Professional Documents
Culture Documents
III.5
III - 1
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Dari hasil analisis PDRB kota Malang
berasarkan sembilan sektor, maka perekonomian di Kota Malang pada tahun 2009-2013 adalah
sebagai berikut:
Tabel III. 20
PDRB Wilayah Malang Raya Tahun 2009-2013
Jenis lap.usaha
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik. Gas dan Air Bersih
Bangunan
Perdagangan. Hotel dan Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan. Persewaan & Jasa
Perusahaan
Jasa-Jasa
JUMLAH
Tahun
2009
4304097.3
360466.46
6573513.1
448554.9
572020.59
9050309.2
1007063.9
2010
4518873.6
383596.67
6892425.6
470947.16
635308.14
9685900.3
1108308.5
2011
4949564.08
427188.84
7535003.22
390234.7
726728.63
11027037.47
1059172.53
2012
5155488.62
440966.94
8088903.26
420698.11
803855.89
12070199.66
1149235.36
2013
5378114.79
456941.46
8573070.79
442901.35
886545.55
13124652.68
1244051.03
1576698
1670668.8
1885135.55
2026490.46
2173111.2
3646364.9
27539088.32
3829468.2
29.195.497
4209878.75
32209943.77
4448558.58
34604396.88
4721747.71
37001136.56
Sumber: Kota Malang, Kabupaten Malang dan Kota Batu Dalam Angka 2009-2013
400000
00
350000
00
300000
00
PDRB (rp)
250000
00
200000
00
150000
00
100000
00
500000
0
0
2009
2013
2010
2011
2012
Gambar 3. 26
Grafik Perkembangan PDRB Malang Raya Tahun 2009-2013
140000
00
Pertanian
Pertambangan dan
Penggalian
Industri Pengolahan
120000
00
100000
00
Bangunan
Perdagangan. Hotel dan
Restoran
Pengangkutan
dan
Komunikasi
Keuangan. Persewaan &
Jasa Perusahaan
800000
0
600000
0
400000
0
2009
2012
2010
2013
2011
200000
0
0
Gambar 3. 27
Diagram Perkembangan PDRB per Sektor Tahun 2009-2013
Dari data perkembangan PDRB tahun 2009 hingga tahun 2013, terlihat bahwa PDRB
Malang Raya selalu meningkat dari tahun ketahun. Sektor yang paling berkontribusi paling
tinggi adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Di mana diketahui bahwa Malang Raya
memiliki banyak objek wisata unggulan. Dengan banyaknya objek wisata di wilayah Malang
Raya, secara langsung mempengaruhi berkembangnya sektor-sektor seperti perdagangan,
hotel, restoran serta sektor jasa-jasa dimana sebagaimana tentunya memerlukan beberapa
sarana pendukung untuk pengembangan pariwisata itu sendiri. Dapat dilihat bahwa sektor
perdagangan, hotel dan restoran terus menerus mengalami peningkatan di setiap tahunnya
sehingga dapat dikatakan bahwa perkembangan pariwisata di Malang Raya memiliki daya tarik
dan potensi untuk memberikan sumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Malang itu
sendiri.
Selain itu, sektor industri pengolahan juga berkontribusi tinggi pada jumlah PDRB di
wilayah Malang Raya. Terus meningkatnya sektor industri pengolahan disebabkan karena
wilayah Malang Raya memiliki hasil-hasil pertanian yang cukup banyak dan cenderung tidak
dimiliki oleh wilayah atau kota-kota lainnya seperti perkebunan apel yang merupakan salah satu
andalan dari Kota Batu dan Kabupaten Malang. Adanya potensi tersebut pada akhirnya akan
memunculkan industri-industri pengolahan baik dalam skala besar maupun skala kecil atau
industri rumah tangga yang tidak hanya di Kota Batu dan Kabupaten Malang sebagai pemasok
bahan baku, tetapi juga industri pengolahan di Kota Malang. Selain itu, adanya beberapa industri
rokok seperti Bentoel, Banyu Biru, Sampoerna, dan pabrik gula Kebon Agung.
dari
(sembilan)
sektor
ekonomi
terhadap
PDRB
Malang
Raya.
Kegiatan perencanaan ekonomi untuk pengembangan sektor kegiatan ekonomi dimulai dengan
melakukan proses identifikasi sektor unggulan atau potensial ekonomi daerah yaitu salah
satunya dengan meluhat laju pertumbuhan dari sektor-sektor tersebut sehingga dapat diketahui
sektor mana saja yang memiliki laju pertumbuhan potensial untuk dikembangkan. Berikut
merupakan tabel laju pertumbuhan PDRB Malang Raya tahun 2009-2013:
Tabel III. 21
Laju Pertumbuhan PDRB Malang Raya Tahun 2009-2013
Lapangan Usaha
Pertanian
Pertambangan Dan Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas Dan Air Bersih
Bangunan
Perdagangan, Hotel Dan Restoran
Pengangkutan Dan Komunikasi
Keuangan, Persewaan & Jasa
Jasa-Jasa
Laju Pertumbuhan
2009-2010
4,99%
6,4%
4,85%
2010-2011
9,53%
11,36%
9,32%
2011-2012
4,16%
3,23%
7,35%
2012-2013
4,32%
3,62%
5,99%
Rata-Rata
5,75%
6,2%
6,88%
4,99%
11,06%
7,02%
5,53%
5,96%
5,02%
4,10%
14,39%
13,85%
4,59%
12,84%
9,93%
6,21%
10,61%
9,46%
3,46%
7,50%
5,67%
4,26%
10,29%
8,74%
3,74%
7,24%
6,14%
4,89%
11,59%
9,77%
4,33%
8,38%
6,69%
Sumber: Kota Malang, Kabupaten Malang dan Kota Batu Dalam Angka 2009-2013
Berdasarkan tabel diatas, laju pertumbuhan PDRB di Malang Raya secara umum
mengalami peningkatan di periode tahun 2010-2011 dengan laju pertumbuhan terbesar adalah
sektor bangunan (14,39%), dimana hal ini mengindikasikan bahwa pembangunan di Malang
Raya mengalami perkembangan yang cukup tinggi pada tahun tersebut. Sedangkan sektor yang
mengalami penurunan adalah sektor pengangkutan dan komunikasi (4,59%) dan sektor
listrik, gas dan air bersih (4,10%). Malang Raya sebagai kota Tri Bina Cita menuntut untuk
terus adanya pembangunan baik berupa pembangunan penginapan, rest area, sarana
transportasi dan lain-lain sebagai pendukung berkembangnya sektor pariwisata. Pembangunan
rumah sewa/kos, sarana penunjang pendidikan seperti warnet,rental, ruko dan lain-lain sebagai
penunjang adanya sektor pendidikan sebagaimana Malang Raya juga dikenal sebagai kota
pendidikan serta adanya pembangunan industri-industri baik industri skala kecil maupun skala
besar. Berikut merupakan
grafik laju pertumbuhan PDRB Kota Malang Raya periode tahun 2009-2013:
Bangunan
14,00%
12,00%
Pertambangan Dan
Penggalian
Industri Pengolahan
10,00%
Presentase
16,00%
8,00%
Pertanian
6,00%
4,00%
2,00%
0,00%
2009-2010
2012-2013
2010-2011
2011-2012
Gambar 3. 28
Tren Laju Pertumbuhan PDRB Malang Raya Tahun 2009-2013
Sumber: Analisa Kelompok, 2015
Secara rata-rata, laju pertumbuhan PDRB periode tahun 2009-2013 yang paling tinggi
masih terdapat di sektor bangunan, diikuti dengan sektor perdagangan, hotel dan restoran,
keuangan, persewaan dan jasa serta industri pengolahan. Malang Raya menjadi orientasi yang
menjanjikan bagi pendatang, banyak masyarakat yang bergerak ke Malang Raya dengan
tujuan untuk bekerja, sekolah, rekreasi dan belanja. Tiga daerah di Malang raya, yaitu
kabupaten Malang, kota Malang, dan kota Batu mempunyai prospek pengembangan bisnis
pariwisata yang potensial, maka dari itu diperlukan adanya pembangunan sektor-sektor seperti
pembangunan gedung dan jalan raya sebagai sarana penunjang. Selain itu, Banyaknya kampus,
tempat perbelanjaan, dan kawasan industri yang tumbuh subur di Malang Raya membuat
masyarakat luar kota berdatangan ke Malang Raya.
11,59
%
9,77
%
6,88
%
5,75%
6,2%
Pertanian
Pertambangan
Dan Penggalian
Indust
ri
Pengolah
an
4,89
%
Listrik, Gas
Dan
Air
Bersih
8,38
%
6,69%
4,33
%
Bangunan
Perdagangan,
Hotel
Dan
Restora
n
Pengangkut
Keuanga
Jasa-Jasa
an
n,
Dan Komunikasi Persewaan & Jasa
Gambar 3. 29
Diagram Presentase Rata-Rata Laju Pertumbuhan PDRB Tahun 2009-2013
Sumber : analisis kelompok, 2015
Secara umum, keadaan ekonomi di Malang Raya mengalami pertumbuhan yang positif
dan memiliki pangsa pasar yang cukup besar dan luas. Namun, dibalik adanya potensi Malang
Raya sebagai kota pendidikan, pariwisata dan industri, pemerintah kabupaten dan pemerintah
kota di Malang Raya dituntut untuk dalam melakukan koordinasi dengan baik dan melakukan
pengendalian pembangunan. Karena, apabila pembangunan di Malang Raya terus terjadi dan
tanpa pengendalian, maka dikhawatirkan bahwa akan terjadi pergeseran penggunaan lahan dan
mata pencaharian penduduk. Hal ini menjadi penting untuk dilakukan karena pada awalnya
Malang Raya mengandalkan sektor perkebunan dan agowisata sebagai daya tarik wisatanya,
sehingga apabila pembangunan tidak dikendalikan maka sektor tersebut lama kelamaan akan
semakin menurun yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat yang bermata
pencaharian terkait dengan sektor tersebut.
III.5.3 Struktur Ekonomi
Salah satu cara untuk mengetahui kinerja dan struktur perekonomian dari suatu wilayah
antara lain dengan melihat seberapa besar nilai tambah yang dihasilkan oleh faktor-faktor
produksi yang ada di suatu wilayah. Besaran nilai tambah yang dihasilkan oleh faktor-faktor
produksi tersebut umumnya disebut dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
Penghitungan besaran PDRB tersebut dapat dihitung dengan tiga pendekatan yaitu pendekatan
produksi, pendapatan, dan pengeluaran. Dari ketiga pendekatan tersebut yang dapat disajikan
adalah sebatas PDRB dari pendekatan produksi. Berdasarkan pendekatan produksi, dari seluruh
faktor produksi yang ada dikelompokkan ke dalam sembilan sektor, dimana faktor produksi
tersebut dinilai berdasarkan atas harga tahun berjalan atau berlaku dan atas harga dasar pada
tahun dasar (konstan) tertentu. Tahun yang dipergunakan sebagai tahun dasar pada
penghitungan ini adalah tahun 2009 - 2013.
Struktur perekonomian adalah komposisi peranan masing-masing sektor dalam
perekonomian baik menurut lapangan usaha maupun pembagian sektoral ke dalam sektor
primer, sekunder dan tersier. Ada beberapa faktor yang menentukan terjadinya perubahan
struktur ekonomi antara lain : Produktivitas tenaga kerja per sektor secara keseluruhan; Adanya
modernisasi dalam proses peningkatan nilai tambah dari bahan baku, barang setengah jadi dan
barang jadi; Kreativitas dan penerapan teknologi yang disertai kemampuan untuk memperluas
pasar produk/jasa yang dihasilkannya; Kebijakan pemerintah yang mendorong pertumbuhan dan
pengembangan sektor dan komoditi unggulan; Ketersediaan infrastruktur yang menentukan
kelancaran aliran distribusi barang dan jasa serta mendukung proses produksi; Kegairahan
masyarakat untuk berwirausaha dan melakukan investasi secara terus-menerus; Adanya pusatpusat pertumbuhan baru yang muncul dalam wilayah daerah; Terbukanya perdagangan luar
daerah dan luar negeri melalui ekspor-impor.
Secara umum aktifitas ekonomi dan stuktur ekonomi di Malang Raya yakni Kabupaten
Malang, Kota Malang, dan Kota Batu mengalami peningkatan pada setiap tahunnya. Dimulai
dari data tahun 2009 sampai tahun 2013 kondisi perkembangan dan struktur ekonomi malang
raya mengalami kenaikan atau peningkatan. Adapun analisis struktur ekonomi Malang Raya
dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel III. 22
Struktur Ekonomi Malang Raya Tahun 2009
Lapangan Usaha
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri
Listrik, Gas, dan Air Minum
Bangunan
Perdagangan
Angkutan
Bank dan Lembaga Keuangan
Jasa-jasa
Sumber : analisis kelompok, 2015
Total
34,98%
1,06%
13,34%
1,18%
6,77%
12,52%
4,45%
6,97%
18,74%
4,45%
Pertambangan dan
Penggalian
Industri
34,98
%
6,97%
12,52
%
13,34
%
1,06
%
6,77
%
Pertanian
1,18
%
Perdagangan
Angkutan
Bank dan Lembaga
Keuangan
Jasa-jasa
Gambar 3. 30
Struktur Ekonomi Malang Raya Tahun 2009
Sumber : analisis kelompok, 2015
Struktur ekonomi Malang Raya pada tahun 2009 yang mencakup kabupaten malang, kota
malang, dan kota batu pada tahun 2009 sektor yang memiliki kontribusi terbesar adalah pada
sektor pertanian yaitu sebesar
terendah adalah pada sektor pertambangan dan penggalian yakni hanya sebesar 1,06%.
Tabel III. 23
Struktur Ekonomi Malang Raya Tahun 2010
Lapangan Usaha
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri
Listrik, Gas, dan Air Minum
Bangunan
Perdagangan
Angkutan
Bank dan Lembaga Keuangan
Jasa-jasa
Sumber : analisis kelompok, 2015
Total
15,48%
1,31%
23,61%
1,61%
2,18%
33,18%
3,80%
5,72%
13,12%
13,12
%
Pertania
n
Pertambangan dan
Penggalian
Industri
15,48%
1,31%
Bangunan
Perdagang
an
2,18%
1,61%
Angkutan
Bank dan Lembaga
Keuangan
Jasa-jasa
Gambar 3. 31
Struktur Ekonomi Malang Raya Tahun 2010
Sumber : analisis kelompok, 2015
Struktur ekonomi Malang Raya pada tahun 2010 yang mencakup kabupaten malang,
kota malang, dan kota batu pada tahun 2010 berbeda dengan tahun 2009, dimana pada
tahun
2009 sektor yang memiliki kontribusi terbesar adalah pada sektor pertanian yaitu
sebesar
34,98%, tetapi pada tahun 2010 sektor yang memiliki kontribusi terbesar adalah pada sektor
perdagangan yakni sebesar 33,18%. Sedangkan sektor yang memiliki kontribusi terendah adalah
pada sektor pertambangan dan penggalian yakni hanya sebesar 1,31%.
Tabel III. 24
Struktur Ekonomi Malang Raya Tahun 2011
Lapangan Usaha
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri
Listrik, Gas, dan Air Minum
Bangunan
Perdagangan
Angkutan
Bank dan Lembaga Keuangan
Jasa-jasa
Sumber : analisis kelompok, 2015
Total
10,44%
0,90%
27,78%
1,18%
2,68%
34,51%
3,11%
6,74%
12,65%
12,65
%
3,11%
10,44
%
0,90%
27,78
%
Pertambangan dan
Penggalian
Industri
Listrik, Gas, dan Air Minum
Bangunan
34,51%
Perdagangan
1,18%
2,68%
Angkutan
Bank dan Lembaga Keuangan
Jasa-jasa
Gambar 3. 32
Struktur Ekonomi Malang Raya Tahun 2011
Sumber : analisis kelompok, 2015
Struktur ekonomi Malang Raya pada tahun 2011 yang mencakup Kabupaten Malang,
Kota Malang, Dan Kota Batu pada tahun 2011 sama dengan tahun 2010, dimana pada
tahun
2010 sektor yang memiliki kontribusi terbesar adalah pada sektor perdagangan yakni sebesar
33,18% dan pada tahun 2011 sektor yang memiliki kontribusi terbesar juga terletak pada sektor
perdangan yakni sebesar 34,51%. Sedangkan sektor yang memiliki kontribusi terendah pada
tahun 2011 juga sama pada tahun 2010 yaitu pada sektor pertambangan dan penggalian yakni
hanya sebesar 0.91%.
Tabel III. 25
Struktur Ekonomi Malang Raya Tahun 2012
Lapangan Usaha
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri
Listrik, Gas, dan Air Minum
Bangunan
Perdagangan
Angkutan
Bank dan Lembaga Keuangan
Jasa-jasa
Sumber : analisis kelompok, 2015
Total
9,91%
0,85%
27,71%
1,15%
2,80%
35,11%
3,08%
6,75%
12,65%
9,91
%
12,65
%
0,85%
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
27,71
%
Industri
Listrik, Gas, dan Air Minum
Bangunan
35,11%
Perdagang
1,15
%
2,80%
an
Angkutan
Bank dan Lembaga Keuangan
Jasa-jasa
Gambar 3. 33
Struktur Ekonomi Malang Raya Tahun 2012
Sumber : analisis kelompok, 2015
Struktur ekonomi Malang Raya pada tahun 2012 yang mencakup kabupaten malang, kota
malang, dan kota batu pada tahun 2012 sektor yang memiliki kontribusi terbesar adalah pada
sektor perdagangan yaitu sebesar 35,11%. Sektor perdagangan dari tahun 2010 sampai
tahun
2012 selalu mengalami peningkatan. Sedangkan sektor yang memiliki kontribusi terendah adalah
pada sektor pertambangan dan penggalian yakni hanya sebesar 0,85%.
Tabel III. 26
Struktur Ekonomi Malang Raya Tahun 2013
Lapangan Usaha
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri
Listrik, Gas, dan Air Minum
Bangunan
Perdagangan
Angkutan
Bank dan Lembaga Keuangan
Jasa-jasa
Sumber : analisis kelompok, 2015
Total
9,37%
0,78%
27,99%
1,13%
2,84%
35,46%
3,07%
6,88%
12,49%
6,88%
3,07%
9,37
%
0,78%
27,99
%
35,46%
Pertanian
Pertambangan dan
Penggalian
Industri
Listrik, Gas, dan Air
Minum
Bangunan
Perdagangan
1,13
%
2,84
%
Angkutan
Bank dan Lembaga
Keuangan
Jasa-jasa
Gambar 3. 34
Struktur Ekonomi Malang Raya Tahun 2013
Sumber : analisis kelompok, 2015
Struktur ekonomi Malang Raya pada tahun 2013 yang mencakup kabupaten malang, kota
malang, dan kota batu pada tahun 2013 sektor yang tertinggi sama dengan tahun 2010, 2011,
dan 2012. dimana pada tahun 2013 sektor yang memiliki kontribusi terbesar adalah pada sektor
perdagangan yakni sebesar 35,46%. Sedangkan sektor yang memiliki kontribusi terendah pada
tahun 2013 yaitu pada sektor pertambangan dan penggalian yakni hanya sebesar 0.78%.
Jika dilihat stuktur ekonomi Malang Raya yang mencakup kabupaten malang, kota malang,
dan kota batu dari tahun 2009 sampai tahun 2013, dapat dilihat bahwa pada tahun 2009 sektor
tertinggi yang memberi kontribusi adalah pada sektor pertanian, tetapi pada tahun 2010 sampai
tahun 2013 sektor yang memiliki kontribusi tertinggi adalah pada perdagangan. Sehingga
dapat dianalisis bahwa adanya perubahan stuktur ekonomi. Sedangkan pada sektor yang
memiliki kontribusi terkecil dari tahun 2009 sampai tahun 2013 adalah tetap pada sektor
pertambangan dan penggalian.
III.5.4 Analisis Agregat
Perekonomian regional terbagi menjadi dua kegiatan besar, yaitu: kegiatan basis dan
kegiatan non basis. Teori ini menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi
suatu daerah berhubungan langsung dengan permintaan barang dan jasa dari luar daerah.
Pertumbuhan perindustrian yang menggunakan sumber daya lokal, termasuk tenaga kerja dan
bahan baku untuk diekspor, akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja
(job creation). Strategi pembangunan daerah yang muncul didasarkan pada teori ini merupakan
penekanan terhadap arti pentingnya bantuan kepada dunia usaha yang mempunyai pasar
secara nasional maupun internasional. Implementasinya adalah kebijakan yang mencakup
pengurangan hambatan atau batasan terhadap perusahaan perusahaan yang berorientasi
ekspor yang ada dan akan didirikan di daerah itu (Arsyad, 2006).
Mengacu pada teori ekonomi basis tersebut maka Arsyad (2006) menjelaskan bahwa
teknik Location Quotient dapat membagi kegiatan ekonomi suatu daerah menjadi dua golongan
yaitu:
Kegiatan sektor ekonomi yang melayani pasar di daerah itu sendiri maupun di luar daerah
yang bersangkutan. Sektor ekonomi seperti ini dinamakan sektor ekonomi potensial (basis);
Sektor unggulan atau basis adalah sektor yang dimana keberadaannya diharapkan dapat
meningkatkan pertumbuhan suatu wilayah. Kriteria sektor unggulan pun sangat bervariasi.
Tergantung seberapa besar peranan sektor tersebut dalam pembangunan wilayah. Salah
satu yang dapat memengaruhi sektor unggulan yaitu faktor anugerah (endowment factors).
Dengan adanya keberadaan sektor unggulan ini sangat membantu dan memudahkan
pemerintah dalam mengalokasikan dana yang tepat sehingga kemajuan perekonomian akan
tercapai.Secara umum, syarat utama agar suatu sektor layak dijadikan sebagai unggulan
perekonomian adalah sektor tersebut memiliki kontribusi yang dominan dalam pencapaian
tujuan pembangunan. Sektor unggulan sangat berperan penting pada suatu pembangunan
wilayah. Hal ini dapat dilihat pada besar kecilnya pengaruh serta peranannya terhadap
pembangunan tersebut, diantaranya (Tarigan, 2005) : Sektor unggulan tersebut memiliki
laju pertumbuhan yang tinggi; Sektor unggulan tersebut memiliki angka penyerapan tenaga
kerja yang relatif besar; Sektor unggulan tersebut memiliki keterkaitan antar sektor yang
tinggi baik ke depan maupun ke belakang; Sektor unggulan tersebut mampu menciptakan
nilai tambah yang tinggi.
Kegiatan sektor ekonomi yang hanya dapat melayani pasar di daerah itu sendiri dinamakan
sektor ekonomi tidak potensial (non basis) atau local industry;
5.779.223,
78
4.212.731,38
1.985.269,20
1.041.243,81
94.392,71
Pertanian
Pertambangan
Dan
Penggalian
244.454,59385.64
2,22
Indust
Listrik, Gas
ri
Dan
Pengolah
Air
an
Bersih
1.049.239,99
503.983,53
Bangunan
Perdagangan,
Pengangkutan
Hotel
Dan
Dan
Komunika
Restor
si
an
Keuanga
n,
Persewaan
& Jasa
Jasa-Jasa
Gambar 3. 35
PDRB Rata-Rata Per Sektor Kota Malang Tahun 2009-2013
Sumber : analisis kelompok, 2015
Berdasarkan diagram PDRB Rata-Rata Per Sektor Kota Malang Tahun 2009-2013
tersebut menunjukkan bahwa perekonomian Kota Malang didukung oleh 2 sektor yang paling
memberikan kontribusi bagi Kota Malang yaitu sektor industri pengolahan rata-rata PDRB-nya
sebesar 4.212.731,38 serta perdagangan, hotel dan restoran rata-rata PDRB-nya sebesar
5.779.223,78 atau dengan kata lain kegiatan perekonomian yang paling berperan
dalam perekonomian Kota Malang adalah di sektor perdagangan dan jasa serta sektor industri.
Untuk sektor-sektor ekonomi lainnya juga memberikan dukungan bagi perekonomian
Kota Malang namun tidak berpengaruh besar atau menjadi tumpuan bagi Kota Malang
seperti
sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor industri pengolahan. Adapun sektor
yang berkontribusi namun tidak menjadi tumpuan utama bagi perekonomian Kota Malang
meliputi :
-
sektor pertanian,
bangunan
dan jasa-jasa
Sedangkan sektor yang tidak berpengaruh bagi perekonomian Kota Malang adalah
sektor pertambangan dan penggalian dengan rata-rata PDRB hanya sebesar 94.392,71.
Jumlah PDRB RataRata
722.788,
76
306.654,
92
218.698,70
110.057,
24.058,10
94
3.409,11
26.149,06
55.908,05 70.531,56
Gambar 3. 36
PDRB Rata-Rata Per Sektor Kota Batu Tahun 2009-2013
Sumber : analisis kelompok, 2015
Berdasarkan diagram PDRB Rata-Rata Per Sektor Kota Batu Tahun 2009-2013 tersebut
menunjukkan bahwa perekonomian Kota Batu didukung oleh sektor perdagangan, hotel dan
restoran yang paling memberikan kontribusi bagi Kota Batu dengan rata-rata PDRB-nya sebesar
722.788,76 atau dengan kata lain kegiatan perekonomian yang paling berperan dalam
perekonomian Kota Batu adalah di sektor perdagangan dan jasa. Setelah sektor perdagangan,
hotel dan restoran, ada dua sektor lagi yang dengan besaran rata-rata hampir sama dalam
mendukung perekonomian Kota Batu. Dua sektor tersebut adalah sektor pertanian dengan
rata-
rata PDRB-nya sebesar 306.654,92 dan sektor jasa-jasa dengan rata-rata PDRB-nya sebesar
218.698,70.
Untuk sektor-sektor ekonomi lainnya juga memberikan dukungan bagi perekonomian
Kota Batu namun tidak berpengaruh besar atau menjadi tumpuan bagi Kota Batu seperti sektor
perdagangan, hotel dan restoran, sektor pertanian serta sektor jasa-jasa. Adapun sektor yang
berpengaruh namun tidak menjadi tumpuan utama bagi perekonomian Kota Batu meliputi :
-
Industri pengolahan
bangunan
sektor pertambangan dan penggalian dengan rata-rata PDRB hanya sebesar 3.409,11.
Jumlah PDRB RataRata
4.500.800,
62
3.993.149,60
2.877.118,72
1.983.493,07
404.388,01
Pertanian
Pertambangan
Dan
Penggalian
598.093,05
175.115,64
290.448,70
Indust
Listrik, Gas
ri
Dan
Pengolah
Air
an
Bersih
Bangunan
Perdagangan,
Pengangkutan
Hotel
Dan
Dan
Komunika
Restor
si
an
640.503,93
Keuanga
n,
Persewaan
& Jasa
Jasa-Jasa
Gambar 3. 37
PDRB Rata-Rata Per Sektor Kabupaten Malang Tahun 2009-2013
Sumber : analisis kelompok, 2015
Berdasarkan diagram PDRB Rata-Rata Per Sektor Kabupaten Malang Tahun 2009-2013
tersebut menunjukkan bahwa perekonomian Kabupaten Malang didukung oleh 3 sektor yang
paling memberikan kontribusi bagi Kota Malang yaitu sektor pertanian dengan rata-rata PDRBnya sebesar 4.500.800,62 dan sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan rata-rata
PDRB-
nya sebesar 3.993.149,60 serta sektor industri pengolahan dengan rata-rata PDRB-nya sebesar
2.877.118,72.
Sektor lainnya yang juga turut memberikan kontribusi terhadap perekonomian Kabupaten
Malang namun tidak sebesar 3 sektor ekonomi di atas adalah sektor-jasa-jasa dengan rata-rata
PDRB sebesar 1.983.493,07 yang kemungkinan merupakan dampak dari adanya kekuatan
ekonomi di sektor industri dan pengolahan serta sektor perdagangan, hotel dan restoran.
Untuk sektor-sektor ekonomi lainnya juga memberikan dukungan bagi perekonomian
Kabupaten Malang namun tidak
berpengaruh
Kabupaten Malang seperti sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor
industri penggalian dan sektor jasa-jasa. Adapun sektor yang berkontribusi namun tidak
menjadi tumpuan utama bagi perekonomian Kabupaten Malang meliputi :
-
bangunan
1.
2.
3.
KABUPATEN MALANG
Pertanian
Sektor Perdagangan, hotel dan
restoran
Sektor industri pengolahan
Sumber : data PDRB Kota Malang, Kota Batu, dan Kabupaten Malang Tahun 2009-2013
Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa Kota Malang didukung oleh dua sektor
dominan yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor industri pengolahan. Untuk
sektor perdagangan, hotel dan restoran, hal tersebut salah satunya dikarenakan bahwa Kota
Malang merupakan salah satu destinasi wisata di Pulau Jawa pada khususnya dan di Indonesia
pada umumnya. Hal tersebut tercermin dari Misi Kota Malang yaitu membangun Kota Malang
sebagai kota tujuan wisata yang aman, nyaman, dan berbudaya (Visi: aman, berbudaya, bersih,
terkemuka, makmur dan asri). Sedangkan, untuk sektor industri pengolahan, hal tersebut salah
satunya dikarenakan bahwa Kota Malang merupakan salah satu kota industri. Salah satu bentuk
industri yang ada di Kota Malang adalah industri keramik, gerabah, mebel, rotan, saniter, kompor,
dll (www.malangkota.go.id, 2015). Disamping itu,
hal
Malang yaitu mendorong produktivitas industri dan ekonomi skala besar yang berdaya saing, etis
dan berwawasan lingkungan (visi: bersih, berbudaya, makmur, terkemuka, asri, adil).
Berdasarkan tabel tersebut juga menunjukkan bahwa Kota Batu utamanya didukung oleh
sektor yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran. Hal tersebut salah satunya dikarenakan
bahwa Kota Batu merupakan salah satu destinasi wisata di Pulau Jawa pada khususnya dan di
Indonesia pada umumnya. Branding wisata sangat lekat pada Kota Batu sehingga seringkali
digunakan nama Kota Wisata Batu. Sektor perdagangan, hotel dan restoran yang menjadi
tumpuan Kota Wisata Batu ini merupakan dampak dari pertumbuhan kegiatan wisata di Kota
Batu. Adapun Sektor perdagangan, hotel dan restoran Kota Batu sangat bergantung pada
perkembangan dan pertumbuhan kegiatan wisata Kota Batu itu sendiri.
Sedangkan sektor yang memberikan kontribusi untuk Kabupaten Malang meliputi tiga
sektor yaitu sektor pertanian yang merupakan sektor tertinggi, sektor perdagangan, hotel dan
restoran, dan sektor industri pengolahan. Kontribusi tertinggi dari sektor pertanian sebenarnya
adalah cerminan karakteristik kabupaten dimana aktivitas dominan di sektor pertanian/
perkebunan. Menurut www.malangkab.go.id (2015) bahwa salah satu potensi di sektor pertanian
adalah potensi agrobisnis yang meliputi:
-
Agro Tawon
Malang adalah sektor Perdagangan, hotel dan restoran. Hal tersebut dikarenakan Kabupaten
Malang merupakan destinasi wisata juga sama halnya seperti Kota Malang dan Kota Batu.
Banyaknya potensi wisata di Kabupaten Malang tercermin dari banyaknya beberapa jenis wisata
yang di tawarkan oleh Kabupaten Malang seperti:
Wisata alam
Wisata budaya
Wisata religi
Wisata sejarah
Wisata industri
Sedangkan sektor ketiga yang memberikan kontribusi yang tinggi terhadap perekonomian
Kabupaten Malang adalah sektor industri pengolahan. Adapun industri yang ada di Kabupaten
Malang yaitu:
-
Industri agro
Industri kosmetik
Industri rokok
Industri karoseri
Menurut www.malangkab.go.id (2015) jumlah perusahaan industri akhir tahun 2000
sebesar 18.089 yang terdiri dari formal/ berijin 583 perusahaan dan informal/ rumah
tangga
17.506 unit. Sedangkan jumlah perusahaan dagang 22.877 terdiri dari formal/ berijin 6.815
perusahaan dan informal 16.062.
Dilihat dari sumber daya alam dan bahan baku yang tersedia maka industri agro
merupakan industri basis dan dominan di Kabupaten Malang, yaitu 65%, sementara industri
manufaktur 35%. Adapun produk industri yang dihasilkan oleh Kabupaten Malang yaitu:
1. Produk industri agro antara lain : keju, jenang apel dan salak, saritoga dan jamu,
makanan dan kue, tepung tapioka, rokok, udang beku, ethanol dan furniture.
2. Produk kerajinan antara lain : tikar, alat dapur dan kerajinan kayu, topeng, kerajinan
perhiasan perak/imitasi, patung keramik, onyx, batik sutera, tas/jaket/dompet kulit dan
sepatu.
3. Produk industri manufaktur antara lain : benang, pakaian jadi, spare part mesin, kantorng
plastik, rak besi/logam, kosmetika, alat kesehatan, ketel dan pipa air, knalpot, sepatu
rem, kompor, karoseri/bak mobil, keramik, amplifier, shuttle cock.
4.
Pasar produk Malang juga sudaj cukup luas baik di dalam maupun luar negeri. Untuk
rokok, Kabupaten Malang memiliki 60 pabrik rokok besar-kecil, satu di antaranya PT.
Bentoel yang merupakan pabrik rokok Nasional terbesar ke 4.
dalam rangka memanfaatkan secara optimal potensi yang tersedia bagi sebesarbesarnya
Sementara yang sudah menjadi komoditi ekspor antara lain : udang beku, sayur dalam
kaleng, kantong plastik, tekstil, furniture, sepatu kulit, ethanol, sepatu rem, alat kesehatan.
Berdasarkan pembahasan tersebut, terdapat kesamaan karakteristik Kota Malang, Kota
Batu dan Kabupaten Malang sama-sama memiliki potensi wisata dan juga menjadi destinasi
wisata. Hal tersebut berdampak pada berkembangnya sektor perdagangan dan jasa di masingmasing daerah tersebut. hal tersebut tercermin dari ekonomi yang mendukung Malang Raya
adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran.
c.
Perubahan Kontribusi Kota Malang, Kota Batu dan Kabupaten Malang terhadap
Malang Raya
Untuk melihat adanya perubahan kontribusi dari Kota Malang, Kota Batu dan Kabupaten
Malang terhadap Malang Raya, dalam hal ini dilakukan analisis dari tahun 2009 sebagai tahun
awal perbandingan dan tahun 2013 sebagai tahun akhir yang dibandingkan. Pemilihan tahun
tersebut diambil dengan dasar bahwa akan adanya perkembangan atau perubahan dari sektor
utama di Kabupaten dan Kota di Malang Raya mulai dari tahun 2009 ke tahun 2013. Berikut
merupakan analisisnya.
Tabel III. 28
Kontribusi Sektoral Tahun 2009
Lapangan Usaha
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri
Listrik, Gas, dan Air Minum
Bangunan
Perdagangan
Angkutan
Bank dan Lembaga Keuangan
Jasa-jasa
Sumber : analisis kelompok, 2015
Total
34,98%
1,06%
13,34%
1,18%
6,77%
12,52%
4,45%
6,97%
18,74%
Pertanian
6,97%
18,74
%
Pertambangan dan
Penggalian
Industri
34,98
%
4,45%
Bangunan
12,52%
6,77
%
13,34%
1,06
%
1,18
%
Perdagang
an
Angkutan
Bank dan Lembaga
Keuangan
Jasa-jasa
Gambar 3. 38
Presentase Kontribusi Sektoral Malang Raya Tahun 2009
Sumber : analisis kelompok, 2015
Berdasarkan tabel dan diagram struktur ekonomi Malang Raya Tahun 2009 tersebut
menunjukkan bahwa sektor yang merupakan sektor unggulan adalah sektor pertanian dengan
rata-rata prosentase sebesar 34,98%. Sedangkan sektor yang bukan menjadi unggulan
adalah sektor pertambangan dan penggalian dengan rata-rata prosentase sebesar 1,06% dan
sektor Listrik, Gas, dan Air Minum dengan rata-rata prosentase sebesar 1,18%.
Tabel III. 29
Kontribusi Sektoral Tahun 2013
Lapangan Usaha
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri
Listrik, Gas, dan Air Minum
Bangunan
Perdagangan
Angkutan
Bank dan Lembaga Keuangan
Jasa-jasa
Sumber : analisis kelompok, 2015
Total
9,37%
0,78%
27,99%
1,13%
2,84%
35,46%
3,07%
6,88%
12,49%
6,88%
3,07%
12,49
%
0,78%
9,37
%
Pertanian
Pertambangan dan
Penggalian
Industri
27,99
%
35,46%
1,13%
2,84%
Perdagangan
Angkutan
Gambar 3. 39
Presentase Kontribusi Sektoral Malang Raya Tahun 2013
Sumber : analisis kelompok, 2015
Sedangkan berdasarkan tabel dan diagram struktur ekonomi Malang Raya Tahun 2013
tersebut menunjukkan bahwa sektor yang merupakan sektor unggulan adalah sektor
perdagangan, hotel dan restoran dengan
Sedangkan sektor yang bukan menjadi unggulan adalah sektor pertambangan dan penggalian
dengan rata - rata prosentase sebesar 0,78%.
Tabel III. 30
Perubahan Kontribusi Dari Tahun 2009 Ke Tahun 2013
Sektor Ekonomi
Rata-rata
Tahun 2009
Rata-rata
Tahun 2013
Keterangan
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri
Listrik, Gas, dan Air Minum
Bangunan
Perdagangan
Angkutan
Bank dan Lembaga Keuangan
Jasa-jasa
34,98%
1,06%
13,34%
1,18%
6,77%
12,52%
4,45%
6,97%
18,74%
9,37%
0,78%
27,99%
1,13%
2,84%
35,46%
3,07%
6,88%
12,49%
Turun 25,61%
Turun 0,28%
Naik 14,65%
Turun 0,05%
Turun 3,93%
Naik 22,94%
Turun 1,38%
Turun 0,09%
Turun 6,25%
Tahun 2004-2008 untuk fokus perencanaan di sektor pertanian sedangkan untuk arahan
perencanaan pengembangan Kota Malang di atas tahun 2009 sudah mulai bergeser untuk fo
kus pada sektor pariwisata. Berikut ini merupakan bukti pergeseran arahan perencanaan dan
pengembangan Kota Malang :
Visi Misi Kota Malang Tahun 2004-2008 : Terwujudnya kota malang yang mandiri, berbudaya,
sejahtera dan berwawasan lingkungan
Visi Misi Kota Malang Tahun 2009-2013 : Terwujudnya kota malang sebagai kota pendidikan
yang berkualitas, kota sehat dan ramah lingkungan, kota pariwisata yang berbudaya, menuju
masyarakat yang maju dan mandiri.
Perubahan arahan rencana Kota Malang menjadi Kota Wisata akan memberikan dampak secara
langsung terhadap sektor perdagangan, hotel dan restoran di Kota Malang itu sendiri.
Untuk perubahan sektor unggulan di Kota Kota Batu dari sektor pertanian menjadi sektor
perdagangan, hotel dan restoran juga dikarenakan adanya pergeseran arahan perencanaan dan
pengembangan Kota Batu setelah melihat perkembangan wisata Kota Malang yang luar
biasa dan memberikan dampak signifikan kepada PAD Kota Malang yang dilihat dari sektor
unggulan melalui PDRB-nya. Tranformasi Kota Batu menjadi Kota Wisata merupakan salah satu
bentuk dampak dari kegiatan wisata di Kota Malang.
Hal tersebut juga dialami oleh Kabupaten Malang dimana saat ini telah menunjukkan
perubahan sektor ekonomi yang tercermin oleh meningkatnya sektor perdagangan, hotel dan
restoran yang mana pada tahun 2009 sebesar 12,52% dan naik pada tahun 2013 menjadi
27,
41%. Namun saat ini, dari data PDRB Kabupaten Malang tahun 2013 menunjukkan bahwa sektor
pertanian masih menjadi sektor unggulan Kabupaten Malang.
Berdasarkan hal tersebut menunjukkan bahwa adanya perubahan arahan perencanaan
dan pengembangan yang tertuang dalam dokumen perencanaan (renstra) yang di rumuskan
oleh Kepala Daerah terpilih bisa memberikan dampak yang signifikan terhadap struktur
ekonomi suatu daerah. Selain itu, suatu kondisi apabila kegiatan perekonomian suatu
daerah sedang berkembang dengan pesat maka akan memberikan dampak langsung bagi
daerah di sekitarnya (daerah transit, daerah aksesibilitas destinasi) untuk ikut berkembang.
III.5.6 Analisis LQ (Location Quotient)
Dalam perekonomian regional terbagi menjadi dua kegiatan besar, yaitu kegiatan basis
dan kegiatan non basis. Menurut Glasson (1977) kegiatan-kegiatan Basis (Basic
activities)
adalah kegiatan mengekspor atau memasarkan barang dan jasa keluar batas perekonomian
masyarakatnya atau kepada orang yang datang dari luar perbatasan perekonomian masyarakat
yang bersangkutan. Sedangkan kegiatan non basis (Nonbasic activities) adalah kegiatan
menyediakan barang yang dibutuhkan oleh orang yang bertempat tinggal didalam batas
perekonomian masyarakat yang bersangkutan. Bertambah banyaknya kegiatan basis dalam
suatu daerah akan menambah arus pendapatan kedalam daerah yang bersangkutan, menambah
permintaan barang dan jasa sehingga akan menimbulkan kenaikan volume kegiatan. Sebaliknya
berkurangnya kegiatan basis akan mengurangi pendapatan suatu daerah dan turunnya
permintaan terhadap barang dan jasa dan akan menurunkan volume kegiatan (Richardson,
1977).
Salah satu cara dalam menentukan suatu sektor sebagai sektor basis atau non basis
adalah dengan menggunakan alat analisis Location Quotient (LQ). Arsyad (1999 : 315)
menjelaskan bahwa teknik Location Quotient dapat membagi kegiatan ekonomi suatu daerah
menjadi dua golongan. Yaitu :
Kegiatan sektor ekonomi yang melayani Pasar di daerah itu sendiri maupun di
luar daerah yang bersangkutan. Sektor ekonomi seperti ini dinamakan sektor ekonomi
Potensial (Basis).
Kegiatan sektor ekonomi yang melayani pasar daerah tersebut dinamakan sektor tidak
potensial (non basis) atau Local Industry.
Teori ini menyatakan bahwa faktor penentu utama Pertumbuhan ekonomi daerah adalah
berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah.
Pertumbuhan Industri industri yang menggunakan sumber daya lokal, termasuk tenaga kerja
dan bahan baku untuk di ekspor, akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang
kerja job creation. (Arsyad, 1999).
Tabel III. 31
Analisis LQ Malang Raya Tahun 2009
Lapangan Usaha
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri
Listrik, Gas, dan Air Minum
Bangunan
Perdagangan
Angkutan
Bank dan Lembaga Keuangan
Jasa-jasa
PDRB
Kota Malang
904.140,98
Kota Batu
945.767,74
Kab. Malang
969.865,13
28.006,39
28.230,86
29.087,65
6.645.089,71
351.180,07
359.204,64
364.603,72
81.033.880,59
28.224,05
32.347,37
34.252,18
4.246.146,61
175.235,76
181.954,02
188.345,87
9.887.403,83
318.118,61
337.378,84
353.555,88
90.911.382,23
108.738,92
119.224,57
130.734,08
20.164.063,96
173.253,39
467.101,93
2.554.000,10
185.129,47
494.122,84
2.683.360,35
203.277,35
549.108,70
2.822.830,56
16.519.146,41
27.816.461,60
305.538.686,62
LQ
Kota Malang
2,239
0,504
0,518
0,795
2,120
0,419
0,645
1,255
2,009
Ket
Basis
Non
Basis
Non
Basis
Non
Basis
Basis
Non
Basis
Non
Basis
Basis
Basis
Kota Batu
2,229
0,484
0,505
0,867
2,095
0,423
0,673
1,276
2,023
ket
Basis
Non
Basis
Non
Basis
Non
Basis
Basis
Non
Basis
Non
Basis
Basis
Basis
Kab. Malang
2,173
0,474
0,487
0,873
2,062
0,421
0,702
1,332
2,137
ket
Basis
Non
Basis
Non
Basis
Non
Basis
Basis
Non
Basis
Non
Basis
Basis
Basis
Dari hasil analisis Location Quotient pada tahun 2009 di Malang Raya yang mencakup Kabupaten Malang, Kota Malang Dan Kota Batu dapat dilihat
bahwa pada tiap tiap kabupaten atau kota di Malang Raya sektor pertaniannya adalah sektor basis. Selain sektor pertanian, sektor perdangan, s
ektor keuangan dan sektor jasa-jasa di Kabupaten Malang, Kota Malang Dan Kota Batu juga masuk dalam sektor basis yang memiliki potensi atau
keunggulan lebih dalam mengembangkan wilayah Malang Raya.
Tabel III. 32
Analisis LQ Malang Raya Tahun 2010
Lapangan Usaha
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri
Listrik, Gas, dan Air Minum
Bangunan
Perdagangan
Angkutan
Bank dan Lembaga Keuangan
Jasa-jasa
PDRB
Kota Malang
Kota Batu
Kab. Malang
55.625,28
291.877,84
4.171.370,51
50.208.896,71
0,025
6.171,43
3.223,58
374.201,66
7.104.816,81
0,020
4.254.693,26
104.082,34
2.533.650,03
83.299.893,42
238.622,25
22.178,68
210.146,23
374.935,96
23.261,36
5.721.906,62
LQ
ket
Non
Basis
Non
Basis
Kota Batu
ket
Kab. Malang
ket
1,302
Basis
1,943
Basis
1,232
Basis
1,167
Basis
0,280
4.361.515,81
1,250
1,139
237.110,82
10.307.883,76
0,831
Basis
Non
Basis
668.072,72
3.295.920,93
95.983.867,09
1,362
Basis
1,559
460.113,26
51.695,08
596.500,13
22.781.527,67
0,461
Non
Basis
0,508
1.076.000,18
65.405,56
529.263,10
17.395.393,53
1,413
Basis
0,842
1.856.556,91
14.044.625,15
202.441,74
1.432.238,90
1.770.469,53
13.718.632,94
29.417.374,11
320.861.168,91
1,442
Basis
1,542
Kota Malang
0,102
0,506
Non
Basis
Non
Basis
Basis
Non
Basis
Basis
Non
Basis
Non
Basis
Basis
0,711
1,127
0,538
0,803
0,612
0,712
1,408
Non
Basis
Basis
Non
Basis
Non
Basis
Non
Basis
Non
Basis
Basis
Dari hasil analisis Location Quotient pada tahun 2010 di Malang Raya yang mencakup Kabupaten Malang, Kota Malang Dan Kota Batu dapat
dilihat bahwa perbedaan perubahan banyak terlihat pada hampir di semua sektor bila dibandingkan dengan perhitungan analisis Location Quotient
pada tahun
2009. Hasil analisis Location Quotient tahun 2010 menunjukaan bahwa adanya perubahan pada sektor pertanian. Ditahun 2009 sektor pertanian di kota
malang adalah sektor basis, tetapi pada tahun 2010 menjadi sektor non basis. Tetapi sebaliknya pada sektor industri di tahun 2009 adalah sektor non
basis tetapi di tahun 2010 menjadi sektor basis.
Tabel III. 33
Analisis LQ Malang Raya Tahun 2011
Lapangan Usaha
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri
Listrik, Gas, dan Air Minum
Bangunan
Perdagangan
Angkutan
Bank dan Lembaga Keuangan
Jasa-jasa
PDRB
Kota Malang
Kota Batu
Kab. Malang
112.672,28
306.163,18
4.590.418,77
51.329.548,83
0,024
10.052,25
3.417,00
417.730,01
7.757.319,82
0,014
10.313.209,31
110.355,00
2.903.469,45
86.900.779,13
429.734,86
24.148,01
112.741,76
965.697,46
26.514,25
11.722.277,01
LQ
Ket
Non
Basis
Non
Basis
Kota Batu
Ket
Kab. Malang
Ket
1,319
Basis
1,959
Basis
1,180
Basis
1,319
Basis
0,281
4.642.081,81
1,029
Basis
1,151
Basis
0,532
293.521,34
10.992.599,76
0,976
Non
Basis
0,534
Non
Basis
0,585
729.736,87
4.105.957,78
106.229.112,97
1,226
Basis
1,520
Basis
0,847
925.867,41
56.363,52
509.996,98
25.076.424,92
0,410
Non
Basis
0,497
2.497.093,95
71.027,65
666.964,40
18.659.490,17
1,487
Basis
0,842
3.826.007,36
30.802.611,89
219.661,37
1.547.386,85
2.023.296,03
15.624.096,52
30.693.407,48
342.280.764,89
1,385
Basis
1,583
Kota Malang
0,097
Non
Basis
Non
Basis
Non
Basis
Non
Basis
Basis
0,732
0,446
0,783
1,444
Non
Basis
Non
Basis
Non
Basis
Non
Basis
Non
Basis
Non
Basis
Basis
Dari hasil analisis Location Quotient pada tahun 2011 di Malang Raya yang mencakup Kabupaten Malang, Kota Malang Dan Kota Batu dapat
dilihat bahwa perbedaan perubahan terdapat pada sektor listrik, gas dan air minum bila dibandingkan dengan perhitungan analisis Location Quotient
pada tahun
2010. Hasil analisis Location Quotient tahun 2010 menunjukaan bahwa sektor listrik, gas dan air minum menjadi sektor basis, tetapi di Hasil analisis Location
Quotient tahun 2011 sektor listrik, gas dan air minum berubah menjadi sektor non basis. adanya perubahan pada sektor pertanian. Ditahun 2009 sektor
pertanian di kota malang adalah sektor basis, tetapi pada tahun 2010 menjadi sektor non basis. sedangkan pada sektor sektor yang lain hasil analisis
Location Quotient tahun 2011 masih sama dengan hasil analisis Location Quotient pada tahun 2010.
Tabel III. 34
Analisis LQ Malang Raya Tahun 2012
Lapangan Usaha
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri
Listrik, Gas, dan Air Minum
Bangunan
Perdagangan
Angkutan
Bank dan Lembaga Keuangan
Jasa-jasa
PDRB
Sumber : analisis kelompok, 2015
Kota Malang
Kota Batu
Kab. Malang
114.288,45
321.734,63
4.781.592,83
52.628.433,15
0,023
10.259,40
3.597,39
431.473,33
8.228.632,48
0,013
11.313.110,64
115.996,05
3.162.993,98
92.171.191,46
1,316
459.478,31
25.893,33
121.106,48
4.932.084,36
0,999
1.114.741,02
28.950,29
331.406,84
11.994.825,72
0,996
13.181.279,51
775.728,93
4.529.578,37
116.645.214,35
1,212
1.001.948,50
59.815,65
557.611,91
27.945.256,13
2.753.039,81
75.583,40
723.239,50
4.278.331,36
34.226.477,00
233.700,86
1.641.000,53
2.147.412,54
16.786.415,78
LQ
Kota Malang
Ket
Non
Basis
Non
Basis
Kota Batu
Ket
Kab. Malang
Ket
1,367
Basis
1,986
Basis
1,146
Basis
Basis
0,281
Non
Basis
Non
Basis
0,098
Non
Basis
Non
Basis
0,750
1,174
Basis
0,537
0,540
Non
Basis
0,604
Basis
1,487
Basis
0,849
0,384
Non
Basis
0,479
20.186.109,19
1,462
Basis
0,837
32.251.530,62
366.983.277,46
1,422
Basis
1,620
Non
Basis
Non
Basis
Basis
0,436
0,783
1,456
Non
Basis
Non
Basis
Non
Basis
Non
Basis
Non
Basis
Non
Basis
Basis
Tabel III. 35
Analisis LQ Malang Raya Tahun 2013
Kota Malang
Kota Batu
Kab. Malang
122.398,04
336.889,96
4.989.291,55
54.463.942,77
0,023
0,00
3.783,58
447.473,33
8.401.262,86
0,000
12.762.601,69
121.872,30
3.393.911,35
98.017.056,47
1,331
497.499,71
27.713,49
129.996,65
5.238.431,69
0,971
1.246.745,09
31.664,41
370.811,11
12.840.565,41
0,992
14.887.127,00
827.021,27
4.907.671,41
128.375.498,60
1,185
1.117.362,42
63.655,99
604.638,97
30.640.913,33
3.138.816,94
80.533,21
780.925,68
4.740.084,79
38.512.635,68
248.628,54
1.741.762,75
2.277.202,95
17.901.923,00
Lapangan Usaha
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri
Listrik, Gas, dan Air Minum
Bangunan
Perdagangan
Angkutan
Bank dan Lembaga Keuangan
Jasa-jasa
PDRB
LQ
Kota Malang
Ket
Non
Basis
Non
Basis
Kota Batu
Ket
Kab. Malang
Ket
1,398
Basis
2,014
Basis
1,171
Basis
Basis
0,281
Non
Basis
Non
Basis
0,102
Non
Basis
Non
Basis
0,761
1,196
Basis
0,546
0,557
Non
Basis
0,635
Basis
1,456
Basis
0,841
0,373
Non
Basis
0,470
21.802.468,45
1,472
Basis
0,835
33.886.297,81
393.666.437,39
1,430
Basis
1,658
Non
Basis
Non
Basis
Basis
0,434
0,788
1,478
Non
Basis
Non
Basis
Non
Basis
Non
Basis
Non
Basis
Non
Basis
Basis
Dari hasil analisis Location Quotient pada tahun 2012 dan 2013 di Malang Raya yang mencakup Kabupaten Malang, Kota Malang Dan Kota Batu
dapat dilihat bahwa hasil analisisnya adalah sama. Yaitu Kota Malang memiliki 4 sektor basis, Kota Batu memiliki 4 sektor basis, dan Kabupaten Malang
memiliki 3 sektor basis. Dimana yang menjadi sektor basis dari tahun 2010 sampai tahun 2013 adalah pada sektor pertanian, sektor peradangan, dan
sektor jasa-jasa. perubahan sering muncul pada sektor listrik, gas dan air minum yang mana pada tiap tahun tertentu sektor ini bisa menjadi sektor basis
ataupun sektor non basis.
Ri
Ri
Ra
Yit/Yio
Yit/Yio
0,1354
1,1273
Yt/Yo
1,288
4
1,288
4
1,288
4
1,288
4
1,288
4
1,288
4
1,288
4
1,288
4
1,288
4
1,288
4
Pertanian
904.140,98
122.398,04
Pertambangan Dan
Penggalian
28.006,39
0,00
6.645.089,71
8.401.262,86
1,2643
Industri
351.180,07
12.762.601,
69
81.033.880,5
9
98.017.056,4
7
36,3420
1,2096
28.224,05
497.499,71
4.246.146,61
5.238.431,69
17,6268
1,2337
Konstruksi
175.235,76
7,1147
1,2987
318.118,61
46,7974
1,4121
108.738,92
10,2756
1,5196
Keuangan
173.253,39
18,1169
1,3198
Jasa-Jasa
467.101,93
10,1479
1,2182
146,556
7
11,603
2
Total
2.554.000,
10
1.246.745,0
9
14.887.127,
00
1.117.362,4
2
3.138.816,9
4
4.740.084,7
9
38.512.635,
68
9.887.403,83
90.911.382,2
3
20.164.063,9
6
16.519.146,4
1
27.816.461,6
0
305.538.686,
62
12.840.565,4
1
128.375.498,
60
30.640.913,3
3
21.802.468,4
5
33.886.297,8
1
393.666.437,
39
Sektor
Ra-1
Ri-Ra
ri-Ri
KPN+KPP+KPPW
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri
Listrik, Gas, dan Air Minum
Konstruksi
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
Transportasi dan Komunikasi
Keuangan
Jasa-jasa
29%
29%
29%
29%
29%
29%
29%
29%
29%
-16,12%
-2,42%
-7,89%
-5,47%
1,02%
12,37%
23,11%
3,14%
-7,02%
-99,19%
-126,43%
3513,25%
1639,31%
581,60%
4538,53%
875,61%
1679,71%
892,96%
-86,46%
-100,00%
3534,20%
1662,68%
611,47%
4579,74%
927,56%
1711,69%
914,79%
III - 83
Sektor
KPP
KPPW
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri
Listrik, Gas, dan Air Minum
Konstruksi
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
Transportasi dan Komunikasi
Keuangan
Jasa-jasa
-16,12%
-2,42%
-7,89%
-5,47%
1,02%
12,37%
23,11%
3,14%
-7,02%
-99,19%
-126,43%
3513,25%
1639,31%
581,60%
4538,53%
875,61%
1679,71%
892,96%
KPP+KPPW (PB)
-115,31%
-128,84%
3505,36%
1633,84%
582,62%
4550,90%
898,72%
1682,85%
885,94%
KETERANGAN
mundur
mundur
progresif
progresif
progresif
progresif
progresif
progresif
progresif
KPP
Sektor
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri
Listrik, Gas, dan Air Minum
Konstruksi
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
Transportasi dan Komunikasi
Keuangan
Jasa-jasa
(+/-)
-16,12%
-2,42%
-7,89%
-5,47%
1,02%
12,37%
23,11%
3,14%
-7,02%
KETERANGAN
spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh lambat
spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh lambat
spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh lambat
spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh lambat
spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh cepat
spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh cepat
spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh cepat
spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh cepat
spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh lambat
Sektor
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri
Listrik, Gas, dan Air Minum
Konstruksi
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
Transportasi dan Komunikasi
Keuangan
Jasa-jasa
KPPW
(+/-)
-99,19%
-126,43%
3513,25%
1639,31%
581,60%
4538,53%
875,61%
1679,71%
892,96%
KETERANGAN
tidak mempunyai daya saing
tidak mempunyai daya saing
mempunyai daya saing
mempunyai daya saing
mempunyai daya saing
mempunyai daya saing
mempunyai daya saing
mempunyai daya saing
mempunyai daya saing
Dari hasil analisis shift share Kota Malang tahun 2009 2013 terhadap provinsi jawa timur,
dapat dilihat bahwa Kota Malang memberikan kontribusi tertinggi terhadap provinsi jawa timur adalah
pada sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sektor ini menjadi pengkontribusi terbanyak dengan
nilai Ri adalah sebesar 46,7974. Sektor perdagangan, hotel dan restoran juga memiliki nilai
progresif tertinggi yakni sebesar 4550,90%. Dan sektor yang memiliki daya saing tertinggi di Kota
Malang adalah
juga pada sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan nilai KPPW sebesar 4538,53%. Tetapi untuk
spesialisasi dalam sektor secara nasional tumbuh cepat di Kota Malang adalah pada sektor
transportasi dan komunikasi dengan nilai KPP adalah 23,11%.
Tabel III. 37
Analisis Shift Share Kota Batu
Sektor
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri
Listrik, Gas, dan Air Minum
Konstruksi
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
Transportasi dan Komunikasi
Keuangan
Jasa-jasa
Total
ri
Ri
Ra
yit/yio
0,3562
0,1340
0,3393
0,8567
0,1740
2,4513
0,5339
0,4350
0,5032
5,7837
Yit/Yio
1,1273
1,2643
1,2096
1,2337
1,2987
1,4121
1,5196
1,3198
1,2182
11,6032
Yt/Yo
1,2884
1,2884
1,2884
1,2884
1,2884
1,2884
1,2884
1,2884
1,2884
1,2884
Sektor
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri
Listrik, Gas, dan Air Minum
Konstruksi
Perdagangan, Hotel, dan
Restoran
Transportasi dan Komunikasi
Keuangan
Jasa-jasa
Ra-1
Ri-Ra
ri-Ri
KPN+KPP+KPPW
29%
29%
29%
29%
29%
-16,12%
-2,42%
-7,89%
-5,47%
1,02%
-77,11%
-113,03%
-87,03%
-37,69%
-112,47%
-64,38%
-86,60%
-66,07%
-14,33%
-82,60%
29%
29%
29%
29%
12,37%
23,11%
3,14%
-7,02%
103,92%
-98,57%
-88,48%
-71,50%
145,13%
-46,61%
-56,50%
-49,68%
Sektor
KPP
KPPW
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri
Listrik, Gas, dan Air Minum
Konstruksi
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
Transportasi dan Komunikasi
Keuangan
Jasa-jasa
-16,12%
-2,42%
-7,89%
-5,47%
1,02%
12,37%
23,11%
3,14%
-7,02%
-77,11%
-113,03%
-87,03%
-37,69%
-112,47%
103,92%
-98,57%
-88,48%
-71,50%
KPP+KPPW (PB)
-93,22%
-115,44%
-94,92%
-43,17%
-111,44%
116,29%
-75,45%
-85,34%
-78,53%
KETERANGAN
mundur
mundur
mundur
mundur
mundur
progresif
mundur
mundur
mundur
KPP
Sektor
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri
Listrik, Gas, dan Air Minum
Konstruksi
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
Transportasi dan Komunikasi
Keuangan
Jasa-jasa
(+/-)
-16,12%
-2,42%
-7,89%
-5,47%
1,02%
12,37%
23,11%
3,14%
-7,02%
KETERANGAN
spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh lambat
spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh lambat
spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh lambat
spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh lambat
spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh cepat
spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh cepat
spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh cepat
spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh cepat
spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh lambat
KPPW
Sektor
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri
Listrik, Gas, dan Air Minum
Konstruksi
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
Transportasi dan Komunikasi
Keuangan
Jasa-jasa
(+/-)
-77,11%
-113,03%
-87,03%
-37,69%
-112,47%
103,92%
-98,57%
-88,48%
-71,50%
KETERANGAN
tidak mempunyai daya saing
tidak mempunyai daya saing
tidak mempunyai daya saing
tidak mempunyai daya saing
tidak mempunyai daya saing
mempunyai daya saing
tidak mempunyai daya saing
tidak mempunyai daya saing
tidak mempunyai daya saing
Dari hasil analisis shift share Kota Batu tahun 2009 2013 terhadap provinsi jawa timur, dapat
dilihat bahwa Kota Batu memberikan kontribusi tertinggi terhadap provinsi jawa timur adalah
pada sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sektor ini menjadi pengkontribusi terbanyak dengan nilai
Ri adalah sebesar 2,4513. Sektor perdagangan, hotel dan restoran juga memiliki nilai progresif tertinggi
yakni sebesar 116,29% bila dibandingkan dengan sektor sektor lain yang mengalai kemunduran. Dan
sektor yang memiliki daya saing tertinggi di Kota Malang adalah juga pada sektor perdagangan, hotel
dan restoran dengan nilai KPPW sebesar 103,92%. Tetapi untuk spesialisasi dalam sektor secara
nasional tumbuh cepat di Kota Batu adalah pada sektor transportasi dan komunikasi dengan nilai KPP
adalah 23,11%.
Tabel III. 38
Analisis Shift Share Kabupaten Malang
Sektor
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri
Listrik, Gas, dan Air Minum
ri
Ri
Ra
yit/yio
15,3836
5,1443
9,3085
3,7953
Yit/Yio
1,2643
1,1273
1,2096
1,2337
Yt/Yo
1,2884
1,2884
1,2884
1,2884
Sektor
Konstruksi
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
Transportasi dan Komunikasi
Keuangan
Jasa-jasa
Total
ri
Ri
Ra
yit/yio
1,9688
13,8809
4,6250
3,8417
4,1471
62,0951
Yit/Yio
1,2987
1,4121
1,5196
1,3198
1,2182
11,6032
Yt/Yo
1,2884
1,2884
1,2884
1,2884
1,2884
1,2884
Sektor
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri
Listrik, Gas, dan Air Minum
Konstruksi
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
Transportasi dan Komunikasi
Keuangan
Jasa-jasa
KPN
KPP
KPPW
Ra-1
Ri-Ra
ri-Ri
29%
29%
29%
29%
29%
29%
29%
29%
29%
-2,42%
-16,12%
-7,89%
-5,47%
1,02%
12,37%
23,11%
3,14%
-7,02%
1411,93%
401,70%
809,89%
256,16%
67,01%
1246,88%
310,54%
252,18%
292,89%
KPP+KPPW (PB)
KPN+KPP+KPPW
1438,36%
414,43%
830,85%
279,53%
96,88%
1288,09%
362,50%
284,17%
314,71%
Sektor
KPP
KPPW
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri
Listrik, Gas, dan Air Minum
Konstruksi
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
Transportasi dan Komunikasi
Keuangan
Jasa-jasa
-2,42%
-16,12%
-7,89%
-5,47%
1,02%
12,37%
23,11%
3,14%
-7,02%
1411,93%
401,70%
809,89%
256,16%
67,01%
1246,88%
310,54%
252,18%
292,89%
1409,52%
385,59%
802,01%
250,68%
68,03%
1259,25%
333,65%
255,32%
285,87%
KETERANGAN
progresif
progresif
progresif
progresif
progresif
progresif
progresif
progresif
progresif
Sektor
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri
Listrik, Gas, dan Air Minum
Konstruksi
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
Transportasi dan Komunikasi
Keuangan
Jasa-jasa
Sumber : analisis kelompok, 2015
KPP
(+/-)
-2,42%
-16,12%
-7,89%
-5,47%
1,02%
12,37%
23,11%
3,14%
-7,02%
KETERANGAN
spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh lambat
spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh lambat
spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh lambat
spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh lambat
spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh cepat
spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh cepat
spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh cepat
spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh cepat
spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh lambat
Sektor
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri
Listrik, Gas, dan Air Minum
Konstruksi
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
Transportasi dan Komunikasi
Keuangan
Jasa-jasa
KPPW
(+/-)
1411,93%
401,70%
809,89%
256,16%
67,01%
1246,88%
310,54%
252,18%
292,89%
KETERANGAN
mempunyai daya saing
mempunyai daya saing
mempunyai daya saing
mempunyai daya saing
mempunyai daya saing
mempunyai daya saing
mempunyai daya saing
mempunyai daya saing
mempunyai daya saing
Dari hasil analisis shift share Kabupaten Malang tahun 2009 2013 terhadap provinsi jawa
timur, dapat dilihat bahwa Kabupaten Malang memberikan kontribusi tertinggi terhadap Provinsi Jawa
Timur adalah pada sektor pertanian. Sektor ini menjadi pengkontribusi terbanyak terhadap Provinsi
Jawa Timur dengan nilai Ri adalah sebesar 15,3836. Sektor pertanian juga memiliki nilai progresif
tertinggi yakni sebesar 1409,52%. Dan sektor yang memiliki daya saing tertinggi di Kota Malang adalah
juga pada sektor pertanian dengan nilai KPPW sebesar 1411,93% Tetapi untuk spesialisasi dalam
sektor secara nasional tumbuh cepat di Kabupaten Malang adalah pada sektor transportasi dan
komunikasi dengan nilai KPP adalah 23,11% terhadap Provinsi Jawa Timur.
III.5.8 Disparitas Malang Raya
Salah satu model yang cukup representatif untuk mengukur tingkat ketimpangan pembangunan
antar wilayah adalah indeks Williamson yang dikemukakan oleh Williamson (1965). Dasar
perhitungannya adalah dengan menggunakan PDRB per kapita dalam kaitannya dengan jumlah
penduduk per daerah. Walaupun indeks ini mempunyai beberapa kelemahan, yaitu antara lain
sensitive terhadap definisi wilayah yang digunakan dalam perhitungan, namun demikian indeks ini
lazim digunakan dalam mengukur ketimpangan pembangunan antar wilayah. Formulasi Indeks
Williamson yang digunakan yaitu:
Apabila angka indeks kesenjangan Williamson semakin mendekati nol, maka menunjukkan
kesenjangan yang semakin kecil dan bila angka indeks menunjukkan semakin mendekati satu maka
menunjukkan kesenjangan yang makin melebar. Matolla dalam Puspandika (2007) menetapkan
sebuah kriteria yang digunakan untuk menentukan apakah kesenjangan ada pada kesenjangan level
rendah, sedang, atau tinggi. Berikut ini adalah kriterianya:
a. Kesenjangan level rendah, jika IW < 0,35
b. Kesenjangan level sedang, jika 0,35 IW 0,5
c. Kesenjangan level tinggi, jika IW > 0,5
Tabel III. 39
PDRB Per Kapita Malang Raya Tahun 2009 dan 2013
Wilayah
Kota Malang
Kota Batu
Kabupaten Malang
Tahun 2009
PDRB per Kapita Jumlah penduduk
22.25
594,113
9.59
134,114
8.13
1,602,503
2013
PDRB per Kapita Jumlah penduduk
29.39
12.75
10.71
590669
136654
1670750
Tabel III. 40
Indeks Williamson Tahun 2009
Tahun 2009
Kecamatan
Yi - Y
(yi-y)2
Fi/n
(yi-y)2 Fi/n
Kota Malang
10.43
108.87
0.2549043
27.752001
Kota Batu
-2.23
4.97
0.0575416
0.2859321
Kabupaten Malang
-3.68
13.56
0.6875541
9.3203369
0,5171
Vw
Sumber : analisis kelompok, 2015
Tabel III. 41
Indeks Williamson Tahun 2013
Tahun 2013
Kecamatan
Yi - Y
(yi-y)2
Fi/n
(yi-y)2 Fi/n
Kota Malang
13.96
194.786
0.2463098
47.977593
Kota Batu
-2.68
7.202
0.0569849
0.4104323
Kabupaten Malang
-4.71
22.228
0.6967052
15.486157
Vw
0,5178
Dari perhitungan indeks Williamson didapat nilai sebesar 0,51 pada tahun 2009 dan 2013. Hal ini
menandakan bahwa adanya ketimpangan antara ketiga wilayah, yaitu Kota Malang, Kota Batu, dan Kabupaten
Malang. Pertumbuhan ekonomi antara ketiga daerah tersebut tidak merata. Kota Malang memiliki nilai
PDRB per kapita yang paling tinggi dibandingkan dua wilayah lainnya. Ketimpangan ini
mengindikasikan adanya konsentrasi kegiatan ekonomi yang cukup tinggi hanya pada satu
daerah
yang akan mempengaruhi ketimpangan pembangunan antar wilayah. Konsentrasi kegiatan ekonomi
antar daerah yang cukup tinggi akan cenderung mendorong meningkatnya ketimpangan pembangunan
antar wilayah sebab proses pembangunan daerah akan lebih cepat pada daerah dengan konsentrasi
kegiatan ekonomi yang lebih tinggi.
Apabila dilihat dari sektor yang berkontribusi pada nilai PDRB, sektor pertanian memiliki
kontribusi paling tinggi di ketiga wilayah di Malang Raya. Namun, pada tabel perhitungan indeks
Williamson tahun 2009, terlihat bahwa jumlah penduduk usia produktif pada Kabupaten Malang sangat
tinggi, namun PDRB per Kapita nya paling rendah. Hal tersebut mengindikasikan tingkat pengangguran
yang tinggi di Kabupaten Malang.
Dari tabel indeks Williamson tahun 2013, jumlah penduduk usia produktif pada Kabupaten
Malang sangat tetap tinggi, namun PDRB per Kapita nya paling rendah. Pada Kota Malang, jumlah
penduduk produktif lebih kecil namun, PDRB per Kapita paling tinggi. Hal tersebut dapat diindikasikan
tingkat pengangguran yang tetap tinggi di Kabupaten Malang. Selain itu adanya asumsi bahwa
perekonomian di Kota Malang banyak didukung oleh para pekerja yang berasal luar daerah, termasuk
dari Kabupaten Malang. Sektor yang berkontribusi paling tinggi pada PDRB tahun 2013 di Kota Malang
adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran yakni sebesar 38,66%. Selanjutnya, sektor industri
merupakan sektor kedua penyumbang terbesar pada PDRB. Sektor-sektor ini banyak menyerap
tenaga kerja baik dari tenaga kerja dari Kota Malang maupun dari luar Kota Malang. Kota Malang
memiliki 996 industri baik industri kecil maupun besar. Sebagaimana diketahui bahwa Kota Malang
memiliki beberapa industri rokok seperti Bentoel, Banyu Biru, Hm.Sampoerna yang menyerap banyak
tenaga kerja.
III.6
infrastruktur Provinsi Jawa Timur dengan rencana pengembangan WP Malang Raya, review
sinkronisasi pengembangan infrastruktur WP Malang Raya, dan Review Kelembagaan Secara Spasial.
III.6.1 Review sinkronisasi rencana pengembangan infrastruktur Provinsi Jawa Timur dengan
rencana pengembangan WP Malang Raya
Dalam proses perencanaan pengembangan infrastruktur Kota Malang, Kabupaten Malang, dan
Kota Batu yang tergabung ke dalam Wilayah Pengembangan Malang Raya, harus memperhatikan
arahan pengembangan infrastruktur dari Provinsi Jawa Timur. Namun, ada beberapa rencana
pengembangan infrastruktur di daerah yang tidak sinkron dengan yang dimiliki oleh Proinsi Jawa Timur.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut.
Dari tabel 3.1 dapat dilihat bahwa terdapat rencana pengembangan infrastruktur dari WP Malang
Raya yang sinkron dan yang tidak sinkron dengan rencana pengembangan infrastruktur dari Provinsi
Jatim. Dalam rencana pengembangan prasarana transportasi, pengembangan terminal yang
menunjang kegiatan agroindsutri di Kota Batu yang berada di Kabupaten Malang belum bisa
direalisasikan. Salah satu hipotesis yang bisa ditarik dari alasan mengapa terminal agribisnis di
Kabupaten Malang belum bisa dilaksanakan adalah karena ada rencana pengembangan terminal
barang yang bisa mengakomodasi dari kebutuhan terminal agribisnis, namun sifatnya yang umum tidak
khsusu untuk kegiatan agribisnis yang mendukung kegiatan agroindustri di Kota Batu.
Untuk rencana pengembangan air minum secara terpadu di WP Malang Raya belum bisa
sinkron dengan rencana pengembangan prasarana air minum dari Provinsi Jatim karena walaupun
salah satu mata air yang digunakan Kota dan Kabupaten Malang adalah mata air yang sama, yaitu
Mata Air Wendit, namun tidak ada pengelolaan terpadu di antara kedua daerah tersebut karena ego
sektoral dari PDAM Kota Malang dan PDAM Kabupaten Malang yang masih tinggi. Kerjasama antar
instansi masih didasari pada perolehan retribusi daerah atau peningkatan pendapatan asli daerah
(PAD), belum berorientasi pada pelayanan air minum masyarakat.
Tabel III. 42
Review Sinkronisasi Rencana Pengembangan Infrastruktur Provinsi Jawa Timur Dengan Rencana
Pengembangan WP Malang Raya
No.
Kebijakan
Prov. Jawa Timur
WP Malang Raya
Keterangan
1 Prasarana
Pembangunan jaringan jalan kolektor
Transportasi
sekunder Kab. Malang (Karangploso) Sesuai
Pengembangan jaringan jalan Kota Batu (Giripurno - Bumiaji - Sidomulyo)
dari Batu ke Kota Malang dan Pembangunan jaringan jalan kolektor
primer Jalan Lingkar Utara Kab. Malang
Sesuai
Karangploso
(Karanglo) - Kota Batu
Tidak sesuai
Pembangunan jalan lingkar di Pembangunan Jalan Lingkar Barat dan
Sesuai
Kota Malang
Timur
Pengembangan Jalan Tol
Pembangunan Jalan Arteri Primer terusan
Tidak sesuai
Gempol - Malang
Jalan Tol Gempol-Kab. Malang
Pengembangan jalur double track Kota
Pengembangan jalur double
track di Kota dan Kabupaten
Malang - Kota Surabaya dan Kec. Lawang Sesuai
Malang
- Kec. Kepanjen
Pengembangan Sub Terminal Pengembangan Terminal Barang
Sesuai
Agribisnis di Kota Batu
Agribisnis
Pengembangan Terminal
Pembangunan Terminal Kargo di sekitar
Sesuai
Kargo di Kota Malang
Jalan Lingkar
Pengembangan Terminal
Tidak sesuai
Agribisnis di Kab. Malang
No.
Kebijakan
2 Prasarana Air
Minum
WP Malang Raya
Keterangan
Tidak sesuai
Tidak sesuai
No.
Kebijakan
1 Prasarana
Transportasi
2 Sarana
Transportasi
Prasarana Air
Bersih
Prasarana
Drainase
Tabel III. 43
Review Sinkronisasi Pengembangan Infrastruktur WP Malang Raya
Kota Malang
Kab. Malang
Kota Batu
Pembangunan Jalan Arteri Primer
terusan Jalan Tol Gempol - Kab.
Pembangunan Jalan Tol Gempo l- Kab. Malang
Malang
Pembangunan jaringan jalan kolektor primer
Kota Malang - Kab. Malang - Kab. Lumajang Kab. Jember
Pembangunan jaringan jalan kolektor primer
Kota Malang - Kab. Malang - Kota Blitar
Pembangunan jaringan jalan kolektor sekunder
Pembangunan jaringan jalan kolektor sekunder
Kab. Malang (Karangploso) - Kota Batu
Karangploso - Giripurno
(Giripurno - Bumiaji - Sidomulyo)
Pembangunan jaringan jalan kolektor primer
Jalan Lingkar Utara Kab. Malang (Karanglo) Kota Batu
Peningkatan jaringan jalan kolektor sekunder
Jalan Lingkar Selatan
Peningkatan dan Pengembangan
Pengembangan terminal tipe C di Kec. Turen
Pengembangan terminal tipe B di Kec. Giripurno dan
terminal tipe A, B, dan C
dan terminal tipe B di Kec. Kepanjen
terminal tipe C di Kec. Batu
Pengadaan kereta api komuter di intrawilayah
Pengadaan kereta api komuter
dan menuju ke Kota Malang dan Kota Batu
Sumber air bersih: Mata Air Wendit,
Binangun, Banyuning, Karangan,
Sumber air bersih: Mata Air Darmi, Mata Air Banyuning,
Sumber air bersih: Mata Air Wendit, Sumber
Sumbersari, Sumberpit, Badut,
Mata Air, Gemulo, Mata Air Torong Belok, Sumber
Maguan, dan Sungai Brantas
Istana Dieng, TPA Supiturang, dan
Cemoro Kandang, Mata Air Ngesong, Mata Air Kasinan
Sumbersari
Pembuatan dan perbaikan sudetan
Penggunaan saluran yang sudah ada sebagai
pada jaringan drainase yang sudah
Tidak ada perencanaan jaringan drainase
jaringan drainase
ada
Keterangan
Sinkron
Tidak ada
sinkronisasi
Tidak ada
sinkronisasi
Sinkron
Tidak ada
sinkronisasi
Tidak ada
sinkronisasi
Sinkron
Tidak ada
sinkronisasi
Tidak sesuai
Tidak saling
berhubungan
Gambar 3. 40
Kondisi Kelembagaan Secara Spatial Malang Raya
Kelembagaan Malang Raya yang terdiri dari Kota Malang, Kota Batu, dan Kabupaten Malang
belum memiliki Badan Koordinasi Antar Daerah (BKAD). Pengelolaan dan penggunaan ruang masing
- masing wilayah yang secara spasial menyebabkan terjadinya potensi permasalahan dan konflik antar
wilayah khususnya di kawasan perbatasan. Kondisi Geografis Malang Raya berbatasan darat langsung
antar kawasan, Kota Malang berbatasan langsung dengan Kabupaten Malang dan Kota Batu
berbatasan dengan Kabupaten Malang. Fenomena penggunaan ruang masing-masing wilayah tanpa
melihat keterkaitan antar wilayah khususnya di wilayah perbatasan membuat ketidaksinkronannya
penggunaan ruang pada kawasan perbatasan.
Pertumbuhan kawasan yang tidak bisa diprediksi membuat kawasan pinggiran, khususnya pada
perbatasan antar kawasan berkembang sesuai fungsinya masing-masing. Perbedaan penggunaan
ruang yang tidak sesuai akan menimbulkan permasalahan antar wilayah. Beberapa permasalahan
penggunaan ruang yang terdapat pada kelembagaan khususnya pada spasial penggunaan ruan g
antar wilayah perbatasan akan menimbulkan alih fungsi lahan serta sub urban pada kawasan
tersebut. Beberapa contoh konflik ruang yang terjadi pada kawasan perbatasan di Kawasan Malang
Raya, khususnya antara Kota Malang dengan Kabupaten Malang serta Kota Batu dengan Kabupaten
Malang
dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
III - 94
Lokasi
Kecamatan Singosari
Kecamatan Blimbing
Kecamatan Pakis
Permasalahan
Kawasan Permukiman terletak
berdampingan dengan kawasan industri
Dampak Penyebaran
Fisik :
- Perluasan kawasan industri
- Limbah pabrik mengenai permukiman
- ketersediaan air tanah tercemar
Kecamatan
Kedungkandang
Kecamatan Tajinan
Kecamatan Sukun
Kecamatan Wagir
Sosial :
Kecamatan Luwukwaru
Kecamatan Karangploso
Kecamatan Junrejo
Kecamatan Karangploso
Ekonomi :
- Naiknya nilai kawasan
- peningkatan ekonomi kawasan sekitar
- meningkatkan kesejahteraan warga masyarakat
Perbatasan Kota Malang - Kabupaten Malang
Kecamatan Kedung
Kandang
Kecamatan Kedung
Kandang
Kecamatan Pakis
Fisik :
- Perluasan kawasan Tegalan
Kecamatan Tajinan
No
Lokasi
Kecamatan Dauh
Kecamatan Kedung
Kandang
Permasalahan
Dampak Penyebaran
Sosial :
Kecamatan Wagir
Kecamatan Tumpang
- Perubahan guna lahan
Ekonomi :
- Naiknya nilai kawasan
- peningkatan ekonomi kawasan sekitar
- meninbgkatkan kesejahteraan warga masyarakat
Kecamatan Wagir
Fisik :
- Perluasan kawasan Permukiman
- ketersediaan air tanah terbatas
Sosial :
- Pembukaan lahan baru untukpermukiman
- ruang bersosialisasi masyarakat bertambah
Ekonomi :
- Naiknya nilai kawasan
- peningkatan ekonomi kawasan sekitar
Kecamatan Wagir
Fisik :
- Perluasan kawasan industri
No
Lokasi
Kecamatan Kedung
Kandang
Permasalahan
Dampak Penyebaran
- Limbah pabrik mengenai permukiman
Kecamatan Tajinan
Kecamatan Bumiaji
Kecamatan Karangploso
Sosial :
Kecamatan Batu
Kecamatan Pakis
III - 98
III - 99
.................................................................... 63
Tabel III. 26 Struktur Ekonomi Malang Raya Tahun 2013
.................................................................... 64
Tabel III. 27 Perbandingan Kontribusi Sektor
Ekonomi........................................................................ 70
Tabel III. 28 Kontribusi Sektoral Tahun 2009
....................................................................................... 73
Tabel III. 29 Kontribusi Sektoral Tahun 2013
....................................................................................... 74
Tabel III. 30 Perubahan Kontribusi Dari Tahun 2009 Ke Tahun 2013
.................................................. 75
Tabel III. 31 Analisis LQ Malang Raya Tahun 2009
............................................................................... 78
Tabel III. 32 Analisis LQ Malang Raya Tahun 2010
............................................................................... 79
Tabel III. 33 Analisis LQ Malang Raya Tahun 2011
............................................................................... 80
Tabel III. 34 Analisis LQ Malang Raya Tahun 2012
............................................................................... 81
Tabel III. 35 Analisis LQ Malang Raya Tahun 2013
............................................................................... 82
Tabel III. 36 Analisis Shift Share Kota Malang
...................................................................................... 83
Tabel III. 37 Analisis Shift Share Kota
Batu........................................................................................... 85
Tabel III. 38 Analisis Shift Share Kabupaten Malang
............................................................................ 86
Tabel III. 39 PDRB Per Kapita Malang Raya Tahun 2009 dan 2013
...................................................... 89
Tabel III. 40 Indeks Williamson Tahun 2009
........................................................................................ 89
Tabel III. 41 Indeks Williamson Tahun 2013
........................................................................................ 89
Tabel III. 42 Review Sinkronisasi Rencana Pengembangan Infrastruktur Provinsi Jawa Timur
Dengan
Rencana Pengembangan WP Malang Raya
.......................................................................................... 91
Tabel III. 43 Review Sinkronisasi Pengembangan Infrastruktur WP Malang Raya
.............................. 93
Tabel III. 44 Kondisi Kelembagaan Secara Spatial
................................................................................ 95
III -
Utama
Tahun 2009 dan 2013 di Kabupaten Malang
........................................................................................ 49
Gambar 3. 25 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan
Usaha Tahun 2009 dan 2013 di Kota
Batu..........................................................................................................................
. 50
Gambar 3. 26 Grafk Perkembangan PDRB Malang Raya Tahun 2009-2013
....................................... 55
Gambar 3. 27 Diagram Perkembangan PDRB per Sektor Tahun 2009-2013
....................................... 56
Gambar 3. 28 Tren Laju Pertumbuhan PDRB Malang Raya Tahun 2009-2013
.................................... 58
Gambar 3. 29 Diagram Presentase Rata-Rata Laju Pertumbuhan PDRB Tahun 2009-2013
................ 59
Gambar 3. 30 Struktur Ekonomi Malang Raya Tahun 2009
................................................................. 61
Gambar 3. 31 Struktur Ekonomi Malang Raya Tahun
2010................................................................. 62
Gambar 3. 32 Struktur Ekonomi Malang Raya Tahun 2011
................................................................. 63
Gambar 3. 33 Struktur Ekonomi Malang Raya Tahun 2012
................................................................. 64
Gambar 3. 34 Struktur Ekonomi Malang Raya Tahun
2013................................................................. 65
Gambar 3. 35 PDRB Rata-Rata Per Sektor Kota Malang Tahun 2009-2013
......................................... 67
Gambar 3. 36 PDRB Rata-Rata Per Sektor Kota Batu Tahun 2009-2013
............................................. 68
Gambar 3. 37 PDRB Rata-Rata Per Sektor Kabupaten Malang Tahun 20092013............................... 69
Gambar 3. 38 Presentase Kontribusi Sektoral Malang Raya Tahun
2009............................................ 74
Gambar 3. 39 Presentase Kontribusi Sektoral Malang Raya Tahun
2013............................................ 75
Gambar 3. 40 Kondisi Kelembagaan Secara Spatial Malang Raya
....................................................... 94
III -