You are on page 1of 18

STATUS UJIAN PSIKIATRI

I.

IDENTITAS PENDERITA
Nama

: Tn. ACP

Umur

: 19 tahun

Jenis kelamin

: Laki-laki

Tempat/tanggal lahir

: Bitung, 4 Oktober 1992

Status perkawinan

: Belum Menikah

Pendidikan terakhir

: SD

Pekerjaan

: ABK (Anak Buah Kapal).

Suku bangsa

: Talaud

Agama

: Kristen Protestan

Alamat sekarang

: Karombasan

Tanggal MRS

: 18 April 2012

Cara MRS

: Pasien datang dengan keluarga

Tanggal pemeriksaan

: 18 April 2012

Tempat pemeriksaan

: Poli Jiwa RS. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang

II. RIWAYAT PSIKIATRIK


Diperoleh dari :
Aloanamnesis, tanggal 18 april 2012 pukul 09.30 wita.
A. Keluhan Utama
Sering jalan-jalan sendiri tanpa tujuan sejak 1 bulan.
B. Riwayat gangguan sekarang
- Aloanamnesis : Anamnesis hanya diperoleh dari ibu pasien, karena pasien tidak
kooperatif saat wawancara (pasien hanya diam).
Menurut ibu pasien, sekitar bulan Januari 2010 pasien pernah mengalami
kejang, lama kejang 2 menit. Kejang terjadi hingga tangan dan kaki pasien
tampak kaku dengan mata pasien menghadap ke atas. Menurut ibu pasien, sebelum
kejang pasien sering mengatakan kalau ia melihat ada kilatan cahaya.
1

Pada bulan Mei 2010 pasien berhenti sekolah dan bekerja di kapal. Selama
bekerja di kapal, pasien merasa pernah dihinggapi oleh seekor kelelawar, sering
melihat sosok seorang wanita berjubah putih dengan rambutnya yang menutupi
wajah dan seperti ada sesuatu yang menyala-nyala di laut. Sejak saat itu pasien
mulai merasa ketakutan. Pasien juga sering mendengar suara-suara berupa bisikan
yang tidak jelas dan mulai menangis serta tertawa sendiri tanpa alasan yang jelas,
sehingga mengakibatkan pasien berhenti dari pekerjaannya.
Setelah tidak lagi bekerja di kapal, oleh ibunya pasien dikeluhkan sering jalanjalan sendiri seharian tanpa tujuan yang jelas, nafsu makan pasienpun berkurang,
bahkan sudah 2 hari pasien belum makan. Selain itu pasienpun mengalami
gangguan tidur, yang mana pasien hanya tidur 2 jam sehari. Hal ini sudah
berlangsung 1 bulan sebelum pasien di bawa ke rumah sakit. Pasien juga masih
mengalami kejang, dimana pasien tiba-tiba menjadi diam 20 detik, namun tangan
dan kaki tidak kaku serta mata pasien tidak menghadap ke atas, jika diberi respon
tiba-tiba berupa tepukan di pundak, pasien akan kembali sadar. Terakhir kali pasien
mengalaminya 1 hari yang lalu sebelum pasien dibawa ke Poli Jiwa RS. Prof. Dr. V.
L. Ratumbuysang. Sebelumnya pasien tidak pernah berobat karena serangan kejang
yang dialaminya. Pasien hanya pernah berobat ke dokter spesialis saraf karena
adanya gejala psikosis yang dialaminya, dan mendapat obat namun nama obat tidak
di ketahui oleh ibu pasien.
C. Riwayat Gangguan Dahulu :
1. Riwayat gangguan psikiatri
Pasien tidak pernah mengalami gangguan psikiatri sebelumnya dan ini adalah kali
pertama pasien dibawa ke RS. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang.
2. Riwayat gangguan medis
Pasien pernah mengalami kejang, berupa kejang tonik-klonik dengan frekuensi
kejang 1 kali dan durasi 2 menit,serta mengalami beberapa kali kejang absence
dengan durasi 20 detik.
3. Riwayat penggunaan zat psikoaktif
2

Belum didapatkan informasi yang pasti mengenai riwayat penggunaan zat


psikoaktif dari pasien, hal ini di karenakan pasien yang tidak kooperatif selama
wawancara (pasien hanya diam dan tidak menjawab pertanyaan). Namun dari
aloanamnesis diketahui bahwa pasien mengkonsumsi alkohol ketika masih
menjadi ABK. Pasien juga merokok, penggunaan zat psikotropik disangkal.
4. Riwayat kehidupan pribadi
a. Riwayat prenatal dan perinatal
Pasien dilahirkan di rumah, ditolong oleh bidan. Tidak ditemukan kelainan
atau cacat bawaan. Pasien merupakan anak sulung dari tiga bersaudara.
b. Riwayat masa kanak awal (usia 1-3 tahun)
Tidak didapatkan informasi yang akurat mengenai pasien pada usia tersebut.
c. Riwayat masa kanak pertengahan (usia 4-11 tahun)
Tidak didapatkan informasi yang akurat mengenai pasien pada usia tersebut.
Hanya diketahui bahwa pasien bersekolah sampai SMP,namun tidak tamat.
d. Riwayat masa kanak akhir dan remaja
Pasien termasuk anak yang rajin di rumah. Hubungan dengan keluarga baik.
Pasien merupakan anak yang pemalu, pasien tidak suka bergaul, dan suka
menyendiri.
e. Riwayat masa dewasa
-

Riwayat pekerjaan
Pasien sempat bekerja sebagai ABK, kemudian berhenti.

Riwayat psikoseksual
Tidak didapatkan informasi yang akurat mengenai hal tersebut.

Riwayat perkawinan
Pasien belum menikah.

Kehidupan beragama

Pasien beragama Kristen Protestan dan cukup rajin beribadah.


Riwayat sosial
Pasien memiliki hubungan yang baik dengan orang tua dan keluarga, namun
pasien merupakan pribadi yang tertutup dengan lingkungan sekitar.
-

Riwayat pelanggaran hukum


Pasien tidak pernah terlibat dalam masalah hukum.

Situasi kehidupan sekarang


Pasien tinggal dengan orang tua.

Riwayat keluarga
Pasien adalah anak sulung dari 3 bersaudara. Pasien hidup dengan ekonomi
menengah kebawah. Hubungan antara keluarga baik dan cukup
harmonis. Tidak ada dikeluarga yang menderita seperti ini.
Genogram:

Keterangan :
= Laki-laki
= Perempuan
= Pasien
4

Faktor herediter

: Tidak ada dari keluarga pasien yang mempunyai keluhan yang


sama seperti pasien.

III.

STATUS MENTAL

Dilakukan pemeriksaan pada tanggal 18 april 2012 pukul 09.30 wita di Poli Jiwa RS.
Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang.
a. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Pasien adalah seorang laki-laki, usia 19 tahun, tampak sesuai usianya. Pasien
terlihat kurus, rambut pendek hitam, kulit hitam, berpakaian kurang rapi dan
kusam menggunakan kaos berwarna abu-abu dan celana panjang jeans berwarna
coklat. Ekspresi wajah tampak lesu, murung, pendiam dan tidak bersemangat.
2. Perilaku dan aktivitas motorik
Selama wawancara tidak ada kontak mata dengan pemeriksa, pasien duduk tidak
tenang, pasien hanya diam dan tidak menjawab pertanyaan, dapat menoleh
sewaktu dipanggil,perhatiannya sangat mudah teralihkan, pasien hanya sibuk
sendiri.
3. Sikap terhadap pemeriksa
Pasien tidak kooperatif (pasien diam dan tidak bereaksi)
b. Alam perasaan (mood) dan ekspresi (afek)
Mood

: kosong

Afek

: tumpul

Keserasian

: Tidak serasi

c. Karakteristik Bicara
Selama wawancara, pasien hanya menjawab umurnya dengan suara yang pelan, dan
menoleh saat dipanggil namanya.
d. Gangguan Persepsi
5

Tidak didapatkan adanya perilaku halusinasi dari pasien saat wawancara berlangsung.
Adanya gangguan persepsi halusinasi visual, auditorik dan perabaan (taktil) diperoleh
dari informasi yang diberikan oleh ibu pasien, berupa pasien merasa pernah dihinggapi
oleh seekor kelelawar, sering melihat sosok seorang wanita berjubah putih dengan
rambutnya yang menutupi wajah dan seperti ada sesuatu yang menyala-nyala di laut,
serta pasien juga sering mendengar suara-suara berupa bisikan yang tidak jelas.
e. Proses Pikir
Arus pikiran :
- Produktivitas : Sukar dievaluasi
-Isi pikiran
: Sukar dievaluasi.
f. Kesadaran dan Fungsi Kognitif
Tingkat Kesadaran : Kompos mentis
Orientasi
Waktu
Tempat
Orang

: Sukar dievaluasi
: Sukar dievaluasi
: Sukar dievaluasi

Daya Ingat
-

Immediate memory

: Sukar dievaluasi

Recent memory

: Sukar dievaluasi

Remote memory

: Sukar dievaluasi

Daya konsentrasi
Sulit berkonsentrasi
Perhatian
Pada saat wawancara pasien tidak mampu bekosentrasi dan memusatkan
perhatiannya.
Kemampuan membaca dan menulis
Sukar dievaluasi
Daya nilai
Daya nilai sosial : Sukar dievaluasi
Penilaian realitas : Sukar dievaluasi
6

Tilikan :
Derajat tilikan yaitu Tilikan derajat 1
Taraf dapat dipercaya :
Sukar dievaluasi

IV. PEMERIKSAAN FISIK INTERNA DAN NEUROLOGI


A. Status Interna
Keadaan Umum
Kesadaran
Tanda Vital
Kepala
Toraks
Jantung
Paru
Abdomen
Ekstremitas

: Cukup
: Compos Mentis
: T : 110/80 mmHg; N : 72x/m; R : 22x/m; SB : 36C
: Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterus -/:
: SI-SII normal, bising (-)
: Suara pernapasan vesikuler
Rhonki -/-, Wheezing -/: Datar, lemas, bising usus + normal
Hepar/Lien : tidak teraba
: Hangat, edema (-), sianosis (-).

B. Status Neurologi
GCS

TRM
Mata

:
E
: Buka mata spontan (4)
M
: Menurut perintah (6)
V
: Bicara jika ditanya (4)
: Tidak ada
: Gerakan normal searah, pupil bulat isokor, reflex cahaya +/+

Pemeriksaan Nervus Kranialais


a. Nervus Olfaktorius (NI)
Tidak dilakukan evaluasi.
b. Nervus Optikus (N.II)
Tidak dilakukan evaluasi.

c. Nervus Okulomotoris (N.III), Nervus Troklearis (N.IV) dan Nervus Abducens


(N.VI).
Selama wawancara berlangsung dapat diamati bahwa pasien memiliki gerakan
bola mata yang wajar (pasien mampu untuk melirikkan bola matanya ke kiri dan
ke kanan).
d. Nervus Trigeminus (N.V)
Selama wawancara berlangsung terlihat bahwa pasien dapat menyeringai, dan
tidak terdapat asimetris pada wajah.
e. Nervus Facialis (N.VII)
Selama wawancara berlangsung terlihat bahwa pasien dapat menyeringai, dan
tidak terdapat asimetris pada wajah.
f. Nervus Vestibulokoklearis (N.VIII)
Selama wawancara berlangsung, pasien mampu memahaminya dengan suara yang
kecil, yaitu pasien dapat menjawab berapa usianya ketika di tanya oleh pemeriksa
dengan suara yang kecil dan cukup pelan. Hal ini memeberi kesan bahwa
pendengaran pasien normal.
g. Nervus Glossofaringeus (N.IX)
Tidak dilakukan evaluasi.
h. Nervus Aksesoris (N.XI)
Selama wawancara berlangsung terlihat bahwa pasien dapat menggerakkan
kepalanya ke kiri dan kanan, hal ini menandakan bahwa fungsi Nervus Aksesoris
(N.XI) pasien dalam keadaan normal.
Ekstrapiramidal Sindrom

: Tidak ditemukan gejala ekstrapiramidal (Tremor,


Bradikinesia, Rigiditas).

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Berdasarkan anamnesis didapatkan pasien laki - laki berumur 19 tahun, suku Talaud,
agama Kristen Protestan. Pasien dibawa ke Poli Jiwa RS Prof.V.L. Ratumbuysang Manado pada
tanggal 18 April 2012 dengan keluhan utama sering jalan-jalan sendiri tanpa tujuan.
Pada pemeriksaan status mental, didapatkan tidak ada kontak mata dengan pemeriksa,
pasien berpenampilan kurang rapi dan kusam. Selama wawancara pasien duduk tidak tenang.
Pasien hanya diam dan tidak menjawab pertanyaan. Pasien hanya menoleh jika dipanggil. Mood
pasien kosong, afek tumpul serta keserasian tidak serasi. Tidak didapatkan adanya perilaku
halusinasi dari pasien saat wawancara berlangsung. Arus pikiran pasien, baik isi dan
produktivitasnya, sukar dievaluasi. Kesadaran dan fungsi kognitif, orientasi, daya ingat,
kemampuan membaca dan menulis, daya nilainya serta taraf dapat dipercaya, sukar dievaluasi,
karena pasien yang kurang kooperatif selama wawancara berlangsung.
Dari aloanamnesis dengan ibu pasien diketahui bahwa pasien pernah mengalami
beberapa kali serangan kejang, serta memiliki gangguan persepsi berupa perilaku halusinasi
visual, auditorik, dan perabaan (taktil). Tidak didapatkan adanya perilaku halusinasi dari pasien
saat wawancara berlangsung.

VI. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL


Aksis I

: Halusinosis Organik (F06.0)

Aksis II

: Tidak ada diagnosis

Aksis III

: Suspek Epilepsi (kejang umum).

Aksis IV

: Ditemukan adanya masalah yang berhubungan dengan akses pelayanan


kesehatan. Yaitu tempat tinggal pasien yang jauh dari lokasi pelayanan
kesehatan ( Rumah pasien yang berada di Talaud).
9

Aksis V

: GAF 40-31 (Beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan


komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungsi).

VII. DAFTAR MASALAH


a. Organobiologik
Faktor genetik gangguan jiwa tidak ada.
b. Psikologi
-Pasien mengalami halusinasi auditorik, visual dan perabaan (taktil).
-Pasien hanya diam, produktivitas dan isi pikir pasien tidak ada, dan mood yang kosong.
c. Lingkungan dan sosial ekonomi
Pasien tidak mempunyai masalah pada lingkungan sekitar dan pekerjaannya.

VIII. RENCANA PEMERIKSAAN


Elektroensefalografi (EEG).

IX. RENCANA TERAPI


1. Psikofarmaka
- Risperidone 2 mg 2 x 1 tab
- Trihexylpenidil 2 mg 2 x 1 tab
- Diazepam 5 mg 0 0 1
- Carbamazepin 200 mg 2 x 1 tab
2. Psikoterapi dan Intervensi Psikososial
a. Terhadap Pasien
- Memberikan edukasi terhadap pasien agar memahami gangguannya lebih
lanjut, cara pengobatan, efek samping yang muncul, pentingnya kepatuhan
dan keteraturan minum obat, perbaikan fungsi sosial dan pencapaian kualitas
-

hidup yang lebih baik.


Memberikan pengertian bahwa ini dapat disembuhkan, memotivasi dan
memberi dukungan kepada pasien sehingga dapat menjalankan fungsi

sosialnya dengan baik.


b. Terhadap Keluarga
10

Dalam bentuk psikoedukasi yaitu menyampaikan informasi kepada keluarga


mengenai kondisi pasien dan menyarankan untuk senantiasa memberi
dukungan selama masa pengobatan, pasien lebih sering diajak berkomunikasi
serta keluarga harus memberi dukungan kepada pasien untuk banyak
berkativitas terlebih di luar rumah dan berinteraksi dengan orang lain. Pasien
tidak boleh sampai menyendiri, sebisa mungkin ada aktivitas yang
menyibukkan dirinya. Jelaskan

kepada

keluarga mengenai

berbagai

kemungkinan penyebab penyakit, perjalanan penyakit, dan pengobatan


sehingga keluarga dapat memahami dan menerima kondisi pasien untuk
minum obat dan kontrol secara teratur serta mengenali gejala-gejala
-

kekambuhan.
Usahakan pasien berada dalam pengawasan keluarga,untuk menghindari halhal yang tidak diinginkan jika terjadi serangan kejang. Memberikan
pengertian kepada keluarga akan pentingnya peran keluarga pada perjalanan
penyakit.

X. PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad malam

XI. DISKUSI
Berdasarkan keterangan yang diberikan oleh ibu pasien. ditemukan adanya perilaku
halusinasi visual, auditorik, dan perabaan (taktil). Halusinasi tersebut berupa pasien merasa
pernah dihinggapi oleh seekor kelelawar, sering melihat sosok seorang wanita berjubah putih
dengan rambutnya yang menutupi wajah dan seperti ada sesuatu yang menyala-nyala di laut,
pasien juga sering mendengar suara-suara berupa bisikan yang tidak jelas.Pada kasus ini pasien
lebih banyak mengalami halusinasi visual dibandingkan halusinasi auditorik. Berdasarkan
kepustakaan, bahwa pada gangguan organik lebih besar terjadi perilaku halusinasi visual.
Sedangkan pada gangguan psikotik fungsional lebih cenderung terjadi halusinasi auditorik.
Sehingga berdasarkan gejala-gejala di atas dan sesuai dengan PPDGJ III, pasien ini
11

dikategorikan sebagai halusinosis organik (F06.0).

Selain itu pula pasien memiliki riwayat

kejang, di mana sehari sebelum datang ke Poli Jiwa RS. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang pasien
sempat mengalami kejang absence. Sehingga pasien juga dicurigai sebagai suspek epilepsi
Selama wawancara pasien menunjukkan ekspresi wajah tampak lesu, murung, dan tidak
bersemangat. Pasien duduk tidak tenang, hanya diam dan tidak menjawab pertanyaan. Pasien
dapat menoleh sewaktu dipanggil. Perhatian pasien sangat mudah teralih. Afek pasien tumpul,
sering disertai dengan senyum-senyum sendiri atau tertawa yang menyeringai. Selain itu menurut
ibunya pasien kadang tertawa dan menangis sendiri tanpa sebab yang jelas, pasien juga sering
jalan-jalan sendiri tanpa tujuan yang jelas. Gejala-gejala tersebut sudah berlangsung selama 2
tahun. Sehingga pasien juga digolongkan menderita gejala psikosis.
Pada pasien ini untuk aksis I ditemukan adanya halusinasi organic (F06.0). Pasien ini
cenderung mengalami lebih besar halusinasi visual, yang khas terdapat pada gangguan organik.
Aksis II tidak ada diagnosis. Aksis III pasien dicurigai sebagai suspek epilepsy, mengingat
adanya riwayat kejang yang dialami oleh pasien. Aksis IV ditemukan adanya masalah yang
berhubungan dengan akses pelayanan kesehatan. Yaitu tempat tinggal pasien yang jauh dari
lokasi pelayanan kesehatan ( Rumah pasien yang berada di Talaud). Aksis V GAF 40-31
(Beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan komunikasi, disabilitas berat dalam
beberapa fungsi).
Dari uraian di atas pasien ini dapat didiagnosis sebagai suspek epilepsy dengan gejala
psikotik. Dengan diagnosis banding yaitu gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan
alkohol dan zat Psikoaktif. Diagnosis banding ini diambil berdasarkan riwayat penggunaan zat
psikoaktif pasien yakni pernah mengkonsumsi alkohol sebelumnya dan merokok, serta adanya
persamaan gejala dengan diagnosis kerja yang ditetapkan. Yaitu, adanya halusinasi organik serta
kejang. Hal ini bisa terjadi apabila pasien dalam tahap putus alkohol.
Pada pasien diberikan terapi

Risperidone 2 mg dengan pemberian 2x1 tablet/hari,

Trihexylpenidil 2 mg dengan pemberian 2x1 tablet/hari, Diazepam 5 mg dengan pemberian


1x/hari di waktu malam hari, diberikan pula Carbamazepin 200 mg dengan pemberian 2x1
tablet/hari.
Untuk terapi antipsikotiknya diberikan Risperidon yang termasuk dalam obat anti-psikotik
atipikal golongan benzisoxazole. Risperidon yang merupakan derivat dari benzisoksazol
mempunyai afinitas yang tinggi terhadap reseptor serotonin (5HT2), dan aktivitas menengah
12

terhadap reseptor dopamin (D2), alfa 1 dan alfa 2 adrenergik dan resetor histamin. Indikasi
risperidon adalah untuk terapi skizofrenia baik untuk gejala negatif maupun positif. Disamping
itu diindikasikan pula untuk gangguan bipolar, depresi dengan ciri psikosis, dan Tourette
syndrome. Oleh karena itu pada pasien ini digunakan risperidon sebagai obat antipsikosisnya
karena pasien menunjukkan gejala psikotik baik positif (adanya halusinasi) maupun negatif
yaitu gangguan perasaan, gangguan hubungan sosial dan perilaku yang sangat terbatas dan
cenderung menyendiri. Secara umum risperidon dapat ditoleransi dengan baik. efek samping
ektrapiramidal umumnya lebih ringan dibanding dengan antipsikosis lainnya. Risperidon
tersedia dalam bentuk tablet 1 mg, 2 mg, dan 3 mg, sirup dan injeksi 50 mg/mL. Dosis anjuran
untuk pemakaian risperidon diberikan dengan dosis 2-6 mg per hari. Risperidon diabsorbsi
sempurna setelah pemberian peroral, konsentrasi plasma puncak dicapai setelah 1-2 jam.
Absorbsi Risperidon tidak dipengaruhi oleh makanan.
Diazepam diberikan untuk mengatasi keadaaan pasien yang susah tidur. Diazepam
meningkatkan kerja GABA di SSP. Diazepam bekerja di semua sinaps GABA A, tapi kerjanya
dalam mengurangi spastisitas, sebagian di mediasi di medula spinalis, karena itu diazepam
dapat digunakan pada spasme otot yang asalnya dari mana saja, termasuk trauma otot
lokal.Tetapi obat ini dapat menyebabkan sedasi pada dosis yang diperlukan untuk mengurangi
tonus otot. Dosis di mulai dengan 4 mg/ hari yang dapat ditingkatkan bertahap hingga
maksimum 60 mg/hari.
Carbamazepin diberikan untuk bangkitan parsial kompleks dan bangkitan tonik-klonik.
Pada membran permeabilitas, carbamazepin akan menutup saluran natrium pada konsentrasi
terapi dan menstabilkan membrane neuron yang hiperaktif, menghalangi kerusakan neuron yang
berulang dan mengurangi perambatan sinaptik impuls yang berasal dari luar.Sediaan
carbamazepin yaitu 200 mg, dengan dosis anjuran 400-600 mg/hari dalam 2-3x/hari.
Trihexylpenidil diberikan untuk mengobati gejala Parkinson yang disebabkan oleh efek
samping obat anti psikotik. Trihexylpenidil adalah anti kolinergik yang memiliki efek sentral
lebih kuat dari pada perifer, senyawa ini bekerja dengan menghambat pelepasan asetil kolin
endogen dan eksogen. Efek sentral terhadap susunan saraf pusat akan merangsang pada dosis
rendah dan mendepresi pada dosis toksik. Untuk gangguan ekstrapiramidal dewasa mula-mula 1
mg, dosis dinaikkan sampai gejala berkurang. Dosis total/ hari 5-15 mg/hari.
Pada pasien ini juga diberikan terapi lain berupa psikoterapi. Dalam hal ini diberikan
melalui edukasi terhadap pasien agar memahami gangguannya, cara pengobatan, efek samping
13

yang dapat muncul, pentingnya kepatuhan dan keteraturan minum obat sehingga pasien sadar
dan mengerti akan sakitnya, dan menjalankan pengobatan secara teratur, tidak dengan terpaksa.
Hal lain yang dilakukan adalah dengan intervensi langsung dan dukungan untuk
meningkatkan rasa percaya diri individu, perbaikan fungsi sosial dan pencapaian kualitas hidup
yang baik sehingga memotivasi pasien agar dapat menjalankan fungsi sosianya dengan baik.
Keluarga pasien juga diberikan terapi keluarga dalam bentuk psikoedukasi berupa penyampaian
informasi kepada keluarga mengenai penyebab penyakit yang dialami pasien serta
pengobatannya sehingga keluarga dapat memahami dan menerima kondisi pasien untuk minum
obat dan kontrol secara teratur serta mengenali gejala-gejala kekambuhan secara dini.
Usahakan pasien berada dalam pengawasan keluarga,untuk menghindari hal-hal yang
tidak diinginkan jika terjadi serangan kejang. Memberikan pengertian kepada keluarga akan
pentingnya peran keluarga pada perjalanan penyakit.

XII. KESIMPULAN
1. Diagnosis pasien dalam kasus ini adalah suspect epilepsy dengan gejala psikotik dengan
diagnosis banding yaitu gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan alkohol dan zat
Psikoaktif.
2. Keteraturan dan kepatuhan minum obat perlu diperhatikan, dengan mewaspadai terhadap
efek samping yang mungkin terjadi.
3. Dukungan dan partisipasi keluarga sangat menentukan dalam pemulihan kondisi kesehatan
pasien. Usahakan pasien berada dalam pengawasan keluarga,untuk menghindari hal-hal yang
tidak diinginkan jika terjadi serangan kejang.

XIII. WAWANCARA PSIKIATRI


Keterangan :
A

Pemeriksa

Pasien

Ibu pasien

Dialog :
14

: Selamat pagi

: (pasien diam tidak menjawab)

: Selamat pagi, dokter

: Mari, silahkan duduk

: Makasih

: Perkenalkan, kita dokter muda. Ngana pe nama sapa dang?

: (pasien diam tidak menjawab)

: Hey, kyapa babadiam dang? Da tanya akang itu nama

: (pasien diam tidak menjawab)

: Depe nama Alan Pudi Carter, mar ja pangge Okta.

: Okta, so umur brapa dang ?

: (pasien diam tidak menjawab)

: Okta, ba jawab dang, da tanya so umur brapa skarang?

: (pasien diam tidak menjawab)

: 19 tahun dia, dok.

: Okta tinggal di mana?

: (pasien diam tidak menjawab)

: Torang kwa tinggal di Talaud, dokter.

: Nyanda ada keluarga di sini?

: Ada, dok, di Karombasan.

: Jadi skarang tinggal di Karombasan, Okta?

: (pasien diam tidak menjawab)

: Iyo, dokter..

: Okta tau skarang di mana?

: (pasien diam tidak menjawab)

: Ada rasa apa dang kong sampe datang ka rumah sakit, Okta?

: (pasien diam tidak menjawab)

: Okta, ada rasa apa?

: (pasien diam tidak menjawab)

A
C

: Ibu, kyapa dang ini Okta?


: Dia kwa so ja ilang-ilang pikiran bagitu, dok.
15

A
C

: Ja ilang-ilang pikiran bagimana dia?


: Rupa bagini no, dokter. Ja babadiam bagini. Nyanda ja bacarita apa-apa, nyanda ja
bajawab biar so tanya-tanya. Kong rupa so ja bahayal-hayal bagitu.

: Dari kapan ini, Ibu?

: So lama dokter, so sekitar dari dua tahun lalu, sekitar bulan Mei.

: Awalnya ada apa sampe dia so mulai ja ilang-ilang pikiran bagitu?

: Bagini dokter, tadinya kwa dia ini kerja di kapal, kong dia bilang kata rupa pernah ada
paniki da sambar pa dia malam-malam. Kong dia le kata ja dapa liat rupa tu manyala
manyala di laut, deng ja dapa liat rupa ada cewe pake baju putih macam jubah mar
nyanda dapat liat depe muka, rupa tatutup rambut bagitu. Mulai dari situ so rupa jadi
tako-tako dia. Kong dia so ja manangis deng tatawa sandiri.

: Pernah babilang ja dengar-dengar suara, bu ?

: Ada.

: Apa dang yang dia dengar?

: Ja dengar suara-suara ba bise pa depe talinga.

: Babise ja bilang apa, Okta?

: (pasien diam tidak menjawab)

: Dia bilang kata nyanda jelas, dok. Nintau ja bilang apa, pokoknya rupa ada yang
babise-bise bagitu.

: Dari dua tahun lalu memang so bagini trus, atau ada waktu dia sadar sama deng
biasa?

: Oh, lengkali dia ja sadar dok, kalu so sadar memang rupa biasa. Dia sadar sekitar 1
minggu bagitu, kong kurang kage so tabale ulang bagini.

: Dulu-dulu dia pernah kecelakaan atau apa yang kena depe kepala sampe depe otak
rupa terganggu?

: Ndak pernah no, dok.

: Pernah berobat sebelumnya?

: Pernah dokter, ada bapriksa pa dokter, kong dokter bilang kata ini panyakit saraf. Jadi
dokter kase obat penenang.

: Tau apa depe nama obat atau depe model jo ?

: So lupa le, dok. So lama le ada abis.


16

: Dulu dia lahir normal, bu?

: Normal, dokter.

: Lahir di mana?

: Rumah, dokter. Ada bidan da tolong.

: Nyanda tatahan di pintu jalan lahir, sampe dia lama kaluar?

: Nyanda dok, biasa-biasa jo.

: Pernah kejang-kejang ?

: Pernah dok, waktu sekitar dua tahun lalu, bulan Januari stow kalu nyanda salah.

: Kejang bagimana dia?, sampe rupa kaku dia pe kaki dengan tangan?

: Iyo, dok. Takancing-kancing, kong depe mata ja bahaga ka atas sampe le depe mulut ja
takaluar gabu bagitu.

: Boleh brapa lama dia pe kejang? Kong ada kase minum apa sampe depe kejang
brenti?

: Cuma sekitar 2 menit bagitu dokter. Nyanda kase apa-apa le, dia bae sandiri.

: Kapan lagi dia ja kejang?

: Sudah dok, cuma kali itu dia kejang, abis itu so nyanda.

: Kalo rupa ja takancing, tapi nyanda lama, misalnya ada sementara makan bagitu kong
kurang kage ta badiam sandiri sampe pandangan dapa liat kosong, sampe kurang harus
ja paka sadiki baru ja tasadar. Pernah nyanda bagitu?

: Oh, kalo itu ada dokter. Brapa kali dia ja tabagitu.

: Brapa kali, bu?

: So nyanda ja reken, dokter. Pokoknya so brapa kali stow.

: Kapan terakhir?

: Tadi malam le masih dokter.

: Bagimana dang depe makan dengan tidor?

: Ya kurang depe makan, dok, so dua hari ini dia ndak makan. Depe tidor lagi kurang,
biasa cuma 2 jam bagitu stow dia mo tidor, biasa dia kurang mo babajalan sandiri satu
hari itu, tapi abis itu dia pulang ulang ka rumah.

: Ibu dia ja barokok dengan baminum?

: Sebenarnya dulu dia nyanda tau baminum, dia baminum itu kalu dia so mulai ja baliat
itu bayangan, sampe dia so ketakutan. Jadi cuman mo kase ilang depe rasa takut dia mo
17

baminum akang itu. Kalu ba rokok le dia nyanda, dok.


A

: Ibu, ini anak ka brapa?

: Ini anak pertama dok, ta pe anak ada 3 orang, samua laki-laki.

: Kong yang laeng sehat-sehat?

: Iyo, dok.

: Ibu, makasih banyak neh so kase waktu for kita ba tanya-tanya akang. Ibu duduk dulu
di luar neh, nanti mo pangge ulang.

: Oo iyo... Makasih dokter, permisi

: Iya, sama-sama Ibu...

18

You might also like