You are on page 1of 4

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Pada tahun 2011, Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan terdapat 8,7 juta

kasus baru tuberkulosis (TB) dan 1,4 juta orang meninggal karena tuberkulosis. Secara
geografis, beban TB tertinggi berada di Asia dan Afrika dengan Asia memiliki estimasi
jumlah kasus sebesar 59% dan Afrika sebesar 26% pada tahun 2011. Lima negara dengan
jumlah insidensi terbesar pada tahun 2011 menurut laporan WHO adalah India, China, Afrika
Selatan, Indonesia dan Pakistan. WHO memperkirakan setiap tahun terdapat 583.000 kasus
baru TB dengan kematian karena TB sekitar 140.000 kasus (WHO, 2012).
Tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Berdasarkan data dari
WHO pada tahun 2010, Indonesia memiliki estimasi prevalensi TB semua kasus sebesar
660.000 dan estimasi insidensi berjumlah 430.000 kasus per tahun, dengan jumlah kematian
akibat TB diperkirakan 61.000 kematian per tahunnya. Secara kasar diperkirakan setiap
100.000 penduduk Indonesia terdapat 130 penderita baru TB paru BTA (Basil Tahan Asam)
positif (Depkes RI, 2002; Girsang, 2002; Permatasari, 2005). Hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) tahun 2007 menunjukkan penyakit TB
terdeteksi di seluruh kabupaten/kota di Provinsi NTB. Prevalensi kejadian TB di Provinsi
NTB sebesar 1,1%. Sedangkan prevalensi TB di Kabupaten Lombok Barat sebesar 0,4%
(Depkes RI, 2008).
Kejadian penyakit TB di wilayah kerja Puskesmas Narmada cenderung meningkat
setiap tahun. Kasus baru penyakit TB paru BTA positif di Kecamatan Narmada yang
terdeteksi pada tahun 2010 adalah sebanyak 35 kasus, diikuti dengan 43 kasus pada tahun
2011, dan sebanyak 44 kasus pada tahun 2012. Kejadian kasus TB paru yang tinggi ini paling
banyak terjadi pada kelompok masyarakat dengan sosial ekonomi lemah, usia produktif, dan
pendidikan rendah (Kemenkes RI, 2012; Hasanah, 2013).
Penemuan kasus merupakan salah satu cara untuk menemukan masalah kesehatan,
dan bertujuan untuk menemukan sumber penularan dan atau mencari ada atau tidaknya
penderita baru di masyarakat (Asyari, 2005). Angka penemuan kasus atau Case Detection
Rate (CDR) juga merupakan indikator untuk menilai kemajuan atau keberhasilan
pengendalian TB. Angka penemuan kasus atau Case Detection Rate adalah persentase jumlah
pasien TB paru BTA positif yang ditemukan dan diobati dibanding jumlah pasien paru BTA
positif yang diperkirakan ada di dalam suatu wilayah. Case Detection Rate (CDR)
1

menggambarkan cakupan penemuan pasien baru BTA positif pada wilayah tersebut. Target
CDR Program Penanggulangan Tuberkulosis Nasional adalah minimal 70% (Kemenkes RI,
2011).
Dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 terjadi peningkatan dalam persentase
CDR di wilayah kerja Puskesmas Narmada, dari 35,11% pada tahun 2010 menjadi 48,86%
pada tahun 2011 dan 48,89% pada tahun 2012, akan tetapi persentase CDR tersebut masih
belum dapat mencapai target indikator sebesar 70% (Hasanah, 2013).
Hal ini kemungkinan besar diakibatkan oleh tingkat keberhasilan kegiatan-kegiatan
program TB di Puskesmas Narmada yang belum maksimal, penolakan pasien dan/atau
anggota keluarga serta orang yang berada di sekitar pasien untuk memeriksakan dahaknya
dengan alasan dahak tidak bisa dikeluarkan, ataupun kesadaran masyarakat setempat untuk
memeriksakan diri yang memang masih kurang (Dinkes Lobar, 2012; Hasanah, 2013;
Kemenkes RI, 2012).
Penelitian yang dilakukan oleh Sofyan, dkk (2011) di Puskesmas Bendosari
Kabupaten Sukoharjo menyimpulkan bahwa faktor utama yang terkait dengan rendahnya
angka penemuan kasus atau CDR adalah kurangnya pengetahuan tentang TB pada
masyarakat, serta beban kerja petugas kesehatan yang masih tinggi (Sofyan, dkk., 2011).
Sedangkan, menurut penelitian yang dilakukan oleh Murti di Kabupaten Sukoharjo,
Kabupaten Boyolali dan Kota Surakarta Jawa Tengah, faktor-faktor penyebab rendahnya
CDR antara lain adalah: (1) Kesulitan suspek kasus mengeluarkan dahak; (2) Program TB
hanya mengandalkan Passive Case Finding (PCF) untuk menjaring kasus TB; (3) Penyebab
lain, kurangnya pengetahuan mengenai penyakit tuberkulosis di masyarakat, tingkat
pengetahuan petugas kesehatan mengenai penyakit tuberkulosis yang rendah, serta kualitas
dahak yang diperiksa kurang baik (Murti, 2010).
Berdasarkan data tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan rendahnya angka penemuan kasus (Case Detection Rate/CDR) TB paru
di wilayah kerja Puskesmas Narmada.

1.2

Rumusan Masalah
Perumusan masalah pada penelitian ini adalah Faktor-faktor apakah yang ada dalam

masyarakat yang memengaruhi rendahnya Angka Penemuan Kasus (Case Detection


Rate/CDR) TB paru di wilayah kerja Puskesmas Narmada?
1.3
1.3.1

Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor apakah yang ada di masyarakat yang memengaruhi

rendahnya Angka Penemuan Kasus (Case Detection Rate/CDR) TB paru di wilayah kerja
Puskesmas Narmada.
1.3.2 Tujuan Khusus
a) Untuk mengidentifikasi karakteristik partisipan meliputi tingkat pendidikan, status
pekerjaan, usia, dan penghasilan partisipan.
b) Untuk mengidentifikasi pengetahuan partisipan tentang penyakit TB paru.
c) Untuk mengidentifikasi faktor pendukung tercapainya target angka penemuan
kasus (Case Detection Rate/CDR) TB paru di wilayah kerja Puskesmas Narmada.
d) Untuk mengidentifikasi faktor penghambat tercapainya target angka penemuan
kasus (Case Detection Rate/CDR) TB paru di wilayah kerja Puskesmas Narmada.
e) Untuk mengidentifikasi upaya-upaya yang dilakukan oleh masyarakat untuk
mencapai target angka penemuan kasus (Case Detection Rate/CDR) TB paru di
wilayah kerja Puskesmas Narmada.
1.4
1.4.1

Manfaat Penelitian
Bagi Masyarakat
Dapat mengetahui tentang penyakit TB paru termasuk definisi, penyebab, gejala, cara

pencegahan, dan kemana mencari pengobatan serta dampak-dampaknya terhadap kesehatan.


1.4.2 Bagi Puskesmas
Untuk mengetahui faktor-faktor yang ada di masyarakat yang memengaruhi
rendahnya angka penemuan kasus (Case Detection Rate/CDR) TB paru di Wilayah Kerja
Puskesmas Narmada yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan
kebijakan terkait program TB paru ke depannya sehingga angka penemuan kasus (CDR) TB
paru dapat mencapai target.

1.4.3

Bagi Pemerintah
Untuk mengetahui faktor-faktor yang ada di masyarakat yang memengaruhi tidak

tercapainya target angka penemuan kasus (CDR) TB paru di wilayah kerja Puskesmas
Narmada khususnya, di wilayah Kecamatan Narmada pada umumnya.

You might also like