You are on page 1of 17

KELUARGA TEORI HUBUNGAN

RANGSANGAN-GERAK BALAS
TEORI-TEORI AS. S-R
Pendahuluan
Pembelajaran adalah suatu proses yang bertujuan agar menghasilkan
perilaku yang relative tetap. Untuk selanjutnya, istilah pembelajaran akan
disebut menjadi pelaziman. Pelaziman dalm hal ini juga memiliki pengertian
sendiri yang tidak jauh berbeda dengan pengertian sebelumnya, yaitu suatu
proses latihan melalui satu organisme yang dilatih untuk memberikan gerak
balas dari rangsangan yang telah diberikan sebelumnya. Menurut teori ini,
belajar dipandang sebagai perubahan tingkah laku yang terjadi berdasarkan
paradigma Stimulus-Respon, yaitu suatu proses yang memberikan respon
tertentu terhadap stimulus yang datang dari luar. Proses Stimulus-Respon (SR)
yaitu dorongan,rangsangan, respon serta penguatan. Ada beberapa jenis teori
yang

dikemukakan

oleh

tokoh-tokoh

Behaviorisme

yaitu

Teori

Classical

Conditioning dari Pavlov, serta Teori Connectionism dari Thorndike, Teori Operant
Conditioning dari B.F.Skinner, teori Watson, Teori Clark Hull, dan juga Teori Edwin
Gutrie. Teori ini memiliki keunggulan dan kelemahan. Keunggulan dari teori ini
adalah teori ini cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih
membutuhkan dominasi peran orang dewasa dan teori ini juga membiasakan
guru untuk bersikap jeli dan peka pada situasi dan kondisi belajar sedangkan
kelemahan dari teori ini adalah proses pembelajaran berpusat pada guru dan
siswa hanya mendengarkan penjelasan dan menghapal saja sehingga siswa
menjadi tidak aktif dan tidak dapat berkembang. Teori ini digunakan disetiap
jenjang pendidikan untuk melaksanakan proses pembelajaran dari dulu sampai
sekarang.

ISI (Teori)
A. Teori Pavlov : Teori Pelaziman Klasik (Classical Conditioning
Theory)
Teori Pelaziman Klasik ini merupakan teori pertama dalam teori
stimulus- respon. Teori ini ditemukan oleh Ivan P. Pavlov (1848-1936). Ivan

Petrovich Pavlov lahir 14 September 1849 di Ryazan Rusia yaitu desa


tempat ayahnya Peter Dmitrievich Pavlov menjadi seorang pendeta. Ia
dididik di sekolah gereja dan melanjutkan ke Seminari Teologi. Pavlov lulus
sebagai sarjan kedokteran dengan bidang dasar fisiologi. Pada tahun 1884
ia menjadi direktur departemen fisiologi pada institute of Experimental
Medicine dan memulai penelitian mengenai fisiologi pencernaan. Ivan
Pavlov meraih penghargaan nobel pada bidang Physiology or Medicine
tahun 1904. Karyanya mengenai pengkondisian sangat mempengaruhi
psikology behavioristik di Amerika. Karya tulisnya adalah Work of
Digestive Glands(1902) dan Conditioned Reflexes(1927).
Classical conditioning (pelaziman klasik) adalah
ditemukan

Pavlov

melalui

percobaannya

terhadap

proses

anjing,

yang

dimana

perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara


berulang-ulang

sehingga

memunculkan

reaksi

yang

diinginkan.

Eksperimen-eksperimen yang dilakukan Pavlov dan ahli lain tampaknya


sangat

terpengaruh

pandangan

behaviorisme,

kejiwaan seseorang dilihat dari perilakunya.


Bertitik tolak dari asumsinya bahwa

dimana
dengan

gejala-gejala
menggunakan

rangsangan-rangsangan tertentu, perilaku manusia dapat berubah sesuai


dengan apa yang diinginkan. Kemudian Pavlov mengadakan eksperimen
dengan menggunakan binatang (anjing) karena ia menganggap binatang
memiliki kesamaan dengan manusia. Namun demikian, dengan segala
kelebihannya, secara hakiki manusia berbeda dengan binatang.
Teori Pavlov berkembang dari percobaan

laboratoris terhadap

anjing. Dalam percobaan ini, anjing diberi stimulus bersyarat sehingga


terjadi reaksi bersyarat pada anjing. Ketika Pavlov melakukan eksperimen
mengenai proses pencernaan hewan, dia mendapati bahwa sebelum
seekor anjing memulai memakan makanan, air liurnya terlebih dahulu
keluar. Setiap kali anjing yang diamati melihat makanan, air liur anjing
selalu keluar. Untuk percobaan berikutnya yakni dia membunyikan lonceng
sebelum anjing diberi makan. Sebelumnya, dengan pembunyian lonceng
saja, tanpa

diikuti pemberian makanan, tidak pernah membuat anjing

mengeluarkan air liurnya. Namun, dengan pemberian makanan, membuat


anjing

itu

meneluarkan

air

liurnya.

Disini

berarti

anjing

telah

mempelajari bahwa bunyi lonceng bermakna makanan akan muncul dan


oleh karena itu, air liurnya akan keluar. Anjing tersebut telah belajar
mengasosiasikan bunyi lonceng dengan makanan. Bunyi lonceng menjadi

stimulus dengan pelaziman, dan keluarnya air liur anjing disebut respons
dengan pelaziman.

Eksperimen Pavlov dengan anjing itu terdiri dari empat elemen


terpisah yang selalu muncul dalam teori pembiasaan klasik yaitu :
1)
Stimulus yang tidak dilazimkan (STD) seperti, makanan yang selalu
membangkitkan reaksi tertentu yaitu mengeluarkan air liur.
2)
Respons tidak dilazimkan (RTD) seperti, reaksi mengeluarkan air liur
yang selalu keluar apabila STD muncul.
3)
Stimulus yang dilazimkan (SD) seperti, bunyi lonceng yaitu satu
peristiwa yang pada mulanya sebelum dilazimkan tidak membangkitkan
respons yang dikehendaki.
4)
Respons yang dilazimkan (RD) seperti, mengeluarkan air liur setelah
hanya mendengar bunyi lonceng yaitu perilaku yang dipelajari oleh anjing
setelah terjadinya stimulus yang dilazimkan.
Dari eksperimen itu, Pavlov beranggapan bahwa pembelajaran
merupakan rangkaian panjang dari respons-respons yang dibiasakan (RD)
ini sehingga menurut Pavlov, respons yang dibiasakan adalah unit
pembelajaran yang paling baik.
Berdasarkan hasil eksperimennya, Pavlov beranggapan bahwa
pembelajaran merupakan rangkaian panjang dari respon-respon yang
dibiasakan (RD). Menurut teori Pelaziman Klasik ini kemampuan seseorang
untuk membentuk respon-respon yang dibiasakan berhubungan erat
dengan jenis sistem yang digunakan. Teori ini percaya adanya perbedaanperbedaan yang dibawa sejak lahir dalam kemampuan belajar. RD dapat
diperkuat dengan ulangan-ulangan teratur dan intensif. Pavlov tidak
tertarik dengan pengertian atau pemahaman atau yang disebut
insight

(kecepatan

melihat

hubungan-hubungan

di

dalam

pikiran).

Akhirnya bisa dikatakan bagi Pavlov respon yang dibiasakan adalah unit
dasar pembelajaran yang paling baik.
Teori ini dapat menggunakan stimulus netral, seperti sebuah nada
atau sinar untuk membentuk perilaku (respons).
Contoh teori pelaziman klasik ini dalam kehidupan sehari-hari
adalah misalnya ketika saya masih kecil saya tidak tahu atau belum dapat
menandai suara dentingan mangkuk dari pedagang bakso yang berkeliling
di kompleks rumah saya. Namun setiap hari saya terus mendengar itu,
sehingga pada akhirnya saya mengetahui kalau bunyi dentingan mangkuk
itu berarti menandakan akan datangnya pedagang bakso.

B. Teori Thorndike : Teori Penghubungan (Connectism Theory)

Teori Pengubungan ini merupakan teori kedua dalam keluarga teori-

teori As. S-R ini. Teori ini telah diperkenalkan oleh Edward L. Thorndike
(1874-1949). Edward L. Thorndike (1874-1949) adalah

salah seorang

penganut paham psikologi tingkah-laku. Berdasarkan hasil percobaannya


di

laboratorium

yang

menggunakan

beberapa

jenis

hewan,

ia

mengemukakan suatu teori belajar yang dikenal dengan teori pengaitan


(connectionism).
Menurut Thorndike, belajar merupakan peristiwa terbentuknya
asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S)
dengan respon (R ). Stimulus adalah suatu perubahan dari lingkungan
eksternal yang menjadi tanda untuk mengaktifkan organisme untuk
beraksi atau berbuat sedangkan respon dari adalah sembarang tingkah
laku yang dimunculkan karena adanya perangsang. Bentuk belajar yang
khas baik pada hewan maupun pada manusia oleh Thorndike disifatkan
sebagai trial and error learning atau learning by selecting and
connecting. Organisme dihadapkan kepada situasi yang mengandung
problem untuk dipecahkan; itu akan memilih respon yang tepat diantara
berbagai respon yang mungkin akan dilakukan.
Eksperimen-eksperimen Thorndike yang

mula-mula

modelnya

adalah demikian ini, dan terutama dilakukan dengan mempergunakan


kucing sebagai subyek dalam eksperimen itu.Eksperimennya yang khas
ialah dengan kucing yang masih muda yang kebiasaan-kebiasaannya
belum kaku, dibiarkan lapar; lalu dimasukkan ke dalam kurungan yang
disebut problem box yaitu sebuah sangkar besar. Konstruksi pintu
kurungan itu dibuat sedemikian rupa, sehingga kalau kucing menyentuh
tombol tertentu pintu kurungan akan terbuka dan kucing dapat keluar
mencapai makanan yang ditempatkan di luar kurungan sebagai hadiah
atau daya penarik bagi si kucing yang lapar itu. Pada usaha (trial) yang
pertama kucing itu melakukan bermacam-macam gerakan yang kurang
relevan misalnya mencakar, menubruk dan sebagainya sampai kemudian
menyentuh tombol dan pintu terbuka. Waktu yang dibutuhkan dalam
usaha yang pertama adalah lama. Percobaan yang sama seperti itu
dilakukan berulang-ulang pada usaha atau trial berikutnya ternyata waktu
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan problem itu makin singkat. Hal ini
ditafsirkan

oleh Thorndike

demikian: kucing itu sebenarnya tidak

mengerti cara membebaskan diri dari kurungan itu, tetpai dia belajar
mencamkan

(mempertahankan)

respon-respon

yang

benar

dan

menghilangkan atau meninggalkan respon-respon yang salah.


Teori tersebut menyatakan bahwa

belajar

pada

hewan dan

manusia pada dasarnya berlangsung menurut prinsip yang sama yaitu,


belajar

merupakan

peristiwa

terbentuknya

ikatan

(asosiasi)

antara

peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon (R) yang


diberikan atas stimulus tersebut. Stimulus adalah suatu perubahan dari
lingkungan eksternal yang menjadi tanda untuk mengaktifkan organisme
untuk beraksi atau berbuat, sedangkan respon adalah sembarang tingkah
laku yang dimunculkan karena adanya perangsang. Asosiasi yang
demikian itu disebut bond atau connection. Dalam hal ini, akan akan
menjadi lebih kuat atau lebih lemah dalam terbentuknya atau hilangnya
kebiasaan-kebiasaan. Oleh karena itu, teori belajar yang dikemukakan oleh
Thorndike ini sering disebut dengan teori belajar koneksionisme atau teori
asosiasi.

Dengan

adanya

pandangan-pandangan

Thorndike

yang

memberikan sumbangan cukup besar di dunia pendidikan tersebut, maka


ia

dinobatkan

sebagai

salah

satu

tokoh

pelopor

dalam

psikologi

pendidikan.
Ia mengemukakan beberapa hukum belajar yang dikenal dengan
sebutan law of effect. Menurut hukum ini belajar akan lebih berhasil jika
respon terhadap suatu stimulus segera diikuti dengan rasa senang atau
kepuasan. Teori belajar stimulus-respon yang dikemukakan oleh Thorndike
ini disebut juga koneksionisme. Teori ini menyatakan bahwa pada
hakikatnyabelajar merupakan proses pembentukkan hubungan anatara
stimulus dan respon. Terdapat beberapa dalil atau hukum kesiapan (law of
readiness), hukum latihan (law of exercise) dan hukum akibat (law of
effect).
Thorndike mengemukakan bahwa terjadinya asosiasi antara stimulus
dan respon ini mengikuti hukum-hukum berikut:
1. Hukum kesiapan (Law of readiness)
Hukum kesiapan adalah prinsip tambahan yang menggambarkan taraf
fisiologis bagi law of effect. Hukum ini menunjukkan keadaan-keadaan
dimana satu organisme cenderung untuk mendapatkan kepuasan atau
ketidakpuasaan, menerima atau menolak sesuatu. Menurut Thorndike ada
tiga keadaan yang demikian itu, yaitu:
2.

Hukum latihan (law of exercise)

Hukum ini mengandung dua hal yaitu:

Law of use: hubungan-hubungan atau koneksi-koneksi akan menjadi


bertambah

lemah

atau

terlupa

kalau

latihan-latihan

atau

penggunaan dihentikan.
Law of disuse: hubungan-hubungan atau koneksi-koneksi akan
menjadi bertambah lemah atau terlupa kalau latihan-latihan atau
penggunaan dihentikan.

Interpretasi dari hukum ini adalah semakin sering suatu pengetahuan


yang

telah terbentuk akibat terjadinya asosiasi antara stimulus dan

respondilatih (digunakan), maka ikatan tersebut akan semakin kuat. Jadi,


hukum ini menunjukkan prinsip utama belajar adalah pengulangan.
3.

Hukum akibat (law of effect)

Law of effect ini menunjukkan kepada makin kuat atau makin lemahnya
hubungan sebagai akibat dari pada hasil respon yang dilakukan. Apabila
suatu hubungan atau koneksi dibuat dan disertai atau diikuti oleh keadaan
yang memuaskan, maka kekuatan hubungan itu akan bertambah,
sebaliknya apabila suatu koneksi dibuat dan disertai atau diikuti oleh
keadaan yang tidak memuaskan, maka kekuatan hubungan itu akan
bertambah, sebaliknya apabila suatu koneksi dibuat dan disertai atau
diikuti oleh keadaan yang tidak memuaskan, maka kekuatan hubungan itu
akan berkurang. Hukum ini dapat juga diartikan, suatu tindakan yang
diikuti akibat yang menyenangkan, maka tindakan tersebut cenderung
akan diulangi pada waktu yang lain. Sebaliknya, suatu tindakan yang
diikuti

akibat

yang

tidak

menyenangkan,

maka

tindakan

tersebut

cenderung akan tidak diulangi pada waktu yang lain. Dalam hal ini,
tampak

bahwa

hukum

akibat

tersebut

ada

hubungannya

dengan

pengaruh ganjaran dan hukuman.


Ketiga hukum yang telah dikemukakan itu adalah hukum-hukum primer
(primary-laws). Kecuali ketiga hukum-hukum pokok atau hukum-hukum
primer itu Thorndike mengemukakan pula lima macam hukum-hukum
subside atau hukum-hukum minor (subsidiary laws, minor laws). Kelima
hukum subsider tersebut merupakan prinsip-prinsip yang penting di dalam
proses

belajar,

akan

tetapi

tidak

sepenting

hukum-hukum

primer.

Hubungan antara hukum-hukum pokok/primer dan hukum-hukum subsider


itu tidak begitu jelas, dan dalam tulisan-tulisan Thorndike yang lebih
kemudian hukum-hukum subsider tersebut kadang-kadang dipakai lagi.
Adapun ke lima hukum subsider tersebut adalah:

1. Law of multiple respon,


Merupakan langkah permulaan dalam proses belajar. Melalui proses
trial and error seseorang akan melakukan
respons

sebelum

bermacam macam

memperoleh

respons

yang tepat dalam memecahkan masalah yang di hadapi.


2. Law of attitude (law of set, law of disposition),
Merupakan situasi di dalam diri individu yang menentukanapakah
sesuatu itu menyenangkan atau tidak bagi individu tersebut. Proses
belajar individu dapat berlangsung dengan baik, lancar, bila situasi
menyenangkan dan terganggu bila situasi tidak menyenangkan.
3. Law of partial activity (law of prepotency element),
Merupakan

prinsip

yang

menyatakan

bahwa

manusia

memberikan respons hanya pada aspek tertentu sesuai dengan


presepsinya dari keseluruhan situasi ( respons selektif ), dengan
demikiaian orang dapat memberi respons yang berbeda pada stimulus
yang sama.
4. Law of respon by analog (law of assimilation), dan
Menurut Thorndike, manusia dapat melakukan respon pada situasi
yang belum dialami karena mereka dapat menghubungkan situasi
yang

baru

yang

belum

pernah

dialami dengan situasi lama yang pernah mereka alami, selanjutnya


terjadi perpindahan ( transfer ) unsur unsur yang telah mereka kenal
kepada situasi baru.
5. Law of associative shifting.
Perpindahan asosiasi adalah proses peralihan suatu situasi yang telah
dikenal ke situasi yang belum dikenal secara bertahap, dengan cara
ditambahkanya sedikit demi sedikit unsur unsur ( elemen ) baru
dan membuang

unsur

unsur

lama

sedikit

demi

sedikit, yang

menyebabkan suatu respons dipindahkan dari suatu situasi yang


sudah dikenal ke situasi lain yang baru sama sekali.
Jadi kesimpulan dari hasil eksperimennya, Thorndike berpendapat
bahwa pembelajaran merupakan suatu proses menghubung-hubungkan di
dalam sistem saraf dan tidak ada hubungannya dengan insight atau
pengertian. Karena itu, teori pembelajarannya disebut connectionism atau
S-R bond theory (teori gabungan stimulus-respon). Thorndike merumuskan
dua kaidah hukum yang utama, yaitu the law of exercise (hukum latihan),

dan the law of effect (hukum akibat). Yang dimaksud dengan hukum
latihan adalah hukum pembentukan kebiasaan atau tabiat. Sedangkan
yang dimaksud dengan hukum akibat adalah tidak lain dari yang sekarang
kita kenal dengan istilah reinforcement atau penguatan.
Contoh teori ini dalam kehidupan sehari-hari adalah ketika saya baru
dibelikan telepon genggam untuk pertama kalinya, saya mencoba
menggunakan telepon genggam tersebut sambil mempelajari fitur-fitur di
dalamnya. Saya lebih terfokus kepada fitur-fitur sms, kamera, mp3,
sedangkan fitur pengaturan profilnya tidak terlalu saya perhatikan. Suatu
saat saya lupa dimana meletakkan telepon genggam saya, ketika saya
mencarinya dengan cara meneleponnya melalui telepon rumah saya sadar
kalo profil telepon genggam saya sedang dalam keadaan diam, sehingga
tidak akan berbunyi. Sejak saat itu ketika saya berhasil menemukan
telepon genggam saya, saya mulai mempelajari bahwa fitur pengaturan
fitur dalam telepon genggam pun perlu diperhatikan dengan seksama.

C. Teori Watson : Teori Behaviorisme

Teori Behaviorisme merupakan teori ketiga di dalam keluarga teori-

teori As. S-R ini yang diperkenalkan oleh John B. Watson (1878-1858)
seorang ahli psikologi Amerika yang masyhur. John Broades Watson
dilahirkan di Greenville pada tanggal 9 Januari 1878 dan wafat di New York
City pada tanggal 25 September 1958. Ia mempelajari ilmu filsafat di
University of Chicago dan memperoleh gelar Ph.D pada tahun 1903
dengan disertasi berjudul "Animal Education". Watson dikenal sebagai
ilmuwan yang banyak melakukan penyelidikan tentang psikologi binatang.
Pada tahun 1908 ia menjadi profesor dalam psikologi eksperimenal dan
psikologi komparatif di John Hopkins University di Baltimore dan sekaligus
menjadi direktur laboratorium psikologi di universitas tersebut. Antara
tahun 1920-1945 ia meninggalkan universitas dan bekerja dalam bidang
psikologi

konsumen.

John Watson dikenal sebagai pendiri aliran behaviorisme di Amerika


Serikat. Karyanya yang paling dikenal adalah "Psychology as the
Behaviourist view it" (1913). Menurut Watson dalam beberapa karyanya,
psikologi haruslah menjadi ilmu yang obyektif, oleh karena itu ia tidak
mengakui

adanya

kesadaran

yang

hanya

diteliti

melalui

metode

introspeksi. Watson juga berpendapat bahwa psikologi harus dipelajari


seperti orang mempelajari ilmu pasti atau ilmu alam. Oleh karena itu,

psikologi harus dibatasi dengan ketat pada penyelidikan-penyelidikan


tentang tingkahlaku yang nyata saja. Meskipun banyak kritik terhadap
pendapat Watson, namun harus diakui bahwa peran Watson tetap
dianggap penting, karena melalui dia berkembang metode-metode
obyektif dalam psikologi.
Peran Watson dalam bidang pendidikan juga cukup penting. Ia
menekankan pentingnya pendidikan dalam perkembangan tingkahlaku. Ia
percaya bahwa dengan memberikan kondisioning tertentu dalam proses
pendidikan, maka akan dapat membuat seorang anak mempunyai sifatsifat tertentu. Ia bahkan memberikan ucapan yang sangat ekstrim untuk
mendukung pendapatnya tersebut, dengan mengatakan: "Berikan kepada
saya sepuluh orang anak, maka saya akan jadikan ke sepuluh anak itu
sesuai

dengan

kehendak

saya".

Sebenarnya

teori

ini

merupakan

kelanjutan dari teori Pelaziman Klasik Pavlov dalam bentuk baru yang lebih
terperinci. Oleh karena Watson (1930) telah memperkenalkan prinsipprinsip pembelajaran baru, maka belia semakin terkemuka dan terkenal
sebagai bapa behaviorisme terutama di Amerika Serikat, karena beliau
telah

berhasil

membangkitkan

kembali

perhatian-perhatian

ahli-ahli

psikologi kepada teori-teori As. S-R.


Watson merupakan seorang behavioris murni. Kajian Watson
tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperti fisika atau
biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu
sejauh dapat diamati dan diukur. Menurut Watson, belajar adalah proses
interaksi antara stimulus dan respons. Dalam hal ini, stimulus dan respons
yang

dimaksud

dibentuk

dari

tingkah

laku

yang

dapat

diamati

(observabel) dan dapat diukur. Watson mengakui adanya perubahanperubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar dan ia
menganggap

hal-hal

tersebut

sebagai

faktor

yang

tak

perlu

diperhitungkan.
Watson mengadakan eksperimen terhadap Albert seorang bayi
berumur 11 bulan. Pada mulanya Albert tidak takut terhadap binatang
seperti tikus putih berbulu halus. Albert senang sekali bermain-main
dengan tikus putih yang berbulu cantik itu. Dalam eksperimen ini, Watson
memulai proses pembiasaannya dengan cara memukul sebatang besi
dengan sebuah palu setiap kali Albert ingin mendekati dan ingin
memegang tikus putih itu. Akibatnya, tidak lama kemudianAlbert menjadi
takut terhadap tikus putih itu, dan juga terhadap kelinci putih. Bahkan juga

terhadap semua benda berbulu putih, termasuk jaket dan topeng


Sinterklas berjanggut putih. Dengan eksperimen itu Watson menyatakan
bahwa dia telah berhasil membuktikan bahwa pelaziman dapat merubah
perilaku seseorang menjadi nyata.
Teori perubahan perilaku (belajar) dalam kelompok behaviorisme ini
memandang manusia sebagai produk lingkungan. Segala perilaku manusia
sebagian besar akibat pengaruh lingkungan sekitarnya. Lingkunganlah
yang membentuk kepribadian manusia.Behaviorisme tidak bermaksud
mempermasalahkan

norma-norma

pada

manusia.

Apakah

seorang

manusia tergolong baik, tidak baik, emosional, rasional, ataupun irasional.


Di sini hanya dibicarakan bahwa perilaku manusia itu sebagai akibat
berinteraksi dengan lingkungan, dan pola interaksi tersebut harus bisa
diamati dari luar.
Contoh teori Behaviorisme ini dalam kehidupan sehari-hari adalah
ketika saya yang dilahirkan di kota Bandung yang pada umumnya orang
Sunda merupakan orang yang lemah lembut dalam berperilaku dan
berbicara, tidak biasa mendengar suara orang dengan nada tinggi. Namun
ketika saya pindah tempat tinggal menjadi di Nias, saya mulai terbiasa
dengan suara orang yang bernada tinggi, selain itu juga saya menjadi
orang yang tegas dan kuat berbeda dengan diri saya yang sebelumnya.

D. Teori Guthrie : Teori Kesegeraan atau Kedekatan (Contiguity


Theory)

Teori

ini dalam bahasa Inggris disebut juga dengan tempral

contiguity atau contiguos conditioning yang diperkenalkan oleh E.R.


Guthrie (1942, 1952, 1959). Edwin Ray Guthrie lahir dan dibesarkan di
Lincoln, Nebraska. Setelah lulus dari sekolah menengah atas, beliau
kembali menduduki bangku sekolah di Univeritas Nebraska dimana beliau
mendapat gelar sarjana matematika. Beliau merupakan pemenang kedua
medali emas di Asosiasi Psikologi Amerika ketika membuat transisi dari
filosofi menjadi psikologi.
Menurut Guthrie kesegeraan hubungan diantara satu gabungan
stimulus-respons akan memperbesar kemungkinan berulangnya pola
stimulus-respons ini. Terjadinya respons yang segera dari gabungan
stimulus-respons merupakan pembelajaran itu sendiri. Jadi, kesegeraan
merupakan kunci pembelajaran dari teori ini.
Menurut Guthrie, pembelajaran berlangsung secara coba-tunggal
(single-trial). Oleh karena itu, latihan dan ulangan diperlukan untuk

membiasakan

stimulus

baru

untuk

menimbulkan

respons

yang

dikehendaki. Jika respons yang dikehendaki ini terjadi berulang-ulang,


maka organisme akan kurang cenderung untuk memberikan respons yang
lain. Dalam pembelajaran bahasa asing misalnya, setiap bagian dari
kalimat yang betul harus diusahakan agar berhubungan stimulusnya,
sehingga sebuah kalimat yang betul akan berkembang melalui latihan.
Pembelajaran coba-tunggal yang dianjurkan oleh Guthrie ini
memerlukan pengaturan keadaan sedemikian rupa sehingga stimulusstimulus yang diberikan haruslah menimbulkan respons-respons yang
betul. Oleh karena itu, kesalahan-kasalahan haruslah dihilangkan dengan
cara mengkaji stimulus dengan seksama agar menimbulkan respons yang
betul bersama-sama dengan stimulusnya.
Oleh sebab itu, dalam kegiatan belajar perlu diberikan sesering
mungkin stimulus agar hubungan antara stimulus dan respons bersifat
lebih tetap. Ia juga mengemukakan agar respons yang muncul sifatnya
lebih kuat dan bahkan menetap, sehingga diperlukan berbagai macam
stimulus yang berhubungan dengan respons tersebut. Guthrie juga
percaya bahwa hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam
proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan
mampu merubah kebiasaan dan perilaku seseorang. Setelah Skinner
mengemukakan

dan

mempopulerkan

pentingnya

penguatan

(reinforcement) dalam teori belajarnya, sehingga hukuman tidak lagi


dipentingkan dalam belajar.
Contoh teori ini dalam kehidupan sehari-hari adalah ketika seorang
anak kecil yang selalu pulang sore sehabis pulang sekolah karena terus
bermain sehingga tidak ingat waktu. Anak itu ketika sampai rumah
dimarahi oleh kedua orangtuanya dan diberikan hukuman yaitu tidak
diberi uang jajan selama ia masih tidak langsung pulang ke rumah sehabis
pulang sekolah. Setelah sekian lama ia menjalani hukuman itu, akhirnya
anak itu pun jera dan tidak belajar untuk menuruti perintah kedua
orangtuanya yang meminta ia untuk langsung pulang ke rumah sehabis
pulang sekolah.

E. Teori

Skinner

Conditioning Theory)

Teori

Pelaziman

operan

(Operant

Teori Pelaziman Operan atau Instrumental ini diperkenalkan oleh B.F.


Skinner, seorang ahli psikologi Amerika yang terkenal. Burrhus Frederic
Skinner

dilahirkan

di

sebuah

kota

kecil

bernama

Susquehanna,

Pennsylvania, pada tahun 1904 dan wafat pada tahun 1990 setelah
terserang

penyakit

leukemia.

Skinner

dibesarkan

dalam

keluarga

sederhana, penuh disiplin dan pekerja keras. Ayahnya adalah seorang


jaksa dan ibunya seorang ibu rumah tangga.
Skinner mendapat gelar Bachelor di Inggris dan berharap bahwa
dirinya dapat menjadi penulis. Semasa bersekolah memang ia sudah
menulis untuk sekolahnya, tetapi ia menempatkan dirinya sebagai
outsider (orang luar), menjadi atheist, dan sering mengkritik sekolahnya
dan agama yang menjadi panutan sekolah tersebut. Setelah lulus dari
sekolah tersebut, ia pindah ke Greenwich Village di New York City dan
masih berharap untuk dapat menjadi penulis dan bekerja di sebuah surat
kabar.
Pada

tahun

1931,

Skinner

menyelesaikan

sekolahnya

dan

memperoleh gelar sarjana psikologi dari Harvard University. Setahun


kemudian ia juga memperoleh gelar doktor (Ph.D) untuk bidang yang
sama. Pada tahun 1945, ia menjadi ketua fakultas psikologi di Indiana
University dan tiga tahun kemudian ia pindah ke Harvard dan mengajar di
sana sepanjang karirnya. Meskipun Skinner tidak pernah benar-benar
menjadi penulis di surat kabar seperti yang diimpikannya, ia merupakan
salah satu psikolog yang paling banyak menerbitkan buku maupun artikel
tentang teori perilaku/tingkahlaku, reinforcement dan teori-teori belajar.
Skinner adalah salah satu psikolog yang tidak sependapat dengan Freud.
Menurut Skinner meneliti ketidaksadaran dan motif tersembunyi adalah
suatu hal yang percuma karena sesuatu yang bisa diteliti dan diselidiki
hanya perilaku yang tampak/terlihat. Oleh karena itu, ia juga tidak
menerima konsep tentang self-actualization dari Maslow dengan alasan
hal

tersebut

merupakan

suatu

ide

yang

abstrak

belaka.

Skinner

memfokuskan penelitian tentang perilaku dan menghabiskan karirnya


untuk mengembangkan teori tentang Reinforcement. Dia percaya bahwa
perkembangan kepribadian seseorang, atau perilaku yang terjadi adalah
sebagai akibat dari respond terhadap adanya kejadian eksternal. Dengan
kata lain, kita menjadi seperti apa yang kita inginkan karena mendapatkan
reward dari apa yang kita inginkan tersebut. Bagi Skinner hal yang paling
penting untuk membentuk kepribadian seseorang adalah melalui Reward

& Punishment. Pendapat ini tentu saja amat mengabaikan unsur-unsur


seperti emosi, pikiran dan kebebasan untuk memilih sehingga Skinner
menerima banyak kritik.
Teori ini telah dikenali sebagai aliran neobehaviorisme karena
sebenarnya teori ini adalah bentuk baru dari teori behaviorisme. B.F.
Skinnner (1938, 1953, 1957, 1974) merupakan tokoh yang paling terkenal
dari aliran neobehaviorisme ini.
Teori

tentang

pembiasaan

operan

dapat

dijelaskan

dengan

percobaan skinner terhadap seekor tikus. Di dalam sebuah kotak yang


disebut dengan kotak skinner terdapat sebuah kaleng tempat makanan,
dan di luar kotak terdapat semacam alat untuk menjatuhkan biji-biji
makanan ke dalam kaleng itu. Setiap kali biji makanan jatuh ke dalam
kaleng akan terdengar bunyi ting yang nyaring; dan apabila bunyi ting
terdengar berarti ada makanan jatuh ke dalam kaleng tersebut. Seekor
tikus dimasukkan ke dalam kotak skinner itu. Biji-biji makanan akan jatuh
ke dalam kaleng jika sebatang besi yang disisipkan ke dalam kotak itu
dipijak oleh tikus. Pada waktu tikus itu lapar secara kebetulan batang besi
itu terpijak olehnya, dan biji-biji makanan pun jatuh ke dalam kaleng.
Setelah beberapa kali terjadi, tikus itu mengetahui bahwa apabila dia
menekan batang besi maka makanan akan jatuh ke dalam kaleng.
Biji makanan itu adalah penguat (reinforcer); peristiwa penekanan
batang besi disebut peristiwa penguatan (reinforcing event); munculnya
makanan disebut rangsangan penguat (reinforcing stimulus); sedangkan
perilaku tikus adalah perilaku yang dibiasakan (conditioned respons).
Perilaku yang dibiasakan bersifat operan di dalam perilaku ini
menyebabkan munculnya biji makanan. Tingkah laku yang operan
mempunyai

pengaruh

terhadap

lingkungan;

dan

lingkungan

yang

dipengaruhi ini memberikan hadiah sebagai penguatan kepada pelaku


yang mengeluarkan perilaku tersebut. Hadiah yang menjadi penguat inilah
(yang

dalam

eksperimen

di

atas

berupa

biji-biji

makanan)

yang

menyebabkan tikus itu akan lebih cenderung untuk menekan batang besi
itu.
Dari percobaan itu, Skinner menarik kesimpulan bahwa penguatan
(reinforcement)

selalu

menambah

kemungkinan

berulangnya

suatu

perilaku. Karena itu, beliau berpendapat bahwa penguatan harus cepat


dilakukan sebelum tingkah laku lain mengganggu dan agar hasil yang
maksimal dapat diperoleh. Selanjutnya, karena penekanan akan perlunya
penguatan juga mendasari teori ini, maka teori pelaziman instrumental ini

sering

disifatkan

sebagai

model

S-R-R

yaitu

stimulus-respons-

reinforcement. Dalam percobaan di atas, perilaku yang dibiasakan yaitu


menekan batang besi telah bersifat instrumental untuk mendapatkan
hadiah, yakni biji makanan ataupun kemungkinan mendapatkan hukuman.
Bagi Skinner, perilaku berbahasa lebih banyak dipengaruhi atau
disebabkan oleh rangsangan (stimulus) dari luar serta pengukuhan
(reinforcement) dari rangsangan itu. Dia juga tidak menerima akan adanya
kepandaian yang dibawa sejak lahir dalam pembelajaran berbahasa itu
semata-mata

diperoleh

sebagai

hasil

rangsangan

dan

pengukuhan

terhadap rangsangan itu.


Mengenai akuisisi atau pemerolehan bahasa ibu oleh kanak-kanak
Skinner

berpendapat

bahawa

pemerolehan

itu

berlangsung

secara

berangsur-angsur mengikuti peristiwa-peristiwa tertentu (Skinner, 1974 :


94).
Menurut teori Skinner inti dari teorinya yaitu terdapat penguatan
positif dan penguatan negatif dalam proses pembelajaran. Penguatan
positif

dan

penguatan

negatif

ini

bertujuan

untuk

meningkatkan

pengetahuan dalam preoses pembelajaran.


Contoh penguatan positif dala kegiatan sehari-hari saya yaitu dalam
diskusi apabila ada yang bertanya atau yang aktif maka ditulis namanya
untuk mendapat nilai. Contoh penguatan negatif yaitu guru atau dosen
yang mengatai anak didiknya bodoh maka siswa atau mahasiswa tersebut
akan termotivasi dari perkataan guru atau dosen dan akan terus belajar
agar guru atau dosen tidak berkata seperti itu lagi.

F. Teori Hull : Teori Pengurangan Dorongan atau Ketegangan


(Drive Reduction Theory)
Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Clark Hull (1943, 1952). Di
dalam

teorinya

ini

Hull

memiliki

tujuan

untuk

meramalkan

atau

menggambarkan suatu prilaku itu sendiri. Oleh karena itu untuk bisa
meramalkan prilaku maka pembentukan perilaku merupakan hal yang
mutlak untuk dilakukan. Dalam proses pembentukan prilaku untuk
menghasilkan gerak balas tertentu maka peringkat dorongan yang akan
diberikan pun harus memiliki porsi tertentu pula.
Tujuan utama teori Hull ini ialah untuk meramalkan perilaku dan
melukiskan perilaku itu. Pembelajaran menurut Hull, bergantung pada
pengukuhan utama dan pengukuhan kedua dan kekuatan sesuatu gerak

balas bergantung pada dorongan atau rangsangan yang diberikan pada


masa tertentu.
Yang penting mengenai teori hull ini adalah peningkatannya sedikit
kea rah penerimaan yaitu terdapatnya sesuatu yang menengahi di antara
rangsangan
dibangkitkan

dan

gerak

oleh

balas,

pencapaian

yaitu
satu

dorongan
tujuan

(ketegangan)

tertentu.

Oleh

yang
karena

organisme merasa ingin mencapai satu tujuan tetentu, maka pengharapan


untuk mencapai tujuan ini telah mendorong organisme untuk bereaksi.
Contoh teori ini dalam kehidupan sehari-hari adalah ketika seorang
anak kelas 3 SMP yang akan mengikuti ujian nasional yang belajar dengan
keras karena orangtuanya berkata jika ia tidak lulus, maka ia tidak akan
dilanjutkan ke sekolah lagi. Oleh karena itu, si anak ini pun berusaha lulus
dengan cara belajar dengan sangat keras karena ia takut tidak lulus ujian
dan tidak akan disekolahkan lagi oleh kedua orang tuanya.

G. Teori Osgood : Teori Mediasi atau Penengah (Mediation


Theory)

Teori

ini

pertama

kali

diperkenalkan

oleh

Charles

Osgood

(1952,1953,1962). Teori ini mengemukakan bahwa diantara stimulus dan


respons terdapat factor mediasi yang menengahi keduanya. Teori ini
dianggap sebagai bentuk baru daripada aliran behaviorisme namun lebih
progresif karena menerangkan factor penengah yang terdapat di dalam
hubungan stimulus-respons dengan cara behaviorisme. Oleh karena itu
teori ini juga digolongkan ke dalam aliran neobehaviorisme bersama
dengan teori Hull.
Osgood telah menjelaskan proses pemerolehan semantic (makna)
berdasarkan teori mediasi atau penengah ini. Menurutnya, makan
merupakan hasil proses pembelajaran dan pengalaman seseorang dan
merupakan satu proses mediasi untuk melambangkan sesuatu. Maka dari
itu, sebagai proses mediasi pelambang dan merupakan satu bagian yang
distingtif dari keseluruhan respon terhadap satu objek yang telah
dibiasakan pada kata untuk objek itu.

Makna ini sebagai satu proses

mediasi untuk merangsang seseorang memberikan respon dengan cara


tertentu pada objek asli, terutama memberikan respon linguitik (bahasa).
Osgood juga memperkenalkan konsep sign (tanda atau isyarat)
sehubungan dengan makna imi. Menurut teori perilaku Osgood ini, maka
semua sign baik dlaam linguisitk ataupun bukan, bergantung pada prosesproses mediasi pelambang atau penengah pelambang. Proses-proses

mediasi pelambang ini berkembang melalui hubungan yang terjadi antara


sign dengan objek dan peristiwa yang terjadi ketika manusia berinteraksi.
Intinya di dalam pemeroleha bahasa suatu organisme tidak hanya
membutuhkan satu rangsangan, yaitu oleh satu rangsangan utama saja
karena untuk memahami bahasa organisme memerlukan berberapa
rangsangan

tambahan

yang

dalam

hal

ini

adalah

mediator

atau

penghubung yang muncul secara serentak untuk memicu organism


tersebut untuk mempelajari bahasa.

H. Teori Mowrer : Teori Dua Faktor Disempurnakan (Revised


Two Factors Theory)
Teori ini diperkenalkan oleh D. Hobart Mowrer pada 1960 yang
mana di dalam teorinya yang dilazimkan bukanlah perilaku melainkan
perasaan seseorang. Menurut teori ini pemakai suatu bahasa membangun
dan memahami kalimat-kalimat bahasa tersebut melalui perasaan yang
diperolehnya dari arti yang terkandung di dalam suatu kata dan akibat
yang diakibatkan kata-kata tersebut memberikan dampak apa pada
perasaannya.

Dengan

kata

lain

kata-kata

tersebut

memberikan

rangsangan tertentu pada emosi seseorang dan rangsangan yang


menggetarkan emosinya itulah yang pada akhirnya membuat seseorang
memberikan respons tertentu yang pada akhirnya membuat seseorang
memberikan respons tertentu pada kata-kata tersebut. Sebagai contoh
adalah pemberian stimulus berupa reaksi-reaksi penengah atau mediasi
yang akan memberikan respon yang berbeda. Teori ini disebut teori 2
faktor karena didalam teori ini ada 2 jenis pengukuhan yaitu :
1. Pengukuhan Bertambah
Pada pengukuhan bertambah,

perasaan

takut

dan

kecewa

telah

ditambahkan dalam pengukuhan ini. Emosi (perasaan) saja yang dapat


dilazimkan bukan perilaku, jadi setiap gerak balas yang dilazimkan
merupakan satu gerak balas emosi yang bertindak sebagai dorongan yang
merangsang seseorang untuk beraksi atau bertindak. Jadi menurut Mowrer
ini, perasaan atau emosi takut dan perasaan mengharapkan sesuatu,
demikian juga perassan lega dan perassan kecewa merupakan reaksireaksi penengah atau mediasi yang telah dilazimkan kepada rangsangan
yang

berhubungan

dengan

sesuatu

membangkitkan hadiah atau hukuman.


2. Pengukuhan Berkurang

gerak

balas

(aksi)

yang

Pada jenis ini merupakan kebalikan dari pengukuhan sebelumnnya yang


mana di dalam hal ini ketegangan menjadi berkurang akibat dikuranginya
pengukuhan.
Eksperimen yang dilakukan dalam teori ini berdasarkan teori
pemuasan diri yang mana contoh yang ditunjukkan dalam eksperimen ini
adalah seorang bayi. Bayi tersebut pada awalnya tidak mengerti bahasa
ataupun kata, namun ketika pertama kali ia mendengar kata-kata dari
ibunya secara idak langsung bayi tersebut juga merasakan kasih saying
sang ibu. Jdi secara tidak langsung kasih sayang ibunya membangkitkan
gerak balas atau cinta yang mana di saat anak itu sudah mampu meniru
kata-kata ia akan menirukan kata-kata yang sering diucapkan ibunya
sebagai bgian untuk memperoleh apa yang diinginkannya dalam hal ini
yaitu memperoleh kepuasan akan emosi kasih sayang.

KESIMPULAN
1. Keunggulan Teori Behaviorisme
Teori

ini

cocok

diterapkan

untuk

melatih

anak-anak

yang

masih

membutuhkan dominansi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus


dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan
langsung seperti diberi permen atau pujian.
2. Kelemahan Teori Behaviorisme
Pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered learning),
bersifat mekanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang diamati dan diukur.

You might also like