You are on page 1of 12

MAKALAH

LINGUA FRANCA
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH BAHASA
INDONESIA
DOSEN TIOLINTAN SIMANUNGKALIT, S.PD, M.PD

Disusun Oleh
Nama : Anang Suherman
NIM
: K1013002

BANDUNG
2013

KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena
dengan rahmat dan karunia-Nya saya masih diberi kesempatan
untuk menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa saya ucapkan
kepada

dosen

pembimbing

dan

teman-teman

yang

telah

memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.


Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
masih

banyak

kekurangan,

oleh

sebab

itu

penulis

angat

mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga


sengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
dan teman-teman.

BAB I
PENDAHULUAN
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi
(pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada
umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang
dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. apabila tidak ada
bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi
masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan,
menunjukkan

sikap

tertentu,

misalnya

tersenyum,

menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini


disebut komunikasi nonverbal.
Bahasa adalah bagian dari komunikasi bahkan bahasa
adalah bagian terpenting dalam komunikasi. Karena tanpa
bahasa komunikasi tidak dapat berjalan.
Dalam

sejarahnya,

bahasa

adalah

suatu

yang

tidak

dipisahkan dalam kehidupan manusia. Manusia sudah mengenal


bahasa sejak manusia sendiri diciptakan oleh sang pencipta.
Bahasa sangat penting bagi manusia, karena tanpa bahasa
manusia tidak dapat berkomunikasi dengan manusia lain.
Zaman ini, ada lebih dari seribu bahasa yang bekembang
di dunia. Hampir setiap Negara mempunya bahasanya masingmasing. Oleh karena itu diperlukan sebuah ide dimana ada satu
bahasa yang menghubungkan antara bangsa satu san bangsa
lain. Idu tersebut berupa Lingua Franca atau bahasa pergaulan.

BAB II
PEMBAHASAN

Lingua franca adalah kata serapan yang berasal dari


bahasa italia. Lingua atau dalam bahasa inggris Language sama
dengan Bahasa dalam Bahasa Indonesia, sedangkan franca
dalam bahasa Indonesia adalah pergaulan. Dengan kata lain
Lingua franca (bahasa Latin yang artinya adalah "bahasa bangsa
Franka") adalah sebuah istilah linguistik yang artinya adalah
"bahasa pengantar" atau "bahasa pergaulan" di suatu tempat di
mana terdapat penutur bahasa yang berbeda-beda. Ayatrohaedi
menerjemahkan istilah ini dengan istilah basantara, dari kata
"basa" atau "bahasa" dan "antara".
Sebagai contoh Indonesia memiliki suku bangsa yang
tersebar di seluruh penjuru negeri dengan hampir tiap suku
bangsa memiliki bahasa suku atau bahasa daerah yang berbeda
antara suku satu dengan suku lainnya.
Perbedaan bahasa daerah menjadi jurang pemisah antara
suku

satu

dan

suku

lain

karena

sulitnya

berkomunikasi.

Perbedaan bahasa itulah yang akhirnya diputuskan bahwa harus


ada satu bahasa yang harus dimengerti oleh semua suku di
semua daerah di Indonesia. Maka diperkenalkanlah bahasa
Indonesia yang menjadi penghubung bahasa penghubung suku
satu dan lainnya.
Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928.
pada saat itu, para pemuda dari berbagai suku dan berbagai
daerah atau pelosok Nusantara berkumpul dalam suatu rapat
dan semuanya berikrar (1) bertumpah darah yang satu, tanah
Indonesia, (2) berbangsa satu, bangsa Indonesia, dan (3)
menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Ikrar para
pemuda ini dikenal dengan nama Sumpah Pemuda.

Unsur yang ketiga dari Sumpah Pemuda merupakan


pernyataan tekad bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa
persatuan bangsa Indonesia. Pada tahun 1928 itulah bahasa
Indonesia dikukuhkan kedudukannya sebagai bahasa nasional. .
Dab sejak saat itulah bahasa Indonesia mulai dikenal di seluruh
pelosok Bangsa Indonesia.
Bahasa

Indonesia

digunakan

oleh

presiden

pertama

Indonesia Ir. Soekarno ketika menyatakan kemerdekaan Negara


Indonesia 63 tahun silam tepatnya tanggal 17 Agustus 1945.
Bahasa Indonesia dinyatakan kedudukannya sebagai bahasa
negara tanggal 18 Agustus 1945 karena pada saat itu UndangUndang Dasar 1945 disahkan sebagai Undang-Undang Dasar
Negara

Republik

Indonesia.

Bahasa

negara

ialah

bahasa

Indonesia (Undang-Undang Dasar 1945, Bab XV, Pasal 36).


Keputusan Kongres Bahasa Indonesia II tahun 1954 di
Medan, antara lain, menyatakan bahwa bahasa Indonesia berasal
dari bahasa Melayu. Bahasa Indonesia tumbuh dan berkembang
dari

bahasa

Melayu

yang

sejak

zaman

dahulu

sudah

dipergunakan sebagai bahasa perhubungan (lingua franca)


bukan hanya di Kepulauan Nusantara melainkan hampir di
seluruh Asia Tenggara.
Bahasa Melayu mulai dipakai di kawasan Asia Tenggara
sejak abad ke-7. bukti-bukti yang menyatakan itu ialah dengan
ditemukannya prasasti di Kedukan Bukit berangka tahun 683 M
(Palembang), Talang Tuwo berangka tahun 684 M (Palembang),
Kota Kapur berangka 686 M (Bangka Barat), Karang Brahi
berangka tahun 688 M (Jambi). Prasasti-prasasti itu bertuliskan
huruf Pranagari berbahasa Melayu Kuna. Bahasa Melayu Kuna itu
tidak hanya dipakai pada zaman Sriwijaya saja karena di Jawa

Tengah (Gandasuli) juga ditemukan prasasti berangka tahun 683


M dan di Bogor ditemukan prasasti berangka 942 M yang juga
menggunakan bahasa Melayu Kuna.
Pada zaman Sriwijaya, bahasa Melayu dipakai sebagai
bahasa kebudayaan, yaitu bahasa buku pelajaran agama Budha.
Bahasa Melayu dipakai sebagai bahasa perhubungan antarsuku
di

Nusantara.

Bahasa

Melayu

dipakai

sebagai

bahasa

perdagangan, baik sebagai bahasa antarsuku di Nusantara


maupun

sebagai

bahasa

yang

digunakan

terhadap

para

pedagang yang datang dari luar Nusantara.


Informasi dari seorang ahli sejarah Tiongkok, I-Tsing, yang
belajar agama Buddha di Sriwijaya, antara lain, menyatakan
bahwa di Sriwijaya ada bahasa yang bernama Koen-louen (ITsing:63, 159), Kou-luen (I-Tsing: 183), K'ouen-louen (Ferrand,
1919), Kw'enlun (Alisjahbana, 1971:1089). Kun'lun (Parnikel,
1977:91, K'un-lun (Prentice, 1978: 19), yang berdampingan
dengan Sansekerta. Yang dimaksud Koen-luen adalah bahasa
perhubungan (lingua franca) di Kepulauan Nusantara, yaitu
bahasa Melayu.
Perkembangan dan pertumbuhan bahasa Melayu tampak
makin jelas dari peninggalan-peninggalan kerajaan Islam, baik
yang berupa batu bertulis, seperti tulisan pada batu nisan di
Minye Tujoh, Aceh, berangka 1380 M, maupun hasil-hasil
susastra (abad ke-16 dan ke-17), seperti Syair Hamzah Fansuri,
Hikayat Raja-Raja Pasai, Sejarah Melayu,

Tajussalatin, dan

Bustanussalatin.
Bahasa Melayu menyebar kepelosok Nusantara bersamaan
dengan menyebarnya agama Islam di wilayah Nusantara. Bahasa
Melayu mudah diterima oleh masyarakat Nusantara sebagai
5

bahasa perhubungan antarpulau, antarsuku, antarpedagang,


antarbangsa, dan antarkerajaan karena bahasa Melayu tidak
mengenal tingkat tutur.
Bahasa Melayu dipakai di mana-mana di wilayah Nusantara
serta makin berkembang dan bertambah kukuh keberadaannya.
Bahasa Melayu yang dipakai di daerah-daerah di wilayah
Nusantara

dalam

pertumbuhannya

dipengaruhi

oleh

corak

budaya daerah. Bahasa Melayu menyerap kosakata dari berbagai


bahasa, terutama dari bahasa Sanskerta, bahasa Persia, bahasa
Arab, dan bahasa-bahasa Eropa. Bahasa Melayu pun dalam
perkembangannya muncul dalam berbagai variasi dan dialek.
Perkembangan

bahasa

Melayu

di

wilayah

Nusantara

mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan


dan persatuan bangsa Indonesia. Komunikasi antarperkumpulan
yang bangkit pada masa itu menggunakan bahasa Melayu. Para
pemuda

Indonesia

yang

tergabung

dalam

perkumpulan

pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi


bahasa Indonesia, yang menjadi bahasa persatuan untuk seluruh
bangsa Indonesia (Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928).
Kebangkitan nasional telah mendorong perkembangan
bahasa Indonesia dengan pesat. Peranan kegiatan politik,
perdagangan, persuratkabaran, dan majalah sangat besar dalam
memodernkan bahasa Indonesia.
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus
1945,

telah

mengukuhkan

kedudukan

dan

fungsi

bahasa

Indonesia secara konstitusional sebagai bahasa Negara.


Lingua

Franca

Sendiri

tidak

hanya

berkembang

di

Indonesia. Lingua Franca berkembang di seluruh dunia. Kini

Hampir setiap Negara di dunia memiliki Lingua Franca Masing


Masing.
Seperti Halnya Indonesia, yang memiliki bahasa dari suku
suku yang berbeda, bumi dengan leiuh dari 100 negara di
atasanya memiliki bahasa berbeda beda. Dan tentusaja bahasa
tersebut berbeda beda, namun ada beberapa Negara yang
memiliki bahasa yang sama.
Bahasa Indonesia dalam sejarahnya dikandidatkan sebagai
bahasa intenasional penghubung antar Negara di dunia bersama
Bahasa Inggris, dan Bahasa Melayu. Namun karena penggunanya
yang hanya di asia tenggara maka ditetapkanlah bahasa inggris
sebagai bahasa penghubung internasional atau Lingua Franca.
Hingga kini Bahasa inggris menjadi bahasa wajib yang
harus dipelajari oleh setiap Negara di dunia. Karena semua hal
yang berhubungan Negara lain menggunakan bahasa Inggris,
Bahkan

dengan

Negara

tetangga

kita

Malaysia

dengan

bahasanya 28% hampir sama dengan Bahasa Indonesia kita


menggunakan bahasa inggris.
Sedikit tentang bahasa melayu, Cikal bakal dari bahasa
Indonesia

adalah

bahasa

melayu.

bahasa

Melayu

telah

digunakan sebagian besar masyarakat di wilayah Nusantara


selama belasan abad. Lebih-lebih di pusat-pusat perdagangan,
bahasa Melayu merupakan bahasa resmi perniagaan. Para
pedagang asing pun mengikuti aturan ini. Karena itu, secara de
facto, bahasa Melayu telah menjadi lingua franca di wilayah
Nusantara.
Bahasa Melayu mudah diterima masyarakat multikultur
karena, antara lain, tidak mengenal strata sosial ketat alias

egaliter.

Hal

ini

berbeda

dengan

bahasa

Jawa

yang

mengandaikan tingkatan kelas sosial tertentu dalam pilihan


istilah, frasa, maupun tata cara pengucapannya. Pujian Rahman
kepada Bung Karno tidak lain lantaran sang proklamator tersebut
berperan besar dalam mengawal proses pembahasan materi
UUD 1945 hingga disahkan pada 18 Agustus 1945. Konstitusi
negara ini memuat bab bahasa negara, bahasa Indonesia, yang
berbasiskan bahasa Melayu.
Tapi, sayang, di usia satu abad lebih bahasa Indonesia
seperti tidak mendapat apresiasi sepenting anggapan para
pendahulu bangsa. Masih banyak kenyataan ragam praktik
berbahasa

(lisan

maupun

tulis)

Indonesia

yang

tidak

mengindahkan Ejaan yang Disempurnakan (EYD), terutama di


ranah formal. Para profesional, misalnya, sering menunjukkan
kebanggaan mereka dalam menggunakan istilah asing, padahal
sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia.
Yang

lebih

menyedihkan,

praktik

semacam

itu

juga

dilakukan lembaga-lembaga pemerintah. Misalnya, penggunaan


istilah aanwijzing (Belanda) pada dokumen tender. Lantaran
istilah ini saja, jutaan orang di negeri ini "dipaksa" untuk
menggunakan istilah yang bisa jadi tidak mereka ketahui makna
dan

asal-usulnya

itu.

Tidakkah

lebih

mengesankan

bila

satu

dari

aanwijzing diganti dengan kata "penjelasan".


"Fenomena
dinamika

aanwijzing"

pengembangan

hanyalah

bahasa

Indonesia

contoh
yang

selalu

kedodoran dalam menghadapi akselerasi perubahan di berbagai


bidang

beserta

konsekuensi-konsekuensi

linguistiknya.

Keterbatasan penguasaan berbahasa Indonesia yang baik dan


benar di lingkungan aparatur pemerintah bisa jadi merupakan

salah satu pemicu tindak kekerasan, seperti sering dilakukan


petugas Satuan Polisi Pamong Praja, atau militer di masa lalu.
Bila mereka berkapasitas berbahasa Indonesia yang benar,
niscaya

mampu

berkomunikasi

secara

baik

pada

saat

bernegosiasi.
Momentum Kebangkitan Indonesia di awal abad ke-20 telah
memberikan pelajaran penting tentang etos berbahasa lingua
franca

yang

mampu

melahirkan

semangat

keindonesiaan.

Organisasi-organisasi sosial kemasyarakatan yang tumbuh pada


masa

sesudah

Budi

Utomo,

seperti

Syarikat

Islam,

Muhammadiyah, atau Nahdlatul Ulama, untuk sekadar menyebut


beberapa,

memiliki

semangat

kebangsaan

yang

pekat.

Muhammadiyah, misalnya, memiliki kontribusi yang tidak kecil


dalam

memasyarakatkan

penggunaan

bahasa

Indonesia

(Melayu) melalui sekolah-sekolah modern sejak 1918.


Kebangkitan Indonesia yang sudah berusia lebih dari satu
abad ini bisa kita simpulkan sebagai sebuah penyegaran
pemahaman

bahasa

persatuan

Indonesia.

Meminjam

filsuf

Jerman, Gadamer (1900-2002), pemahaman adalah kejadian


yang bersifat linguistik, dialektikal, dan historis.

BAB III
PENUTUP
Lingua Franca adalah bahasa yang digunkakan suatu
bangsa bahkan seluruh dunia sebagai bahasa penutur atau
bahasa pergaulan.

Lingua franca memudahkan komunikasi antara bangsa


atau suku yang saling berbeda bahasanya. Hakikatnya lingua
franca adalah bahasa penghubung yang menghubungkan antara
bangsa atau suku bangsa atau bahkan orang dengan bahasa
yang berbeda bisa saling berkomunikasi.

DAFTAR PUSTAKA

Wikipedia.2010.Artikel

lingua

franca

(http://en.wikipedia.org/wiki/Lingua_franca,

Wikipedia
diakses

20

September 2013).

10

Fatmono Dedi.2010. Makalah BAHASA MELAYU SEBAGAI BAHASA


LINGUA

FRANCA.

(http://dedi45no.blogspot.com/2013/03/makalah-bahasa-melayusebagai-bahasa.html, diakses 19 September 2013).

Ditangkap Wahab.2012. Sejarah Perkembangan bahasa melayu


sebagai

bahasa

Indonesia.

(http://www.slideshare.net/Wahablaluditangkap/sejarahperkembangan-bahasa-melayu-sebagai-bahasa-indonesia
Diakses 19 September 2013).

11

You might also like