Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Padi (Oryza sativa L),merupakan salah satu tanaman budidaya terpenting dalam
peradaban.Budidaya padi
Beberapa kegiatan atau perlakuan dan pengolahan pasca panen dikatakan sangat perlu
dilakukan secara lebih hati-hati, misalnya dalam pengeringan,penyortiran, dan pengolahan
hasil ( menghilangkan kulit atau bagian-bagian yang dapat merusak mutu, pemisahan hasil
yang
baik
dengan
yang
rusak),
penyiapan
hasil
agar
mudah
digunakan
dan
endosperm juga mengandung protein dalam jumlah cukup banyak, serta selulosa, mineral dan
vitamin dalam jumlah kecil. Sekam merupakan 15-30% bagian gabah. Fungsi sekam antara
lain melindungi kariopsis dari kerusakan, serangan serangga dan serangan kapang. Sekam
terdiri dari palea dan lemma. Struktur palea/lemma yaitu epidermis luar, sklerenimia
(mengandung lignin), parenkimia, dan epidermis dalam. Kariopsis terdiri dari kulit luar dan
endospem. Kulit luar terdiri dari perikarp (10m), seed coat (0.5m), nucellus (2.5m), dan
aleuron (5.0m). Sedangkan endosperm terdiri dari sub aleuron, pati dan terdapat rongga
udara pada beras pera sehingga mudah patah waktu digiling(winarno ,1987).
dari 7 mm), panjang (6-7 mm), sedang (5.0-5.9 mm), dan pendek (kurang dari 5 mm).
Sedangkan berdasarkan bentuknya (perbandingan antara panjang dan lebar), beras dapat
dibagi menjadi empat tipe, yaitu : lonjong (lebih dari 3), sedang (s.4-3.0), agak bulat (2.02.39) dan bulat (kurang dari 2).
Tinggi rendahnya mutu beras tergantung kepada beberapa factor, yaitu spesies dan
varietas, kondisi lingkungan, waktu pertumbuhan, waktu dan cara pemanenan, metode
pengeringan, dan cara penyimpanan. Persyaratan mutu beras yang ditetapkan oleh Bulog
(1983) dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
6. Penyosohan
Alatnya adalah mesin penyosoh (rice polisher), mesin I (penyosohan I), mesin II
(penyosohan II), alat terdiri dari batu penyosoh (batu amaril) dan lempengan karet, karena
ada gesekan antara beras dengan batu, lempengan karet, dan antara sesama beras maka beras
akan tersosoh; bahannya adalah beras pecah kulit; sehingga dihasilkan beras sosoh, dedak
(mesin sosoh I),bekatul (mesin sosoh II); dedak dan bekatul langsung dipisahkan dengan
aspirator.
7. Grading
Alat yang digunakan adalah ayakan beras (honkwl beras); memisahkan beras kepala, beras
patah dan meni. (kulp and ponte, 2000)
Dalam pengertian sehari-hari, yang dimaksud dengan beras adalah gabah yang bagian
kulitnya sudah dibuang dengan cara digiling dan disosoh menggunakan alat pengupas dan
penggiling (huller) serat alat penyosoh (polisher). Gabah yang hanya terkupas bagian
kulit luar (sekam)-nya, disebut beras pecah kulit (brown rice). Sedangkan beras pecah kulit
yang seluruh atau sebagian dari kulit arinya telah dipisahkan dalam proses penyosohan,
disebut beras giling (milled rice). Beras yang biasa dikonsumsi atau dijual di pasar adalah
dalam bentuk beras giling.
Dalam proses penyosohan beras pecah kulit akan diperoleh hasil beras giling, dadak dan
bekatul. Sebagian dari protein, lemak, vitamin dan mineral akan terbawa dalam dadak,
sehingga kadar komponen-komponen tersebut di dalam beras giling menjadi menurun. Beras
giling yang diperoleh berwarna putih karena telah terbebas dari bagian dedaknya yang
berwarna coklat. Bagian dedak padi adalah sekitar 5-7% dari berat beras pecah kulit. Makin
tinggi derajat penyosohan yang dilakukan maka makin putih warna beras giling yang
dihasilkan, tetapi makin miskin beras tersebut akan zat-zat gizi yang bermanfaat bagi tubuh.
(kusuma, 1983)
2.3 Beras
Beras adalah butir padi yang telah dibuang kulit luarnya (sekamnya) yang menjadi
dedak kasar (Sediotama, 1989).Beras adalah gabah yang bagian kulitnya sudah dibuang
dengan cara digiling dan disosoh menggunakan alat pengupas dan penggiling serta alat
penyosoh (Astawan), 2004).
Secara umum mutu beras dapat dikelompokkan ke dalam 4 kategori,yaitu mutu
giling,mutu rasa,mutu tunak,mutu gizi.Mutu beras giling dikatakan baik jika hasil proses
penggilingan diperoleh beras yang utuh lebih banyak dari pada beras yang patah.Mutu giling
ini sangat erat kaitannya dengan nilai ekonomis dari beras.Salah satu kendala dalam prosuksi
beras pecah sewaktu digiling.Hal ini dapat menyebabkan mutu beras menurun
(Ismunadji,1989)
Sifat-sifat fisikokimia beras sangat menentukan mutu tanak dan mutu rasa nasi yang
dihasilkan. Lebih kusus lagi,mutu ditentukan oleh kandungan amilosa, kandungan protein,
dan kandungan lemak. Pengaruh lemak terutama muncul setelah gambar atau beras disimpan.
Kerusakan lemak mengakibat penurunan mutu beras (Haryadi, 2006).
Selain kandungan amilosa dan protein, sifat fisikokimia beras yang berkaitan dengan
mutu beras adalah sifat yang berkaitan dengan perubahan kerena pemanasan dengan air, yaitu
suhu gel tinasi padi, pengembangan volume, penyerapan air, viskositas pasta dan konsistensi
gel pati. Sifat-sifat tersebut tidak berdiri sendiri, melainkan bekerja sama dan saling
berpengaruh menentukan mutu beras, mutu tanak,dan mutu rasa nasi (Haryadi,2006).
Timbangan
2.
ampelas
3.
lesung
4.
panci
5.
tempeh
6.
baskom
3.1.2 Bahan
1. beras :
1)
Beras diamplas
2)
3)
4)
2.
air
SEBELUM DIMASAK
SETELAH DIMASAK
0 Hari
Putih
Tidak Punel
Tidak apek
0 Hari
Putih
Punel
Enak
Tidak apek
14 hari
Putih
Tidak Punel
Tidak apek
14 hari
Putih
Punel
Enak
Tidak apek
Gambar/foto
SETELAH DIMASAK
Kenampakan
0 Hari
Putih
14 hari
Putih
0 Hari
Coklat
14 hari
Coklat
Tekstur
Rasa
Aroma (bauapek)
kecoklatan
Tidak punel
Apek
kecoklatan
Tidak punel
Apek
Kurang punel
Enak
Tidak apek
Kurang punel
Kurang enak
apek
PENGAMATAN
Gambar/foto
BAB 5. PEMBAHASAN
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1
kandungan amilum pada beras dan pengaruhnya pada bau, tekstur, dan warna sebelum
pemasakan dan sesudah pemasakan. Dalam praktikum ini menggunakan 2 sampel beras yaitu
beras yang diampelas / di sosoh dan beras tanpa dissosoh. Tujuan perlakuan ini adalah untuk
mengetahui pengaruh amilum pada beras tersebut. Beras yang tanpa disosoh masih
mengandung amilum dan yang disosoh amilumnya akan berkurang akibat proses penyosohan
tersebut. Sehingga sebelum pemasakan dan sesudah pemasakan hasil dari beras yang disosoh
dan tanpa disosoh akan berbeda . Selain itu beras tersebut juga mengalami perlakuan dalam
hal penyimpanan. Beras yang disosoh dan tanpa disosoh tersebut langsung dimasak pada hari
ke-0 dan beras yang disosoh dan tanpa disosoh dimasak pada hari ke-14 atau 2 minggu
setelah penyosohan. Hal ini dilakukan guna mengamati perubahan amilum baik dari segi
warna , karakteristik dan aroma sehingga dihasikan hasil yang berbeda dengan pengolahan
beras pada hari ke-0. Perbedaan itu bisa diamati dari warna beras, kepunelan beras dan aroma
beras.
5.2 Bahas dan Analisa Data
Beras adalah bagian bulir padi (gabah) yang telah dipisah dari sekam. Sekam (Jawa
merang) secara anatomi disebut 'palea' (bagian yang ditutupi) dan 'lemma' (bagian yang
menutupi). Pada salah satu tahap pemrosesan hasil panen padi, gabah ditumbuk dengan
lesung atau digiling sehingga bagian luarnya (kulit gabah) terlepas dari isinya. Bagian isi
inilah, yang berwarna putih, kemerahan, ungu, atau bahkan hitam, yang disebut beras.
Sebagaimana bulir serealia lain, bagian terbesar beras didominasi oleh pati (sekitar 80-85%).
Beras juga mengandung protein, vitamin (terutama pada bagian aleuron), mineral, dan air.
Pati beras tersusun dari dua polimer karbohidrat:
aleuron, lapis terluar yang sering kali ikut terbuang dalam proses pemisahan kulit,
endosperma, tempat sebagian besar pati dan protein beras berada, dan
embrio, yang merupakan calon tanaman baru (dalam beras tidak dapat tumbuh lagi, kecuali
dengan bantuan teknik kultur jaringan). Dalam bahasa sehari-hari, embrio disebut sebagai
mata beras.
Warna beras yang berbeda-beda diatur secara genetik, akibat perbedaan gen yang
mengatur warna aleuron, warna endospermia, dan komposisi pati pada endospermia.
1.
Beras putih, sesuai namanya, berwarna putih agak transparan karena hanya memiliki sedikit
aleuron, dan kandungan amilosa umumnya sekitar 20%. Beras ini mendominasi pasar beras.
2.
Beras merah, akibat aleuronnya mengandung gen yang memproduksi antosianin yang
merupakan sumber warna merah atau ungu.
3.
Beras hitam, sangat langka, disebabkan aleuron dan endospermia memproduksi antosianin
dengan intensitas tinggi sehingga berwarna ungu pekat mendekati hitam.
4.
Ketan (atau beras ketan), berwarna putih, tidak transparan, seluruh atau hampir seluruh
patinya
merupakan
amilopektin.
Dari kedua
perlakuan praktikum
Beras yang disosoh akan berwrna lebih putih karena kandungan amilum pada beras
berkurang. Dengan berkurangnya kandungan amilosa dan amilopektin tersebut maka setelah
pemasakan beras yang disosoh kurang punel. Dan beras yang tanpa disosoh lebih punel.
Kepunelan beras tersebut karena amilosa dan amilopektin yang terkandung dalam beras
mengalami geletiniasi karena air pada saat pemasakan masuk ke sel beras sehingga beras
menjadi lengket/ punel. Faktor lain dari kepunelan beras yaitu banyak sedikitnya air saat
pemasakan .
b)
Beras yang disimpan selama 2 minggu bewarna lebih coklat dan berbau lebih apek
terutama beras yang tanpa disosoh karena kandungan amilum yang masih terkandung di
dalamnya mengalami kerusaakan .
Dari segi rasa dan aroma , amilum sangat menentukan rasa beras setelah dimasak.
Kandungan amilum pada beras jika dimakan akan terasa manis karena amilum diubah oleh
enzim amilase yang terdapat pada mulut menjadi glukosa sehingga jika beras dikunyah
dimulut akan terasa manis. Dari praktikum yang telah dilakukan bahwa :
a)
Beras tanpa disosoh dan dimasak pada hari ke-0 rasa manisnya paling menonjol karena
termasuk beras baru. Pada beras baru kandungan amilumnya masih banyak dan masih bagus.
Apalagi dengan perlakuan tanpa penyosohan yang mengakibatkan kandungan amilum masih
terkandung di dalamnya. Hal tersebut akan menimbulkan rasa manis ketika dikunyah.
Sedangkan untuk aromnya sebelum dimasak tidak berbau dan setelh dimasak agak berbau
apek.
b)
Beras tanpa disosoh dan dimasak pada hari ke-14 rasa manisnya agak berkurang. Hal
tersebut dikarenakan kandungan amilum didalamnya sedikit mengalami kerusakan yang
mengakibatkan perubahan fisiologi pada beras. Karena kandungan amilumnya yang
mengalami kerusakan, maka rasanya tidak terlalu manis. Sedangkan aroma beras sebelum
dimasak adalah apek dan setalah dimasak sangat apek. Hal tersebut dikarenakan amilum
didalamnya mengalami kerusakan sehingga terjadi perubahan aroma.
c)
Beras dengan penyosohan yang dimasak pada hari ke-0 rasanya kurang enak dikarenakan
kandungan amilum didalamnya sudah hilang karena penyosohan tersebut. Alhasil saat
dimakan rasanya tidak enak. Untuk aromanya, sebelum dimasak tidak berbau dam seelah
dimasak agak apek.
d)
Beras dengan penyosohan yang dimasak pada hari ke-14 rasanya tidak enak. Hal tersebut
karena selain tidak adanya amilum di dalamnya. Juga terjadi perubahan secara fisiologi
maupun kndungannya yng mengalami kerusakan yang dikarenakan proses penyosohan
terebut. Dari segi aroma, sebelum dimasak tidak berbau dan stelah dimasak berbau agak
apek. Berbeda dengan beras tanpa penyosohan yang berbau sangat apek seteleh disimpan
selama 2 minggu, pada perlakuan ini bau apek kurang tercium karena komponen yang
menyebabkan bau apek telah hilang akibat penyosohan.
e)
Dari semua perlakuan, beras tanpa disosoh dan dimasak pada hari ke-0 rasanya paling enak
dan beras yang disosoh dan dimasak pada hari ke 14 rasanya paling tidak enak.
BAB 6 PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan, yang dapat kami simpulakn adalah:
1. kandungan amilum mempengaruhi rasa, aroma dan tekstur beras
2. penyimpanan dapat mempengaruhi kondisi amilum pada beras.
3. proses penyosohan dapat mengurangi amilum beras sehingga menurunkan kualitas
beras
4. selain kondisi amilum, banyak sedikitnya air saat pemasakan dapat mempengaruhi
kepunelan beras.
5. dari segi rasa, beras yang tanpa disosoh terasa manis karena mengandung amilum.
6. penyosoahan juga mempengruhi aroma beras, beras yang tanpa
DAFTAR PUSTAKA
Ismunadji M, M .1989. Padi Buku 2 2. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman pangan. Bogor