You are on page 1of 2

KETIKA dewan pimpinan Pusat mengungkapkan bahwa marx sendiri tidak

pernah menulis tentang dialektika, saat sedang berlangsungnya kelas malam


pertemuan ketiga, para pusat sendiri tidak menyadari bahwa pernyataan itu
sangat membekas di pikiran. terlebih lagi di ungkapkan kemudian bahwa
dialektika di temukan dalam tulisannya marx oleh "lupa-namanya" yang
kemudian disempurnakan oleh angel, membuat pusat harus berfikir keras
akan maksud perumusan dialektika,bukan untuk mengagumi marx tapi
bagaimana
cara
berfikir
ini
(dialektika)
mampu membahasakan
(merumuskan) realitas sosial yang begitu komplek? salah satunya adalah
kelas menengah !

pemikiran marxian hanya mengenal dikotomi dua kelas, kelas produktif yang
dihisap dan kelas non-produktif yang mengisap. kondisi pembentukan
kedua kelas itu jelas, mereka yang menguasai alat produksi dan mereka
yang tidak. dalam masyarakat kapitalis, dua kelas itu adalah kelas pekerja
dan kelas pemodal. kelas menengah sesekali disebut tapi tidak di anggap
penting. semua kelas yang tidak termasuk kelas pekerja dan pemodal di
anggap akan terdesak masuk ke dalam salah satu kelas utama ini, kelas
yang " akan terdesak " inilah kita menyebutnya kelas menengah.

Artinya, hanya ada dua kelas dalam satu tata-produksi, yang di kuasai dan
menguasai. tidak ada "kelas menengah" dalam suatu tata-produksi. tetapi
dalam kebanyakan masyarakat terdapat lebih dari satu tata-produksi yang
mendominasi tata-produksi yang lain. maka dalam masyarakat dapat di
kenali beberapa kelas atas dan beberapa kelas bawah, masing-masing
berasal dari tata-produksi yang bereda-beda.dalam pemetaan tersebut, kelas
menengah dapat di indentifikasikan sebagai satu atau lebih kelas-atas yang
tidak dominan dalam masyarakat. dengan kata lain ada lebih dari satu "kelas
menengah".

walau begitu, kelas menengah tetap saja kabur, ia jamak sekaligus majemuk,
dalam realitas objektifnya tidak dapat di empiriskan dan di ukur dengan
angka-angka. ia hanya kontruksi imajiner untuk membahasakan realitas
objektif yang selalu berkembang memenuhi hukum-hukum logika
perkembangan. dalam pertentangan kelas utama, melahirkan kelas
menengah dengan wataknya yang berbeda-beda. ia tidak juga bisa di

kelompokkan atau di buat batas di antara kelas. namun ia ada, sebagaimana


kita membedakan masa pasti, masa remang-remang dan masa harapan,
begitulah "istilah" kelas menengah yang yang terbangun dalam pikiran.

You might also like