You are on page 1of 4

Faktor yang mempengaruhi ketersediaan hayati sediaan oral :

1. Fisiologi
Anatomi saluran pencernaan :
A. Mulut
o Per oral, obat segera ditelan waktu transit singkat
o Tablet hisap, air liur berfungsi untuk mempermudah liberasi zat aktif
o Tablet sublingual, air liur yang berlebihan dapat mengurangi absorbsi (obat
dapat tertelan)
B. Esofagus
o Saluran sempit, diameter 3cm; panjang 25cm
o Obat dapat tertelan gerakan peristaltik, bukan karena gravitasi
o Obat sampai lambung dalam 2-10 detik tanpa absorbsi
C. Lambung
o Berbentuk kantung dengan panjang 25cm dan 10cm saat kosong, volume 15L pada orang dewasa
o Bagian atas dinamakan Fundus dan bagian bawah diakhiri dengan Pylorus
o Pengaruh lambung terhadap bavailabilitas :
a. Keasaman (pH)
- Mempengaruhi pelarutan zat aktif dan absorbsi
- Keadaan patologik dapat mengubah pH lambung, sehingga dapat
mempengaruhi liberasi dan absorbsi zat aktif dari bentuk sediaan.
b. Volume cairan lambug
- Puasa, sekresi cairan 10-60 ml/ jam, dapat memperlambat
disintegrasi, liberasi dan disolusi zat padat/ sediaan.
c. Konsistensi isi lambung
Viskositas yang tinggi menurunkan disintegrasi, liberasi, dan disolusi
serta mempengaruhi waktu transit dan kecepatan absorbsi.
d. Tegangan Permukaan
Cairan lambung 38-47 dyn/ cm3, mampu membasahi zat aktif, sehingga
mudah larut dan menstimulasi aliran ke doudenum.
e. Gerakkan dan waktu transit/ lewat
- Gerakan peristaltik
- Makanan memperlambat liberasi, disolusi dan absorbsi sehingga
bioavailabilitasnya menurun
- Waktu transiy/ tinggal lambung dapat diperlambat oleh faktor :
Volume/ isi
Konsistensi isi lambung
Keasaman
Sifat zat dalam saluran cerna: berlemak, asam lemah, gula
Hipertonis
Emosi, pylorus menutup
Posisi tidur, pada sisi kanan
- Waktu pengosongan lambung dapat dipercepat oleh faktor :
Kebasaan
Gas CO2 meningkatkan kontraksi
Posisi tidur, pada posisi kiri

Aktivitas : berjalan
D. Usus Halus
2. Fisiko Kimia
a. pKa dan Derajat Ionisasi
Obat berupa larutan dalam air dapat diklasifikasi menjadi 3 kategori, yaitu :
- Elektrolit kuat ; seluruhnya berupa ion (contoh : Na, K, Cl)
- Non elektrolit ; tidak terdisosiasi (contoh : gula, steroid)
- Elektrolit
lemah
;
campuran
bentuk
ion
&
molekul
Konsentrasi relatif bentuk ion/molekul bergantung pada pKa obat dan pH
lingkungan. Kebanyakan obat dalam bentuk asam lemah atau basa lemah,
yang terabsorpsi secara difusi aktif, sehingga hanya bentuk molekul (tidak
terionisasi) yang terabsorpsi. Akibatnya perbandingan ion/molekul sangat
menentukan absorpsi. Konsentrasi ion dari obat berupa asam lemah (misal
asetosal) meningkat dengan peningkatan pH media air. Sebaliknya
Konsentrasi molekul dari obat berupa asam lemah (misal alkaloid)meningkat
dengan apeningkatan pH media air. Sehingga asam lemah lebih banyak
diabsorpsi pada suasana asam (di lambung, pH 1-3), sedangkan basa lemah
lebih banyak diabsorpsi di usus (pH 6-8).
b. Koefisien Partisi Lemak-Air
Koefisien partisi menunjukkan rasio konsentrasi obat dalam 2 cairan yang tidak
bercampur. Koefisien partisi merupakan indeks dari solubilitas komparatif suatu
zat dalam 2 solven. Koefisien partisi lemak-air digunakan sebgai indikator
penumpukan obat di dalam lemak tubuh. Normal lemak dalam tubuh adalah 10 25%, pada keadaan obesitas dapat menjadi 50% atau lebih. Pada penderita
obesitas, obat dengan daya larut lemak tinggi akan menumpuk pada lemak-tubuh
dalam jumlah besardan menjadi depo di mana obat dilepaskan secara perlahan.
Pada pemberian barbiturate, pelepasan obat diperlama dari depo, menyebabkan
kondisi hang-over
c. UkuranPartikel
Kecepatan disolusi obat berbanding lurus dengan luas permukaan yang kontak
dengan cairan. Semakin kecil partikel, semakin luas permukaan obat, semakin
mudah larut. Dengan memperkecil ukuran partikel, dosis obat yang diberikan
dapat diperkecil pula, sehingga signifikan dari segi ekonomis. Terdapat hubungan
linier antara kecepatan absorpsi obat dengan logaritma luas permukaan. Sebagai
contoh, pemberian 500 mg griseofulvin bentuk mikro memberikan kadar plasma
yang sama dengan 1 g griseofulvin bentuk serbuk. Bahan-bahan obat yang
memberikan perbedaan absorpsi antara bentuk halus dan tidak halus antara lain,
acetosal, barbiturate, calciferol, chloramphenicol, digoxin, griseofulvin,
hydroxyprogesterone acetate, nitrofurantoine, spironolactone, sulfadiazine,
sulfamethoxine, sulfathiazole, sulfasoxazole, tetracycline, tolbutamide

3. pH

4. Konsentrasi zat aktif

Modifikasi Kimiawi Obat


:
a. Pembentukan Garam
Obat yang terionisasi lebih mudah dalam air dari[pada bentuk tidak terionisasi.
Pembentukan garam ini terutama penting dalam hal zat aktif berada dalam
saluran cerna, kelarutan modifikasi sewaktu transit di dalam saluran cerna,
karena perbedaan pH lambung dan usus. Peningkatan kecepatan pelarutan obat
dalam bentuk garam berlaku untuk obat-obat berikut : penicilline, barbiturate,
tolbutamide, tetracycline, acetosal, dextromethorphane, asam salisilat,
phenytoine, quinidine, vitamin-vitamin larut air, sulfa, quinine
b. Pembentukan
Ester
Daya larut dan kecepatan melarut obat dapat dimodifikasi dengan membentuk
ester. Secara umum, pembentukan ester memperlambat kelarutan obat.
Beberapa keuntungan bentuk ester, antara lain :
Menghindarkan degradasi obat di lambung Ester dari
erythromycin (misalnya erythromycine succinat)
memungkinkan obat tidak rusak pada suasana asam
dilambung. Ini merupakan semacam pro-drug, dalam
suasana lebih basa di usus, terjadi hidrolisis
erythromycine ethylsuccinat.
Memperlama
masa
kerja
obat
Misalnya esterifikasi dari hormon steroid.
Menutupi
rasa
obat
yang
tidak
enak
Contohnya
adalah
ester
dari
kloramfenikol.
Kloramfenikol palmitat dan Kloramfenikol stearat
dihidrolisis di usus halus untuk melepaskan
kloramfenikol.
Modifikasi Bentuk Fisik Obat
:
a. Bentuk Kristal atau Amorf
Bentuk amorf tidak mempunyai struktur tertentu, terdapat ketidakteraturan dalam
tiga dimensinya. Secara umum, amorf lebih mudah larut daripada bentuk
kristalnya. Misalnya Novobiocin, kelarutan bentuk amorf 10 x dari bentuk Kristal.
b. Pengaruh Polimorfisme
Fenomena polimorfisme terjadi jika suatu zat menghablur dalam berbagai bentuk
Kristal yang berbeda, akibat suhu, teakanan, dan kondisi penyimpanan.
Polimorfisme terjadi antara lain pada steroid, sulanilamida, barbiturat,
kloramfenikol. Kloramfenikol palmitat terdapat dalam bentuk polimorf A, B, C,
dan amorf. Tetapi hanya bentuk polimorf B dan bentuk amorf yang dapat
dihidrolisis oleh usus.
c. Bentuk Solven dan Hidrat
Sewaktu pembentukan Kristal, cairan-pelarut dapat membentuk ikatan stabil
dengan obat, disebut solvat. Jika pelarutnya dalah air, ikatan ini disebut hidrat.
Bentuk hidrat memiliki sifat-sifat yang berbeda dengan bentuk anhidrat, terutama

kecepatan disolusi. Ampisilina anhidrat lebih mudah larut daripada Ampisilian


trihidrat.

You might also like