Professional Documents
Culture Documents
JUDUL
ANALISIS KEMANTAPAN DESAIN LERENG PENAMBANGAN BATUBARA
BLOK 7, BINUNGAN PT. BERAU COAL, KALIMATAN TIMUR
B. ALASAN PEMILIHAN JUDUL
Batubara merupakan salah satu bahan bakar alternatif selain minyak bumi
yang sedang di kembangkan sebagai sumber energi bagi kehidupan manusia, dengan
jumlah cadangan yang besar sekali tersebar di seluruh dunia termasuk Indonesia.
Untuk memenuhi pangsa pasar batubara yang semakin besar maka dilakukan
penambangan batubara oleh PT. Berau Coal di Kalimantan Timur yang dilakukan
dengan tambang terbuka.
Pengupasan lapisan tanah penutup yang dilakukan untuk mendapatkan
batubara mengakibatkan terbentuknya lereng-lereng dengan jurus dan ketinggian
yang berbeda yang akan menimbulkan masalah berupa keruntuhan jenjang tersebut,
karena itu diperlukan suatu estimasi sudut optimum sebagai masukan kedalam
rancangan tambang.
Rancangan lereng perlu dilakukan karena keberhasilan dalam proses
penambangan turut ditentukan oleh adanya kondisi kerja yang aman. Lereng yang
tidak aman dapat menimbulkan longsor dan memberikan gangguan terhadap
tambang paling tidak dalam hal :
1. Dapat menimbulkan kehilangan nyawa manusia
2. Kerugian hilangnya harta benda yang dimiliki perusahaan ini.
3.
ini adalah
D. PERUMUSAN MASALAH
Rancangan sudut lereng dalam suau tambang terbuka dipengaruhi oleh :
kekuatan batuan, struktur geologi, kondisi hidrologi, arah dinding tambang (pit wall),
tinggi lereng, distribusi bahan tambang, dan kondisi operasi. Karena parameterparameter ini bervariasi antara tempat satu dengan yang lainnya dalam suatu lokasi
tambang, maka lokasi tambang harus di bagi menjadi beberapa sektor berdasarkan
parameter sejenis atau mirip. Batas-batas struktural yang ada menjadi kriteria
pembatas utama, sedangkan parameter lain menjadi pembatas yang berkaitan dengan
masalah ekonomi.
Perancangan tambang harus dikembangkan berdasarkan sudut lereng yang
diasumsikan dan sektor rancangan yang dipilih serta sudut lereng optimum yang
ditentukan. Berdasarkan sudut lereng yang optimum tambang harus dirancang
kembali dan lereng tambang harus dievaluasi berdasakan geometri pit yang baru.
Untuk setiap sektor dalam pit, orientasi cacat batuan, dan struktur mayor.
Data tersebut dapat diplotkan pada proyeksi stereografis. Berdasarkan hasil proyeksi
ini dapat ditentukan model longsoran yang mungkin terjadi dan memilih analisis
yang digunakan.
E. METODE PENDEKATAN
Rancangan lereng dalam tambang terbuka mencakup analisis tiga komponen
utama dari suatu lereng tambang yaitu : konfigurasi jenjang, sudut antar jenjang
(interamp angle), sudut lereng total.
Sedangkan faktor-faktor yang berpengaruhi terhadap kemantapan lereng
antara lain :
1.struktur Geologi
2. Sifat fisik dan mekanik batuan
3. Geometri lereng
4. Kondisi air tanah
5. Gaya-gaya dari luar
6. Kondisi operasi
7. Topografi daerah
Metoda-
metoda
analisis
kemantapan
lereng
yang
di
gunakan
vertikal
juga
berkurang
karena
adanya
penghilangan
Geometri lereng
Kemiringan dan ketinggian suatu lereng sangat mempengaruhi
kemantapannya. Semakin besar kemiringan dan ketinggian suatu lereng,
maka kemantapan lereng tersebut semakin berkurang.
2. Struktur batuan
Struktur batuan yang sangat mempengaruhi kemantapan lereng
adalah bidang-bidang sesar, perlapisan dan rekahan. Struktur batuan
tersebut merupakan bidang lemah dan sekaligus sebagai tempat
merembesnya air, sehingga batuan lebih mudah longsor.
3. Sifat fisik dan mekanik batuan
Sifat fisik batuan yang mempengaruhi kemantapan lereng adalah :
bobot isi, porositas, dan kandungan air, kuat tekan, kuat tarik, kuat geser
dan sudut geser dalam batuan merupakan sifat mekanik batuan yang
berpengeruh terhadap kemantapan lereng.
4. Topografi daerah setempat
Keadaan dan genesa daerah setempat serta sejarah
perkembangannya
memainkan
peranan
penting
dalam
memahami
6. Geometri lereng
Ada tiga komponen utama dari suatu lereng tambang yaitu :
konfigurasi jenjang, sudut antar jenjang, dan sudut lereng total. Lereng
yang terlalu tinggi menjadi lebih tidak stabil sehingga cenderung mudah
longsor daripada lereng yang tidak terlalu tinggi. Makin besar kemiringan
lereng atau tingkat kecuramannya semakin besar maka semakin mungkin
terjadinya kelongsoran.
7. Gaya-gaya luar
Gaya-gaya dari luar yang dapat mempengaruhi kemantapan
suatu lereng adalah :
a. Getaran yang di akibatkan oleh gempa bumi, peledakan dan
pemakaian alat-alat mekanis berat di dekat lereng.
b. Pemotongan dasar (toe) pada lereng.
c. Penebangan pohon-pohon pelindung lereng.
Suatu cara yang umum untuk menyatakan kemantapan suatu lereng adalah
faktor keamanan atau faktor kemantapan. Faktor ini merupakan perbandingan antara
gaya penahan yang menyebabkan lereng tetap stabil dengan gaya yang menyebabkan
lereng longsor. Secara sistematis faktor keamanan suatu lereng dapat dinyatakan
sebagai berikut :
R
Fp
Dimana :
F = Faktor keamanan lereng.
R = Gaya penahan, berupa resultan gaya-gaya yang membuat lereng tetap
stabil.
Fp = Gaya penggerak, berupa resultan gaya-gaya yang menyebabkan lereng
longsor.
Atau dinyatakan dalam bentuk rumus sebagai berikut :
F=
U = . w . Zw .(H-Z). Cosec p
V = .w . Zw2
Dimana :
F = Faktor keaman lereng
c = Kohesi pada bidang luncur
A = Panjang bidang luncur (m)
p = Sudut kemiringan bidang luncur ( 0 )
= Sudut geser dalam batuan (
F=
dimana :
= percepatan getaran pada arah mendatar
Pada keadaan : - F > 1,0 = Lereng dalam keadaan mantap.
- F = 1,0 = Lereng dalam keadaan seimbang (akan longsor).
- F < 1,0 = Lereng dalam keadaan tidak mantap.
Berdasarkan proses longsornya, longsoran dibagi menjadi empat macam
yaitu :
1. longsoran bidang
longsoran bidang adalah suatu longsoran batuan yang terjadi
sepanjang bidang luncur yang dianggap rata. Bidang luncur tersebut dapat
berupa bidang sesar, rekahan, maupun bidang perlapisan batuan. Syaratsyarat terjadinya longsoran bidang adalah :
a. terdapat bidang luncur bebas; berarti kemiringan bidang luncur harus
lebih kecil daripada kemiringan lereng.
b. arah bidang luncur sejajar atau mendekati sejajar dengan arah lereng
(maksimum berbeda 200).
c. kemiringan bidang luncur lebih besar daripada sudut geser dalam
batuannya.
d. Terdapat bidang bebas ( tidak terdapat gaya penahan) pada kedua sisi
longsoran.
2. Longsoran baji
Longsoran baji dapat terjadi pada suatu batuan jika terdapat lebih dari
satu bidang lemah yang bebas dan saling berpotongan. Sudut perpotongan
antara bidang lemah tersebut harus lebih besar dari sudut geser dalam
batuannya (lihat Gambar ..). bidang lemah ini dapat berupa bidang sesar,
rekahan, maupun bidang perlapisan.
Cara longsor suatu baji dapat melalui salah satu atau beberapa bidang
lemahnya, ataupun melalui garis perpotongan kedua bidang lemahnya.
3. longsoran busur
Longsoran batuan yang terjadi sepanjang bidang luncur yang berupa
busur disebut longsoran busur (lihat Gambar...). Longsoran busur hanya
akan terjadi pada tanah atau material yang bersifat seperti tanah. Antar
partikel tanah tidak terikat satu denga yang lain, dengan demikian,
longsoran busur juga dapat terjadi pada batuan yang sangat lapuk serta
banyak mengandung bidang lemah maupun tumpukan
hancur.
4. Longsoran guling
batuan yang
Longsoran guling akan terjadi pada suatu lereng batuan yang arah
kemiringannya berlawanan dengan kemiringan bidang lemahnya. Keadaan
tersebut digambarkan dengan balok-balok yang diletakkan di atas sebuah
bidang miring sebagai berikut (lihat gambar...) :
a. Jika > dan
x
y
tan
mengguling.
b. Jika
< dan
x
y
>
tan
mengguling.
Berdasarkan
disebut
Block
toppling
3. Gambaran kedua longsoran di atas (block flexural toppling).
Metoda-metoda analisis kemantapan lereng dapat dikelompokkan menjadi
tiga yaitu : metoda grafis, metoda analitik dan metode numerik. Metode grafis
bersifat kualitatif, yaitu untuk menentukan tipe longsoran yang mungkin terjadi dan
daerah kritis yang mungkin yang terjadi dan daerah kritis yang mungkin longsor
tanpa memperhitungkan
dan tidak
posisi serta lapisan yang berperan sebagai bidang longsoran serta pengukuran tinggi
muka air tanah dengan piezometer. Sedangkan metode tidak langsung diperoleh dari
literatur-literatur dan laporan-laporan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.
1. Macam dan sumber data
a). Data primer adalah data yang langsung diperoleh berdasarkan pengamatanpengamatan yang dilakukan dilapangan salah satunya mengukur tinggi, lebar
serta kemiringan jenjang.
b). Data sekunder adalah data-data pendukung penyusunan tulisan ini yang
diperoleh dari buku-buku literatur, laporan-laporan penelitian yang sudah ada
di PT. BERAU COAL dan instansi yang terkait seperti Dinas Pekerjaan
Umum daerah setempat atau Badan Metereologi dan Geofisika. Data-data
yang dikumpulkan dari perusahaan berupa data sifat fisis dan sifat mekanis
batuan, data keadaan geologi data topografi daerah, serta data-data lain yang
mendukung penelitian ini. Sedangkan data curah
diperoleh dari Dinas Pekerjaan Umum daerah tersebut atau melalui Badan
Metereologi dan Geofisika yang ada.
2. Urutan pekerjaan penelitian adalah sebagai berikut :
a. Pengamatan di lapangan.
b. Pengenalan masalah
c. Studi literatur-literatur dan laporan-laporan penelitian.
d. Penentuan lokasi pengambilan data.
e. Pengambilan data.
f. Pengelompokkan dan pengolahan data dengan bantuan program komputer.
g. Analisa data dengan perangkat lunak komputer khusus tambang.
h. Evaluasi hasil yang diperoleh.
i. Mengambil kesimpulan serta saran atas masalah yang ada.
H. HASIL YANG DIHARAPKAN
Hasil yang diharapkan dari penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai
berikut :
1. Hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan studi perbandingan bagi penelitian
yang ada kaitannya dengan permasalahan kemantapan lereng khususnya pada
tambang batubara.
2. Sebagai bahan masukan untuk menentukan kebijaksanaan perusahaan dalam
mempersiapkan perencanaan pembuatan jenjang pada daerah penambangan.
3. Untuk menambah wawasan di dalam menerapkan ilmu pertambangan.
I. RENCANA JADWAL KEGIATAN