Professional Documents
Culture Documents
Your Logo
KELOMPOK 1
Fiqi Ramadhan
Laela Anggraeni
Velyane Yuanamulya
Rini Aryanti
Siti Wulan
Mantri Ginggi
Nurjannah
Neneng Kudsiah
Choirul Anwar
Irfan Alwin
Badru Hikam
A. Badru Zaman
Etiologi
Cedera kepala disebabkan oleh :
Kecelakaan lalu lintas
Jatuh
Trauma benda tumpul
Kecelakaan kerja
Kecelakaan rumah tangga
Kecelakaan olahraga
Trauma tembak dan pecahan bom (Ginsberg, 2007)
Klasifikasi Cedera
Kepala
Berdasarkan kerusakan jaringan otak :
Komosio Serebri (Gagar Otak) : Gangguan fungsi
neurologi ringan tanpa adanya kerusakan struktur otak,
terjadi hilangnya kesadaran kurang dari 10 menit atau
tanpa disertai amnesia retrograt, mual, muntah, nyeri
kepala.
Kontusio Serebri (Memar) : Gangguan fungsi neurologi
disertaikerusakan jaringan otak tetapi kontunuitas otak
masih utuh, hilangnya kesadaran lebih dari 10 menit.
Respon
nilai
Membuka mata:
Spontan
Terhadap rangsangan suara
Terhadap nyeri
Tidak ada
4
3
2
1
Verbal
Orientasi baik
Orientasi terganggu
Kata-kata tidak jelas
Suara tidak jelas
Tidak ada respon
5
4
3
2
1
Motorik
Mampu bergerak
Melokalisir nyeri
Fleksi menarik
Fleksi abnormal
Ekstensi
Tidak ada respon
6
5
4
3
2
1
Total :
3-15
Lesi Intrakranial
Lesi ini diklasifikasikan dalam lesi local dan lesi difus,
walaupun kedua jenis lesi sering terjadi bersamaan.
Termasuk lesi lesi local ;
Perdarahan Epidural
Perdarahan Subdural
Kontusio (perdarahan intra cerebral)
Perdarahan Epidural
Hematoma epidural terletak diantara dura dan calvaria.
Umumnya terjadi pada regon temporal atau
temporopariental akibat pecahnya arteri meningea
media ( Sudiharto 1998). Manifestasi klinik berupa
gangguan kesadaran sebentar dan dengan bekas gejala
(interval lucid) beberapa jam. Keadaan ini disusul oleh
gangguan kesadaran progresif disertai kelainan
neurologist unilateral. Kemudian gejala neurology timbul
secara progresif berupa pupil anisokor, hemiparese,
papil edema dan gejala herniasi transcentorial.
Perdarahan subdural
Perdarahan subdural lebih sering terjadi daripada
perdarahan epidural( kira-kira 30 % dari cedera kepala
berat). Perdarahan ini sering terjadi akibat robeknya
vena-vena jembatan yang terletak antara kortek cerebri
dan sinus venous tempat vena tadi bermuara, namun
dapat terjadi juga akibat laserasi pembuluh arteri pada
permukaan otak. Perdarahan subdural biasanya
menutupi seluruh permukaan hemisfer otak dan
kerusakan otak dibawahnya lebih berat dan
prognosisnya jauh lebih buruk daripada perdarahan
epidural.
Patofisiologi
Sebagian besar cedera otak tidak disebabkan oleh cedera langsung
terhadap jaringan otak, tetapi terjadi sebagai akibat kekuatan luar yang
membentur sisi luar tengkorak kepala atau dari gerakan otak itu sendiri
dalam rongga tengkorak. Pada cedera deselerasi, kepala biasanya
membentur suatu objek seperti kaca depan mobil, sehingga terjadi
deselerasi tengkorak yang berlangsung tiba-tiba. Otak tetap bergerak
kearah depan, membentur bagian dalam tengorak tepat di bawah titik
bentur kemudian berbalik arah membentur sisi yang berlawanan
dengan titik bentur awal. Oleh sebab itu, cedera dapat terjadi pada
daerah benturan (coup) atau pada sisi sebaliknya (contra coup).
Sisi dalam tengkorak merupakan permukaan yang tidak rata. Gesekan
jaringan otak tehadap daerah ini dapat menyebabkan berbagai
kerusakan terhadap jaringan otak dan pembuluh darah.
Manifestasi klinis
Kontusio serebri :
Muntah tanpa nausea, Nyeri lokasi cidera
Mudah marah
Hilangnya energy
Pusing dan mata berkunang-kunang
Orientasi terhadap waktu,tempat, dan orang.
Tidak ada defisit neurologi
Tidak ada ketidaknormalan pupil
Ingatan sementara hilang
Scalp tenderness
Kontusio serebri :
Perubahan tingkat kesadaran
lemah dan paralisis tungkai
Kesulitan berbicara
Hilangnya ingatan sebelum dan pada saat trauma
Sakit kepala
Leher kaku
Perubahan dalam penglihatan
Penatalaksanaan
Observasi 24 jam
Jika pasien masih muntah sementara dipuasakan
terlebih dahulu
Berikan terapi intravena bila ada indikasi
Anak diistirahatkan atau tirah baring
Profilaksis diberikan bila ada indikasi.
Pemberian obat-obat untuk vaskulasisasi
Pemberian obat-obat untuk vaskulasisasi
Pembedahan bila ada indikasi.
Pemeriksaan
Penunjang
Komplikasi
Peningkatan TIK
Iskemia
Infrak
Kerusakan otak irreversible
Kematian
Paralis saraf fokal seperti amosia (tidak dapat mencium
bau-bauan)
Infeksi sistemik (Pneumonia, ISK, Septikemia)
Infeksi bedah neuro (Smeltzer, 2001)
THANK YOU!
Your Logo