You are on page 1of 51

PROFIL WILAYAH MALANG RAYA

Kota Malang, Kota Batu,Kabupaten Malang

III.5

Aspek Ekonomi Malang Raya

III.5.1 Perkembangan PDRB Malang Raya


Perekonomian wilayah Malang Raya digerakkan oleh beberapa sektor antara lain
pertanian, pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, listrik gas dan air bersih,
bangunan, perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan dan
jasa.

MASTER OF REGIONAL URBAN DEVELOPMENT UNDIP 2015

III - 1

Pada masing-masing sektor tersebut memberikan sumbangan atau kontribusi yang


berbeda- beda bagi pertumbuhan ekonomi wilayah. Salah satu cara untuk mengetahui kinerja
dan struktur perekonomian dari suatu wilayah adalah dengan melihat seberapa besar nilai
tambah yang dihasilkan oleh faktor-faktor produksi tersebut yang pada umumnya disebut
dengan

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Dari hasil analisis PDRB kota Malang

berasarkan sembilan sektor, maka perekonomian di Kota Malang pada tahun 2009-2013 adalah
sebagai berikut:
Tabel III. 20
PDRB Wilayah Malang Raya Tahun 2009-2013
Jenis lap.usaha
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik. Gas dan Air Bersih
Bangunan
Perdagangan. Hotel dan Restoran
Pengangkutan dan Komunikasi
Keuangan. Persewaan & Jasa
Perusahaan
Jasa-Jasa
JUMLAH

Tahun
2009
4304097.3
360466.46
6573513.1
448554.9
572020.59
9050309.2
1007063.9

2010
4518873.6
383596.67
6892425.6
470947.16
635308.14
9685900.3
1108308.5

2011
4949564.08
427188.84
7535003.22
390234.7
726728.63
11027037.47
1059172.53

2012
5155488.62
440966.94
8088903.26
420698.11
803855.89
12070199.66
1149235.36

2013
5378114.79
456941.46
8573070.79
442901.35
886545.55
13124652.68
1244051.03

1576698

1670668.8

1885135.55

2026490.46

2173111.2

3646364.9
27539088.32

3829468.2
29.195.497

4209878.75
32209943.77

4448558.58
34604396.88

4721747.71
37001136.56

Sumber: Kota Malang, Kabupaten Malang dan Kota Batu Dalam Angka 2009-2013

400000
00
350000
00
300000
00

PDRB (rp)

250000
00
200000
00
150000
00
100000
00
500000
0
0

2009
2013

2010

2011

2012

Gambar 3. 26
Grafik Perkembangan PDRB Malang Raya Tahun 2009-2013

140000
00

Pertanian
Pertambangan dan
Penggalian
Industri Pengolahan

120000
00

Listrik. Gas dan Air Bersih

100000
00

Bangunan
Perdagangan. Hotel dan
Restoran
Pengangkutan
dan
Komunikasi
Keuangan. Persewaan &
Jasa Perusahaan

800000
0
600000
0
400000
0

2009
2012

2010
2013

2011

200000
0
0

Gambar 3. 27
Diagram Perkembangan PDRB per Sektor Tahun 2009-2013

Dari data perkembangan PDRB tahun 2009 hingga tahun 2013, terlihat bahwa PDRB
Malang Raya selalu meningkat dari tahun ketahun. Sektor yang paling berkontribusi paling
tinggi adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Di mana diketahui bahwa Malang Raya
memiliki banyak objek wisata unggulan. Dengan banyaknya objek wisata di wilayah Malang
Raya, secara langsung mempengaruhi berkembangnya sektor-sektor seperti perdagangan,
hotel, restoran serta sektor jasa-jasa dimana sebagaimana tentunya memerlukan beberapa
sarana pendukung untuk pengembangan pariwisata itu sendiri. Dapat dilihat bahwa sektor
perdagangan, hotel dan restoran terus menerus mengalami peningkatan di setiap tahunnya
sehingga dapat dikatakan bahwa perkembangan pariwisata di Malang Raya memiliki daya tarik
dan potensi untuk memberikan sumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi Kota Malang itu
sendiri.
Selain itu, sektor industri pengolahan juga berkontribusi tinggi pada jumlah PDRB di
wilayah Malang Raya. Terus meningkatnya sektor industri pengolahan disebabkan karena
wilayah Malang Raya memiliki hasil-hasil pertanian yang cukup banyak dan cenderung tidak
dimiliki oleh wilayah atau kota-kota lainnya seperti perkebunan apel yang merupakan salah satu
andalan dari Kota Batu dan Kabupaten Malang. Adanya potensi tersebut pada akhirnya akan
memunculkan industri-industri pengolahan baik dalam skala besar maupun skala kecil atau
industri rumah tangga yang tidak hanya di Kota Batu dan Kabupaten Malang sebagai pemasok
bahan baku, tetapi juga industri pengolahan di Kota Malang. Selain itu, adanya beberapa industri
rokok seperti Bentoel, Banyu Biru, Sampoerna, dan pabrik gula Kebon Agung.

III.5.2 Laju Pertumbuhan


Sebagai kota yang banyak memiliki penduduk pendatang, Malang Raya menjadi kota yang
dinamis dan mengalami perkembangan. Berbagai potensi ekonomi banyak muncul di Malang
Raya sebagai akibat dari perkembangan di berbagai sektor, misalnya sektor pariwisata, sektor
pendidikan dan sektor industri yang mempengaruhi pertumbuhan dari sektor-sektor ekonomi
lainnya. Malang Raya yang memiliki semboyan Tri Bina Cita yaitu sebagai Kota Pendidikan,
Kota Industri dan Kota Pariwisata mencerminkan bahwa ketiga sektor tersebut adalah
potensi ekonomi Malang Raya.

Banyaknya potensi-potensi ekonomi yang muncul dan

berkembang di Malang Raya menunjukkan bahwa sektor perekonomian di Malang Raya


berkembang dengan
baik.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator untuk
mengetahui kondisi ekonomi suatu daerah/wilayah dalam suatu periode tertentu. Dalam
perencanaan pembangunan daerah, perlu memperhatikan juga mengenai pertumbuhan dan
kontribusi

dari

(sembilan)

sektor

ekonomi

terhadap

PDRB

Malang

Raya.

Kegiatan perencanaan ekonomi untuk pengembangan sektor kegiatan ekonomi dimulai dengan
melakukan proses identifikasi sektor unggulan atau potensial ekonomi daerah yaitu salah
satunya dengan meluhat laju pertumbuhan dari sektor-sektor tersebut sehingga dapat diketahui
sektor mana saja yang memiliki laju pertumbuhan potensial untuk dikembangkan. Berikut
merupakan tabel laju pertumbuhan PDRB Malang Raya tahun 2009-2013:
Tabel III. 21
Laju Pertumbuhan PDRB Malang Raya Tahun 2009-2013
Lapangan Usaha
Pertanian
Pertambangan Dan Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas Dan Air Bersih
Bangunan
Perdagangan, Hotel Dan Restoran
Pengangkutan Dan Komunikasi
Keuangan, Persewaan & Jasa
Jasa-Jasa

Laju Pertumbuhan
2009-2010
4,99%
6,4%
4,85%

2010-2011
9,53%
11,36%
9,32%

2011-2012
4,16%
3,23%
7,35%

2012-2013
4,32%
3,62%
5,99%

Rata-Rata
5,75%
6,2%
6,88%

4,99%
11,06%
7,02%
5,53%
5,96%
5,02%

4,10%
14,39%
13,85%
4,59%
12,84%
9,93%

6,21%
10,61%
9,46%
3,46%
7,50%
5,67%

4,26%
10,29%
8,74%
3,74%
7,24%
6,14%

4,89%
11,59%
9,77%
4,33%
8,38%
6,69%

Sumber: Kota Malang, Kabupaten Malang dan Kota Batu Dalam Angka 2009-2013

Berdasarkan tabel diatas, laju pertumbuhan PDRB di Malang Raya secara umum
mengalami peningkatan di periode tahun 2010-2011 dengan laju pertumbuhan terbesar adalah
sektor bangunan (14,39%), dimana hal ini mengindikasikan bahwa pembangunan di Malang

Raya mengalami perkembangan yang cukup tinggi pada tahun tersebut. Sedangkan sektor yang
mengalami penurunan adalah sektor pengangkutan dan komunikasi (4,59%) dan sektor
listrik, gas dan air bersih (4,10%). Malang Raya sebagai kota Tri Bina Cita menuntut untuk
terus adanya pembangunan baik berupa pembangunan penginapan, rest area, sarana
transportasi dan lain-lain sebagai pendukung berkembangnya sektor pariwisata. Pembangunan
rumah sewa/kos, sarana penunjang pendidikan seperti warnet,rental, ruko dan lain-lain sebagai
penunjang adanya sektor pendidikan sebagaimana Malang Raya juga dikenal sebagai kota
pendidikan serta adanya pembangunan industri-industri baik industri skala kecil maupun skala
besar. Berikut merupakan
grafik laju pertumbuhan PDRB Kota Malang Raya periode tahun 2009-2013:
Bangunan

14,00%
12,00%

Pertambangan Dan
Penggalian
Industri Pengolahan

10,00%

Listrik, Gas Dan Air Bersih

Presentase

16,00%

8,00%

Pertanian

6,00%
4,00%
2,00%
0,00%

2009-2010
2012-2013

2010-2011

2011-2012

Perdagangan, Hotel Dan


Restoran
Pengangkutan
Dan
Komunikasi
Keuangan, Persewaan &
Jasa

Gambar 3. 28
Tren Laju Pertumbuhan PDRB Malang Raya Tahun 2009-2013
Sumber: Analisa Kelompok, 2015

Secara rata-rata, laju pertumbuhan PDRB periode tahun 2009-2013 yang paling tinggi
masih terdapat di sektor bangunan, diikuti dengan sektor perdagangan, hotel dan restoran,
keuangan, persewaan dan jasa serta industri pengolahan. Malang Raya menjadi orientasi yang
menjanjikan bagi pendatang, banyak masyarakat yang bergerak ke Malang Raya dengan
tujuan untuk bekerja, sekolah, rekreasi dan belanja. Tiga daerah di Malang raya, yaitu
kabupaten Malang, kota Malang, dan kota Batu mempunyai prospek pengembangan bisnis
pariwisata yang potensial, maka dari itu diperlukan adanya pembangunan sektor-sektor seperti
pembangunan gedung dan jalan raya sebagai sarana penunjang. Selain itu, Banyaknya kampus,
tempat perbelanjaan, dan kawasan industri yang tumbuh subur di Malang Raya membuat
masyarakat luar kota berdatangan ke Malang Raya.

11,59
%
9,77
%
6,88
%

5,75%
6,2%

Pertanian
Pertambangan
Dan Penggalian

Indust
ri
Pengolah
an

4,89
%

Listrik, Gas
Dan
Air
Bersih

8,38
%

6,69%

4,33
%

Bangunan
Perdagangan,
Hotel
Dan
Restora
n

Pengangkut
Keuanga
Jasa-Jasa
an
n,
Dan Komunikasi Persewaan & Jasa

Gambar 3. 29
Diagram Presentase Rata-Rata Laju Pertumbuhan PDRB Tahun 2009-2013
Sumber : analisis kelompok, 2015

Secara umum, keadaan ekonomi di Malang Raya mengalami pertumbuhan yang positif
dan memiliki pangsa pasar yang cukup besar dan luas. Namun, dibalik adanya potensi Malang
Raya sebagai kota pendidikan, pariwisata dan industri, pemerintah kabupaten dan pemerintah
kota di Malang Raya dituntut untuk dalam melakukan koordinasi dengan baik dan melakukan
pengendalian pembangunan. Karena, apabila pembangunan di Malang Raya terus terjadi dan
tanpa pengendalian, maka dikhawatirkan bahwa akan terjadi pergeseran penggunaan lahan dan
mata pencaharian penduduk. Hal ini menjadi penting untuk dilakukan karena pada awalnya
Malang Raya mengandalkan sektor perkebunan dan agowisata sebagai daya tarik wisatanya,
sehingga apabila pembangunan tidak dikendalikan maka sektor tersebut lama kelamaan akan
semakin menurun yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat yang bermata
pencaharian terkait dengan sektor tersebut.
III.5.3 Struktur Ekonomi
Salah satu cara untuk mengetahui kinerja dan struktur perekonomian dari suatu wilayah
antara lain dengan melihat seberapa besar nilai tambah yang dihasilkan oleh faktor-faktor
produksi yang ada di suatu wilayah. Besaran nilai tambah yang dihasilkan oleh faktor-faktor
produksi tersebut umumnya disebut dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
Penghitungan besaran PDRB tersebut dapat dihitung dengan tiga pendekatan yaitu pendekatan
produksi, pendapatan, dan pengeluaran. Dari ketiga pendekatan tersebut yang dapat disajikan

adalah sebatas PDRB dari pendekatan produksi. Berdasarkan pendekatan produksi, dari seluruh
faktor produksi yang ada dikelompokkan ke dalam sembilan sektor, dimana faktor produksi
tersebut dinilai berdasarkan atas harga tahun berjalan atau berlaku dan atas harga dasar pada
tahun dasar (konstan) tertentu. Tahun yang dipergunakan sebagai tahun dasar pada
penghitungan ini adalah tahun 2009 - 2013.
Struktur perekonomian adalah komposisi peranan masing-masing sektor dalam
perekonomian baik menurut lapangan usaha maupun pembagian sektoral ke dalam sektor
primer, sekunder dan tersier. Ada beberapa faktor yang menentukan terjadinya perubahan
struktur ekonomi antara lain : Produktivitas tenaga kerja per sektor secara keseluruhan; Adanya
modernisasi dalam proses peningkatan nilai tambah dari bahan baku, barang setengah jadi dan
barang jadi; Kreativitas dan penerapan teknologi yang disertai kemampuan untuk memperluas
pasar produk/jasa yang dihasilkannya; Kebijakan pemerintah yang mendorong pertumbuhan dan
pengembangan sektor dan komoditi unggulan; Ketersediaan infrastruktur yang menentukan
kelancaran aliran distribusi barang dan jasa serta mendukung proses produksi; Kegairahan
masyarakat untuk berwirausaha dan melakukan investasi secara terus-menerus; Adanya pusatpusat pertumbuhan baru yang muncul dalam wilayah daerah; Terbukanya perdagangan luar
daerah dan luar negeri melalui ekspor-impor.
Secara umum aktifitas ekonomi dan stuktur ekonomi di Malang Raya yakni Kabupaten
Malang, Kota Malang, dan Kota Batu mengalami peningkatan pada setiap tahunnya. Dimulai
dari data tahun 2009 sampai tahun 2013 kondisi perkembangan dan struktur ekonomi malang
raya mengalami kenaikan atau peningkatan. Adapun analisis struktur ekonomi Malang Raya
dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel III. 22
Struktur Ekonomi Malang Raya Tahun 2009
Lapangan Usaha
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri
Listrik, Gas, dan Air Minum
Bangunan
Perdagangan
Angkutan
Bank dan Lembaga Keuangan
Jasa-jasa
Sumber : analisis kelompok, 2015

Struktur Ekonomi 2009


Kota Malang Kota Batu Kab. Malang
35,40%
35,25%
34,36%
1,10%
1,05%
1,03%
13,75%
13,39%
12,92%
1,11%
1,21%
1,21%
6,86%
6,78%
6,67%
12,46%
12,57%
12,52%
4,26%
4,44%
4,63%
6,78%
6,90%
7,20%
18,29%
18,41%
19,45%

Total
34,98%
1,06%
13,34%
1,18%
6,77%
12,52%
4,45%
6,97%
18,74%

Struktur Ekonomi Malang


Raya 2009
18,74
%

4,45%

Pertambangan dan
Penggalian
Industri

34,98
%

6,97%

12,52
%

Listrik, Gas, dan Air


Minum
Bangunan

13,34
%
1,06
%
6,77
%

Pertanian

1,18
%

Perdagangan
Angkutan
Bank dan Lembaga
Keuangan
Jasa-jasa

Gambar 3. 30
Struktur Ekonomi Malang Raya Tahun 2009
Sumber : analisis kelompok, 2015

Struktur ekonomi Malang Raya pada tahun 2009 yang mencakup kabupaten malang, kota
malang, dan kota batu pada tahun 2009 sektor yang memiliki kontribusi terbesar adalah pada
sektor pertanian yaitu sebesar

34,98%. Sedangkan sektor yang memiliki kontribusi

terendah adalah pada sektor pertambangan dan penggalian yakni hanya sebesar 1,06%.
Tabel III. 23
Struktur Ekonomi Malang Raya Tahun 2010
Lapangan Usaha
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri
Listrik, Gas, dan Air Minum
Bangunan
Perdagangan
Angkutan
Bank dan Lembaga Keuangan
Jasa-jasa
Sumber : analisis kelompok, 2015

Struktur Ekonomi 2010


Kota Malang Kota Batu Kab. Malang
0,40%
20,38%
30,41%
0,04%
0,23%
2,73%
30,29%
7,27%
18,47%
1,70%
1,55%
1,53%
2,67%
1,62%
1,73%
40,74%
46,65%
24,03%
3,28%
3,61%
4,35%
7,66%
4,57%
3,86%
13,22%
14,13%
12,91%

Total
15,48%
1,31%
23,61%
1,61%
2,18%
33,18%
3,80%
5,72%
13,12%

Struktur Ekonomi Malang Raya 2010


5,72%
3,80%

13,12
%

Pertania
n
Pertambangan dan
Penggalian
Industri

15,48%
1,31%

Listrik, Gas, dan Air Minum


23,61%
33,18%

Bangunan
Perdagang
an

2,18%

1,61%

Angkutan
Bank dan Lembaga
Keuangan
Jasa-jasa

Gambar 3. 31
Struktur Ekonomi Malang Raya Tahun 2010
Sumber : analisis kelompok, 2015

Struktur ekonomi Malang Raya pada tahun 2010 yang mencakup kabupaten malang,
kota malang, dan kota batu pada tahun 2010 berbeda dengan tahun 2009, dimana pada
tahun
2009 sektor yang memiliki kontribusi terbesar adalah pada sektor pertanian yaitu
sebesar
34,98%, tetapi pada tahun 2010 sektor yang memiliki kontribusi terbesar adalah pada sektor
perdagangan yakni sebesar 33,18%. Sedangkan sektor yang memiliki kontribusi terendah adalah
pada sektor pertambangan dan penggalian yakni hanya sebesar 1,31%.
Tabel III. 24
Struktur Ekonomi Malang Raya Tahun 2011
Lapangan Usaha
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri
Listrik, Gas, dan Air Minum
Bangunan
Perdagangan
Angkutan
Bank dan Lembaga Keuangan
Jasa-jasa
Sumber : analisis kelompok, 2015

Struktur Ekonomi 2011


Kota Malang Kota Batu Kab. Malang
0,37%
19,79%
29,38%
0,03%
0,22%
2,67%
33,48%
7,13%
18,58%
1,40%
1,56%
0,72%
3,14%
1,71%
1,88%
38,06%
47,16%
26,28%
3,01%
3,64%
3,26%
8,11%
4,59%
4,27%
12,42%
14,20%
12,95%

Total
10,44%
0,90%
27,78%
1,18%
2,68%
34,51%
3,11%
6,74%
12,65%

Struktur Ekonomi Malang Raya 2011


Pertanian
6,74%

12,65
%

3,11%

10,44
%

0,90%

27,78
%

Pertambangan dan
Penggalian
Industri
Listrik, Gas, dan Air Minum

Bangunan
34,51%

Perdagangan
1,18%
2,68%

Angkutan
Bank dan Lembaga Keuangan
Jasa-jasa

Gambar 3. 32
Struktur Ekonomi Malang Raya Tahun 2011
Sumber : analisis kelompok, 2015

Struktur ekonomi Malang Raya pada tahun 2011 yang mencakup Kabupaten Malang,
Kota Malang, Dan Kota Batu pada tahun 2011 sama dengan tahun 2010, dimana pada
tahun
2010 sektor yang memiliki kontribusi terbesar adalah pada sektor perdagangan yakni sebesar
33,18% dan pada tahun 2011 sektor yang memiliki kontribusi terbesar juga terletak pada sektor
perdangan yakni sebesar 34,51%. Sedangkan sektor yang memiliki kontribusi terendah pada
tahun 2011 juga sama pada tahun 2010 yaitu pada sektor pertambangan dan penggalian yakni
hanya sebesar 0.91%.
Tabel III. 25
Struktur Ekonomi Malang Raya Tahun 2012
Lapangan Usaha
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri
Listrik, Gas, dan Air Minum
Bangunan
Perdagangan
Angkutan
Bank dan Lembaga Keuangan
Jasa-jasa
Sumber : analisis kelompok, 2015

Struktur Ekonomi 2012


Kota Malang Kota Batu Kab. Malang
0,33%
19,61%
28,48%
0,03%
0,22%
2,57%
33,05%
7,07%
18,84%
1,34%
1,58%
0,72%
3,26%
1,76%
1,97%
38,51%
47,27%
26,98%
2,93%
3,65%
3,32%
8,04%
4,61%
4,31%
12,50%
14,24%
12,79%

Total
9,91%
0,85%
27,71%
1,15%
2,80%
35,11%
3,08%
6,75%
12,65%

Struktur Ekonomi Malang Raya 2012


6,75%
3,08%

9,91
%

12,65
%

0,85%

Pertanian
Pertambangan dan Penggalian

27,71
%

Industri
Listrik, Gas, dan Air Minum
Bangunan

35,11%

Perdagang
1,15
%
2,80%

an
Angkutan
Bank dan Lembaga Keuangan
Jasa-jasa

Gambar 3. 33
Struktur Ekonomi Malang Raya Tahun 2012
Sumber : analisis kelompok, 2015

Struktur ekonomi Malang Raya pada tahun 2012 yang mencakup kabupaten malang, kota
malang, dan kota batu pada tahun 2012 sektor yang memiliki kontribusi terbesar adalah pada
sektor perdagangan yaitu sebesar 35,11%. Sektor perdagangan dari tahun 2010 sampai
tahun
2012 selalu mengalami peningkatan. Sedangkan sektor yang memiliki kontribusi terendah adalah
pada sektor pertambangan dan penggalian yakni hanya sebesar 0,85%.
Tabel III. 26
Struktur Ekonomi Malang Raya Tahun 2013
Lapangan Usaha
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri
Listrik, Gas, dan Air Minum
Bangunan
Perdagangan
Angkutan
Bank dan Lembaga Keuangan
Jasa-jasa
Sumber : analisis kelompok, 2015

Struktur Ekonomi 2013


Kota Malang Kota Batu Kab. Malang
0,32%
19,34%
27,87%
0,00%
0,22%
2,50%
33,14%
7,00%
18,96%
1,29%
1,59%
0,73%
3,24%
1,82%
2,07%
38,66%
47,48%
27,41%
2,90%
3,65%
3,38%
8,15%
4,62%
4,36%
12,31%
14,27%
12,72%

Total
9,37%
0,78%
27,99%
1,13%
2,84%
35,46%
3,07%
6,88%
12,49%

Struktur Ekonomi Malang Raya 2013


12,49
%

6,88%
3,07%

9,37
%

0,78%

27,99
%
35,46%

Pertanian
Pertambangan dan
Penggalian
Industri
Listrik, Gas, dan Air
Minum
Bangunan
Perdagangan

1,13
%
2,84
%

Angkutan
Bank dan Lembaga
Keuangan
Jasa-jasa

Gambar 3. 34
Struktur Ekonomi Malang Raya Tahun 2013
Sumber : analisis kelompok, 2015

Struktur ekonomi Malang Raya pada tahun 2013 yang mencakup kabupaten malang, kota
malang, dan kota batu pada tahun 2013 sektor yang tertinggi sama dengan tahun 2010, 2011,
dan 2012. dimana pada tahun 2013 sektor yang memiliki kontribusi terbesar adalah pada sektor
perdagangan yakni sebesar 35,46%. Sedangkan sektor yang memiliki kontribusi terendah pada
tahun 2013 yaitu pada sektor pertambangan dan penggalian yakni hanya sebesar 0.78%.
Jika dilihat stuktur ekonomi Malang Raya yang mencakup kabupaten malang, kota malang,
dan kota batu dari tahun 2009 sampai tahun 2013, dapat dilihat bahwa pada tahun 2009 sektor
tertinggi yang memberi kontribusi adalah pada sektor pertanian, tetapi pada tahun 2010 sampai
tahun 2013 sektor yang memiliki kontribusi tertinggi adalah pada perdagangan. Sehingga
dapat dianalisis bahwa adanya perubahan stuktur ekonomi. Sedangkan pada sektor yang
memiliki kontribusi terkecil dari tahun 2009 sampai tahun 2013 adalah tetap pada sektor
pertambangan dan penggalian.
III.5.4 Analisis Agregat
Perekonomian regional terbagi menjadi dua kegiatan besar, yaitu: kegiatan basis dan
kegiatan non basis. Teori ini menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi
suatu daerah berhubungan langsung dengan permintaan barang dan jasa dari luar daerah.

Pertumbuhan perindustrian yang menggunakan sumber daya lokal, termasuk tenaga kerja dan
bahan baku untuk diekspor, akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja
(job creation). Strategi pembangunan daerah yang muncul didasarkan pada teori ini merupakan
penekanan terhadap arti pentingnya bantuan kepada dunia usaha yang mempunyai pasar
secara nasional maupun internasional. Implementasinya adalah kebijakan yang mencakup
pengurangan hambatan atau batasan terhadap perusahaan perusahaan yang berorientasi
ekspor yang ada dan akan didirikan di daerah itu (Arsyad, 2006).
Mengacu pada teori ekonomi basis tersebut maka Arsyad (2006) menjelaskan bahwa
teknik Location Quotient dapat membagi kegiatan ekonomi suatu daerah menjadi dua golongan
yaitu:
Kegiatan sektor ekonomi yang melayani pasar di daerah itu sendiri maupun di luar daerah
yang bersangkutan. Sektor ekonomi seperti ini dinamakan sektor ekonomi potensial (basis);
Sektor unggulan atau basis adalah sektor yang dimana keberadaannya diharapkan dapat
meningkatkan pertumbuhan suatu wilayah. Kriteria sektor unggulan pun sangat bervariasi.
Tergantung seberapa besar peranan sektor tersebut dalam pembangunan wilayah. Salah
satu yang dapat memengaruhi sektor unggulan yaitu faktor anugerah (endowment factors).
Dengan adanya keberadaan sektor unggulan ini sangat membantu dan memudahkan
pemerintah dalam mengalokasikan dana yang tepat sehingga kemajuan perekonomian akan
tercapai.Secara umum, syarat utama agar suatu sektor layak dijadikan sebagai unggulan
perekonomian adalah sektor tersebut memiliki kontribusi yang dominan dalam pencapaian
tujuan pembangunan. Sektor unggulan sangat berperan penting pada suatu pembangunan
wilayah. Hal ini dapat dilihat pada besar kecilnya pengaruh serta peranannya terhadap
pembangunan tersebut, diantaranya (Tarigan, 2005) : Sektor unggulan tersebut memiliki
laju pertumbuhan yang tinggi; Sektor unggulan tersebut memiliki angka penyerapan tenaga
kerja yang relatif besar; Sektor unggulan tersebut memiliki keterkaitan antar sektor yang
tinggi baik ke depan maupun ke belakang; Sektor unggulan tersebut mampu menciptakan
nilai tambah yang tinggi.
Kegiatan sektor ekonomi yang hanya dapat melayani pasar di daerah itu sendiri dinamakan
sektor ekonomi tidak potensial (non basis) atau local industry;

III.5.5 Analisis Intra Wilayah


Analisis intrawilayah merupakan salah satu jenis analisis yang melihat secara lebih
mendalam mengenai apa yang terdapat pada suatu wilayah. Wilayah dilihat sebagai sebuah
unit atau penjumlahan elemen-elemen yang terdapat didalamnya. Dalam analisis intrawilayah ini,
hal yang disoroti adalah bagaimana karakteristik ekonomi di Kota Malang, Kabupaten Malang
dan Kota Batu dan bagaimana perbandingan diantara ketiganya. Selain itu perlu juga
dianalisis mengenai bagaimana kontribusi masing-masing Kabupaten dan Kota tersebut terhadap
Malang Raya secara Keseluruhan.
a. Karakteristik perekonomian Kota Malang, Kota Batu dan Kabupaten Malang
Jumlah rata-rata
PDRB

5.779.223,
78
4.212.731,38

1.985.269,20
1.041.243,81
94.392,71
Pertanian
Pertambangan
Dan
Penggalian

244.454,59385.64
2,22
Indust
Listrik, Gas
ri
Dan
Pengolah
Air
an
Bersih

1.049.239,99
503.983,53

Bangunan
Perdagangan,
Pengangkutan
Hotel
Dan
Dan
Komunika
Restor
si
an

Keuanga
n,
Persewaan
& Jasa

Jasa-Jasa

Gambar 3. 35
PDRB Rata-Rata Per Sektor Kota Malang Tahun 2009-2013
Sumber : analisis kelompok, 2015

Berdasarkan diagram PDRB Rata-Rata Per Sektor Kota Malang Tahun 2009-2013
tersebut menunjukkan bahwa perekonomian Kota Malang didukung oleh 2 sektor yang paling
memberikan kontribusi bagi Kota Malang yaitu sektor industri pengolahan rata-rata PDRB-nya
sebesar 4.212.731,38 serta perdagangan, hotel dan restoran rata-rata PDRB-nya sebesar
5.779.223,78 atau dengan kata lain kegiatan perekonomian yang paling berperan
dalam perekonomian Kota Malang adalah di sektor perdagangan dan jasa serta sektor industri.
Untuk sektor-sektor ekonomi lainnya juga memberikan dukungan bagi perekonomian
Kota Malang namun tidak berpengaruh besar atau menjadi tumpuan bagi Kota Malang
seperti

sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor industri pengolahan. Adapun sektor
yang berkontribusi namun tidak menjadi tumpuan utama bagi perekonomian Kota Malang
meliputi :
-

sektor pertanian,

sektor listrik, gas dan air bersih

bangunan

pengangkutan dan komunikasi

keuangan, persewaan dan jasa

dan jasa-jasa
Sedangkan sektor yang tidak berpengaruh bagi perekonomian Kota Malang adalah

sektor pertambangan dan penggalian dengan rata-rata PDRB hanya sebesar 94.392,71.
Jumlah PDRB RataRata
722.788,
76

306.654,
92

218.698,70

110.057,
24.058,10
94
3.409,11
26.149,06

55.908,05 70.531,56

Gambar 3. 36
PDRB Rata-Rata Per Sektor Kota Batu Tahun 2009-2013
Sumber : analisis kelompok, 2015

Berdasarkan diagram PDRB Rata-Rata Per Sektor Kota Batu Tahun 2009-2013 tersebut
menunjukkan bahwa perekonomian Kota Batu didukung oleh sektor perdagangan, hotel dan
restoran yang paling memberikan kontribusi bagi Kota Batu dengan rata-rata PDRB-nya sebesar
722.788,76 atau dengan kata lain kegiatan perekonomian yang paling berperan dalam
perekonomian Kota Batu adalah di sektor perdagangan dan jasa. Setelah sektor perdagangan,
hotel dan restoran, ada dua sektor lagi yang dengan besaran rata-rata hampir sama dalam
mendukung perekonomian Kota Batu. Dua sektor tersebut adalah sektor pertanian dengan
rata-

rata PDRB-nya sebesar 306.654,92 dan sektor jasa-jasa dengan rata-rata PDRB-nya sebesar
218.698,70.
Untuk sektor-sektor ekonomi lainnya juga memberikan dukungan bagi perekonomian
Kota Batu namun tidak berpengaruh besar atau menjadi tumpuan bagi Kota Batu seperti sektor
perdagangan, hotel dan restoran, sektor pertanian serta sektor jasa-jasa. Adapun sektor yang
berpengaruh namun tidak menjadi tumpuan utama bagi perekonomian Kota Batu meliputi :
-

Industri pengolahan

sektor listrik, gas dan air bersih

bangunan

pengangkutan dan komunikasi

keuangan, persewaan dan jasa


Sedangkan sektor yang tidak berpengaruh bagi perekonomian Kota Batu adalah

sektor pertambangan dan penggalian dengan rata-rata PDRB hanya sebesar 3.409,11.
Jumlah PDRB RataRata
4.500.800,
62

3.993.149,60

2.877.118,72
1.983.493,07

404.388,01

Pertanian
Pertambangan
Dan
Penggalian

598.093,05

175.115,64
290.448,70

Indust
Listrik, Gas
ri
Dan
Pengolah
Air
an
Bersih

Bangunan
Perdagangan,
Pengangkutan
Hotel
Dan
Dan
Komunika
Restor
si
an

640.503,93

Keuanga
n,
Persewaan
& Jasa

Jasa-Jasa

Gambar 3. 37
PDRB Rata-Rata Per Sektor Kabupaten Malang Tahun 2009-2013
Sumber : analisis kelompok, 2015

Berdasarkan diagram PDRB Rata-Rata Per Sektor Kabupaten Malang Tahun 2009-2013
tersebut menunjukkan bahwa perekonomian Kabupaten Malang didukung oleh 3 sektor yang
paling memberikan kontribusi bagi Kota Malang yaitu sektor pertanian dengan rata-rata PDRBnya sebesar 4.500.800,62 dan sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan rata-rata
PDRB-

nya sebesar 3.993.149,60 serta sektor industri pengolahan dengan rata-rata PDRB-nya sebesar
2.877.118,72.
Sektor lainnya yang juga turut memberikan kontribusi terhadap perekonomian Kabupaten
Malang namun tidak sebesar 3 sektor ekonomi di atas adalah sektor-jasa-jasa dengan rata-rata
PDRB sebesar 1.983.493,07 yang kemungkinan merupakan dampak dari adanya kekuatan
ekonomi di sektor industri dan pengolahan serta sektor perdagangan, hotel dan restoran.
Untuk sektor-sektor ekonomi lainnya juga memberikan dukungan bagi perekonomian
Kabupaten Malang namun tidak

berpengaruh

besar atau menjadi tumpuan bagi

Kabupaten Malang seperti sektor pertanian, sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor
industri penggalian dan sektor jasa-jasa. Adapun sektor yang berkontribusi namun tidak
menjadi tumpuan utama bagi perekonomian Kabupaten Malang meliputi :
-

sektor pertambangan dan penggalian,

bangunan

pengangkutan dan komunikasi

keuangan, persewaan dan jasa


Sedangkan sektor yang tidak berpengaruh bagi perekonomian Kota Malang adalah sekto

r listrik, gas dan air bersih


b. Kontribusi Kota Malang, Kota Batu dan Kabupaten Malang terhadap Malang Raya
Berdasarkan tinjauan terhadap data-data PDRB Kota Malang, Kota Batu dan Kabupaten
Malang di dapatkan data-data sebagai berikut:
Tabel III. 27
Perbandingan Kontribusi Sektor Ekonomi
KOTA MALANG
1. Sektor Perdagangan, hotel dan
restoran
2. Sektor industri pengolahan

ENTITAS MALANG RAYA


KOTA BATU

1. Sektor Perdagangan, hotel dan


restoran

1.
2.
3.

KABUPATEN MALANG
Pertanian
Sektor Perdagangan, hotel dan
restoran
Sektor industri pengolahan

Sumber : data PDRB Kota Malang, Kota Batu, dan Kabupaten Malang Tahun 2009-2013

Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa Kota Malang didukung oleh dua sektor
dominan yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor industri pengolahan. Untuk
sektor perdagangan, hotel dan restoran, hal tersebut salah satunya dikarenakan bahwa Kota
Malang merupakan salah satu destinasi wisata di Pulau Jawa pada khususnya dan di Indonesia
pada umumnya. Hal tersebut tercermin dari Misi Kota Malang yaitu membangun Kota Malang
sebagai kota tujuan wisata yang aman, nyaman, dan berbudaya (Visi: aman, berbudaya, bersih,

terkemuka, makmur dan asri). Sedangkan, untuk sektor industri pengolahan, hal tersebut salah
satunya dikarenakan bahwa Kota Malang merupakan salah satu kota industri. Salah satu bentuk
industri yang ada di Kota Malang adalah industri keramik, gerabah, mebel, rotan, saniter, kompor,
dll (www.malangkota.go.id, 2015). Disamping itu,

hal

lainnya juga tercermin dari Misi Kota

Malang yaitu mendorong produktivitas industri dan ekonomi skala besar yang berdaya saing, etis
dan berwawasan lingkungan (visi: bersih, berbudaya, makmur, terkemuka, asri, adil).
Berdasarkan tabel tersebut juga menunjukkan bahwa Kota Batu utamanya didukung oleh
sektor yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran. Hal tersebut salah satunya dikarenakan
bahwa Kota Batu merupakan salah satu destinasi wisata di Pulau Jawa pada khususnya dan di
Indonesia pada umumnya. Branding wisata sangat lekat pada Kota Batu sehingga seringkali
digunakan nama Kota Wisata Batu. Sektor perdagangan, hotel dan restoran yang menjadi
tumpuan Kota Wisata Batu ini merupakan dampak dari pertumbuhan kegiatan wisata di Kota
Batu. Adapun Sektor perdagangan, hotel dan restoran Kota Batu sangat bergantung pada
perkembangan dan pertumbuhan kegiatan wisata Kota Batu itu sendiri.
Sedangkan sektor yang memberikan kontribusi untuk Kabupaten Malang meliputi tiga
sektor yaitu sektor pertanian yang merupakan sektor tertinggi, sektor perdagangan, hotel dan
restoran, dan sektor industri pengolahan. Kontribusi tertinggi dari sektor pertanian sebenarnya
adalah cerminan karakteristik kabupaten dimana aktivitas dominan di sektor pertanian/
perkebunan. Menurut www.malangkab.go.id (2015) bahwa salah satu potensi di sektor pertanian
adalah potensi agrobisnis yang meliputi:
-

Agro kebun teh Wonosari

Agro Apel Pujon

Agro Buah Naga

Agro Tawon

Agro Salak Swaru, Pagelaran

Agro Krisan, Poncokusumo


Sektor kedua yang memberikan kontribusi yang tinggi terhadap perekonomian Kabupaten

Malang adalah sektor Perdagangan, hotel dan restoran. Hal tersebut dikarenakan Kabupaten
Malang merupakan destinasi wisata juga sama halnya seperti Kota Malang dan Kota Batu.
Banyaknya potensi wisata di Kabupaten Malang tercermin dari banyaknya beberapa jenis wisata
yang di tawarkan oleh Kabupaten Malang seperti:

Wisata alam

Wisata budaya

Wisata religi

Wisata sejarah

Wisata industri
Sedangkan sektor ketiga yang memberikan kontribusi yang tinggi terhadap perekonomian

Kabupaten Malang adalah sektor industri pengolahan. Adapun industri yang ada di Kabupaten
Malang yaitu:
-

Industri agro

Industri kosmetik

Industri rokok

Industri karoseri
Menurut www.malangkab.go.id (2015) jumlah perusahaan industri akhir tahun 2000

sebesar 18.089 yang terdiri dari formal/ berijin 583 perusahaan dan informal/ rumah
tangga
17.506 unit. Sedangkan jumlah perusahaan dagang 22.877 terdiri dari formal/ berijin 6.815
perusahaan dan informal 16.062.
Dilihat dari sumber daya alam dan bahan baku yang tersedia maka industri agro
merupakan industri basis dan dominan di Kabupaten Malang, yaitu 65%, sementara industri
manufaktur 35%. Adapun produk industri yang dihasilkan oleh Kabupaten Malang yaitu:
1. Produk industri agro antara lain : keju, jenang apel dan salak, saritoga dan jamu,
makanan dan kue, tepung tapioka, rokok, udang beku, ethanol dan furniture.
2. Produk kerajinan antara lain : tikar, alat dapur dan kerajinan kayu, topeng, kerajinan
perhiasan perak/imitasi, patung keramik, onyx, batik sutera, tas/jaket/dompet kulit dan
sepatu.
3. Produk industri manufaktur antara lain : benang, pakaian jadi, spare part mesin, kantorng
plastik, rak besi/logam, kosmetika, alat kesehatan, ketel dan pipa air, knalpot, sepatu
rem, kompor, karoseri/bak mobil, keramik, amplifier, shuttle cock.
4.

Pasar produk Malang juga sudaj cukup luas baik di dalam maupun luar negeri. Untuk
rokok, Kabupaten Malang memiliki 60 pabrik rokok besar-kecil, satu di antaranya PT.
Bentoel yang merupakan pabrik rokok Nasional terbesar ke 4.

5. Industri KaroseriPengembangan industri dan perdagangan Kabupaten Malang ke depan


menganut prinsip ekonomi kerakyatan yang adil dan berimbang bagi segenap pelaku

dalam rangka memanfaatkan secara optimal potensi yang tersedia bagi sebesarbesarnya
Sementara yang sudah menjadi komoditi ekspor antara lain : udang beku, sayur dalam
kaleng, kantong plastik, tekstil, furniture, sepatu kulit, ethanol, sepatu rem, alat kesehatan.
Berdasarkan pembahasan tersebut, terdapat kesamaan karakteristik Kota Malang, Kota
Batu dan Kabupaten Malang sama-sama memiliki potensi wisata dan juga menjadi destinasi
wisata. Hal tersebut berdampak pada berkembangnya sektor perdagangan dan jasa di masingmasing daerah tersebut. hal tersebut tercermin dari ekonomi yang mendukung Malang Raya
adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran.
c.

Perubahan Kontribusi Kota Malang, Kota Batu dan Kabupaten Malang terhadap
Malang Raya
Untuk melihat adanya perubahan kontribusi dari Kota Malang, Kota Batu dan Kabupaten

Malang terhadap Malang Raya, dalam hal ini dilakukan analisis dari tahun 2009 sebagai tahun
awal perbandingan dan tahun 2013 sebagai tahun akhir yang dibandingkan. Pemilihan tahun
tersebut diambil dengan dasar bahwa akan adanya perkembangan atau perubahan dari sektor
utama di Kabupaten dan Kota di Malang Raya mulai dari tahun 2009 ke tahun 2013. Berikut
merupakan analisisnya.
Tabel III. 28
Kontribusi Sektoral Tahun 2009
Lapangan Usaha
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri
Listrik, Gas, dan Air Minum
Bangunan
Perdagangan
Angkutan
Bank dan Lembaga Keuangan
Jasa-jasa
Sumber : analisis kelompok, 2015

Presentase Kontribusi Sektoral 2009


Kota Malang Kota Batu Kab. Malang
35,40%
35,25%
34,36%
1,10%
1,05%
1,03%
13,75%
13,39%
12,92%
1,11%
1,21%
1,21%
6,86%
6,78%
6,67%
12,46%
12,57%
12,52%
4,26%
4,44%
4,63%
6,78%
6,90%
7,20%
18,29%
18,41%
19,45%

Total
34,98%
1,06%
13,34%
1,18%
6,77%
12,52%
4,45%
6,97%
18,74%

Pertanian

6,97%

18,74
%

Pertambangan dan
Penggalian
Industri

34,98
%

Listrik, Gas, dan Air Minum

4,45%

Bangunan

12,52%

6,77
%

13,34%

1,06
%

1,18
%

Perdagang
an
Angkutan
Bank dan Lembaga
Keuangan
Jasa-jasa

Gambar 3. 38
Presentase Kontribusi Sektoral Malang Raya Tahun 2009
Sumber : analisis kelompok, 2015

Berdasarkan tabel dan diagram struktur ekonomi Malang Raya Tahun 2009 tersebut
menunjukkan bahwa sektor yang merupakan sektor unggulan adalah sektor pertanian dengan
rata-rata prosentase sebesar 34,98%. Sedangkan sektor yang bukan menjadi unggulan
adalah sektor pertambangan dan penggalian dengan rata-rata prosentase sebesar 1,06% dan
sektor Listrik, Gas, dan Air Minum dengan rata-rata prosentase sebesar 1,18%.
Tabel III. 29
Kontribusi Sektoral Tahun 2013
Lapangan Usaha
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri
Listrik, Gas, dan Air Minum
Bangunan
Perdagangan
Angkutan
Bank dan Lembaga Keuangan
Jasa-jasa
Sumber : analisis kelompok, 2015

Presentase Kontribusi Sektoral 2009


Kota Malang Kota Batu Kab. Malang
0,32%
19,34%
27,87%
0,00%
0,22%
2,50%
33,14%
7,00%
18,96%
1,29%
1,59%
0,73%
3,24%
1,82%
2,07%
38,66%
47,48%
27,41%
2,90%
3,65%
3,38%
8,15%
4,62%
4,36%
12,31%
14,27%
12,72%

Total
9,37%
0,78%
27,99%
1,13%
2,84%
35,46%
3,07%
6,88%
12,49%

6,88%
3,07%

12,49
%

0,78%

9,37
%

Pertanian
Pertambangan dan
Penggalian
Industri

27,99
%

Listrik, Gas, dan Air


Minum
Bangunan

35,46%

1,13%
2,84%

Perdagangan
Angkutan

Gambar 3. 39
Presentase Kontribusi Sektoral Malang Raya Tahun 2013
Sumber : analisis kelompok, 2015

Sedangkan berdasarkan tabel dan diagram struktur ekonomi Malang Raya Tahun 2013
tersebut menunjukkan bahwa sektor yang merupakan sektor unggulan adalah sektor
perdagangan, hotel dan restoran dengan

rata-rata prosentase sebesar 35,46%.

Sedangkan sektor yang bukan menjadi unggulan adalah sektor pertambangan dan penggalian
dengan rata - rata prosentase sebesar 0,78%.
Tabel III. 30
Perubahan Kontribusi Dari Tahun 2009 Ke Tahun 2013
Sektor Ekonomi

Rata-rata
Tahun 2009

Rata-rata
Tahun 2013

Keterangan

Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri
Listrik, Gas, dan Air Minum
Bangunan
Perdagangan
Angkutan
Bank dan Lembaga Keuangan
Jasa-jasa

34,98%
1,06%
13,34%
1,18%
6,77%
12,52%
4,45%
6,97%
18,74%

9,37%
0,78%
27,99%
1,13%
2,84%
35,46%
3,07%
6,88%
12,49%

Turun 25,61%
Turun 0,28%
Naik 14,65%
Turun 0,05%
Turun 3,93%
Naik 22,94%
Turun 1,38%
Turun 0,09%
Turun 6,25%

Sumber : analisis kelompok, 2015

Berdasarkan tabel perbandingan tersebut menunjukkan perubahan sektor perkonomian


Malang Raya yaitu dimana terjadi perubahan dari sektor unggulan adalah sektor
pertanian menjadi sektor perdagangan, hotel dan restaurant dan sektor industri pengolahan.
Perubahan sektor unggulan di Kota Malang dari sektor pertanian menjadi sektor
perdagangan, hotel dan restoran dikarenakan adanya pergeseran arahan perencanaan dan
pengembangan Kota Malang. Sebagaimana yang tertuang dalam rencana strategis Kota
Malang

Tahun 2004-2008 untuk fokus perencanaan di sektor pertanian sedangkan untuk arahan
perencanaan pengembangan Kota Malang di atas tahun 2009 sudah mulai bergeser untuk fo
kus pada sektor pariwisata. Berikut ini merupakan bukti pergeseran arahan perencanaan dan
pengembangan Kota Malang :
Visi Misi Kota Malang Tahun 2004-2008 : Terwujudnya kota malang yang mandiri, berbudaya,
sejahtera dan berwawasan lingkungan
Visi Misi Kota Malang Tahun 2009-2013 : Terwujudnya kota malang sebagai kota pendidikan
yang berkualitas, kota sehat dan ramah lingkungan, kota pariwisata yang berbudaya, menuju
masyarakat yang maju dan mandiri.
Perubahan arahan rencana Kota Malang menjadi Kota Wisata akan memberikan dampak secara
langsung terhadap sektor perdagangan, hotel dan restoran di Kota Malang itu sendiri.
Untuk perubahan sektor unggulan di Kota Kota Batu dari sektor pertanian menjadi sektor
perdagangan, hotel dan restoran juga dikarenakan adanya pergeseran arahan perencanaan dan
pengembangan Kota Batu setelah melihat perkembangan wisata Kota Malang yang luar
biasa dan memberikan dampak signifikan kepada PAD Kota Malang yang dilihat dari sektor
unggulan melalui PDRB-nya. Tranformasi Kota Batu menjadi Kota Wisata merupakan salah satu
bentuk dampak dari kegiatan wisata di Kota Malang.
Hal tersebut juga dialami oleh Kabupaten Malang dimana saat ini telah menunjukkan
perubahan sektor ekonomi yang tercermin oleh meningkatnya sektor perdagangan, hotel dan
restoran yang mana pada tahun 2009 sebesar 12,52% dan naik pada tahun 2013 menjadi
27,
41%. Namun saat ini, dari data PDRB Kabupaten Malang tahun 2013 menunjukkan bahwa sektor
pertanian masih menjadi sektor unggulan Kabupaten Malang.
Berdasarkan hal tersebut menunjukkan bahwa adanya perubahan arahan perencanaan
dan pengembangan yang tertuang dalam dokumen perencanaan (renstra) yang di rumuskan
oleh Kepala Daerah terpilih bisa memberikan dampak yang signifikan terhadap struktur
ekonomi suatu daerah. Selain itu, suatu kondisi apabila kegiatan perekonomian suatu
daerah sedang berkembang dengan pesat maka akan memberikan dampak langsung bagi
daerah di sekitarnya (daerah transit, daerah aksesibilitas destinasi) untuk ikut berkembang.
III.5.6 Analisis LQ (Location Quotient)
Dalam perekonomian regional terbagi menjadi dua kegiatan besar, yaitu kegiatan basis
dan kegiatan non basis. Menurut Glasson (1977) kegiatan-kegiatan Basis (Basic
activities)

adalah kegiatan mengekspor atau memasarkan barang dan jasa keluar batas perekonomian
masyarakatnya atau kepada orang yang datang dari luar perbatasan perekonomian masyarakat
yang bersangkutan. Sedangkan kegiatan non basis (Nonbasic activities) adalah kegiatan
menyediakan barang yang dibutuhkan oleh orang yang bertempat tinggal didalam batas
perekonomian masyarakat yang bersangkutan. Bertambah banyaknya kegiatan basis dalam
suatu daerah akan menambah arus pendapatan kedalam daerah yang bersangkutan, menambah
permintaan barang dan jasa sehingga akan menimbulkan kenaikan volume kegiatan. Sebaliknya
berkurangnya kegiatan basis akan mengurangi pendapatan suatu daerah dan turunnya
permintaan terhadap barang dan jasa dan akan menurunkan volume kegiatan (Richardson,
1977).
Salah satu cara dalam menentukan suatu sektor sebagai sektor basis atau non basis
adalah dengan menggunakan alat analisis Location Quotient (LQ). Arsyad (1999 : 315)
menjelaskan bahwa teknik Location Quotient dapat membagi kegiatan ekonomi suatu daerah
menjadi dua golongan. Yaitu :
Kegiatan sektor ekonomi yang melayani Pasar di daerah itu sendiri maupun di
luar daerah yang bersangkutan. Sektor ekonomi seperti ini dinamakan sektor ekonomi
Potensial (Basis).
Kegiatan sektor ekonomi yang melayani pasar daerah tersebut dinamakan sektor tidak
potensial (non basis) atau Local Industry.
Teori ini menyatakan bahwa faktor penentu utama Pertumbuhan ekonomi daerah adalah
berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah.

Pertumbuhan Industri industri yang menggunakan sumber daya lokal, termasuk tenaga kerja
dan bahan baku untuk di ekspor, akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang
kerja job creation. (Arsyad, 1999).

PROFIL WILAYAH MALANG RAYA


Kota Malang, Kota Batu,Kabupaten Malang

Tabel III. 31
Analisis LQ Malang Raya Tahun 2009
Lapangan Usaha
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri
Listrik, Gas, dan Air Minum
Bangunan
Perdagangan
Angkutan
Bank dan Lembaga Keuangan
Jasa-jasa
PDRB

Kota Malang
904.140,98

Kota Batu
945.767,74

Kab. Malang
969.865,13

PDRB Propinsi Jawa


Timur
(pi / p total)
2009
48.315.111,68

28.006,39

28.230,86

29.087,65

6.645.089,71

351.180,07

359.204,64

364.603,72

81.033.880,59

28.224,05

32.347,37

34.252,18

4.246.146,61

175.235,76

181.954,02

188.345,87

9.887.403,83

318.118,61

337.378,84

353.555,88

90.911.382,23

108.738,92

119.224,57

130.734,08

20.164.063,96

173.253,39
467.101,93
2.554.000,10

185.129,47
494.122,84
2.683.360,35

203.277,35
549.108,70
2.822.830,56

16.519.146,41
27.816.461,60
305.538.686,62

PDRB Malang Raya 2009


(pi / p total)

LQ
Kota Malang
2,239
0,504
0,518
0,795
2,120
0,419
0,645
1,255
2,009

Ket
Basis
Non
Basis
Non
Basis
Non
Basis
Basis
Non
Basis
Non
Basis
Basis
Basis

Kota Batu
2,229
0,484
0,505
0,867
2,095
0,423
0,673
1,276
2,023

ket
Basis
Non
Basis
Non
Basis
Non
Basis
Basis
Non
Basis
Non
Basis
Basis
Basis

Kab. Malang
2,173
0,474
0,487
0,873
2,062
0,421
0,702
1,332
2,137

ket
Basis
Non
Basis
Non
Basis
Non
Basis
Basis
Non
Basis
Non
Basis
Basis
Basis

Sumber : analisis kelompok, 2015

Dari hasil analisis Location Quotient pada tahun 2009 di Malang Raya yang mencakup Kabupaten Malang, Kota Malang Dan Kota Batu dapat dilihat
bahwa pada tiap tiap kabupaten atau kota di Malang Raya sektor pertaniannya adalah sektor basis. Selain sektor pertanian, sektor perdangan, s
ektor keuangan dan sektor jasa-jasa di Kabupaten Malang, Kota Malang Dan Kota Batu juga masuk dalam sektor basis yang memiliki potensi atau
keunggulan lebih dalam mengembangkan wilayah Malang Raya.

MASTER OF REGIONAL URBAN DEVELOPMENT UNDIP 2015

Tabel III. 32
Analisis LQ Malang Raya Tahun 2010
Lapangan Usaha

Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri
Listrik, Gas, dan Air Minum
Bangunan
Perdagangan
Angkutan
Bank dan Lembaga Keuangan
Jasa-jasa
PDRB

Kota Malang

Kota Batu

Kab. Malang

PDRB Propinsi Jawa


Timur
pi / p total
2010

55.625,28

291.877,84

4.171.370,51

50.208.896,71

0,025

6.171,43

3.223,58

374.201,66

7.104.816,81

0,020

4.254.693,26

104.082,34

2.533.650,03

83.299.893,42

238.622,25

22.178,68

210.146,23

374.935,96

23.261,36

5.721.906,62

PDRB Malang Raya 2010


pi / p total

LQ
ket
Non
Basis
Non
Basis

Kota Batu

ket

Kab. Malang

ket

1,302

Basis

1,943

Basis

1,232

Basis

1,167

Basis

0,280

4.361.515,81

1,250

1,139

237.110,82

10.307.883,76

0,831

Basis
Non
Basis

668.072,72

3.295.920,93

95.983.867,09

1,362

Basis

1,559

460.113,26

51.695,08

596.500,13

22.781.527,67

0,461

Non
Basis

0,508

1.076.000,18

65.405,56

529.263,10

17.395.393,53

1,413

Basis

0,842

1.856.556,91
14.044.625,15

202.441,74
1.432.238,90

1.770.469,53
13.718.632,94

29.417.374,11
320.861.168,91

1,442

Basis

1,542

Kota Malang

0,102

0,506

Non
Basis
Non
Basis
Basis
Non
Basis
Basis
Non
Basis
Non
Basis
Basis

0,711
1,127
0,538
0,803
0,612
0,712
1,408

Non
Basis
Basis
Non
Basis
Non
Basis
Non
Basis
Non
Basis
Basis

Sumber : analisis kelompok, 2015

Dari hasil analisis Location Quotient pada tahun 2010 di Malang Raya yang mencakup Kabupaten Malang, Kota Malang Dan Kota Batu dapat
dilihat bahwa perbedaan perubahan banyak terlihat pada hampir di semua sektor bila dibandingkan dengan perhitungan analisis Location Quotient
pada tahun
2009. Hasil analisis Location Quotient tahun 2010 menunjukaan bahwa adanya perubahan pada sektor pertanian. Ditahun 2009 sektor pertanian di kota
malang adalah sektor basis, tetapi pada tahun 2010 menjadi sektor non basis. Tetapi sebaliknya pada sektor industri di tahun 2009 adalah sektor non
basis tetapi di tahun 2010 menjadi sektor basis.

Tabel III. 33
Analisis LQ Malang Raya Tahun 2011
Lapangan Usaha

Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri
Listrik, Gas, dan Air Minum
Bangunan
Perdagangan
Angkutan
Bank dan Lembaga Keuangan
Jasa-jasa
PDRB

Kota Malang

Kota Batu

Kab. Malang

PDRB Propinsi Jawa


Timur
pi / p total
2011

112.672,28

306.163,18

4.590.418,77

51.329.548,83

0,024

10.052,25

3.417,00

417.730,01

7.757.319,82

0,014

10.313.209,31

110.355,00

2.903.469,45

86.900.779,13

429.734,86

24.148,01

112.741,76

965.697,46

26.514,25

11.722.277,01

PDRB Malang Raya 2011


pi / p total

LQ
Ket
Non
Basis
Non
Basis

Kota Batu

Ket

Kab. Malang

Ket

1,319

Basis

1,959

Basis

1,180

Basis

1,319

Basis

0,281

4.642.081,81

1,029

Basis

1,151

Basis

0,532

293.521,34

10.992.599,76

0,976

Non
Basis

0,534

Non
Basis

0,585

729.736,87

4.105.957,78

106.229.112,97

1,226

Basis

1,520

Basis

0,847

925.867,41

56.363,52

509.996,98

25.076.424,92

0,410

Non
Basis

0,497

2.497.093,95

71.027,65

666.964,40

18.659.490,17

1,487

Basis

0,842

3.826.007,36
30.802.611,89

219.661,37
1.547.386,85

2.023.296,03
15.624.096,52

30.693.407,48
342.280.764,89

1,385

Basis

1,583

Kota Malang

0,097

Non
Basis
Non
Basis

Non
Basis
Non
Basis
Basis

0,732

0,446
0,783
1,444

Non
Basis
Non
Basis
Non
Basis
Non
Basis
Non
Basis
Non
Basis
Basis

Sumber : analisis kelompok, 2015

Dari hasil analisis Location Quotient pada tahun 2011 di Malang Raya yang mencakup Kabupaten Malang, Kota Malang Dan Kota Batu dapat
dilihat bahwa perbedaan perubahan terdapat pada sektor listrik, gas dan air minum bila dibandingkan dengan perhitungan analisis Location Quotient
pada tahun
2010. Hasil analisis Location Quotient tahun 2010 menunjukaan bahwa sektor listrik, gas dan air minum menjadi sektor basis, tetapi di Hasil analisis Location
Quotient tahun 2011 sektor listrik, gas dan air minum berubah menjadi sektor non basis. adanya perubahan pada sektor pertanian. Ditahun 2009 sektor

pertanian di kota malang adalah sektor basis, tetapi pada tahun 2010 menjadi sektor non basis. sedangkan pada sektor sektor yang lain hasil analisis
Location Quotient tahun 2011 masih sama dengan hasil analisis Location Quotient pada tahun 2010.
Tabel III. 34
Analisis LQ Malang Raya Tahun 2012
Lapangan Usaha

Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri
Listrik, Gas, dan Air Minum
Bangunan
Perdagangan
Angkutan
Bank dan Lembaga Keuangan
Jasa-jasa
PDRB
Sumber : analisis kelompok, 2015

Kota Malang

Kota Batu

Kab. Malang

PDRB Propinsi Jawa


Timur
pi / p total
2012

114.288,45

321.734,63

4.781.592,83

52.628.433,15

0,023

10.259,40

3.597,39

431.473,33

8.228.632,48

0,013

11.313.110,64

115.996,05

3.162.993,98

92.171.191,46

1,316

459.478,31

25.893,33

121.106,48

4.932.084,36

0,999

1.114.741,02

28.950,29

331.406,84

11.994.825,72

0,996

13.181.279,51

775.728,93

4.529.578,37

116.645.214,35

1,212

1.001.948,50

59.815,65

557.611,91

27.945.256,13

2.753.039,81

75.583,40

723.239,50

4.278.331,36
34.226.477,00

233.700,86
1.641.000,53

2.147.412,54
16.786.415,78

PDRB Malang Raya 2012


pi / p total

LQ
Kota Malang

Ket
Non
Basis
Non
Basis

Kota Batu

Ket

Kab. Malang

Ket

1,367

Basis

1,986

Basis

1,146

Basis

Basis

0,281

Non
Basis
Non
Basis

0,098

Non
Basis
Non
Basis

0,750

1,174

Basis

0,537

0,540

Non
Basis

0,604

Basis

1,487

Basis

0,849

0,384

Non
Basis

0,479

20.186.109,19

1,462

Basis

0,837

32.251.530,62
366.983.277,46

1,422

Basis

1,620

Non
Basis
Non
Basis
Basis

0,436
0,783
1,456

Non
Basis
Non
Basis
Non
Basis
Non
Basis
Non
Basis
Non
Basis
Basis

Tabel III. 35
Analisis LQ Malang Raya Tahun 2013

Kota Malang

Kota Batu

Kab. Malang

PDRB Propinsi Jawa


Timur
pi / p total
2013

122.398,04

336.889,96

4.989.291,55

54.463.942,77

0,023

0,00

3.783,58

447.473,33

8.401.262,86

0,000

12.762.601,69

121.872,30

3.393.911,35

98.017.056,47

1,331

497.499,71

27.713,49

129.996,65

5.238.431,69

0,971

1.246.745,09

31.664,41

370.811,11

12.840.565,41

0,992

14.887.127,00

827.021,27

4.907.671,41

128.375.498,60

1,185

1.117.362,42

63.655,99

604.638,97

30.640.913,33

3.138.816,94

80.533,21

780.925,68

4.740.084,79
38.512.635,68

248.628,54
1.741.762,75

2.277.202,95
17.901.923,00

PDRB Malang Raya 2013


pi / p total

Lapangan Usaha

Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri
Listrik, Gas, dan Air Minum
Bangunan
Perdagangan
Angkutan
Bank dan Lembaga Keuangan
Jasa-jasa
PDRB

LQ
Kota Malang

Ket
Non
Basis
Non
Basis

Kota Batu

Ket

Kab. Malang

Ket

1,398

Basis

2,014

Basis

1,171

Basis

Basis

0,281

Non
Basis
Non
Basis

0,102

Non
Basis
Non
Basis

0,761

1,196

Basis

0,546

0,557

Non
Basis

0,635

Basis

1,456

Basis

0,841

0,373

Non
Basis

0,470

21.802.468,45

1,472

Basis

0,835

33.886.297,81
393.666.437,39

1,430

Basis

1,658

Non
Basis
Non
Basis
Basis

0,434
0,788
1,478

Non
Basis
Non
Basis
Non
Basis
Non
Basis
Non
Basis
Non
Basis
Basis

Sumber : analisis kelompok, 2015

Dari hasil analisis Location Quotient pada tahun 2012 dan 2013 di Malang Raya yang mencakup Kabupaten Malang, Kota Malang Dan Kota Batu
dapat dilihat bahwa hasil analisisnya adalah sama. Yaitu Kota Malang memiliki 4 sektor basis, Kota Batu memiliki 4 sektor basis, dan Kabupaten Malang
memiliki 3 sektor basis. Dimana yang menjadi sektor basis dari tahun 2010 sampai tahun 2013 adalah pada sektor pertanian, sektor peradangan, dan
sektor jasa-jasa. perubahan sering muncul pada sektor listrik, gas dan air minum yang mana pada tiap tahun tertentu sektor ini bisa menjadi sektor basis
ataupun sektor non basis.

PROFIL WILAYAH MALANG RAYA


Kota Malang, Kota Batu,Kabupaten Malang

III.5.7 Analisis Shift-Share


Adapun tujuan yang ingin di capai dalam penyusunan profil Malang Raya ini salah satunya
dengan menggunakan analisis shift share, yang pertama adalah untuk mengetahui pengaruh
pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Timur terhadap pertumbuhan ekonomi di Malang Raya
yang mencakup Kota Malang, Kabupaten Malang dan Kota Batu (national growth effect). Yang kedua
adalah untuk mengetahui perubahan relatif kinerja dari sektor-sektor yang ada di Malang Raya
terhadap sektor-sektor yang sama di Provinsi Jawa Timur (proporsional shift). Yang ketiga untuk
mengetahui keunggulan kompetitif sektor - sektor di Malang Raya terhadap sektor - sektor yang
sama di Provinsi
Jawa Timur (differentsial shift).
Tabel III. 36
Analisis Shift Share Kota Malang
Sektor

Kota Malang (Rupiah)


Pdrb 2009
Pdrb 2013
Yit
Yio

Provinsi Jawa Timur


(Rupiah)
Pdrb 2009
Pdrb 2013
Yo
Yt
48.315.111,6 54.463.942,7
8
7

Ri

Ri

Ra

Yit/Yio

Yit/Yio

0,1354

1,1273

Yt/Yo
1,288
4
1,288
4
1,288
4
1,288
4
1,288
4
1,288
4
1,288
4
1,288
4
1,288
4
1,288
4

Pertanian

904.140,98

122.398,04

Pertambangan Dan
Penggalian

28.006,39

0,00

6.645.089,71

8.401.262,86

1,2643

Industri

351.180,07

12.762.601,
69

81.033.880,5
9

98.017.056,4
7

36,3420

1,2096

Listrik, Gas, Dan Air Minum

28.224,05

497.499,71

4.246.146,61

5.238.431,69

17,6268

1,2337

Konstruksi

175.235,76

7,1147

1,2987

Perdagangan, Hotel, Dan


Restoran

318.118,61

46,7974

1,4121

Transportasi Dan Komunikasi

108.738,92

10,2756

1,5196

Keuangan

173.253,39

18,1169

1,3198

Jasa-Jasa

467.101,93

10,1479

1,2182

146,556
7

11,603
2

Total

2.554.000,
10

1.246.745,0
9
14.887.127,
00
1.117.362,4
2
3.138.816,9
4
4.740.084,7
9
38.512.635,
68

9.887.403,83
90.911.382,2
3
20.164.063,9
6
16.519.146,4
1
27.816.461,6
0
305.538.686,
62

12.840.565,4
1
128.375.498,
60
30.640.913,3
3
21.802.468,4
5
33.886.297,8
1
393.666.437,
39

Sumber : analisis kelompok, 2015

Sektor

Ra-1

Ri-Ra

ri-Ri

KPN+KPP+KPPW

Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri
Listrik, Gas, dan Air Minum
Konstruksi
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
Transportasi dan Komunikasi
Keuangan
Jasa-jasa

29%
29%
29%
29%
29%
29%
29%
29%
29%

-16,12%
-2,42%
-7,89%
-5,47%
1,02%
12,37%
23,11%
3,14%
-7,02%

-99,19%
-126,43%
3513,25%
1639,31%
581,60%
4538,53%
875,61%
1679,71%
892,96%

-86,46%
-100,00%
3534,20%
1662,68%
611,47%
4579,74%
927,56%
1711,69%
914,79%

Sumber : analisis kelompok, 2015

MASTER OF REGIONAL URBAN DEVELOPMENT UNDIP 2015

III - 83

Sektor

KPP

KPPW

Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri
Listrik, Gas, dan Air Minum
Konstruksi
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
Transportasi dan Komunikasi
Keuangan
Jasa-jasa

-16,12%
-2,42%
-7,89%
-5,47%
1,02%
12,37%
23,11%
3,14%
-7,02%

-99,19%
-126,43%
3513,25%
1639,31%
581,60%
4538,53%
875,61%
1679,71%
892,96%

KPP+KPPW (PB)
-115,31%
-128,84%
3505,36%
1633,84%
582,62%
4550,90%
898,72%
1682,85%
885,94%

KETERANGAN
mundur
mundur
progresif
progresif
progresif
progresif
progresif
progresif
progresif

Sumber : analisis kelompok, 2015

KPP

Sektor
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri
Listrik, Gas, dan Air Minum
Konstruksi
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
Transportasi dan Komunikasi
Keuangan
Jasa-jasa

(+/-)
-16,12%
-2,42%
-7,89%
-5,47%
1,02%
12,37%
23,11%
3,14%
-7,02%

KETERANGAN
spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh lambat
spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh lambat
spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh lambat
spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh lambat
spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh cepat
spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh cepat
spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh cepat
spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh cepat
spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh lambat

Sumber : analisis kelompok, 2015

Sektor
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri
Listrik, Gas, dan Air Minum
Konstruksi
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
Transportasi dan Komunikasi
Keuangan
Jasa-jasa

KPPW
(+/-)
-99,19%
-126,43%
3513,25%
1639,31%
581,60%
4538,53%
875,61%
1679,71%
892,96%

KETERANGAN
tidak mempunyai daya saing
tidak mempunyai daya saing
mempunyai daya saing
mempunyai daya saing
mempunyai daya saing
mempunyai daya saing
mempunyai daya saing
mempunyai daya saing
mempunyai daya saing

Sumber : analisis kelompok, 2015

Dari hasil analisis shift share Kota Malang tahun 2009 2013 terhadap provinsi jawa timur,
dapat dilihat bahwa Kota Malang memberikan kontribusi tertinggi terhadap provinsi jawa timur adalah
pada sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sektor ini menjadi pengkontribusi terbanyak dengan
nilai Ri adalah sebesar 46,7974. Sektor perdagangan, hotel dan restoran juga memiliki nilai
progresif tertinggi yakni sebesar 4550,90%. Dan sektor yang memiliki daya saing tertinggi di Kota
Malang adalah

juga pada sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan nilai KPPW sebesar 4538,53%. Tetapi untuk
spesialisasi dalam sektor secara nasional tumbuh cepat di Kota Malang adalah pada sektor
transportasi dan komunikasi dengan nilai KPP adalah 23,11%.
Tabel III. 37
Analisis Shift Share Kota Batu
Sektor
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri
Listrik, Gas, dan Air Minum
Konstruksi
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
Transportasi dan Komunikasi
Keuangan
Jasa-jasa
Total

KOTA BATU (rupiah)


PDRB 2009 PDRB 2013
yit
yio
945.767,74
336.889,96
28.230,86
3.783,58
359.204,64
121.872,30
32.347,37
27.713,49
181.954,02
31.664,41
337.378,84
827.021,27
119.224,57
63.655,99
185.129,47
80.533,21
494.122,84
248.628,54
2.683.360,35 1.741.762,75

Provinsi Jawa Timur (rupiah)


PDRB 2009
PDRB 2013
Yo
Yt
48.315.111,68
54.463.942,77
6.645.089,71
8.401.262,86
81.033.880,59
98.017.056,47
4.246.146,61
5.238.431,69
9.887.403,83
12.840.565,41
90.911.382,23 128.375.498,60
20.164.063,96
30.640.913,33
16.519.146,41
21.802.468,45
27.816.461,60
33.886.297,81
305.538.686,62 393.666.437,39

ri

Ri

Ra

yit/yio
0,3562
0,1340
0,3393
0,8567
0,1740
2,4513
0,5339
0,4350
0,5032
5,7837

Yit/Yio
1,1273
1,2643
1,2096
1,2337
1,2987
1,4121
1,5196
1,3198
1,2182
11,6032

Yt/Yo
1,2884
1,2884
1,2884
1,2884
1,2884
1,2884
1,2884
1,2884
1,2884
1,2884

Sumber : analisis kelompok, 2015

Sektor
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri
Listrik, Gas, dan Air Minum
Konstruksi
Perdagangan, Hotel, dan
Restoran
Transportasi dan Komunikasi
Keuangan
Jasa-jasa

Ra-1

Ri-Ra

ri-Ri

KPN+KPP+KPPW

29%
29%
29%
29%
29%

-16,12%
-2,42%
-7,89%
-5,47%
1,02%

-77,11%
-113,03%
-87,03%
-37,69%
-112,47%

-64,38%
-86,60%
-66,07%
-14,33%
-82,60%

29%
29%
29%
29%

12,37%
23,11%
3,14%
-7,02%

103,92%
-98,57%
-88,48%
-71,50%

145,13%
-46,61%
-56,50%
-49,68%

Sumber : analisis kelompok, 2015

Sektor

KPP

KPPW

Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri
Listrik, Gas, dan Air Minum
Konstruksi
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
Transportasi dan Komunikasi
Keuangan
Jasa-jasa

-16,12%
-2,42%
-7,89%
-5,47%
1,02%
12,37%
23,11%
3,14%
-7,02%

-77,11%
-113,03%
-87,03%
-37,69%
-112,47%
103,92%
-98,57%
-88,48%
-71,50%

Sumber : analisis kelompok, 2015

KPP+KPPW (PB)
-93,22%
-115,44%
-94,92%
-43,17%
-111,44%
116,29%
-75,45%
-85,34%
-78,53%

KETERANGAN
mundur
mundur
mundur
mundur
mundur
progresif
mundur
mundur
mundur

KPP

Sektor
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri
Listrik, Gas, dan Air Minum
Konstruksi
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
Transportasi dan Komunikasi
Keuangan
Jasa-jasa

(+/-)
-16,12%
-2,42%
-7,89%
-5,47%
1,02%
12,37%
23,11%
3,14%
-7,02%

KETERANGAN
spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh lambat
spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh lambat
spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh lambat
spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh lambat
spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh cepat
spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh cepat
spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh cepat
spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh cepat
spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh lambat

Sumber : analisis kelompok, 2015

KPPW

Sektor
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri
Listrik, Gas, dan Air Minum
Konstruksi
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
Transportasi dan Komunikasi
Keuangan
Jasa-jasa

(+/-)
-77,11%
-113,03%
-87,03%
-37,69%
-112,47%
103,92%
-98,57%
-88,48%
-71,50%

KETERANGAN
tidak mempunyai daya saing
tidak mempunyai daya saing
tidak mempunyai daya saing
tidak mempunyai daya saing
tidak mempunyai daya saing
mempunyai daya saing
tidak mempunyai daya saing
tidak mempunyai daya saing
tidak mempunyai daya saing

Sumber : analisis kelompok, 2015

Dari hasil analisis shift share Kota Batu tahun 2009 2013 terhadap provinsi jawa timur, dapat
dilihat bahwa Kota Batu memberikan kontribusi tertinggi terhadap provinsi jawa timur adalah
pada sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sektor ini menjadi pengkontribusi terbanyak dengan nilai
Ri adalah sebesar 2,4513. Sektor perdagangan, hotel dan restoran juga memiliki nilai progresif tertinggi
yakni sebesar 116,29% bila dibandingkan dengan sektor sektor lain yang mengalai kemunduran. Dan
sektor yang memiliki daya saing tertinggi di Kota Malang adalah juga pada sektor perdagangan, hotel
dan restoran dengan nilai KPPW sebesar 103,92%. Tetapi untuk spesialisasi dalam sektor secara
nasional tumbuh cepat di Kota Batu adalah pada sektor transportasi dan komunikasi dengan nilai KPP
adalah 23,11%.
Tabel III. 38
Analisis Shift Share Kabupaten Malang
Sektor
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri
Listrik, Gas, dan Air Minum

Kab Malang (rupiah)


PDRB 2009
PDRB 2013
yit
yio
969.865,13
4.989.291,55
29.087,65
447.473,33
364.603,72
3.393.911,35
34.252,18
129.996,65

Provinsi Jawa Timur (rupiah)


PDRB 2009
PDRB 2013
Yo
Yt
48.315.111,68
54.463.942,77
6.645.089,71
8.401.262,86
81.033.880,59
98.017.056,47
4.246.146,61
5.238.431,69

ri

Ri

Ra

yit/yio
15,3836
5,1443
9,3085
3,7953

Yit/Yio
1,2643
1,1273
1,2096
1,2337

Yt/Yo
1,2884
1,2884
1,2884
1,2884

Sektor
Konstruksi
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
Transportasi dan Komunikasi
Keuangan
Jasa-jasa
Total

Kab Malang (rupiah)


PDRB 2009
PDRB 2013
yit
yio
188.345,87
370.811,11
353.555,88
4.907.671,41
130.734,08
604.638,97
203.277,35
780.925,68
549.108,70
2.277.202,95
2.822.830,56 17.901.923,00

Provinsi Jawa Timur (rupiah)


PDRB 2009
PDRB 2013
Yo
Yt
9.887.403,83
12.840.565,41
90.911.382,23 128.375.498,60
20.164.063,96
30.640.913,33
16.519.146,41
21.802.468,45
27.816.461,60
33.886.297,81
305.538.686,62 393.666.437,39

ri

Ri

Ra

yit/yio
1,9688
13,8809
4,6250
3,8417
4,1471
62,0951

Yit/Yio
1,2987
1,4121
1,5196
1,3198
1,2182
11,6032

Yt/Yo
1,2884
1,2884
1,2884
1,2884
1,2884
1,2884

Sumber : analisis kelompok, 2015

Sektor
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri
Listrik, Gas, dan Air Minum
Konstruksi
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
Transportasi dan Komunikasi
Keuangan
Jasa-jasa

KPN

KPP

KPPW

Ra-1

Ri-Ra

ri-Ri

29%
29%
29%
29%
29%
29%
29%
29%
29%

-2,42%
-16,12%
-7,89%
-5,47%
1,02%
12,37%
23,11%
3,14%
-7,02%

1411,93%
401,70%
809,89%
256,16%
67,01%
1246,88%
310,54%
252,18%
292,89%

KPP+KPPW (PB)

KPN+KPP+KPPW
1438,36%
414,43%
830,85%
279,53%
96,88%
1288,09%
362,50%
284,17%
314,71%

Sumber : analisis kelompok, 2015

Sektor

KPP

KPPW

Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri
Listrik, Gas, dan Air Minum
Konstruksi
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
Transportasi dan Komunikasi
Keuangan
Jasa-jasa

-2,42%
-16,12%
-7,89%
-5,47%
1,02%
12,37%
23,11%
3,14%
-7,02%

1411,93%
401,70%
809,89%
256,16%
67,01%
1246,88%
310,54%
252,18%
292,89%

1409,52%
385,59%
802,01%
250,68%
68,03%
1259,25%
333,65%
255,32%
285,87%

KETERANGAN
progresif
progresif
progresif
progresif
progresif
progresif
progresif
progresif
progresif

Sumber : analisis kelompok, 2015

Sektor
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri
Listrik, Gas, dan Air Minum
Konstruksi
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
Transportasi dan Komunikasi
Keuangan
Jasa-jasa
Sumber : analisis kelompok, 2015

KPP
(+/-)
-2,42%
-16,12%
-7,89%
-5,47%
1,02%
12,37%
23,11%
3,14%
-7,02%

KETERANGAN
spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh lambat
spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh lambat
spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh lambat
spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh lambat
spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh cepat
spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh cepat
spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh cepat
spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh cepat
spesialisasi dalam sektor yang secara nasional tumbuh lambat

Sektor
Pertanian
Pertambangan dan Penggalian
Industri
Listrik, Gas, dan Air Minum
Konstruksi
Perdagangan, Hotel, dan Restoran
Transportasi dan Komunikasi
Keuangan
Jasa-jasa

KPPW
(+/-)
1411,93%
401,70%
809,89%
256,16%
67,01%
1246,88%
310,54%
252,18%
292,89%

KETERANGAN
mempunyai daya saing
mempunyai daya saing
mempunyai daya saing
mempunyai daya saing
mempunyai daya saing
mempunyai daya saing
mempunyai daya saing
mempunyai daya saing
mempunyai daya saing

Sumber : analisis kelompok, 2015

Dari hasil analisis shift share Kabupaten Malang tahun 2009 2013 terhadap provinsi jawa
timur, dapat dilihat bahwa Kabupaten Malang memberikan kontribusi tertinggi terhadap Provinsi Jawa
Timur adalah pada sektor pertanian. Sektor ini menjadi pengkontribusi terbanyak terhadap Provinsi
Jawa Timur dengan nilai Ri adalah sebesar 15,3836. Sektor pertanian juga memiliki nilai progresif
tertinggi yakni sebesar 1409,52%. Dan sektor yang memiliki daya saing tertinggi di Kota Malang adalah
juga pada sektor pertanian dengan nilai KPPW sebesar 1411,93% Tetapi untuk spesialisasi dalam
sektor secara nasional tumbuh cepat di Kabupaten Malang adalah pada sektor transportasi dan
komunikasi dengan nilai KPP adalah 23,11% terhadap Provinsi Jawa Timur.
III.5.8 Disparitas Malang Raya
Salah satu model yang cukup representatif untuk mengukur tingkat ketimpangan pembangunan
antar wilayah adalah indeks Williamson yang dikemukakan oleh Williamson (1965). Dasar
perhitungannya adalah dengan menggunakan PDRB per kapita dalam kaitannya dengan jumlah
penduduk per daerah. Walaupun indeks ini mempunyai beberapa kelemahan, yaitu antara lain
sensitive terhadap definisi wilayah yang digunakan dalam perhitungan, namun demikian indeks ini
lazim digunakan dalam mengukur ketimpangan pembangunan antar wilayah. Formulasi Indeks
Williamson yang digunakan yaitu:

Apabila angka indeks kesenjangan Williamson semakin mendekati nol, maka menunjukkan
kesenjangan yang semakin kecil dan bila angka indeks menunjukkan semakin mendekati satu maka
menunjukkan kesenjangan yang makin melebar. Matolla dalam Puspandika (2007) menetapkan
sebuah kriteria yang digunakan untuk menentukan apakah kesenjangan ada pada kesenjangan level
rendah, sedang, atau tinggi. Berikut ini adalah kriterianya:
a. Kesenjangan level rendah, jika IW < 0,35
b. Kesenjangan level sedang, jika 0,35 IW 0,5
c. Kesenjangan level tinggi, jika IW > 0,5
Tabel III. 39
PDRB Per Kapita Malang Raya Tahun 2009 dan 2013

Wilayah
Kota Malang
Kota Batu
Kabupaten Malang

Tahun 2009
PDRB per Kapita Jumlah penduduk
22.25
594,113
9.59
134,114
8.13
1,602,503

2013
PDRB per Kapita Jumlah penduduk
29.39
12.75
10.71

590669
136654
1670750

Sumber : analisis kelompok, 2015

Tabel III. 40
Indeks Williamson Tahun 2009
Tahun 2009
Kecamatan

Yi - Y

(yi-y)2

Fi/n

(yi-y)2 Fi/n

Kota Malang

10.43

108.87

0.2549043

27.752001

Kota Batu

-2.23

4.97

0.0575416

0.2859321

Kabupaten Malang

-3.68

13.56

0.6875541

9.3203369
0,5171

Vw
Sumber : analisis kelompok, 2015

Tabel III. 41
Indeks Williamson Tahun 2013
Tahun 2013
Kecamatan

Yi - Y

(yi-y)2

Fi/n

(yi-y)2 Fi/n

Kota Malang

13.96

194.786

0.2463098

47.977593

Kota Batu

-2.68

7.202

0.0569849

0.4104323

Kabupaten Malang

-4.71

22.228

0.6967052

15.486157

Vw

0,5178

Sumber : analisis kelompok, 2015

Dari perhitungan indeks Williamson didapat nilai sebesar 0,51 pada tahun 2009 dan 2013. Hal ini
menandakan bahwa adanya ketimpangan antara ketiga wilayah, yaitu Kota Malang, Kota Batu, dan Kabupaten
Malang. Pertumbuhan ekonomi antara ketiga daerah tersebut tidak merata. Kota Malang memiliki nilai

PDRB per kapita yang paling tinggi dibandingkan dua wilayah lainnya. Ketimpangan ini
mengindikasikan adanya konsentrasi kegiatan ekonomi yang cukup tinggi hanya pada satu

daerah

yang akan mempengaruhi ketimpangan pembangunan antar wilayah. Konsentrasi kegiatan ekonomi
antar daerah yang cukup tinggi akan cenderung mendorong meningkatnya ketimpangan pembangunan
antar wilayah sebab proses pembangunan daerah akan lebih cepat pada daerah dengan konsentrasi
kegiatan ekonomi yang lebih tinggi.
Apabila dilihat dari sektor yang berkontribusi pada nilai PDRB, sektor pertanian memiliki
kontribusi paling tinggi di ketiga wilayah di Malang Raya. Namun, pada tabel perhitungan indeks
Williamson tahun 2009, terlihat bahwa jumlah penduduk usia produktif pada Kabupaten Malang sangat
tinggi, namun PDRB per Kapita nya paling rendah. Hal tersebut mengindikasikan tingkat pengangguran
yang tinggi di Kabupaten Malang.
Dari tabel indeks Williamson tahun 2013, jumlah penduduk usia produktif pada Kabupaten
Malang sangat tetap tinggi, namun PDRB per Kapita nya paling rendah. Pada Kota Malang, jumlah
penduduk produktif lebih kecil namun, PDRB per Kapita paling tinggi. Hal tersebut dapat diindikasikan
tingkat pengangguran yang tetap tinggi di Kabupaten Malang. Selain itu adanya asumsi bahwa
perekonomian di Kota Malang banyak didukung oleh para pekerja yang berasal luar daerah, termasuk
dari Kabupaten Malang. Sektor yang berkontribusi paling tinggi pada PDRB tahun 2013 di Kota Malang
adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran yakni sebesar 38,66%. Selanjutnya, sektor industri
merupakan sektor kedua penyumbang terbesar pada PDRB. Sektor-sektor ini banyak menyerap
tenaga kerja baik dari tenaga kerja dari Kota Malang maupun dari luar Kota Malang. Kota Malang
memiliki 996 industri baik industri kecil maupun besar. Sebagaimana diketahui bahwa Kota Malang
memiliki beberapa industri rokok seperti Bentoel, Banyu Biru, Hm.Sampoerna yang menyerap banyak
tenaga kerja.
III.6

Kelembagaan Dan Kebijakan


Kebijakan yang dibahas dalam laporan ini yaitu review sinkronisasi rencana pengembangan

infrastruktur Provinsi Jawa Timur dengan rencana pengembangan WP Malang Raya, review
sinkronisasi pengembangan infrastruktur WP Malang Raya, dan Review Kelembagaan Secara Spasial.
III.6.1 Review sinkronisasi rencana pengembangan infrastruktur Provinsi Jawa Timur dengan
rencana pengembangan WP Malang Raya
Dalam proses perencanaan pengembangan infrastruktur Kota Malang, Kabupaten Malang, dan
Kota Batu yang tergabung ke dalam Wilayah Pengembangan Malang Raya, harus memperhatikan
arahan pengembangan infrastruktur dari Provinsi Jawa Timur. Namun, ada beberapa rencana

pengembangan infrastruktur di daerah yang tidak sinkron dengan yang dimiliki oleh Proinsi Jawa Timur.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut.
Dari tabel 3.1 dapat dilihat bahwa terdapat rencana pengembangan infrastruktur dari WP Malang
Raya yang sinkron dan yang tidak sinkron dengan rencana pengembangan infrastruktur dari Provinsi
Jatim. Dalam rencana pengembangan prasarana transportasi, pengembangan terminal yang
menunjang kegiatan agroindsutri di Kota Batu yang berada di Kabupaten Malang belum bisa
direalisasikan. Salah satu hipotesis yang bisa ditarik dari alasan mengapa terminal agribisnis di
Kabupaten Malang belum bisa dilaksanakan adalah karena ada rencana pengembangan terminal
barang yang bisa mengakomodasi dari kebutuhan terminal agribisnis, namun sifatnya yang umum tidak
khsusu untuk kegiatan agribisnis yang mendukung kegiatan agroindustri di Kota Batu.
Untuk rencana pengembangan air minum secara terpadu di WP Malang Raya belum bisa
sinkron dengan rencana pengembangan prasarana air minum dari Provinsi Jatim karena walaupun
salah satu mata air yang digunakan Kota dan Kabupaten Malang adalah mata air yang sama, yaitu
Mata Air Wendit, namun tidak ada pengelolaan terpadu di antara kedua daerah tersebut karena ego
sektoral dari PDAM Kota Malang dan PDAM Kabupaten Malang yang masih tinggi. Kerjasama antar
instansi masih didasari pada perolehan retribusi daerah atau peningkatan pendapatan asli daerah
(PAD), belum berorientasi pada pelayanan air minum masyarakat.
Tabel III. 42
Review Sinkronisasi Rencana Pengembangan Infrastruktur Provinsi Jawa Timur Dengan Rencana
Pengembangan WP Malang Raya
No.
Kebijakan
Prov. Jawa Timur
WP Malang Raya
Keterangan
1 Prasarana
Pembangunan jaringan jalan kolektor
Transportasi
sekunder Kab. Malang (Karangploso) Sesuai
Pengembangan jaringan jalan Kota Batu (Giripurno - Bumiaji - Sidomulyo)
dari Batu ke Kota Malang dan Pembangunan jaringan jalan kolektor
primer Jalan Lingkar Utara Kab. Malang
Sesuai
Karangploso
(Karanglo) - Kota Batu
Tidak sesuai
Pembangunan jalan lingkar di Pembangunan Jalan Lingkar Barat dan
Sesuai
Kota Malang
Timur
Pengembangan Jalan Tol
Pembangunan Jalan Arteri Primer terusan
Tidak sesuai
Gempol - Malang
Jalan Tol Gempol-Kab. Malang
Pengembangan jalur double track Kota
Pengembangan jalur double
track di Kota dan Kabupaten
Malang - Kota Surabaya dan Kec. Lawang Sesuai
Malang
- Kec. Kepanjen
Pengembangan Sub Terminal Pengembangan Terminal Barang
Sesuai
Agribisnis di Kota Batu
Agribisnis
Pengembangan Terminal
Pembangunan Terminal Kargo di sekitar
Sesuai
Kargo di Kota Malang
Jalan Lingkar
Pengembangan Terminal
Tidak sesuai
Agribisnis di Kab. Malang

No.

Kebijakan

2 Prasarana Air
Minum

Prov. Jawa Timur


Pengembangan jalur
transportasi komuter
Pengembangan air minum
bersama antara Kota Malang,
Kota Batu, dan Kabupaten
Malang

WP Malang Raya

Keterangan

Tidak sesuai

Tidak sesuai

Sumber: Analisis kelompok, 2015

III.6.2 Review sinkronisasi pengembangan infrastruktur WP Malang Raya


Sinkronisasi rencana pengembangan infrastruktur daerah di dalam WP Malang Raya, yang
terdiri Kota Malang, Kabupaten Malang, dan Kota Batu, perlu dilakukan karena kabupaten/kota
tersebut saling berdampingan dan secara tidak langsung kinerja dari suatu infrastruktur di satu
kabupaten/kota akan mempengaruhi kinerja infrastruktur di kabupaten/kota lain. Pada rencana
pengembangannya, terdapat beberapa infrastruktur yang tidak sinkron antar kabupaten/kota di
dalam WP Malang Raya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.2.
Untuk prasarana listrik dan energi, rencana pengembangan yang ada di kabupaten/kota tidak
sepenuhnya direncanakan oleh pemerintah kabupaten/kota setempat namun bekerja sama dengan PT.
PLN sebagai penyedia jasa dan barang dari kelistrikan dan energi seluruh Indonesia. Secara khusus,
rencana di tiap kabupaten/kota tidak terkait antar kabupaten/kota karena PT. PLN memiliki wakil di
daerah untuk mengelola kelistrikan dan energi di daerah. Namun secara umum pengelolaan kelistrikan
dan energi saling berkaitan dan tersinkron antar kabupaten/kota karena jaringan listrik dan
energi saling berhubungan di seluruh Jawa-Bali.
Untuk prasarana persampahan, TPA yang melayani sistem persampahan berada di
Kecamatan Sukun, Kabupaten Malang memiliki TPA yang berada di Kecamatan Kepanjen, dan TPA
yang melayani Kota Batu berada di Kecamatan Batu. TPA di tiap kabupaten/kota tidak berada di
kawasan perbatasan sehingga tidak mengganggu penggunaan lahan dan kegiatan yang berada di
kabupaten/kota lain di sekitar. Pengembangan prasarana Telekomunikasi terdiri dari tiga prasarana,
yaitu penyediaan Tower BTS, pengembangan sistem informasi telekomunikasi berbasis internet, dan
pengembangan telepon rumah tangga. Pengelolaan prasarana telekomunikasi, khususnya jenis
prasarana Tower BTS, di tiap kabupaten/kota memiliki karakteristik prasarana telekomunikasi berada di
kabupaten/kota, namun pengelolaannya berada di pusat-pusat regional. Untuk pengelolaan prasarana
telekomunikasi yang berbasis internet dan yang jenis telepon rumah, PT. Telkom selaku penyedia jasa
telekomunikasi mengelola prasarana telekomunikasi di tiap kabupaten/kota. Pengelolaan prasarana
telekomunikasi antar kabupaten/kota disesuaikan dengan kebutuhan tiap daerah sehingga tidak
memiliki keterkaitan.

PROFIL WILAYAH MALANG RAYA


Kota Malang, Kota Batu,Kabupaten Malang

No.

Kebijakan
1 Prasarana
Transportasi

2 Sarana
Transportasi

Prasarana Air
Bersih

Prasarana
Drainase

Tabel III. 43
Review Sinkronisasi Pengembangan Infrastruktur WP Malang Raya
Kota Malang
Kab. Malang
Kota Batu
Pembangunan Jalan Arteri Primer
terusan Jalan Tol Gempol - Kab.
Pembangunan Jalan Tol Gempo l- Kab. Malang
Malang
Pembangunan jaringan jalan kolektor primer
Kota Malang - Kab. Malang - Kab. Lumajang Kab. Jember
Pembangunan jaringan jalan kolektor primer
Kota Malang - Kab. Malang - Kota Blitar
Pembangunan jaringan jalan kolektor sekunder
Pembangunan jaringan jalan kolektor sekunder
Kab. Malang (Karangploso) - Kota Batu
Karangploso - Giripurno
(Giripurno - Bumiaji - Sidomulyo)
Pembangunan jaringan jalan kolektor primer
Jalan Lingkar Utara Kab. Malang (Karanglo) Kota Batu
Peningkatan jaringan jalan kolektor sekunder
Jalan Lingkar Selatan
Peningkatan dan Pengembangan
Pengembangan terminal tipe C di Kec. Turen
Pengembangan terminal tipe B di Kec. Giripurno dan
terminal tipe A, B, dan C
dan terminal tipe B di Kec. Kepanjen
terminal tipe C di Kec. Batu
Pengadaan kereta api komuter di intrawilayah
Pengadaan kereta api komuter
dan menuju ke Kota Malang dan Kota Batu
Sumber air bersih: Mata Air Wendit,
Binangun, Banyuning, Karangan,
Sumber air bersih: Mata Air Darmi, Mata Air Banyuning,
Sumber air bersih: Mata Air Wendit, Sumber
Sumbersari, Sumberpit, Badut,
Mata Air, Gemulo, Mata Air Torong Belok, Sumber
Maguan, dan Sungai Brantas
Istana Dieng, TPA Supiturang, dan
Cemoro Kandang, Mata Air Ngesong, Mata Air Kasinan
Sumbersari
Pembuatan dan perbaikan sudetan
Penggunaan saluran yang sudah ada sebagai
pada jaringan drainase yang sudah
Tidak ada perencanaan jaringan drainase
jaringan drainase
ada

Sumber: Analisis kelompok, 2015

MASTER OF REGIONAL URBAN DEVELOPMENT UNDIP 2015

Keterangan
Sinkron
Tidak ada
sinkronisasi
Tidak ada
sinkronisasi
Sinkron
Tidak ada
sinkronisasi
Tidak ada
sinkronisasi
Sinkron
Tidak ada
sinkronisasi
Tidak sesuai

Tidak saling
berhubungan

PROFIL WILAYAH MALANG RAYA


Kota Malang, Kota Batu,Kabupaten Malang

III.6.3 Kelembagaan Secara Spasial

Gambar 3. 40
Kondisi Kelembagaan Secara Spatial Malang Raya

Kelembagaan Malang Raya yang terdiri dari Kota Malang, Kota Batu, dan Kabupaten Malang
belum memiliki Badan Koordinasi Antar Daerah (BKAD). Pengelolaan dan penggunaan ruang masing
- masing wilayah yang secara spasial menyebabkan terjadinya potensi permasalahan dan konflik antar
wilayah khususnya di kawasan perbatasan. Kondisi Geografis Malang Raya berbatasan darat langsung
antar kawasan, Kota Malang berbatasan langsung dengan Kabupaten Malang dan Kota Batu
berbatasan dengan Kabupaten Malang. Fenomena penggunaan ruang masing-masing wilayah tanpa
melihat keterkaitan antar wilayah khususnya di wilayah perbatasan membuat ketidaksinkronannya
penggunaan ruang pada kawasan perbatasan.
Pertumbuhan kawasan yang tidak bisa diprediksi membuat kawasan pinggiran, khususnya pada
perbatasan antar kawasan berkembang sesuai fungsinya masing-masing. Perbedaan penggunaan
ruang yang tidak sesuai akan menimbulkan permasalahan antar wilayah. Beberapa permasalahan
penggunaan ruang yang terdapat pada kelembagaan khususnya pada spasial penggunaan ruan g
antar wilayah perbatasan akan menimbulkan alih fungsi lahan serta sub urban pada kawasan
tersebut. Beberapa contoh konflik ruang yang terjadi pada kawasan perbatasan di Kawasan Malang
Raya, khususnya antara Kota Malang dengan Kabupaten Malang serta Kota Batu dengan Kabupaten
Malang
dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

MASTER OF REGIONAL URBAN DEVELOPMENT UNDIP 2015

III - 94

PROFIL WILAYAH MALANG RAYA


Kota Malang, Kota Batu,Kabupaten Malang
Tabel III. 44
Kondisi Kelembagaan Secara Spatial
No

Lokasi

Perbatasan Kota Malang - Kabupaten Malang


Kecamatan Blimbing

Kecamatan Singosari

Kecamatan Blimbing

Kecamatan Pakis

Permasalahan
Kawasan Permukiman terletak
berdampingan dengan kawasan industri

Dampak Penyebaran
Fisik :
- Perluasan kawasan industri
- Limbah pabrik mengenai permukiman
- ketersediaan air tanah tercemar

Kecamatan
Kedungkandang

Kecamatan Tajinan

Kecamatan Sukun

Kecamatan Wagir

Sosial :

Kecamatan Luwukwaru

Kecamatan Karangploso

- Membuka lapangan kerja baru


- Perubahan struktur ekonomi masyarakat

Perbatasan Kota Batu - Kabupaten Malang

Kecamatan Junrejo

- membuka lapangan sektor informal, pemenuhan


kebutuhan sektor industri oleh masyarakat sekitar

Kecamatan Karangploso

Ekonomi :
- Naiknya nilai kawasan
- peningkatan ekonomi kawasan sekitar
- meningkatkan kesejahteraan warga masyarakat
Perbatasan Kota Malang - Kabupaten Malang
Kecamatan Kedung
Kandang
Kecamatan Kedung
Kandang

Kecamatan Pakis

Kawasan Tegalan berdampingan dengan


Kawasan Lindung Setempat

Fisik :
- Perluasan kawasan Tegalan

Kecamatan Tajinan

MASTER OF REGIONAL URBAN DEVELOPMENT UNDIP 2015

No

Lokasi
Kecamatan Dauh
Kecamatan Kedung
Kandang

Permasalahan

Dampak Penyebaran
Sosial :

Kecamatan Wagir

- Membuka lapangan kerja baru


-

Kecamatan Tumpang
- Perubahan guna lahan
Ekonomi :
- Naiknya nilai kawasan
- peningkatan ekonomi kawasan sekitar
- meninbgkatkan kesejahteraan warga masyarakat

Perbatasan Kota Malang - Kabupaten Malang


Kecamatan Dauh

Kecamatan Wagir

Kawasan Permukiman berdampingan


dengan kawasan Tegalan

Fisik :
- Perluasan kawasan Permukiman
- ketersediaan air tanah terbatas
Sosial :
- Pembukaan lahan baru untukpermukiman
- ruang bersosialisasi masyarakat bertambah
Ekonomi :
- Naiknya nilai kawasan
- peningkatan ekonomi kawasan sekitar

Perbatasan Kota Malang - Kabupaten Malang


Kecamatan Dauh

Kecamatan Wagir

Kawasan Industri Berdampingan dengan


kawasan Lindung Setempat

Fisik :
- Perluasan kawasan industri

No

Lokasi
Kecamatan Kedung
Kandang

Permasalahan

Dampak Penyebaran
- Limbah pabrik mengenai permukiman

Kecamatan Tajinan

Perbatasan Kota Batu - Ka bupaten Malang

- ketersediaan air tanah tercemar

Kecamatan Bumiaji

Kecamatan Karangploso

Sosial :

Kecamatan Batu

Kecamatan Pakis

- Membuka lapangan kerja baru


- Perubahan struktur ekonomi masyarakat
- membuka lapangan sektor informal, pemenuhan
kebutuhan sektor industri oleh masyarakat sekitar
Ekonomi :
- Naiknya nilai kawasan
- peningkatan ekonomi kawasan sekitar
- meningkatkan kesejahteraan warga masyarakat

Sumber : Analisis Penyusun, 2015

PROFIL WILAYAH MALANG RAYA


Kota Malang, Kota Batu,Kabupaten Malang
BAB III
PROFIL WILAYAH MALANG RAYA
....................................................................................................1
III.1
ASPEK FISIK LINGKUNGAN MALANG RAYA
........................................................................................... 1
III.1.1
Kondisi Fisik Alam Wilayah Malang Raya
..................................................................................... 1
III.1.2
Jenis tanah
.................................................................................................................................... 1
III.1.3
Curah hujan
.................................................................................................................................. 3
III.1.4
Topograf
...................................................................................................................................... 4
III.1.5
Kondisi Tata Guna Lahan Wilayah Malang
Raya........................................................................... 9
III.1.6
Rawan Bencana
.......................................................................................................................... 11
III.2
Kondisi Infrastruktur Malang Raya
..................................................................................................... 15
III.2.1
Jaringan Jalan
............................................................................................................................. 15
III.2.2
Transportasi Darat
...................................................................................................................... 18
III.2.3
Transportasi Udara
..................................................................................................................... 19
III.2.4
Jaringan Listrik
............................................................................................................................ 21
III.2.5
Jaringan Telepon
........................................................................................................................ 23
III.2.6
Jaringan Drainase
....................................................................................................................... 25
III.2.7
Jaringan Air Bersih
...................................................................................................................... 26
III.2.8
Jaringan Sanitasi/Air Limbah
...................................................................................................... 27
III.2.9
Jaringan persampahan
............................................................................................................... 28
III.3
Penduduk.............................................................................................................................................
31
III.3.1
Jumlah Penduduk
....................................................................................................................... 31
III.3.2
Pertumbuhan Penduduk
............................................................................................................ 32
III.3.3
Kepadatan dan Distribusi Penduduk
.......................................................................................... 33
III.3.4
Sistem Permukiman Perkotaan
.................................................................................................. 38
III.3.5
Komposisi Penduduk
.................................................................................................................. 42
III.4
Kondisi
Sarana..................................................................................................................................... 52
III.4.1
Sarana Pendidikan
...................................................................................................................... 52
III.4.2
Sarana Kesehatan
MASTER OF REGIONAL URBAN DEVELOPMENT UNDIP 2015

III - 98

PROFIL WILAYAH MALANG RAYA


Kota Malang, Kota Batu,Kabupaten Malang
....................................................................................................................... 53
III.4.3
Sarana Peribadatan
.................................................................................................................... 54
III.5
Aspek Ekonomi Malang Raya
.............................................................................................................. 54
III.5.1
Perkembangan PDRB Malang Raya
............................................................................................ 54
III.5.2
Laju Pertumbuhan
...................................................................................................................... 57
III.5.3
Struktur
Ekonomi........................................................................................................................ 59
III.5.4
Analisis Agregat
.......................................................................................................................... 65
III.5.5
Analisis Intra Wilayah
................................................................................................................. 67
III.5.6
Analisis LQ (Location Quotient)
.................................................................................................. 76
III.5.7
Analisis Shift-Share
..................................................................................................................... 83
III.5.8
Disparitas Malang Raya
.............................................................................................................. 88
III.6
Kelembagaan Dan Kebijakan
.............................................................................................................. 90
III.6.1
Review sinkronisasi rencana pengembangan infrastruktur Provinsi Jawa
Timur dengan rencana pengembangan WP Malang Raya
................................................................................................................ 90
III.6.2
Review sinkronisasi pengembangan infrastruktur WP Malang Raya
......................................... 92
III.6.3
Kelembagaan Secara Spasial
...................................................................................................... 94

Tabel III. 1 Penggunaan Lahan Malang


Raya.......................................................................................... 9
Tabel III.
2...............................................................................................................................................
.9
Tabel III. 3 Luasan Sebaran Rawan Banjir di Malang Raya
................................................................... 11

MASTER OF REGIONAL URBAN DEVELOPMENT UNDIP 2015

III - 99

Tabel III. 4 Kelas jalan dan kondisi jalan di Malang Raya


..................................................................... 15
Tabel III. 5 Banyaknya Rumah Tangga dan Penduduk di Wilayah Malang Raya Tahun 2013
dan Hasil
Sensus 2000 dan 2010
.......................................................................................................................... 31
Tabel III. 6 Laju Pertumbuhan Penduduk Malang Raya SP 2000-2010
................................................ 32
Tabel III. 7 Kepadatan dan Distribusi Penduduk Wilayah Malang Raya Tahun 2013
.......................... 34
Tabel III. 8 Jumlah Penduduk Urban dan Rural di Malang Raya Tahun 2010
...................................... 38
Tabel III. 9 Jumlah Penduduk Urban dan Rural di Malang Raya Tahun 2013
...................................... 39
Tabel III. 10 Komposisi Penduduk Menurut Umur di Malang Raya Tahun 2009
................................. 42
Tabel III. 11 Komposisi Penduduk Menurut Umur di Malang Raya
..................................................... 43
Tabel III. 12 Komposisi Penduduk Malang Raya Berdasarkan Agama Tahun 2013
............................. 45
Tabel III. 13 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Tahun
2009
dan 2013 di Kabupaten Malang
............................................................................................................ 47
Tabel III. 14 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha
Tahun 2009
dan 2013 di Kota Malang
...................................................................................................................... 48
Tabel III. 15 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha
Utama Tahun
2009 dan Tahun 2013 di Kota
Batu....................................................................................................... 50
Tabel III. 16 Banyaknya Keluarga Sejahtera Di Wilayah Malang Raya Tahun 2013
............................. 52
Tabel III. 17 Pelayanan Sarana Pendidikan di Malang Raya Tahun 2013
............................................. 53
Tabel III. 18 Pelayanan Sarana Kesehatan di Malang Raya Tahun 2013
.............................................. 53
Tabel III. 19 Jumlah Fasilitas Peribadatan Kabupaten Malang Tahun
2013......................................... 54
Tabel III. 20 PDRB Wilayah Malang Raya Tahun 2009-2013
................................................................ 55
Tabel III. 21 Laju Pertumbuhan PDRB Malang Raya Tahun 2009-2013
............................................... 57
Tabel III. 22 Struktur Ekonomi Malang Raya Tahun 2009
.................................................................... 60
Tabel III. 23 Struktur Ekonomi Malang Raya Tahun 2010
.................................................................... 61
Tabel III. 24 Struktur Ekonomi Malang Raya Tahun 2011
.................................................................... 62
Tabel III. 25 Struktur Ekonomi Malang Raya Tahun 2012

.................................................................... 63
Tabel III. 26 Struktur Ekonomi Malang Raya Tahun 2013
.................................................................... 64
Tabel III. 27 Perbandingan Kontribusi Sektor
Ekonomi........................................................................ 70
Tabel III. 28 Kontribusi Sektoral Tahun 2009
....................................................................................... 73
Tabel III. 29 Kontribusi Sektoral Tahun 2013
....................................................................................... 74
Tabel III. 30 Perubahan Kontribusi Dari Tahun 2009 Ke Tahun 2013
.................................................. 75
Tabel III. 31 Analisis LQ Malang Raya Tahun 2009
............................................................................... 78
Tabel III. 32 Analisis LQ Malang Raya Tahun 2010
............................................................................... 79
Tabel III. 33 Analisis LQ Malang Raya Tahun 2011
............................................................................... 80
Tabel III. 34 Analisis LQ Malang Raya Tahun 2012
............................................................................... 81
Tabel III. 35 Analisis LQ Malang Raya Tahun 2013
............................................................................... 82
Tabel III. 36 Analisis Shift Share Kota Malang
...................................................................................... 83
Tabel III. 37 Analisis Shift Share Kota
Batu........................................................................................... 85
Tabel III. 38 Analisis Shift Share Kabupaten Malang
............................................................................ 86
Tabel III. 39 PDRB Per Kapita Malang Raya Tahun 2009 dan 2013
...................................................... 89
Tabel III. 40 Indeks Williamson Tahun 2009
........................................................................................ 89
Tabel III. 41 Indeks Williamson Tahun 2013
........................................................................................ 89
Tabel III. 42 Review Sinkronisasi Rencana Pengembangan Infrastruktur Provinsi Jawa Timur
Dengan
Rencana Pengembangan WP Malang Raya
.......................................................................................... 91
Tabel III. 43 Review Sinkronisasi Pengembangan Infrastruktur WP Malang Raya
.............................. 93
Tabel III. 44 Kondisi Kelembagaan Secara Spatial
................................................................................ 95

Gambar 3. 1 Prosentase Luasan Jenis Tanah Malang Raya


................................................................... 2
Gambar 3. 2 Prosentase Luas Wilayah Berdasarkan Curah Hujan di Malang Raya
............................... 3
Gambar 3. 3 Prosentase Luas Wilayah Berdasarkan Curah Hujan di Malang Raya
............................... 4
Gambar 3. 4 Gambar Google Earth Kota
Malang................................................................................. 10
Gambar 3. 5 Kondisi Jalan Di Malang Raya
.......................................................................................... 15
Gambar 3. 6 Kondisi titik Kemacetan di Malang Raya
......................................................................... 17
Gambar 3. 7 Titik Kemacetan di Jl. Ahmad Yani Kota Malang
............................................................. 17
Gambar 3. 8 Kondisi jenis angkutan AKDP Malang Raya
..................................................................... 18
Gambar 3. 9 Kondisi Tipe Terminal A dan B Malang Raya
................................................................... 18
Gambar 3. 10 Kondisi Bandara Andul Rahman Saleh Malang Raya
.................................................... 19
Gambar 3. 11 Kondisi jaringan Listrik Malang Raya
............................................................................. 21
Gambar 3. 12 Kondisi Jaringan telepon (BTS) Malang Raya
................................................................ 23
Gambar 3. 13 Sungai Brantas Di Kota Batu
.......................................................................................... 25
Gambar 3. 14 Kondisi Drainase Skunder Malang Raya
........................................................................ 26
Gambar 3. 15 Kondisi Air bersih Malang Raya
..................................................................................... 27
Gambar 3. 16 Kondisi Sanitasi Perkerasan dan Jamban Darurat
......................................................... 28
Gambar 3. 17 Kondis Bak Sampah dan Angkutan Sampah
.................................................................. 28
Gambar 3. 18 Sistem Pengolaan Sampah Di Malang Raya
.................................................................. 29
Gambar 3. 19 Grafk Perkembangan Penduduk Wilayah Malang Raya Tahun 20002013 ................. 31
Gambar 3. 20 Piramida Penduduk Wilayah Malang Raya Tahun 2009
............................................... 43
Gambar 3. 21 Piramida Penduduk Wilayah Malang Raya Tahun 2013
............................................... 44
Gambar 3. 22 Presentase Jumlah Penduduk Menurut Agama
............................................................ 46
Gambar 3. 23 Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha
Utama
Tahun 2009 dan 2013 di Kabupaten Malang
........................................................................................ 47
Gambar 3. 24 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha
MASTER OF REGIONAL URBAN DEVELOPMENT UNDIP 2015

III -

Utama
Tahun 2009 dan 2013 di Kabupaten Malang
........................................................................................ 49
Gambar 3. 25 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan
Usaha Tahun 2009 dan 2013 di Kota
Batu..........................................................................................................................
. 50
Gambar 3. 26 Grafk Perkembangan PDRB Malang Raya Tahun 2009-2013
....................................... 55
Gambar 3. 27 Diagram Perkembangan PDRB per Sektor Tahun 2009-2013
....................................... 56
Gambar 3. 28 Tren Laju Pertumbuhan PDRB Malang Raya Tahun 2009-2013
.................................... 58
Gambar 3. 29 Diagram Presentase Rata-Rata Laju Pertumbuhan PDRB Tahun 2009-2013
................ 59
Gambar 3. 30 Struktur Ekonomi Malang Raya Tahun 2009
................................................................. 61
Gambar 3. 31 Struktur Ekonomi Malang Raya Tahun
2010................................................................. 62
Gambar 3. 32 Struktur Ekonomi Malang Raya Tahun 2011
................................................................. 63
Gambar 3. 33 Struktur Ekonomi Malang Raya Tahun 2012
................................................................. 64
Gambar 3. 34 Struktur Ekonomi Malang Raya Tahun
2013................................................................. 65
Gambar 3. 35 PDRB Rata-Rata Per Sektor Kota Malang Tahun 2009-2013
......................................... 67
Gambar 3. 36 PDRB Rata-Rata Per Sektor Kota Batu Tahun 2009-2013
............................................. 68
Gambar 3. 37 PDRB Rata-Rata Per Sektor Kabupaten Malang Tahun 20092013............................... 69
Gambar 3. 38 Presentase Kontribusi Sektoral Malang Raya Tahun
2009............................................ 74
Gambar 3. 39 Presentase Kontribusi Sektoral Malang Raya Tahun
2013............................................ 75
Gambar 3. 40 Kondisi Kelembagaan Secara Spatial Malang Raya
....................................................... 94

MASTER OF REGIONAL URBAN DEVELOPMENT UNDIP 2015

III -

You might also like