Professional Documents
Culture Documents
SISTEM RESPIRASI
Flora normal/komensal :
MO flora normal/komensal dlm tubuh, akan
melindungi tbh secara berkompetisi dgn
patogen pd tmpt kolonisasi dan mhslkn
antibi otik/bacteriosin yg menekan MO
patogen.
Bakteri anaerob. Memproduksi produk
metabolik toksik dan as. Lemak bebas yg
menghambat MO lain.
Disaluran genital wanita, lactobacillus mem
produksi as. Laktat yg dpt menurunkan
pH, shg mencegah kolonisasi o/ patogen.
Transmisi :
Dpt brp droplet, droplet nuclei(agent
kering,melayang diudara), debu(agent nempel
pd debu), atau kontak (direk & indirek).
Hospes yg terinfeksi
Gizi mengakibatkan immunity defence
rendah.
Pelayanan kesehatan yg blm memadai.
Pencegahan :
Efektip bila secara menyeluruh aspek kehidup
an ditingkatkan, shg tercipta kualitas hidup
sehat dan sejahtera.
Morphologi :
Aerob
Atrikh
Bentuk bacill tipis, Tdk berspora
Dinding sel terdiri dari peptidoglikan
tebal, asam teikoat, dan lipid 50 %
dan kaya akan asam mikolat, shg
dikatakan bacil tahan asam ( tahan
didecolorisasi dgn asam
alkohol/asam kuat).
2.Pneumococcal
pneumonia/radang paru :
penyebab : a). Streptococcus
pneumoniae/Pneu
Occurrence : di mococcus.
seluruh dunia,
epidemi terjd. Di kamp pekerja,
penjara.
Morphologi : Diplococcus Gram
positip, punya simpai(virulen)
Komplikasi : Efusi pleura, gagal
napas, gagal organ multiple mrpk
komplikasi yg tjd pd semua patogen
pernapasan.
Epidemiologi :
Mrpk patogen 2 trsering pd meningitis bacteri,
dan mrpk agent utama pd sinusitis, otitis
media,dan eksaserbasi infektif penyakit dada
kronik.
Karier tdpt pd kelomp. Yg hdp berdekatan &
penuh sesak.
Ditularkan droplet diperkuat krn sdh ada ISPA
,kolonisasi faring mendahului pneumonia.
Pneumonia srg tjd pd px HIV, sindrom nefrotik,
jantung, ginjal kronik, pd disfungsi limpa/pasca
splenektomi, hepatitis alkoholik/sirosis, pd px
diabet, pd px keganasan(mieloma, limfoma),
dan immunosupresi berat.
Patogenesis :
Streptococcus pyogenes mrpk 1 dari 10
patogen teratas penyebab kematian didunia.
Membawa Ag KH grup A(Ag Lancefield),
dikllgi o/ Ag protein M, yg mencegah
fagositosis o/ lekosit. Antibodi thd prot.M
tertentu bsf melin dungi thd infeksi lanjut dr
jenis M yg sama.
Dpt mghslk bbrp toksin, sep toksin
erithrogen nik, yg berhubungan dgn demam
skarlet, dan eksotoksin pirogenik
Streptococcus A.B. dan C. MO mlekat ke sel
mlalui reseptor fibronektin.
c) Staphylococcus aureus
Occurerence :
diseluruh dunia, terutama diwilayah
tropik yg lembab, kumuh dan miskin
Rute penularan : Air borne, kontak
Morphologi :
Coccus Gram + ,berkelompok, tdk
mbtk spora, Atrikh, satu2nya yg
patogen dlm genusnya, punya ensim
koagulase, mrpk komensal pd kulit,
hidung, ketiak, atau perineum.
Epidemiologi:
Sering menyebabkan komplikasi pd
pneumo- nia( 49% px dirwt d RS, 50% di
ICU, punya bukti infeksi influensa).
MO ini tdk jrg mjd pnyebab pneumonia yg di
dpt di RS, yg juga bisa disebabkan o/ MRSA.
Lebih sering terjadi pd saat musim dingin.
Patologi dan patogenesis :
Memproduksi koagulase, yg mengkatalisis
perubahan fibrinogen mjd fibrin, yg menjadi
perlindungan bagi MO tsb.
ekstraselluler(lipase), u/ memecah
jaringan host & membantu invasi
Bbrp strain memprod. Eksotosin poten,
yg menyebabkan sindrom syok toksik.
Eksotoksin juga dpt menyebabkan diare.
Pneumonia dpt tjd stlh
influenza,berkembang dgn cpt, mbtk
kavitas, mmiliki mortalitas tiggi.
Diagnosa lab :
d) Haemophyllus influenza
Occurerence :
diseluruh dunia, terutama diwilayah tropik yg
lembab, kumuh dan miskin
Morphologi :
Coccobacil Gram -, berkoloni pd permukaan
mukosa, bersama Haemophyllus ducreyi,
mrpk patogen utama.
Mengekspresikan kapsul polisakarida antifago
sitik, yg terdiri dr 6 tipe (a f).
Mengekspresikan lipopolisakarida dan protease
IgA
Tipe b berhub. Dgn septikemia, meningitis &
osteomielitis.
Gambaran Klinis :
Infeksi muncul pd anak pra sekolah,
menyebab kan meningitis piogenik,
epiglotis akut, septike mia, selulitis
wajah, osteomielitis.
Strain tanpa kapsul, komensal di
nasopharing, dpt menyebabkan otitis
media dewasa, sinusitis dan infeksi di
rongga dada pd px yg mengalami
penyakit saluran napas obstruktif.
Diagnosa lab :
Deteksi Ag mberikan diagnsa cpt pd
meningitis
Kultus LCS, dahak, darah atau pus, hrs
ditanam pd media agar-cokelat dan
diinkubasi pada CO2 5%.
Diidentifikasi dgn ketergantungan pd
faktor X dan V pd darah.
Pencegahan/pengendalian:
Vaksin Haemophyllus influenza tipe b/Hib.
Haemophyllus yg tdk berkapsul ada
dimana-mana, px dgn predisposisi tdk dpt
menghindar dr infeksi ini
Chlamydia psittaci :
Diagnosa lab :
Psittaci biasa didiagnosa secara
serologis mnggunakan
mikroimmunofluorescensi yg spesifik
species.
Pemeriksaan IgM dan penangkapan
IgM dgn EIA.
Chlamydia pneumoniae dpt dtmbhk pd
sel HeLa, Uji fiksasi komplemen/CFT,
EIA, dan metode yg berdasarkan NAAT
digunakan untuk diagnosis rutin.
4. Atypical pneumonia :
Penyebab : Mycoplasma pneumoniae
Reservoar : manusia
Transmisi : Droplet, kontak
Epidemiologi :
Mrpk patogen umum yg menyebar keseluruh
dunia & mrpk penyebab ISPA( rinitis,faryngitis,
meningitis, konjungtivitis)dan ISPB (pneumo
nia, trakheobronkhitis) biasanya ringan.
Pneumonia mrpk btk infeksi yg plg srg dikenali
terutama mengenai anak dan dewasa muda.
Diagnosis :
Isolasi Mycoplasma pneumoniae dari kultur
APT atau sputum dgn menggunakan media
broth selektip.
Deteksi as. Nukleat pd jaringan atau
sputum menggunakan probe DNA.
Peningkatan / penurunan titer Ab sebanyak
4X atau titer Ab yg tinggi pd pengukuran
tunggal melalui fiksasi komplemen/ELISA.
Pencegahan :
Tdk ada vaksin, px danjurkn drawat di
R.isolasi.
5. Meningococcal Infection :
Occurrence : diseluruh dunia, epidemi :
meningitis belt di Afrika tropik, Timur tengah,
srg tjd di barak, kamp dan perkemahan.
Penyebab : Neisseria meningitidis
Transmisi : Air borne, droplet, kontak lgsg.
Epidemiologi :
Meningitis meningococcus mrpk btk yg paling
srg, dan satu2nya yg menyebabkan epidemi.
Merupakan diplococcus intraselluler Gram - ,
grup patogenik yg dikenal adl. A, B, C, D, X,
Y, Z dan W135.
6. Pertusis :
Occurrence : diseluruh dunia, tinggi di
negara tropik, kumuh, lembab.
Penyebab : Bordetella pertusis
Transmisi : Air borne, kontak
Patogenesis :
Medah u/ adhesi krn punya fimbriae, memiliki
sjml eksotoksin tmsk toksin pertusis, adenilat
siklase, dan sitotoksin trakhea.
Tjdnya interaksi yg kompleks dgn sel saluran
napas menyebabkan pengentalan sekresi
bronkhus dan batuk proksimal
Diagnosa lab :
Specimen apus hidung.
Media Agar charcoal, stlh inokulasi,
inkubasi sampai 5 hari.
Koloni yg tumbuh kecil seperti mutiara.
Kultur + lbh mgkn bila specimen diambil
dlm fase kataral dan fase batuk dini.
Diagnosis dpt jg ditegakkan melalui
deteksi antigen EIA atau NAAT
Pencegahan :
Imunisasi (killed vacsin).
7. Diphteria :
Occurrence : diseluruh dunia, skg di negara
maju sdh dpt diberantas.
Penyebab : Corynebacterium diphteriae
Transmisi : Air borne,kontak
Morphologi : Bacilus pleomorphic, Gram +,
tdk mbtk spora, atrikh, tidak berkapsul,
tersusun dlm pola yg ireguler/seperti huruf
cina.
Epidemiologi :
Mrpk infeksi berat,dtandai dgn pbtk
membran pd tenggorok & toksemia yg
merusak otot jantung dan jaringan saraf.
Lanjutan.
Lanjutan
Ada 3 tipe bakteriologis yi gravis,
intermedius, dan mitis, semua infeksi berat.
Bila tdk diimunisasi dpt jd epidemi yg buruk
Dpt menyebabkan infeksi kulit /difteri kutan
dan jarang menjadi invasif.
Masa inkubasi 2-5 hari.
Patologi dan mekanisme :
Corynebacterium diphteriae relatif
noninvasif dan menyebabkan reaksi
inflamasi ringan pd tonsil.
Manifestasi klinis :
Tergantung dr lokasi pbtk membran
Pd kasus tonsilofaryngeal (>50% kasus) :
Nyeri tenggorok dan demam ringan terjadi
secaara bertahap
Awalnya membran tampak pd satu atau
kedua tonsil dan dpt menyebar ke faryng,
palatum atau mukosa bukal.
Embran bwarna putih keruh tebal,, perluasan
pbtk membran berkaitan dgn berat penyakit.
Penyakit inidpt menyebabkan adenitas
servikal yg jelas dan edema, dgn gambaran
bullneck klasik.
Pd penyakit laryng :
Suara serak dan kasar, batuk kering dan
stridor ,kmd terjadi retraksi jaringan saat
inspirasi dan sianosis.
Pd penyakit nasal interior :
Terjd sekret nasal unilateral bercampur darah.
Gejala toksisitas ringan.
Pd infeksi kutan :
Tbtk ulkus kutan kronik dgn membran abu-abu
Gejala toksisitas ringan.
Ulkus mrpk reservoar yg dpt menyebabkan
infeksi faryng.
Diagnosa lab :
Lanjutan.
Diagnosis :
Pes didiagnosis secara klinis didaerah
endemik.
Direct smear pd aspirat kel. Limfe, atau kultur
darah dan NAAT u/ diagnosis.
Angka mortalitas tinggi.
Ada kekuatiran dapat digunakan sbg senjata
bioterorisme.
Pencegahan :
Penderita diisolasi, berantas tikus, kendalikan
pinjal dgn pestisida, Surveilans ketat pd
penderita dan tikus (pinjal).
Perbaiki higiene-saniatasi yg bebas tikus.
Karakteristik :
Adl virus RNA beruntai tunggal,
berenvelop, mrpk anggota genus Morbilli
virus dan Famili Paramyxoviridae.
Hanya ada satu serotipe.
Mengkode 6 protein struktural, tmsk 2
gliko- protein transmembran, fusi (F), dan
hemaglutinin (H), yg memfasilitasi
perlekatan ke sel pejamu dan masuknya
virus.
Ab thd F dan H bersifat memberikan
perlindungan.
Lanjutan.
Infeksi alami diikuti dgn imunitas
seumur hidup.
Pd anak yg sehat, mortalitas jarang
terjadi, kecuali pd pasen
immunokompromised (HIV), atau pd
malnutrisi, terutama defisiensi Vit A.
Pd anak berusia dbawah 2 th,
mortalitas tinggi
Gambaran Klinis :
Infeksi dimulai dgn koriza 2-4 hari, ketika
papula putih kecil(bercak koplik), ditemukan
pd mukosa bukal dekat premolar pertama.
Ruam morbiliform, muncul prtama
dbelakang telinga, menyebar secara
sentrifugal.
Stlh 3-4 hr, ruam berubah warna jd
kecoklatan ,sering disertai dgn deskuamasi.
Pneumonia sekunder, otitis media, dan
batuk, mrpk komplikasi yg sering.
Diagnosis :
Konfirmasi lab dilakukan dgn
pemeriksaan serologi menggunakan titer
penghambatan hemaglutinasi atau EIA
spesifik IgM.
Deteksi IgM saliva jg dpt bermakna.
SSPE(subacut sclerosing
panencephalitis), didiagnosis dgn
mendeteksi sintetis Ab spesifik virus dlm
cairan serebrospinal (IgM spesifik ).
Diagnosis dpt dicapai dgn NAAT reverse
transcriptase dan karakterisasi molekular
dr virus.
Pencegahan :
Imunisasi aktip dgn virus hidup yg
dilemahkan/attenuated.
Perbaikan nutrisi /gizi pd anak.
Epidemiologi :
Infeksi endemik jarang terjd di negara yg
menjalankan program vaksinasi secara
efisien.
Transmisi terjadi melalui rute pernapasan.
Virus disebarkan mulai 7 hari sebelum sampai
14 hari sesdh munculnya ruam.
Infeksi maternaldpt menyebabkan abnormali
tas kongenital pd sekitar 60% kasus, dan
resiko tertinggi terjadi selama trimester
pertama.
Infeksi alami diikuti dengan imunitas yg
menetap.
Klinis :
Rubella berhubungan dgn demam, ruam
maku lopapular merah yg berbatas tegas,
dan limfadenopati.
Selama masa prodormal, lesi pinpoint
merah muncul pd palatum mole.
Arthritis(srg pd wanita)dan encephalitis yg
sembuh sendiri mrpk komplikasi.
Infeksi kongenital berhub. Dgn kematian
janin atau kelainan berat sep. ketulian,
defisit sistem saraf pusat, katarak, purpura
neonatus dan defek jantung.
Diagnosa :
Diagnosa diperlukan dlm kehamilan atau
saat hamil pd org. yg kontak dgn penderita.
Diagnosa ditegakan dgn mendeteksi
antibodiIgM dan IgG dlm serum/ saliva.
Penyakit kongenital dikonfirmasi dgn
menemu kan adanya antibodi IgM spesifik yg
menetap (>6bln) pd bayi, atau isolasi virus
dr bayi stlh kelahiran.
NAAT reverse transcriptase dan sekuensing
dpt digunakan u/ diagnosis dan epidemiologi
molekuler
Pencegahan :
Imunisasi aktip
Dilakukan imunisasi pasip bila
terinfeksi pd saat hamil (serum
kebal).
3. Mumps/ gondongan :
Occurrence : diseluruh dunia
Penyebab :
Mumps virus. Anggota Genus
Paramyxovirus, mrpk virus RNA
pleomorfik, berenvelop, dan
antisense.
Memiliki satu serotipe.
Reservoar : Manusia
Transmisi : Droplet dan kontak.
Epidemiologi :
Mrpk infeksi akut, ringan, bs smbh sendiri
dan biasa muncul pd masa anak-anak >2th
Transmisi melalui saliva.
Masa inkubasi 14-24 hari.
Infeksi sub klinis srg terjadi. Terutama pd
anak.
Virus menyerang kel. Saliva,, testis,
ovarium, SSP, dan pankreas.
Infeksi alami diikuti o/ imunitas seumur
hidup.
Epidemi muncul lg, bila vaksinasi menurun.
Gambaran Klinis :
Dtandai dgn demam, malaise, mialgia,
radang kel. Kel. Parotis.
Muncul meningitis pd 15% px dgn parotitis.
Pernah menjadi penyebab tersering
meningitis
Pasca meningitis dpt menjadi tuli.
Diagnosis :
Jarang butuh diagnosis lab. , tp dibutuhkan
u/ kepentingn study kes.mas.
IgM spesifik dlm serum/saliva, bsf diagnosis
Dpt diisolasi dr saliva,/deteksi dgn NAAT.
Pencegahan :
Kasus diisolasi
Imunisasi aktip u/kelompok yg
rentanPerbaikan sanitasi dan gizi.
4. Influenza/ Flu :
Occurrence : diseluruh dunia, dpt terjadi
endemi, epidemi lokal, atau terjadi pandemi
menyebar keseluruh dunia.
Penyebab :
Influenza virus A, B, C, mrpk Orthomyxovirus
berenvelop, mengandung genom RNA untai
tunggal negatip, tbagi jd 8 segmen, shg mem
bantu trjdnya penataan ulang genetik,
mmgkn Ag permukaan virus berbeda.
Mengekspresi 7 protein, 3 diantaranya
bertanggung jwb dlm transkripsi RNA.
Lanjutan.
Nukleoprotein punya 3 tipe Ag, yg mbtk 3
kelompok virus utama Influenza A, B, dan C.
Virus dikelompokan bdsrkan antigen
Hemaglutinin (H) dan Neuraminidase (N).
Reservoar : manisia
Transmisi : Air borne, kontak
Epidemiologi :
Mrpk penyakit epidemik, sangat infeksius.
Kelompok influenza A, menyebabkan epidemi
yg menyebar diseluruh dunia secara periodik
tiap 1-3 th, & pandemi yg tdk dpt diprediksi
(tiap 1-2 dekade)
Lanjutan.
Virus Influenza A menginfeksi banyak hewan
(burung, babi, kuda), dan memiliki variasi
antigenik lbh besar drpd Influenza B,
Influenza C jarang tdpt(penyebab ISPA).
Masa inkubasi 1-4 hari.
Komplikasi srg tjd pd lansia, px dgn penyakit
jantung dan paru, meliputi pneumonis primer
o/ virus, atau pneumonia sekunder o/ bakteri.
Patologi :
Influenza A punya kmampuan u/ meghasilkan
varian antigenik baru pd interval yg tdk
teratur.
Lanjutan..
Lanjutan.
Pencegahan :
Vaksin virus yg telah dimatikan
Vaksin influensa direkomendasikan u/ orang
dgn penyakit pernapasan, jantung, ginjal
kronik, DM, atau gangguan endokrin lain, u/ px
dgn imunosupresi/HIV, u/org.dipanti jompo
u/pekerja kshtn yg terlibat dlm perawatan px.
Infeksi Influenza A dpt dicegah/dimodifikasi pd
individu yg rentan dgn Amantadin, inhibitor
neuraminidase, Zanavir dan oseltamivir, mem
perpendek durasi gejala.
Obat ini diindikasikanu/ px yg berisiko
mengalami komplikasi berat & dpt
memperpendek durasi pandemik, menurunkan
mortalitas.
5. Infectious mononucleosis :
Reservoar : manusia
* Transmisi : Air borne, kontak
Patologi dan mekanisme :
EBV mrpk Herpes virus.
Stlh inokulasi orofaringeal, akan menginfeksi
sel epitel lokal dan limposit B.
Diseminasi limfosit B yg terinfeksi kmd diikuti o/
produksi respon sel T yg ditandai o/ mono
nukleosis atipikal.
Hal ini menyebabkan hiperplasia limfoid dgn
limfadenopati, splenomegali dan hepatomegali.
Stlh infeksi sel yg mengandung genom EBV dpt
dibiak invitro secara kontinyu.
Klinis :
Infeksi ditandai dgn demam, malaise,
kelelah an, nyeri tenggorok, limfadenopati,
kdg hepatitis.
Infeksi kdg berlangsung 2 mgg, gejala yg
menetap dpt terjadi pd bbrp px.
Diagnosis :
Ditegakkan melalui tehnik aglutinasi slide
secara cepat.
Diagnosis definitip dilakukan melalui
deteksi IgM spesifik thd Ag kapsid virus EBV
Diagnosis dpt jg bdsrk NAAT.
Pencegahan :
Vaksin tdk ada.
Perawatan isolasi tdk perlu
Blm ditemukan cara pencegahan yg
efektip.
Lanjutan ..
Gerak menuruni akson u/ menimbulkan
lesi re aktivasi pd dermatom & dikenal
sbg shingles.
Krn lesi shingles mengandung VZV, maka
lesi ini infeksius thd org. yg non imun yg
kmd dpt mengalami chickenpox.
Tdk mungkin seseorang mengalami
shingles tanpa chickenpox.
Klinis :
Ketdk nyamanan infeksi VZV muncul dari
ruam , gejala sistemik umumnya ringan.
Lanjutan.
Masing2 lesi berkembang dr makula dan
papula menjadi erupsi vesikular, stlh ruptur
jd krusta kmd sembuh spontan.
Lesi muncul berkelompok, biasanya
berselang 2-3 hr, mengenai smua bag.tbh jg
orofaryng dan sal. urogenital.
Ruam bertahan 7-10hr, kdg infeksi dpt
dipersu lit o/ lesi kulit bedarah, yg dpt
mngancam jiwa.
Lesi dpt mengalami infeksi sekunder dgn
bakteri kulit sep. Staphylococcus aureus dan
Streptococcus pyogenes.
Lanjutan.
Pneumonia akibat VZV, lbh srg terjadi pd
org. dewasa, terutama yg
imunokompromised.
Mortalitas tinggi, org. yg selamat sembuh
sempurna, atau cacat pernapasan.
Transmisi maternal, melalui kontak dgn
lesi vagina selama persalinan,
menyebabkan infeksi berat pd neonatus.
Pencegahan :
Imunisasi thd kelompok resting.
Lanjutan .
Gambaran klinis didominasi o/hepatitis dan
splenomegali.
Relaps muncul dlm btk endocarditis kultur
negatip/ hepatitis granulomatosa.
Diagnosis :
Biasanya didiagnostik dgn CFT/Complemen
fixation test, yg menggunakan serum akut
dan konvalesen.
Mengekspresikan Ag yg berbeda pd fase
infeksi yg berbeda.
EIA dan metode bdsrk NAAT lbh sensitif dan
lbh cepat positip pd perjalanan penyakit.
Pencegahan :
Imunisasi pd manusia dan hewan (di
Indone sia belum ada ).
Pasteurisasi air susu sapi, kambing
dll, atau dgn High temperature short
time.
8. Histoplasmosis :
Occurrence : bbrp tempat di
Amerika, Afrika dan Asia Pasifik Tropik.
Penyebab :
Histoplasma capsulatum
Infeksi terjadi pd manusia, hewan, dan
burung.
Sumber infeksi adl kotoran burung dan
bhn organik yg membusuk dlm tanah.
Infeksi diakibatkan o/ inhalasi spora dr
udara.
Manifestasi klinis :
Infeksi asimtomatik
Px jarang mengalami penyakit pernapasan
akut : malaise. Dan demam. Rongent torax
dpt menunjukan gambaran opak kecil difus.
Biasanya sembuh sendiri dan ringan pd px
imunokompeten, penyakit kronik menyerupai
tuberkulosis paru jrg terjadi.
Penyakit diseminata dpt berkembang pd px
immunocompromised, sep px AIDS.
Manifestasi bsf subakut, dgn
demam,penurunan BB, batuk ringan dan
splenomegali.
Lanjutan.
Bercak-bercak milier bisa tampak pd
rongent toraks.
Penyakit dpt disebabkan o/reaktifasi
infeksi dorman.
Diagnosis :
Serologi bsf diagnostik pd px
imunokompeten, namun tdk dpt
dipercaya pd px imunokompro mised.
Ditemukannya MO dlm sumsum tlg,
darah, sputum, aspirat limfa dpt
mengkonfirmasi diagnosis.
Pencegahan :
Menghindari daerah yg dianggap
terkontaminasi spora jamur tsb.
Pengendalian populasi burung yg
diduga sbg reservoar.
Reservoar : Tanah terkontaminasi
kotoran burung.
Transmisi : Air borne, (spora yg
berasal dr tanah ).
Selesaiiiii..