perpindahan tidak terlalu jauh,
maka alat ETS dan reflektor boleh dibawa tanpa box. Jika ETS terpasang dengan
statif, maka ETS dibawa di pundak dalam posisi miring untuk menjaga prisma
alat tetap dalam kondisi yang baik.

DATA
- Lakukan pemotretan formulir pencatatan data pengukuran setelah selesai
melakukan pengukuran sebagai data back up jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan
- Simpan formulir pengukuram dalam map yang waterproof.

PERHATIAN TEKNIS
1. Pengukuran dan pembacaan data untuk KDH (centering, pmbacaan sudut dan jarak)
dilakukan oleh satu orang saja. Hal ini ditujukan untuk menghasilkan data yang
konsisten sehingga nantinya akan mendapatkan hasil pengkuran yang akurat dan
presisi.
2. Pencatatan data dilakukan oleh satu orang saja untuk menjaga keakuratan data.
3. Setelah data dicatat, pengukur diminta mengulangi kembali untuk menyebutkan data
bacaan pengukuran. Hal ini ditujukan untuk menghindari terjadinya kesalahan
pembacaan dan pencatatan data hasil pengukuran.
4. Pengukuran sudut simpul dilakukan dengan alat yang sama dan dilakukan oleh
kelompok yang terkait dengan seksi yang membentuk simpul dalam waktu

pengukuran yang sama. Sehingga, kelompok-kelompok yang terkait membuat jadwal


tertentu untuk melakukan pengukuran sudut simpul bersama-sama. Hal ini ditujukan
untuk menghasilkan data yang akurat dan presisi.
5. Jika pengukuran KDH dan KDV dilakukan bersamaan, maka kemungkinan akan
terdapat kekurangan statif tempat berdiri reflektor. Reflektor ini nantinya bisa diganti
dengan benang berunting-unting yang dipasang pada kaki tiga.

MODUL PEMBANGUNAN KERANGKA DASAR VERTIKAL (KDV)


A. PERSIAPAN
1. Pengecekan kelengkapan alat
ETS 1 buah
Statif 1 buah
Reflektor
Formulir pengukuran
Papan jalan dan alat tulis 1 set
Payung
2. Dasar penggunaan alat
Penempatan Alat
o Dirikan rambu ukur pada dua titik yang akan diukur beda tingginya.
o Letakkan alat sipat datar di antara titik rambu didirikan.
o Tempatkan pada tempat yang relatif stabil
o Tempat alat tidak harus pada garis lurus atau sejajar dari kedua rambu.
o Tempatkan sedemikian rupa, dengan kira-kira jarak ke rambu belakang
dan depan sama.

Pendataran Alat (levelling)


o Setelah alat sipat datar didirikan, atur menggunakan statif terlebih
dahulu untuk menempatkan gelembung nivo mendekati lingkaran
tengah.
o Gunakan bantuan kiap untuk menempatkan gelembung nivo tepat pada
lingkaran tengah.
Pembacaan Rambu
o Pastikan nilai orde desimeter (dm) pada pembidikan, yaitu nilai yang
ditunjukan dengan angka
o Tentukan nilai orde centimeter (cm), dengan melihat posisi benang
tengah pada kotak merah ke berapa.
o Tentukan nilai orde millimeter (mm), dengan memperkirakan posisi
benang.
o Ulangi untuk pembacaan benang atas dan bawah.

3. Pemeriksaan Kesalahan Garis Bidik

Sebelum dan sesudah melakukan pengukuran, diharuskan melakukan


pemeriksaan kesalahan garis bidik. Prosedurnya sebagai berikut:

Dirikan dua rambu saling berjauhan pada tempat yang relatif stabil.
Untuk stand pertama, dirikan alat sipat datar dekat dengan rambu 1.
Bidik kedua rambu, catat bacaan benang tengah, benang atas, dan benang
bawah.
Pindahkan alat sipat datar untuk stand kedua, dirikan dekat dengan rambu 2.
Bidik lagi kedua rambu, dan catat bacaan benang tengah, benang atas, serta
benang bawah.
Dari hasil pengukuran, gunakan rumus berikut untuk mencari nilai kesalahan
garis bidik:Rumus Kesalahan Garis Bidik :

c=
kesalahan garis bidik
(mm/m)
b1 = benang tengah rambu belakang stand I (mm)
m1 = benang tengah rambu muka stand I (mm)
b2 = benang tengah rambu belakang stand II (mm)
m2 = benang tengah rambu muka stand II (mm)
db = jarak optis ke rambu belakang pada stand I (m)
dm = jarak optis ke rambu muka pada stand I (m)
db = jarak optis ke rambu belakang pada stand II (m)
dm = jarak optis ke rambu muka pada stand II (m)

Gambar 1. Posisi Stand 1 pada pengecekan kesalahan garis bidik

Gambar 2. Posisi Stand 2 pada pengecekan kesalahan garis

A. SKETSA PENGUKURAN

Gambar 3. Sketsa Pengukuran


B. PROSEDUR PENGUKURAN
Setelah melakukan penempatan dan pendataran (levelling) alat, ikuti langkahlangkah berikut:

Bidik rambu belakang, kemudian catat benang tengah, benang atas, dan benang
bawah dalam satu kali pembidikan.
Bidik rambu depan, kemudian lakukan pencatatan sama seperti sebelumnya.
Lakukan double stand, dengan cara sedikit memindahkan posisi alat sipat datar
dan lakukan levelling kembali.

Bidik rambu belAkang dan belakang, dan cukup catat benang tengah saja. 4
langkah di atas dilakukan pada setiap slag.
Pindahkan semua alat ke posisi pengukuran slag berikutnya. Untuk alat rambu
ukur, gunakan sistem rambu loncat.
Ulangi langkah 1 s.d. 5.

C. KETENTUAN TEKNIS PENGUKURAN

Jarak minimal dari alat sipat datar ke rambu minimal 2,5 m.


Bacaan skala rambu tidak melebihi angka/nilai 2,5 m.
Pada setiap pengukuran dan pembacaan ketiga benang diafragma (BA, BT, BB)
toleransi kontrol bacaan harus memenuhi :
|(+)|
BT = Bacaan Benang Tengah
BA = Bacaan Benang Atas
BB = Bacaan Benang Bawah
Pengukuran beda tinggi pada stand 1 dan stand 2, toleransi perbedaan yang
diperbolehkan harus memenuhi :
| |
BT = Beda tinggi yang diperoleh dari pengukuran stand 1
BT = Beda tinggi yang diperoleh dari pengukuran stand 2
Pengukuran dilakukan dengan pergi-pulang pada satu hari yang sama, dan
toleransi yang diperbolehkan untuk perbedaan ketinggian antara pengukuran
pergi dan pengukuran pulang harus memenuhi:
=
d = Jarak pergi atau pulang pengukuran

MODUL PENGUKURAN TITIK DETAIL


A. KELENGKAPAN ALAT
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

ETS 1 unit
Statif 2 unit
Reflektor untuk statif 1 unit
Jalon dengan reflektor 1 unit
Pita ukur 1unit
Formulir pengukuran
Payung

B. PROSEDUR PENGUKURAN

1. Penempatan Alat
Centring statif dengan ETS pada titik kerangka pada daerah yang ingin
dilakukan pengukuran situasi
Centring statif dengan reflektor pada titik kerangka lain yang terlihat oleh ETS
Ukur tinggi alat ETS dan reflektor pada statif
Posisikan jalon dengan reflektor pada titik yang ingin diukur
Bidik reflektor pada statif, kemudia set 0 pada ets
Bidik reflektor pada jalon yang berada pada titik yang ingin diukur
Perlu diperhatikan tinggi reflektor pada jalon bisa langsung didapat dengan melihat
Pastikan pemegang jalon centring dengan melihat nivo kotak
C. PENANGANAN ALAT
Penggunaan alat-alat untuk sifat datar tidak berbeda dengan alat pada pengukuran
horizontal.
1. Tidak menduduki kotak tempat alat.
2. Pastikan ETS dan reflektor tidak terkena panas karena dapat mempengaruhi
lensanya dan prismanya.
3. Jika ingin berpindah ada baiknya reflektor dan ETS disimpan dalam kotak dengan
rapi.
4. Perhatikan reflektor pada jalon, pastikan prismanya tidak lecet pada saat
pengukuran. Simpan reflektornya pada saat perpindahan yang jauh.

5. Jika prisma pada reflektor terkena air, bersihkan dengan kain yang tidak
menggores prismanya.

You might also like