Professional Documents
Culture Documents
1 Memahami dan
Menjelaskan Sistem Limfatikum
1.1 Definisi
Sistem limfatik adalah sebuah sistem sirkulasi sekunder yang
berfungsi mengalirkan limfa atau getah bening dalam tubuh yang
berasal dari cairan atau protein yang hilang, sistem ini dianggap
juga sebagai sistem pelengkap dari sisitem imunitas tubuh.
Sistem limfatik terdiri atas limfe, pembuluh limfe, dan sekumpulan
massa kecil jaringan limfoid yang disebut nodus limfe, dan tiga
organ yaitu tonsil, timus, dan limpa. Bagian penting lain dari
penelitian meliputi peran organ limfatik dalam pembentukan
antibodi, respons imun, reaksi alergi, dan dasar penolakan terhadap
transplantasi, teknik imunosupresif, dan penyakit autoimun
1.2 Makroskopik
Organ limfoid primer :
Organ limfoid primer terdiri dari sumsum tulang dan timus. Sumsum
tulang merupakan jaringan yang kompleks tempat hematopoiesis
dan depot lemak. Lemak merupakan 50 % atau lebih dari
kompartemen rongga sumsum tulang. Organ limfoid diperlukan
untuk pematangan, diferensiasi dan poliferasi sel T dan B sehingga
menjadi limfosit yang dapat mengenal antigen. Sel hematopoietik
yang diproduksi di sumsum tulang menembus dinding pembuluh
darah dan masuk ke sirkulasi dan di distribusikan ke bagian tubuh.
1. Timus
Timus tumbuh terus hingga pubertas. Setelah mulai pubertas, timus
akan mengalami involusi dan mengecil seiring umur kadang sampai
tidak ditemukan. akan tetapi masih berfungsi untuk menghasilkan
limfosit T yang baru dan darah. Mempunyai 2 buah lobus,
mempunyai bagian cortex dan medulla, berbentuk segitiga, gepeng
dan kemerahan. Timus mempunyai 2 batasan, yaitu :
Bentuk :
Oval seperti kacang tanah atau kacang merah dengan pinggiran
cekung (hillus)
Ukuran :
Sebesar kepala peniti atau buah kenari, dapat diraba pada daerah
leher, axilla, dan inguinal
dalam keadaan infeksi.
2. Lien
Merupakan organ limfoid yang terbesar, lunak, rapuh, vaskular
berwarna kemerahan karena banyak mengandung darah dan
berbentuk oval. Pembesaran limpa disebut dengan splenomegali.
Pembesaran ini terdapat pada keaadan leukimia, cirrosis hepatis,
dan anemia berat.
Letak :
Regio hipochondrium sinistra intra peritoneal. Pada proyeksi costae
9, 10, dan 11. Setinggi vertebrae thoracalis 11-12. Batas anterior
yaitu gaster, ren sinistra, dan flexura colli sinistra. Batas posterior
yaitu diafragma, dan costae 9-12.
Ukuran :
Sebesar kepalan tangan masing-masing individu.
Aliran darah :
Aliran darah akan masuk kedaerah hillus lienalis yaitu arteri lienalis
dan keluar melalui vena lienalis ke vena porta menuju hati.
3. Tonsil
Tonsil termaksud salah satu dari organ limfoid yang terdiri atas 3
buah tonsila yaitu Tonsila Palatina, Tonsila Lingualis, Tonsila
Pharyngealis. Ketiga tonsil tersebut membentuk cincin pada saluran
limf yang dikenal dengan Ring of Waldeyer hal ini yang
menyebabkan jika salah satu dari ketiga tonsila ini terinfeksi dua
tonsila yang lain juga ikut meradang. Organ limfoid yang terdiri atas
3 buah tonsila, yaitu :
o Tonsila palatina
Medula Timus
TONSILA LINGUALIS
-
fagosit,
terjadinya
fagositosis
rusaknya trombosit akibat ADCC.
dan
2.2 Vaksinasi
Suspensi mikroorganisme (bakteri, virus atau riketsia)
yang dilemahkan atau dimatikan, atau suspensi protein
antigentik yang berasal dari mikroorganisme tersebut, yang
diberikan untuk mencegah, meringakan, atau mengobati
penyakit menular (Dorland). Vaksinasi merupaka imunisasi
aktif karena memasukkan antigen agar terbentuk antibodi
spesifik atau sel limfosit T dalam tubuh.
Vaksin dapat dibagi menjadi vaksin hidup dan vaksin
mati. Vaksin hidup dibuat dalam pejamu, dapat menimbulkan
penyakit ringan, dan menimbulkan respons imun seperti yang
terjadi pada infeksi alamiah. Vaksin mati merupakan bahan
(seluruh sel atau komponen spesifik) asal patogen seperti
toksoid yang diinaktifkan tetapi tetap imunogen.
Klasifikasi vaksin
Hidup - diatenuasikan
Mati - diinaktifkan
Patogen
Komponen
Bakteri
Virus
Rekayasa
Seluruh
Agens
Toksoid
Subunit
dimurnikan
Rekaya
subunit
Rekombina
n
BCG
Adeno
Campa
k
Mump
s
Polio
Rubell
a
Yellow
fever
Influenza
(intranasa
l)
Kolera
Virus Rota
Tifoid
(Ty21oral)
Antraks
Kolera
USP
(parenter
al)
Kolera
WC/rBS
(oral)
Hepatitis
A
Hepatitis
B (asal
plasma)
Influenza
(seluruh
virus)
Pes
Polio (IPV)
Rabies
Tifoid
(parenter
al)
Difteri
Tetanus
Petusis
(aselular)
Hib
(polisakarida)
Kolera EC/rBS
(oral)
Influenza
(vaksin slit)
Menigokok
(polisakarida)
Pneumokok
(polisakarida)
Tifoid Vi
(polisakarida)
Hib
konjugat
Pneumoko
k konjugat
Meningok
ok
konjugat
Jenis-jenis vaksin
1) BCG
BCG memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit
tuberkulosis (TBC). BCG diberikan 1 kali sebelum
anak berumur 2 bulan. BCG ulangan tidak dianjurkan
karena keberhasilannya diragukan.
Vaksin disuntikkan secara intrakutan pada lengan
atas, untuk bayi berumur kurang dari 1 tahun
diberikan sebanyak 0,05 mL dan untuk anak
berumur lebih dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,1
mL.
Vaksin ini mengandung bakteri Bacillus CalmetteGuerrin hidup yang dilemahkan, sebanyak 50.0001.000.000 partikel/dosis.
Kontraindikasi untuk vaksinasi BCG adalah penderita
gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita
leukemia, penderita yang menjalani pengobatan
steroid jangka panjang, penderita infeksi HIV).
Reaksi yang mungkin terjadi:
i. Reaksi lokal : 1-2 minggu setelah penyuntikan,
pada tempat penyuntikan timbul kemerahan
dan benjolan kecil yang teraba keras.
Kemudian benjolan ini berubah menjadi
pustula (gelembung berisi nanah), lalu pecah
dan membentuk luka terbuka (ulkus). Luka ini
akhirnya sembuh secara spontan dalam waktu
8-12 minggu dengan meninggalkan jaringan
parut.
Hepatitis B
(antigen
permukaa
n)
Penyakit
lyme
(OspA)
2) DPT
Imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3-in-1 yang
melindungi terhadap difteri, pertusis dan tetanus.
Difteri adalah suatu infeksi bakteri yang menyerang
tenggorokan dan dapat menyebabkan komplikasi
yang serius atau fatal.
Pertusis (batuk rejan) adalah inteksi bakteri pada
saluran udara yang ditandai dengan batuk hebat
yang menetap serta bunyi pernafasan yang
melengking. Pertusis berlangsung selama beberapa
minggu dan dapat menyebabkan serangan batuk
hebat sehingga anak tidak dapat bernafas, makan
atau minum. Pertusis juga dapat menimbulkan
komplikasi serius, seperti pneumonia, kejang dan
kerusakan otak.
Tetanus
adalah
infeksi
bakteri
yang
bisa
menyebabkan kekakuan pada rahang serta kejang.
Vaksin DPT adalah vaksin 3-in-1 yang bisa diberikan
kepada anak yang berumur kurang dari 7
tahun.Biasanya vaksin DPT terdapat dalam bentuk
suntikan, yang disuntikkan pada otot lengan atau
paha
Imunisasi DPT diberikan sebanyak 3 kali, yaitu pada
saat anak berumur 2 bulan (DPT I), 3 bulan (DPT II)
dan 4 bulan (DPT III); selang waktu tidak kurang dari
4 minggu. Imunisasi DPT ulang diberikan 1 tahun
setelah DPT III dan pada usia prasekolah (5-6 tahun).
Jika anak mengalami reaksi alergi terhadap vaksin
pertusis, maka sebaiknya diberikan DT, bukan DPT.
Setelah mendapatkan serangkaian imunisasi awal,
sebaiknya diberikan booster vaksin Td pada usia 14-
3) DT
5) Polio
Memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit
poliomielitis. Polio bisa menyebabkan nyeri otot dan
kelumpuhan pada salah satu maupun kedua
lengan/tungkai. Polio juga bisa menyebabkan
kelumpuhan pada otot-otot pernafasan dan otot
untuk menelan. Polio bisa menyebabkan kematian.
Terdapat 2 macam vaksin polio :
i. IPV (Inactivated Polio Vaccine, Vaksin Salk),
mengandung virus polio yang telah dimatikan
dan diberikan melalui suntikan
ii. OPV (Oral Polio Vaccine, Vaksin Sabin),
mengandung vaksin hidup yang telah
dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil
atau cairan. Bentuk trivalen (TOPV) efektif
melawan semua bentuk polio, bentuk
monovalen (MOPV) efektif melawan 1 jenis
polio.
Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali (polio I,II, III,
dan IV) dengan interval tidak kurang dari 4 minggu.
Imunisasi polio ulangan diberikan 1 tahun setelah
imunisasi polio IV, kemudian pada saat masuk SD (56 tahun) dan pada saat meninggalkan SD (12 tahun).
Di Indonesia umumnya diberikan vaksin Sabin.
Vaksin ini diberikan sebanyak 2 tetes (0,1 mL)
langsung ke mulut anak atau dengan menggunakan
sendok yang berisi air gula.
Kontra indikasi pemberian vaksin polio:
i. Diare berat
7) MMR
Imunisasi MMR memberi perlindungan terhadap
campak, gondongan dan campak Jerman dan
disuntikkan sebanyak 2 kali.
Campak menyebabkan demam, ruam kulit, batuk,
hidung meler dan mata berair. Campak juga
menyebabkan infeksi telinga dan pneumonia.
Campak juga bisa menyebabkan masalah yang lebih
serius, seperti pembengkakan otak dan bahkan
kematian. Gondongan menyebabkan demam, sakit
kepala dan pembengkakan pada salah satu maupun
kedua kelenjar liur utama yang disertai nyeri.
Gondongan bisa menyebabkan meningitis (infeksi
pada selaput otak dan korda spinalis) dan
pembengkakan otak. Kadang gondongan juga
menyebabkan pembengkakan pada buah zakar
sehingga terjadi kemandulan. Campak Jerman
(rubella) menyebabkan demam ringan, ruam kulit
dan pembengkakan kelenjar getah bening leher.
Rubella juga bisa menyebakban pembengkakan
otak atau gangguan perdarahan.
Jika seorang wanita hamil menderita rubella, bisa
terjadi keguguran atau kelainan bawaan pada bayi
yang dilahirkannya (buta atau tuli). Terdapat dugaan
bahwa vaksin MMR bisa menyebabkan autisme,
tetapi penelitian membuktikan bahwa tidak ada
hubungan antara autisme dengan pemberian vaksin
MMR.
Vaksin MMR adalah vaksin 3-in-1 yang melindungi
anak terhadap campak, gondongan dan campak
Jerman. Vaksin tunggal untuk setiap komponen MMR
hanya digunakan pada keadaan tertentu, misalnya
jika dianggap perlu memberikan imunisasi kepada
bayi yang berumur 9-12 bulan.
Suntikan pertama diberikan pada saat anak berumur
12-15 bulan. Suntikan pertama mungkin tidak
memberikan kekebalan seumur hidup yang adekuat,
karena itu diberikan suntikan kedua pada saat anak
berumur 4-6 tahun (sebelum masuk SD) atau pada
saat anak berumur 11-13 tahun (sebelum masuk
SMP).
Imunisasi MMR juga diberikan kepada orang dewasa
yang berumur 18 tahun atau lebih atau lahir
8) Hib
9) Imunisasi Varisella
Imunisasi varisella memberikan perlindungan
terhadap cacar air. Cacar air ditandai dengan ruam
kulit yang membentuk lepuhan, kemudian secara
perlahan mengering dan membentuk keropeng yang
akan mengelupas.
Anak yang berumur 12-18 bulan dan belum pernah
menderita cacar air dianjurkan untuk menjalani
Rigiditas
Gelatin, yang mempunyai berat molekul yang sangat
besar,
hampir
semuanya
non
imunogenik.Kespesifitasanya dari produksi antigen
secara langsung diangkut ke gelatin.
Lokasi determinan
Bagian protein yang terdenaturasi mengindikasikan
determinan antigen yang penting yang dapat
dimasukkan oleh molekul besar.
Struktur tersier
Struktur tersier dari protein (spatial folding) penting
dalam mendeterminasi kespesifikan dari respon suatu
antibody. Produksi antibody rantai A dari insulin tidak
bereaksi dengan molekul alami. Reduksi dan reoksidasi
dari ribonuklease di bawah kondisi kontrol diproduksi
dari campuran molekul protein yang berbeda hanya
dalam struktur tiga dimensi. Jika katabolisme terjadi,
struktur tersier dari imunogen akan dihancurkan
4.4 Struktur
Porter telah menemukan struktur dasar immunoglobulin
yang terdiri dari 4 rantai polipeptida, terdiri dari 2 rantai
berat (heavy chain=H) dan 2 rantai ringan(light chain =L)
5.2 Klasifikasi