You are on page 1of 4

Afasia

Afasia yaitu hilangnya kemampuan dalam berbahasa. Afasia merupakan suatu


gangguan bahasa yang disebabkan oleh disfungsi otak. Afasia merupakan sindrom
yang didapat dan terbanyak akibat stroke . beberapa pola afasia yang berbeda
telah dikenal dan berhubungan dengan lesi-lesi pada daerah anatomi yang spesifik.
Afasia secara individual memiliki komplikasi, prognosis dan terapi yang berbeda.
Aphasia secara umum dibagi dua yaitu, afasia motorik dan afasia sensorik.
Berikut beberapa jenis afasia :
1. Afasia broca (motorik)
Afasia broca adalah ketidakmampuan untuk berbicara, mengeluarkan isi
pikiran melalui perkataannya sendiri, sementara kemampuannya untuk
mengerti bicara orang lain tetap baik. Dalam sumber lain, afasia broca
diartikan sebagai suatu sindrom afasia tidak lancar yang ditandai oleh
keluaran verbal yang terganggu dari yang sama sekali tidak mampu
mengeluarkan kata sampai kesulitan menemukan kata dan memerlukan
upaya untuk dapat mengucapkan kata, terjadi parafasia semantic, parafasia
literal (fonemik) dan agramatikal. Fungsi pengertian bahasa yang dikuasai
normal, repetisi, penamaan, membaca dengan suara keras dan menulis juga
terganggu.
Lesi yang berhubungan dengan sindrom afasia broca mencakup girus frontal
inferior dan daerah didekat operculum serta insula pada daerah yang
mendapat sirkulasi dari arteri serebri media.
2. Afasia motor tanskortikal
Afasia motor transkortikal ditandai oleh keluaran verbal tidak lancer,
pengertian auditorik normal, tetap memiliki kemampuan repetisi disamping
ucapan spontan yang tidak lancar, kemampuan membaca yang bervariasi
juga kemampuan penamaan dan menulis yang buruk. Ekolalia dapat terjadi
dan mungkin terdapat parafasia fonemik dalam percakapan penderita.
Sindrom ini menyerupai afasia broca, kecuali dalam hal repetisi, karena
repetisi dipertahankan dan kemampaun membaca keras sedikit terganggu.
Lesi yang biasanya menyertai afasia motor transkortikal meliputi infark pada
area motor tambahan dan girus singuli yang berdekatan pada distribusi arteri
serebri media di lobus frontalis kiri.
3. Afasia global
Penderita afasia global mengalami gangguan secara jelas pada seluruh aspek
fungsi bahasa, mencakup keluaran verbal spontan, pengertian, repetisi,
penamaan, membaca dengan suara keras, pengertian dalam membaca dan
menulis. Seringkali verbalisasi spontan hanya seperti ya, ya, ya mskipun
beberapa pasien dapat mengucapkan pengulangan kecil dari frase yang telah

dipelajari (rumah, tidak) yang dapat digumamkan dengan fasih dan banyak
penderita afasia global yang dapat mengutuk dengan mudah saat marah.
Banyak penderita afasia global akan mengikuti keseluruhan perintah utuh
(bangun, duduk), dapat membedakan bahasa asing dan percakapan omongkosong, dapat menilai infleksi secara memadai untuk membedakan
pertanyaan dan perintah, dpat mengenali nama orang dan peristiwa penting
yang relevan secara personal, baik yang disebut maupun yang ditulis dan
akan menolak bahasa tertulis yang ditampilkan terbalik meskipun
pengertiannya sangat parah terganggu.
Lesi yang umumnya menyebabkan afasia gobal adalah infark berukran besar
yang terletak di sebelah kiri yang meliputi keseluruhan daerah arteri serebri
media.
4. Afasia transkortikal capuran (isolasi)
Afasia transkortikal campuran atau afasia isolasi merupakan sindrom afasia
yang jarang yaitu ditemukan kombinasi afasia motor transkortikal dan afasia
sensoris transkortikal, hanya meninggalkan kemampuan paradox untuk
mengulang. Pada beberapa kasus pengulangan apa saja yang pemeriksa
katakan merupakan keluaran verbal yang terlihat, sementara pada kasus
yang lain verbalisasi tidak lancar dan bahkan kemampuan penamaan normal.
Terdapat tiga lesi yang telah dihubungkan dengan afasia transkortikal
campuran. Pada beberapa penderita terdapat kerusakan pada daerah
berbentuk bulan sabit yang meliputi aspek lateral hemisfer tetapi
menyisakan korteks perisylvian. Tipe lesi kedua dnegan infark di daerah
arteri serebri anterior, megenai daerah kortikal yang luas dan mneyisakan
korteks perisylvian, tipe lesi ketiga secara simultan mempengaruhi daerah
linguistic posterior dan lobus frontalis atau sirkuit frontal-subkortikal.
5. Afasia wernicke (sensorik)
Afasia wernickne adalah adalah ketidakmampuan untuk mengerti
pembicaraan orang lain, namun masih mampu mengeluarkan perkataan
dengan lancar, walau sebagian diantaranya tidak memiliki arti, tergantung
dari luasnya kerusakan otak.
Dalam keadaan patologik, lesi yang berhubungan dengan afasia wernickne
meliputi bagian sepertiga posterior dari girus temporalis superior kiri, tetapi
jarang berbatas tegas pada daerah ini dan sering kali mengenai area parietal
inferior serta temporal yang berdekatan. Penderita afasia wernickne
mengalami infarka serebral akibat oklusi vaskuler dan yang terbanyak
diakibatkan oleh emboli yang berasal dari jantung
6. Afasia sensorik transkortikal

Pada afasia sensorik kortikal kemampaun untuk mengulangi dapat


dipertahnkan, penderita mampu mengulangi kalimat dan frase yang panjang
tetapi tidak dapat memahaminya. Percakapan spontan tidak berisi, berpiutarputar. Pada afasia ini, lesi fokal mengenai girus angularis dominan, girus
tempolaris midposterior dan jaras subtantia alba perientrikuler dari ismus
temporalis yang mendasari area kortikal ini.
7. Afasia konduksi
Afasia konduksi merupakan sindrom afasia fasih yang unik, yaitu pengertian
secara relative masih normal dan repetisi secara disproposional terganggu.
Pasien masih mampu membaca dan dapat mengerti bacaaan. Pada afasia ini,
lesi terjadi secara tipikal pada fasikulus arkuatus pada operculum parietal kiri.
8. Afasia anomik
Anomia merupakan suatu indicator nonspesifik pada disfungsi otak dan tidak
memiliki makna lokalisasi. Tiga tipe primer anomia terjadi pada sindrom
afasik, yakni anomia produksi kata, anomia seleksi kata, anomia semantik.
Anomia
produksi
kata
ditandai
dengan
ketidakmampuan
untuk
mengekspresikan kata. Adapaun anomia seleksi kata yaitu kegagalan untuk
bereaksi terhadap petunjuk-petunjuk fonemik tetapi memiliki utuh untuk
mengenali kata jika diberikan. Sedangkan anomia semnatik adalah gangguan
pada kemmapuan terhadap nama, tidak bereaksi terhdap petunjuk dan tidak
mengenali kata yang disebutkan.
Hal lainnya terkait gangguan fungsi luhur antara lain :
a. Alexia adalah hilangnya kemampuan membaca karena kerusakan otak.
Dibedakan dari Dyslexia (yang memang ada secara kongenital), yaitu
Verbal alexia adalah ketidakmampuan membaca kata, tetapi dapat
membaca huruf. Lateral alexia adalah ketidakmampuan membaca huruf,
tetapi masih dapat membaca kata. Jika terjadi ketidakmampuan keduanya
disebut Global alexia.
b. Agraphia adalah hilangnya kemampuan menulis akibat adanya kerusakan
otak.
c. Acalculia adalah hilangnya kemampuan berhitung dan mengenal angka
setelah terjadinya kerusakan otak.
d. Right-Left Disorientation & Agnosia jari (Body Image) adalah sejumlah
tingkat kemampuan yang sangat kompleks, seperti penamaan, melakukan
gerakan yang sesuai dengan perintah atau menirukan gerakan-gerakan
tertentu. Kelainan ini sering bersamaan dengan Agnosia jari (dapat dilihat
dari disuruh menyebutkan nama jari yang disentuh sementara penderita
tidak boleh melihat jarinya).
e. Hemi spatial neglect (Viso spatial agnosia) adalah hilangnya kemampuan
melaksanakan bermacam perintah yang berhubungan dengan ruang.
f. Syndrome Lobus Frontal, ini berhubungan dengan tingkah laku akibat
kerusakan pada kortex motor dan premotor dari hemisphere dominan
yang menyebabkan terjadinya gangguan bicara.

g. Amnesia adalah gangguan mengingat yang dapat terjadi pada trauma


capitis, infeksi virus, stroke, anoxia dan pasca operasi pengangkatan
massa di otak.
h. Dementia adalah hilangnya fungsi intelektual yang mencakup sejumlah
kemampuan.
Daftar Pustaka :
1. Misbach, Yusuf, dkk. 2011. Stroke, Aspek Diagnostik, Patofisiologi,
Manajemen. Jakarta : Badan Penerbit FK UI
2. Sinaga, Sri Andriany. 2010. Karakteristik Penderita Stroke Rawat Inap Di
Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2002-2006. Dibuka pada website
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/16617 pada tanggal 17 Mei
2015 pukul 00.50

You might also like