Professional Documents
Culture Documents
Judul
: Metode Fitokimia
Tujuan
1. TEORI DASAR.
Tumbuh-tumbuhan adalah penghasil berbagai jenis senyawa metabolit
sekunder. Kelompok metabolit ini tidak memiliki kaitan langsung dengan
tumbuh-tumbuhan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan, tetapi memiliki
fungsi ekologis, seperti menangkal serangan organisme lain atau sebagai penarik
serangga untuk penyerbukan. Kelompok senyawa metabolit sekunder adalah
alkaloid, steroid, triterpen, flavonoid, saponin dan senyawa fenolik.
2.1 Senyawa Metabolit Pada Tumbuhan
2.1.1 Alkaloid
Alkaloid adalah kelompok besar senyawa organik alami dalam hampir
semua jenis organisme, seperti tumbuh-tumbuhan tingkat tinggi dan tingkat
rendah, binatang, serangga, mikroorganisme dan organisme laut. Berbagai efek
farmakologi yang ditimbulkannya seperti antikanker, anti-inflamasi dan antimikroba, juga dapat ditimbulkan oleh alkaloid.
Beberapa contoh alkaloid dapat dilihat pada gambar 1 berikut :
N
H
NMe
Koniina
Nikotina
Senyawa alkaloid banyak terkandung dalam akar, biji, kayu maupun daun
dari tumbuh-tumbuhan. Senyawa alkaloid dapat dipandang sebagai hasil
metabolisme dari
tumbuh-tumbuhan atau
dapat berguna sebagai cadangan bagi biosintesis protein. Kegunaan alkaloid bagi
tumbuhan ialah sebagai pelindung dari serangan hama, penguat tumbuhan dan
pengatur kerja hormon.
Alkaloid bersifat basa, di alam berada sebagai garam dengan asam-asam
organik. Adanya sifat basa ini, mempermudah memisahkan ekstrak total alkaloid
dari komponen lainnya. Demikian juga, adanya nitrogen dalam alkaloid
cenderung membentuk senyawa kopleks dengan ion-ion logam berat yang tidak
larut dalam air. Sifat ini dimanfaatkan dalam merancang cara uji yang cepat
dalam mendeteksi alkaloid dalam suatu ekstrak. Pereaksi tetes yang lazim
digunakan untuk maksud tersebut adalah pereaksi Dragendorff dan Meyer.
2.1.2 Steroid
Steroid merupakan komponen pembentuk membran tanaman. Yang
termasuk golongansteroid di antaranya senyawa-senyawa sterol, sapogenin, dan
hormon.
Struktur
senyawa
ini
pada
dasarnya
mempunyai
cincin
siklopentaperhidrofenantren.
Skualena
OH
Kolesterol
2.1.4 Saponin
Saponin adalah glikosida triterpena dan sterol yang telah terdeteksi dalam
lebih dari 90 suku tumbuhan (Tsehesche dan Wulff, 1973). Saponin merupakan
senyawa aktif
Corong biasa
Kertas saring
Chamber KLT
Hot plate
Batang pengaduk
Termolin
Pisau
Erlenmeyer 250 mL
Plat tetes
Pengangas air
Pipet tetes
Bahan-bahan yang digunakan adalah :
Buah mengkudu
Kloroform
Lidah buaya
Kloroform-amonia
Daun pepaya
larutan Brusin
Pereaksi Meyer
Perekasi Dragendorff
Kloroform-metanol
Etanol
Lada hitam
H2SO4 pekat
Anhidrida asetat
HCl pekat
Aquadest
Bubuk Mg
NaOH 1%
III.PROSEDUR KERJA
1. Identifikasi Alkaloid
Ekstraksi Alkaloid
Dua atau empat gram daun, buah atau kilit batang sampel dipotongpotong menjadi potongan kecil dan digerus bersama-sama dengan kloroform (10
mL). Kemudian menambahkan kloroform-amonia (10 mL) mengaduk dan
menyaringnya ke dalam tabung reaksi. Ke dalam ekstrak kloroform-amonia
menambahkan 10 tetes larutan H2SO4 5%, mengocok dan membiarkan kedua
lapisan memisah. Mengambil lapisan air (ekstrak alkaloid total) dan menempatkan
pada 2 tabung reaksi.
Uji Alkaloid
Ke dalam salah satu ekstrak alkaloid dalam air, meneteskan 1-2 tetes
pereaksi Meyar. Apabila ekstrak tersebut mengandung alkaloid akan terjadi
endapan putih atau kuning muda. Ke dalam ekstrak lainnya, menambahkan
pereaksi Dragendorff, pengujian positif akan ditunjukkan dengan terjadinya
endapan jingga. Sebagai standar digunakan larutan brusin 0,05% dalam HCl 2 N.
endapan yang sangat.
Analisis Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Alkaloid
Menyiapkan plat KLT aluminium silika gel ukuran 2 x 7 cm, pipa
kapiler, chamber KLT untuk pengembangan dan pelarut pengembang (pengelusi)
kloroform-metanol (8:2). Membuat garis horizontal sekitar cm dari batas bawah
plat dan menandai dua titik pada garis tersebut. Mengambil ekstrak alkaloid dalam
kloroform dengan pipa kapiler dan menotolkannya pada plat KLT. Elusi plat KLT
yang telah mengandung pelarut kloroform-metanol (9:1) dan membiarkan sampai
posisi pelarut sampai batas teratas. Setelah selesai elusi, mengeluarkan plat KLT
dari dalam vchamber dan membiarkan beberapa saat sampai plat kering.
Menyemprot plat yang telah dikembangkan dengan pereaksi semprot Dragendorff
dan memanaskan hingga kering. Adanya alkaloid akan ditunjukkan oleh noda
pada plat yang berwarna jingga. Kemudian menentukan Rf masing-masing noda.
chamber
dan
membiarkan
beberapa
saat
hingga
plat
kering.
3. Uji Flavonoid
Dengan pereaksi Shinoda
Sebanyak 0,5 gram serbuk sampel diekstrak dengan 5 mL etanol
panas selama 5 menit didalam tabung reaksi. Selanjutnya hasil ekstrak disaring
dan filtratnya ditambahkan beberapa tetes HCl pekat lalu menambahkan 0,2 gram
bubuk Mg. Bila timbul warna merah muda atau orange menandakan sampel
mengandung flavonoid.
Dengan NaOH 1%
Menambahkan 2 tetes NaOH 10% ke dalam ekstrak metanol yang
diperoleh dengan cara di atas. Adanya flavonoid perubahan warna kuning-merah.
flavonoid
(-)
Lidah buaya
(+++)
(-)
(+++)
(+)
(-)
Daun pepaya
(+++)
(+)
(+++)
(-)
(++)
Kaki kuda
(++)
(-)
(-)
(-)
(++)
Mahkota dewa
(-)
(+)
(-)
(+)
(-)
(+++)
(-)
(+++)
(+)
(-)
Temu ireng
(+)
(+)
(-)
(-)
(+)
Lada hitam
Keterangan ;
(+++)
(+)
(-)
(-)
(+)
No
sampel
mengkudu
(+++)
: Kandungan kuat
(++)
: Kandungan sedang
(+)
: Kandungan sedikit
(-)
: Tidak mengandung
Buah mengkudu
Lidah buaya
0,88 cm
Daun pepaya
0,57 cm
Kaki kuda
0,92 cm
Mahkota dewa
0,22 cm
Temu ireng
0,81 cm
Lada hitam
0,85 cm
No
Sampel
0,85 cm
V. ANALISA DATA
1. Identifikasi Alkaloid
Ekstraksi Alkaloid
Bahan atau sampel yang di uji pada percobaan kali ini ialah buah mengkudu,
daun lidah buaya, daun pepaya, pegagan (kaki kuda), buah mahkota dewa, bung
tapak dara, temu ireng dan lada hitam.
Pada percobaan uji ekstrak alkaloid ini,
10
11
Pada percobaan kromatografi lapis tipis ini, yang bersifat sebagai fase diam
adalah aluminium silika gel pada plat KLT dan fase geraknya adalah kloroformmetanol. Proses percobaan KLT ini pertama-tama mengambil ekstrak alkaloid dalam
kloroform dengan menggunakan pipa kapiler kemudian menotolkannya pada plat
KLT dan langsung memasukkannya ke dalam chamber. Pada chamber (bejana
pengembang) tersebut diberi kertas saring pada sisi dinding bejana dan fase gerak
(kloroform-metanol) sampai kedalaman 0,5 cm supaya kedapat-ulanganya baik, jarak
antara permukaan fase gerak dan garis batas harus sama (1-2 cm). Harga Rf sering
tidak sama karena perbedaan kejenuhan.
Setelah dielusi, plat KLT dikeluarkan dari chamber dan membiarkan beberapa
saat hingga plat kering. Setelah plat kering, maka disemprotkan pereaksi Dragendorff
pada plat tersebut. Pereaksi Dragendorff memberikan warna cokelat atau orange
dengan alkaloid. Pada KLT, warna itu akan segera muncul selama penyemprotan dan
warna tidak stabil. Adanya alkaloid akan ditunjukkan dengan adanya bercak atau
noda yang berwarna orange.
Bilangan Rf merupakan jarak yang ditempuh senyawa pada kromatografi,
nisbi terhadap garis depan. Bilangan Rf diperoleh dengan mengukur jarak antara titik
awal dan pusat bercak yang dihasilkan senyawa,dan jarak ini kemudian dibagi jarak
antara titik awal dan garis depan (yaitu jarak yang ditempuh cairan pengembang).
Pada percobaan menggunakan KLT, diperoleh harga Rf dari masing-masing sampel,
sebagai berikut :
1. Buah mengkudu
Jn
Rf = Jp
2. Lidah Buaya
3. Tapak Dara
6,3
= 6,5
= 0,96
Jn
Rf = Jp
5,8
= 6,5
= 0,89
Jn
Rf = Jp
3
= 3,5
= 0,22
12
4. Daun Pepaya
Rf =
Jn
Jp
3,7
6,5
= 0,57
Rf =
Jn
Jp
6
6,5
= 0,92
= 5,5
Jp
= 0,85
5,3
6,5
= 0,81
5. Pegagan
6. Lada Hitam
Rf = Jn
Jp
7. Temu Ireng
Rf =
Jn
Jp
Keterangan :
Rf
Jn
Jp
: Jarak Pelarut
13
H3C
banyak tahapan
CH2CO2H
C
- H2O
CH2 - CO2
CH2OH
CH2OH
+
CH2OH
Asetil Koenzim A
Alkohol isopentenil
Asam mevalonat
CH2OH
CH2OH
CH2OH
geranol
Tarnesol
Limomena
14
Adanya warna yang nampak pada triterpena yaitu warna ungu terang,
merah atau merah muda kuat dan steroid yaitu warna biru, karena adanya rantai
jenuh sehingga ketika ditambahkan larutan atau pereaksi Liebermann Burchard
menghasilkan warna tertentu.
Sampel yang mengandung triterpen ialah buah mengkudu ( kandungan triterpennya
kuat yaitu menghasilkan warna merah), daun papaya, mahkota dewa, temu ireng dan
lada hitam mengandung sedikit triterpenoid. Triterpen tersusun atas isoprene kepala
dan ekor dimana pada bagian ujung terdapat cabang metil.
Rumus umum terpenoid :
CH2OH
15
Dari percobaan yang dilakukan ternyata lidah buaya, daun papaya dan daun
tapak dara mengandung steroid. Hal ini dibuktikan dengan adanya warna biru
kehijauan pada larutan ketika ditambahkan pereaksi Liebermann Burchard.
Uji Busa Dengan Metode Siemes
Uji busa dengan metode Simes ini dilakukan untuk mengetahui adanya
kandungan saponin pada sample (tanaman). Terbentuknya busa putih disebabkan
saponin adalah kelompok glikosida dengan 1 triterpenoid. SSAponin mirip dengan
sabun yang relative satbil jika dikocok saponin akan mudah tersuspensi dalam air
dan membentuk misel.
Rumus umum saponin ialah :
CH3
O
Gula
Berdasarkan sifat senyawa saponin yang melalui hidrolisis alkalis akan
menghasilkan sabun dan berlawanan dengan sifat senyawa triterpen dan steroid
maka lidah buaya, temu ireng, dan daun pegagan mengandung saponin sedangkan
pada mengkudu, lada hitam daun papaya dan daun tapak dara tidak mengandung
saponin karena dari pengujian menghasilkan pengujian negative.
Analisis Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Triterpen
Dalam percobaan KLT ini, yang berperan sebagai fase diam adalah plat KLT
aluminium silica gel ukuran 2 x 7 cm, dan fase geraknya ialah heksan etil asetat.
Pada uji KLT triterpen ini ternyata dapat dilihat bahwa daun papaya mengandung
triterpen hal ini terlihat dengan adanya noda biru pada plat KLT.
16
5,5
= 6,5
= 0,85
Sedangkan pada lidah buaya, tidak terdapat triterpen karena tidak terlihat
noda biru. Analisis ini hanya untuk senyawa yang mengandung triterpen.
Uji Flavonoid
Flavonoid mengandung C15 terdiri dari 2 inti fenolat yang dihubungkan
oleh tigasatuan karbon. Gambar kerangka dasar flavonoid :
C
17
Buah Mengkudu
Lidah buaya
Kaki kuda
Daun pepaya
Lada hitam
Temu ireng
Kaki kuda
Lidah buaya
Mahkota dewa
Buah mengkudu
18
Daun pepaya
Lada hitam
Temu ireng
Mahkota dewa
Lidah buaya
Buah mengkudu
Kaki kuda
Daun pepaya
Lada hitam
Temu ireng
19
PERCOBAAN II
Judul
Tujuan
I. TINJAUAN PUSTAKA
Tumbuhan lada (Piper ningrum L) termasuk tumbuhan semak atau perdu dan
sering kali memanjat dengan akar-akar pelekat. Tumbuhan lada ini dikenal dengan
beberapa nama antara lain piper, lada, merica, dan sakang. Dari perlakuan
terhadap buah lada dapat diperoleh lada hitam atau lada putih. Lada hitam di
peroleh dari buah lada yang belum masak, dikeringkan bersama kulitnya hingga
kulitnya berkeriput dan berwarna hitam .Lada putih berasal dari buah yang masak
dan kulitnya sudah dihilangkan dan dikeringkan sehingga warnanya putih
(Anwar,dkk.1994).
Berdasarkan sistem klasifikasi dari Cronquist dalam Pasuki (1994), klasifikasi
tanaman lada adalah sebagai berikut:
Divisi
: Magndrophyta.
Kelas
: Magnolipisida.
Anak Kelas
: Magnolidae.
Bangsa
: Piperales.
Suku
: Piperaceae.
Marga
: Piper.
20
Spesies
: Piper Ningrum L.
N
CH
CO
CH
CH
CH2
HC
Piperin dapat mengalami fotoisomerisasi
oleh Osinar membentuk isomer
isochavisin (trans-cis), isopiperin (cis-trans), chavisin (cis-cis) dan piperin (transtrans) (Anwar,dkk.1994).
O
O
O
O
H
H
H
H
H
O
N
O
N
Isopiperin
Isochavisin
21
O
O
H
H
H
H
H
Chavisin
H
N
O
Piperin
OH
O
+ H+
R-C
NH2
R-C
OH
R- C +OH2
+ H2O
NH2
NH2
O
R-C
-
+ NH4+
22
KOH
CO
CH3OH
CH
CH
CH2
CH
HC
Piperin
HOOC
CH
CH
CH
CH2
HC
Asam Piperat
Piperidin
CH
CH
CH
HC
CH2
KMnO4
COOH
O
H2C
CHO
O
H2C
O
57Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik II
COOH
23
COOH
Asam Oksalat
Asam Piperonilat
Piperonal
Neraca Analitik
Kaca Arloji
Hot Plate
Cawan Penguap
Corong Buchner
Sendok (plastik)
Rotary Evaporator
Penangas Minyak ( 1 L )
Pipet Tetes
Spatula (kaca)
Vaselin (secukupnya)
Minyak Goreng ( 1 L )
HCl 6 M (6 mL)
Kapas(2Buah)
24
Hidrolisis Piperin
1. Melakukan refluks 1 gram piperin dan 20 ml larutan 10% KOH-Etanol
selama 3 jam.
2. Melakukan penguapan Etanol, mensuspensikan residu dengan air panas dan
menetralkan dengan HCl 6 M.
3. Menyaring larutan dengan penyaring buchner kemudian mencuci padatan
dengan air dingin.
4. Mengrekristalisasi padatan dengan pelarut etanol sampai mendapatkan titik
leleh yang konstan.
25
PERLAKUAN
HASIL PENGAMATAN
Memasukkan serbuk lada hitam ke dalam Serbuk lada hitam yang digunakan
kertas saring yang dibulatkan kemudian sebanyak 80 gram.
memasukkan ke dalam sokhlet.
Melakukan proses ekstraksi menggunakan Larutan lada hitam berwarna hijau
sokhlet dengan penangas minyak.
Siklus
terbentuknya
larutan
kekuningan.
hijau
23 menit
37 menit
45 menit
53 menit
59 menit
65 menit
72 menit
79 menit
85 menit
93 menit
10
99 menit
11
106 menit
12
112 menit
13
119 menit
14
126 menit
15
132 menit
16
137 menit
17
146 menit
18
153 menit
19
166 menit
20
173 menit
21
180 menit
26
22
186 menit
23
192 menit
24
198 menit
25
203 menit
26
211 menit
27
217 menit
28
224 menit
29
229 menit
30
236 menit
31
242 menit
32
249 menit
33
262 menit
Melakukan evaporasi
Kristal melarut.
Kristal + 30 mL etanol.
Memanaskan.
larutan.
Terbentuk kristal kuning kecoklatan
Menimbang
B. Hidrolisis Piperin
27
PERLAKUAN
HASIL PENGAMATAN
hijau
muda.
Larutannya
menjadi
homogen.
Melakukan evaporasi.
Memanaskan
pH = 13
1 tetes
pH = 13
2 tetes
pH = 13
4 tetes
pH = 13
6 tetes
pH = 13
10 tetes
pH = 13
15 tetes
pH = 13
20 tetes
pH = 13
25 tetes
pH = 13
30 tetes
pH = 13
35 tetes
pH = 4
Mencuci
padatan
V. ANALISIS DATA
A. Pemisahan Piperin dari Lada Hitam
28
Pada percobaan ini, lada hitam yang sudah berbentuk serbuk sebanyak 80 gram
dimasukkan ke dalam kertas saring yang dibulatkan / dibentuk sedemikian rupa
agar dapat masuk ke dalam alat ekstraksi sokhlet. Serbuk ini dimasukkan ke
dalam kertas saring dan diikat dengan benang agar serbuk tidak pecah/keluar dari
kertas saring pada saat proses ekstraksi berlangsung.
Setelah itu, memasukkan kertas saring yang berisi serbuk lada hitam ke dalam alat
sokhlet (adaptor) kemudian memasukkan 250 mL etanol absolut ke dalam labu
bundar (labu penguapan) dan merangkai alat sokhlet tersebut serta melakukan
proses ekstraksi selama 4 jam 22 menit. Pada proses ekstraksi ini menggunakan
pelarut etanol karena sampel piperin dapat larut dalam pelarut ini selain eter dan
benzena. Juga menggunakan penangas minyak karena suhu yang diperlukan untuk
mendapatkan piperin cukup tinggi (lebih dari 1000C). Dalam percobaan / proses
ekstraksi ini juga digunakan batu didih yang digunakan untuk menjaga tekanan
dan suhu larutan supaya tetap stabil dan tidak terjadi letupan selama proses ini
berlangsung.
Proses yang terjadi selama berada dalam sokhlet adalah pelarut etanol yang berada
dalam labu didih tersebut mengalami pemanasan kemudian didinginkan
menggunakan kondensor yang berupa pendingin bola yang menyebabkan aliran
uap lebih turbulen sehingga efek pendinginan semakin baik. Uap tadi kemudian
mengembun dan bila volumenya mencukupi, pelarut etanol yang telah membawa
solut akan keluar melalui pipa kecil ke dalam labu. Proses ini berlangsung secara
terus menerus/kontinu (Anwar,dkk.1994).
Dalam proses pada alat sokhlet ini mengalami 33 siklus yang kontinu dan
menghasilkan larutan lada hitam atau ekstraktan yang berwarna hijau kekuningan.
Setelah itu, ekstraktan tadi melalui proses evaporasi yang bertujuan untuk
memisahkan pelarut etanol dari zat terlarut (ekstraktan dari lada hitam) yang
berwarna hijau lumut. Pada proses ini dihasilkan pelarut etanol kembali yang
bening.
Larutan lada hitam (ekstraktan) ditambahkan dengan 30 mL larutan KOH-Etanol
10% menghasilkan larutan yang berwarna cokelat kehitaman. Dengan
29
penambahan ini maka piperin yang dihasilkan terhidrolisis menjadi asam piperat
meskipun larutan ekstraktan tadi belum murni piprin karena masih mengandung
zat pengotor.
Setelah itu, menyaring menggunakan kertas saring menghasilkan filtrat yang
berwarna cokelat dan endapan (sedikit) berwarna hijau kekuningan namun masih
belum murni. Kemudian mendiamkan kembali selama 1 malam ternyata endapan
yang dihasilkan berwarna cokelat dan berbentuk kristal jarum bening. Hal ini
membuktikan bahwa pengendapan telah sempurna.
Kristal yang telah berhasil diperoleh tadi direkristalisasi untuk mendapatkan
kristal yang lebih murni. Pemurnian padatan/kristal dengan rekristalisasi ini
didasarkan pada perbedaan dalam kelarutannya dalam pelarut tertentu atau
campuran tertentu. Rekristalisasi ini dilakukan menggunakan pelarut etanol,
ternyata kristal yang dihasilkan tadi melarut dalam etanol kemudian memanaskan
larutan menggunakan cawan penguap sehingga sebagian pelarut menguap. Setelah
itu, menyaring larutan panas dari partikel bahan tak terlarut menggunakan corong
buchner maka larutannya berwarna lebih bening dari sebelumnya. Hal ini
dilakukan karena kristal yang dihasilkan sangat halus.
Mendinginkan larutan dengan mendiamkannya di dalam es batu ternyata mulai
terbentuk sedikit endapan dalam larutan dan setelah mendiamkan selama 1 malam
dalam lemari es terbentuk kristal berwarna kuning kecoklatan berbentuk jarum
yang dinamakan piperin sebanyak 1,273 gram.
Didalam proses rekristalisasi ini, juga menggunakan karbon aktif sebanyak 0,1
gram. Hal ini dikarenakan hasil suatu reaksi organik dapat mengandung pengotor
berwarna yang dapat dillihat dari warna larutan tempat kristal tersebut melarut.
Pada rekristalisasi ini, pengotor ini bisa larut dalam pelarut mendidih dan sebagian
di serap oleh kristal dan sebagian yang lain memisah pada pendinginan. Pengotor
ini dapat dipisahkan dengan mendidihkan zat dalam larutan dan sedikit arang
aktif. Arang aktif menyerap zat pengotor berwarna dan filtrat biasanya bebas dan
oleh sebab itu terjadi kristal murni. Hal ini dapat dilihat dari warna larutan yang
30
agak bening dibandingkan sebelumnya setelah proses pelarutan dengan etanol dan
arang aktif melalui pemanasan.
Berdasarkan hasil percobaan, kristal yang diperoleh dari 80 gram lada hitam
adalah 1,273 gram kristal piperin atau 1,59 %. Hal ini tidak sesuai dengan teori
yang menyatakan bahwa piperin yang terkandung dalam lada hitan sebanyak 5-92
%.
Hal ini disebabkan oleh kurangnya waktu yang digunakan selama proses ekstraksi
menggunakan sokhlet selama 4 jam 22 menit yang seharusnya adalah 5 jam
sehingga pemisahan
B. Hidrolisis Piperin
Pada percobaan ini dilakukan proses hidrolisis terhadap senyawa piperin yang
dihasilkan pada percobaan sebelumnya. Pada percobaan sebelumnya dihasilkan
senyawa piperin sebanyak 1,273 gram kemudian diambil sebanyak 1 gram untuk
dihidrolisis.
Pada proses hidrolisis piperin ini, piperin direaksikan dengan larutan KOH-Etanol
10% sebanyak 20 mL menghasilkan larutan berwarna. Hal ini merupakan proses
hidrolisis piperin dalam suasana basa.
31
KOH
CH3OH
CH
CO
CH
CH
HC
CH2
O
Piperin
+
HOOC
N
H
Piperidin
CH
CH
CH
HC
CH2
O
Asam Piperat
Seperti pada reaksi diatas hidrolisis piperin menghasilkan senyawa piperidin dan
asam piperat yang merupakan asam karboksilat. Reaksi hidrolisis ini berlangsung
lebih sempurna setelah melalui proses pengrefluksan dengan pemanasan selama 3
jam.
32
O
N
CH
HC
HO +
O
N
CH
HC
HO-
O
NC
N
CH
O
N
CH
HC
O
N
CH2
HC
O
N
C
O
N
CH
HC
CH2
O
N
CH
HC
CH2
O
N
Asam Piperat
N
H
Piperidin
Dari tahapan-tahapan reaksi ini terlihat bahwa dalam suasana basa terjadi
penyerangan ion hidroksil (OH-) terhadap atom karbon karbonil amida dan dalam
kondisi ini, basa berfungsi sebagai pereaksi atau reaktan dan bukan sebagai
katalis.
Dalam proses pengrefluksan ini digunakan juga batu didih dan pengaduk
magnetik. Batu didih berfungsi
alat refluks agar tetap konstan / stabil sehingga tidak terjadi letupan-letupan pada
saat reaksi berlangsung.
mengaduk larutan agar kedua pereaksi dapat bertumbukan lebih cepat sehingga
reaksi hidrolisis piperin ini dapat berlangsung lebih cepat dan sempurna.
Proses pengrefluksan ini bertujuan agar senyawa yang stabil tidak keluar dari
sistem dan pereaksinya dapat bereaksi secara sempurna.
33
sehingga
pelarut
etanol
terpisah
dari
larutannya
kemudian
mensuspensikan residu dengan air panas. Hal ini dilakukan untuk mencuci residu
(hidrolisat) dan menghilangkan partikel-partikel zat lain yang masih terdapat
didalamnya. Setelah itu, menetralkannya dengan larutan HCl 6 M karena
hidrolisis ini berlangsung dalam keadaan basa. Jadi, harus dinetralkan. pH residu
yang terpisah dari etanol adalah 14. Ini menunjukkan bahwa zat tersebut bersifat
basa kuat yang merupakan piperidin. Sebelum menetralkan tersebut dilakukan
pemanasan terlebih dahulu menghasilkan pH larutan sebesar 13 kemudian
penetralan dengan HCl tetes demi tetes. Pada tetesan 1 sampai tetesan ke 30 pH
larutan tetap 13, namun pada saat 35 tetes HCl 6 M yang ditambahkan pH larutan
langsung turun menjadi 4. Pada percobaan ini menghasilkan larutan residu yang
bersifat asam bukan netral. Hal ini dikarenakan tetesan yang dilakukan terlalu
banyak sehingga terjadi lonjakan pH yang drastis, seharusnya praktikan lebih hatihati lagi dalam menambahkan larutan HCl 6 M dan sedikit demi sedikit.
Meskipun larutan dan residu yang dihasilkan dalam suasana asam tetap dilakukan
proses penyaringan padatan menggunakan corong buchner menghasilkan padatan
berwarna kuning muda. Penyaringan ini mengunakan corong buchner karena
butiran padatan yang dihasilkan sangat halus.
Setelah proses penyaringan, maka padatan yang dihasilkan seharusnya dicuci
kemudian direkristalisasi lagi menggunakan pelarut etanol, namun pada percobaan
kali ini hal tersebut tidak dilakukan sehingga kristal padatan yang dihasilkan
masih bercampur dengan pengotornya. Hal ini terlihat dari massa kristal yang
dihasilkan sebesar 1,04 gram, lebih besar dari 1 gram piperidin yang merupakan
bahan awalnya sehingga persentase piperidin yang dihasilkan sebesar 104%. Hasil
presentase ini lebih dari 100% seingga percobaan ini dapat dikatakan kurang
berhasil karena tidak mungkin persentase kristal lebih dari 100%. Hal ini
dikarenakan belum murninya padatan yang dihasilkan dan masih belum kering
(agak basah).
34
VI. KESIMPULAN
1. Pada percobaan pemisahan piperin dari lada hitam menghasilkan kristal
berbentuk jarum yang berwarna kuning merupakan senyawa piperin dan
hidrolisis piperin menghasilkan padatan asam piperat berwarna kuning muda.
2. Proses hidrolisis piperin dilakukan dalam suasana basa dimana OH - bertindak
sebagai pereaksi yang menyerang atom karbon karbonil amida.
3. Berdasarkan hasil percobaan dari pemisahan piperin dari lada hitam diperoleh
piperin sebanyak 1,273 gram dan persentasenya sebesar 1,59% dan pada
reaksi hidrolisis piperin diperoleh kristal sebanyak 1,04 gram dan
persentasenya sebesar 104%.
4. Persentase piperin yang diperoleh masih terlalu sedikit dibandingkan dengan
yang seharusnya karena waktu ekstraksi yang dilakukan dalam sokhlet masih
kurang dari 5 jam sehingga pemisahan belum begitu sempurna.
5. Asam piperat yang dihasilkan dari hidrolisis piperin mempunyai persentase
lebih dari 100% karena kristal yang ditimbang masih belum begitu kering.
35
VIII. LAMPIRAN
A. LAMPIRAN PERHITUNGAN
Perhitungan persentase piperin yang dihasilkan dari ekstraksi lada hitam adalah
sebagai berikut:
Massa Piperin
1,273 gram
x100%
80 gram
= 1,59 %
Perhitungan persentase padatan (kristal) piperidin yang dihasilkan adalah sebagai
berikut:
Massa Kristal
1,04 gram
x 100%
1 gram
= 104 %
36
PERCOBAAN III
Judul
Tujuan
I. TINJAUAN PUSTAKA
Pala (Myrictica fragrans) termasuk family Myristicaceae yang merupakan
salah satu dari sekian banyak sumber daya hayati yang sudah dikenal. Bagi
masyarakat pala merupakan rempah-rempah yang juga bisa dimanfaatkan untuk
menyembuhkan kembung, mual-mual, pegal di pinggang, mula akibat haid dan
sebagai obat pembius (Soesino. 1990).
Pala merupakan tumbuhan yang banyak ditanam diperkebunan, antara lain di
Indonesia. Pala memiliki sifat yang khas yaitu menetralkan, hal inilah yang
menyebabkan pala sering digunakan sebagai obat.
Komponen yang terdapat pada pala yaitu Arilus : Minyak atsiri, minyak
lemak, zat samak dan zat pati, lemak, saponin, miristisin, elemesi, enzim lifase,
pektin, hars dan asam oleanolat. Kulit buat : Minyak atsiri dan zat samak. (IPTEKnet.
2005)
Senyawa trimiristin dapat diisolasi dari biji pala dengan metode ekstraksi
kontinu menggunakan sokhlet dan metode perkolasi. Asam miristat juga dapat
diperoleh dari trimiristin dengan reaksi penyabunan dan hidrolisis.
Pala merupakan tanaman yang sangat baik tumbuh di daerah tropis. Tanaman
ini berbentuk pohon, tinggi lebih kurang 10 meter, batang tegak, berkayu, warna
putih lonjong, ujung dan pangkal runcing, warna hijau mengkilap. Nama lokal
Simplisia yaitu Myristicae, Arillus, Macis ; kembang pala (selubung) pala dan
Myristicae fructus Cortex ; kulit buah pala. Karena pala memiliki sifat khas yaitu
menetralkan selain digunakan sebagai bumbu dapur dapat juga sebagai obat.
Komposisi kimia atau kandungan zat-zat pada biji pala yaitu :
1. Minyak atsiri sampai 10 %, berisi miristin (yang bersifat membius), sekitar 4
% pinen, 80 % kamper, 8 % dipente, 6 % safrol, 6 % alkohol, eugenol dan
iso-egenol.
2. Minyak lemak sekitar 40 % berupa gliserida dari asam miristat, asam oleat
dan asam linoleat.
3. Abu 4 %, zat putih telur 25 %, dan 40 % pati dan gula (Sudarmaji. 1989)
Adapun uraian makroskopik biji pala adalah sebagai berikut :
1.
2.
A.
dan asam miristat. Gliserida ini terdapat dalam biji pala dengan kadar yang tinggi
tanpa bercampur dengan ester-ester yang lain.
Untuk mendapatkan trimiristin perlu dilakukan isolasi dari biji pala dengan
metode ekstraksi kontinu menggunakan pelarut non polar, misalnya eter atau nheksana dengan sokhlet dan dimurnikan dengan cara rekristalisasi ,menggunakan
aseton.
Ekstraksi padat-cair atau lazim disebut ekstraksi pelarut, dimana zat yang
akan diekstraksi terdapat dalam fasa padat. Cara ini banyak digunakan dalam isolasi
senyawa organik (padat) dari bahan alam. Senyawa akan larut dalam pelarut jika
kekuatan atraktif antara dalam pelarut polar dan sebaliknya. Jadi sifat kepolaran
senyawa, zat terlarut maupun pelarut, merupakan dasar paling penting dalam proses
ekstraksi. Efisiensi ekstraksi padat-cair ini ditentukan oleh besarnya ukuran partikel
zat padat yang mengandung zat organik, dan banyaknya kontak dengan pelarut. Oleh
karena itu dalam percobaan ini akan diperkenalkan metode ekstraksi kontinu
menggunakan sokhlet dan metode perkolasi. (Tim Dosen. 2006)
Karena sampel biji pala berupa padatan, maka ekstraktor yang paling populer
adalah sokhlet. Pelarut yang ada dalam labu didih dipanaskan kemudian mengembun.
Bila volumenya mencukupi pelarut yang telah membawa solut akan keluar melalui
pipa kecil ke dalam labu. Proses ini akan berlangsung terus menerus (kontinyu).
(Anwar, dkk. 1994)
Struktur Trimiristin adalah sebagai berikut :
O
CH2 O C (CH2)2 CH3
O
CH2 O C (CH2)2 CH3
O
CH2 O C (CH2)2 CH3
B.
ditentukan oleh dasarnya ukuran partikel zat padat yang akan mengandung zat
organik, dan banyaknya kontak dengan pelarut. Oleh karena itu, dalam percobaan ini
reaksi
penyabunan
dituliskan
sebagai
berikut
O
CH2-O-C-R1
R1CO2Na
CH2-OH
O
CH-O-C-R2
+ 3 NaOH
R2CO2Na
CH-OH
O
CH2-O-C-R3
Minyak
R3CO2Na
sabun
CH2-OH
glisrol
minya
k
Trimiristin adalah suatu gliserida (ester lemak) yang terbentuk dari gliserol dan
asam miristat. Penyabunan trimiristin menggunakan NaOH menghasilkan gliserol
dan garam natrium dari asam miristat. Bila larutan basa ini diasamkan akan
menghasilkan asam miristat yang dapat dikumpulkan dengan cara penyaringan
vakum.
O
CH2-O-C-(CH2)12-CH3
CH2-OH
O
CH-O-C-(CH2)12-CH3
O
CH-OH + 3 Na+ -O-C-(CH2)12-CH3
O
CH2-O-C-(CH2)12-CH3
Natrium maristin
CH2-OH
HCl
trimiristin
O
3 HO-C-(CH2)12-CH3
asam miristat
7.
2.
Corong Buchner
3.
Corong Kaca
8.
4.
Desikator
9.
5.
Evaporator
10.
Pipet tetes
6.
11.
Batang Pengaduk
mL
1.
12.
15.
Pompa Vakum
13.
Kaca Arloji
16.
Termolyn Cimarec 3
14.
17.
Kertas Indikator
GR 200
18.
III.
1.
2.
Aquadest
3.
4.
Batu didih
5.
6.
7.
Etanol
8.
Es Batu
9.
CARA KERJA
i.
2.
3.
4.
5.
6.
Perlakuan
Hasil Pengamatan
39 menit
46 menit
53 menit
58 menit
65 menit
73 menit
80 menit
87 menit
93 menit
10
100 menit
11
108 menit
12
115 menit
13
123 menit
14
130 menit
15
137 menit
16
145 menit
17
152 menit
18
159 menit
19
165 menit
20
172 menit
21
179 menit
Mengevaporasi ekstrak
minyak pala)
Diperoleh filtrat.
panas
Mendinginkan filtrat
berwarna orange.
Diperoleh kristal Trimiristin kering
sebesar 16,7 g
mengeringkan
B. Penyabunan Trimiristin menjadi Asam Miristat
No.
Perlakuan
1
0,8 g Trimiristin + 12 mL NaOH 6 M +
4
5
Hasil Pengamatan
Campuran berwarna coklat
pekat
mL pH larutan = 1
putih
Diperoleh kristal Asam Miristat
mengeringkan
V. ANALISIS DATA
A. Isolasi Trimiristin dari Biji Pala
Pada percobaan ini, untuk mendapatkan trimiristin dengan ekstraksi kontinu;
terlebih dahulu sampel harus dihaluskan yang bertujuan agar zat-zat yang terkandung
dalam biji pala mudah melarut dalam pelarut. Pelarut yang digunakan dalam isolasi
trimiristin ini adalah n-heksana, karena trimiristin adalah trigliseraldehid yang bersifat
nonpolar sehingga mudah larut dalam pelarut non polar seperti n-heksana.
Dalam percobaan ini, sample (biji pala) yang digunakan harus dihaluskan terlebih
dahulu, supaya zat-zat yang terkandung dalam biji pala dapat mudah melarut dalam
pelarut dan agar hasil ekstraksi yang didapatkan akan lebih sempurna.
Adapun
n-heksana
merupakan pelarut yang paling non polar dibandingkan dengan pelarut organik
lainnya. Trimistin merupakan lipida (trigselida) yang terbentuk dari gliserol dan asam
miristat yang merupakan rantai hidrokarbon yang panjang, sehingga senyawa ini
bersifat non-polar. Dengan sifat yang sama ini, diharapkan lebih banyak trimistin
yang dapat larut dalam n-heksana akan semakin banyak pula yang dapat diisolasi.
Proses selanjutnya ialah mengisolasi trimistin dengan cara sokletasi menggunakan
soxhlet yang akan menghasilkan ekstraksi sempurna dalam 3 jam sampai dihasilkan
larutan bening pda saat larutan pada pipa kecil yang keluar membawa solut ke dalam
labu.
Setelah disokletasi, ekstrak (larutan) di evaporasi tujuannya untuk memisahkan
pelarut (n-heksana) dari trimiristin.
perbedaan titik didik kedua komponen campuran. karean titik didih n-heksana lebih
rendah dari titik didih minyak. n-heksana yang bening akan terpisah dari minyak
sehingga diperoleh trimiristin (minyak pala) yang berwarna orange.
x 100 %
Berat biji pala halus
16,7 gram
% rendemen
x 100 x
83,2 gram
= 20,1 %
B. Penyabunan Trimiristin menjadi Asam Miristat
Dalam percobaan ini, untuk mendapatkan asam miristat dengan pnyabunan digunakan
0,8 trimiristin hasil refluks kemudian ditambahkan dengan NaOH pekat 6 M dan
etanol serta batu didih yang berfungsi agar suhu larutan tetap konstan dan tidak
meledak-ledak. Kemudian campuran direfluks selama 1 jam, dan diperolh campuran
(larutan) yang berwarna coklat kekuningan.
Proses selanjutnya adalah melakukan penambahan HCl pekat panas pada
larutan dari hasil refluks. Penambahan HCl ini untuk memisahkan sabun dari gliserol.
Sabun dalam air akan membentuk koloid. Pada penambahan lautan HCl, gliserol dan
alcohol akan terikat pada larutan HCl, sedangkan sabun (asam miristat) mengendap.
Penyabunan dengan NaOH menghasilkan sabun yang keras. Sabunyang diperoleh
dengan logam Na dengan asam lemak tinggi pada umumnya mudah larut dalam air
panas. Hasil kelarutan ini menghasilkan larutan koloid yang berwarna putih susu.
CH2-OH
CH-O-C-(CH2)12-CH3 + 3 NaOH
CH-OH + 3 Na-O-C-(CH2)12-CH3
Natrium maristin
CH2-O-C-(CH2)12-CH3
Trimiristin
CH2-OH
CH-OH
CH2-OH
gliserol
O
+ 3 Na-O-C-(CH2)12-CH3 + HCl
O
3 HO-C-(CH2)12-CH3
CH2-OH
asam miristat
Gliserol
Dari hasil pengamatan yang diperoleh, dapat dihitung persentase rendemen dari asam
miristat :
%rendemen
1,3gram
x100% 162,5%
0,8 gram
Hasil yang diperoleh terlalu banyak, ini kemungkinan besar karena adanya
zat lain yang menyebabkan kristal masih basah, seperti adannya garam NaCl dan
gliserol yang merupakan hasil samping yang belum terpisah dari asam miristat.
Dari hasil teoritis, diperoleh harga asam miristat :
1 mol trimiristin ~ 3 mol asam miristat (dari reaksi)
maka ;
moltrimiristin
0,8 gram
1,11.10 3 mol
723 gram / mol
0,76 gram
x100% 95%
0,8 gram
Dari perbedaan antara hasil teoritis dengan hasil eksperimen ini, dapat disimpulkan
bahwa masih terdapat pengotor atau zat lain yang mengakibatkan kristal asam
miristat masih basah (belum kering)
VI. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan dapat ditarik kesimpulan yaitu :
1.
Trimiristin dapat diisolasi dari biji pala dengan metode ekstraksi kontinu dengan
alat sokhlet menggunakan pelarut n-heksana.
2.
Dari 83,02 gram serbuk pala diperoleh dari rendemen trimiristin sebesar 16,7
gram atau 20,1 %.
3.
4.
Dari 0,8 gram trimiristin diperoleh rendemen asam miristat sebesar 1,3 gram atau
162,5 %
6 Di tinjau dari strukturnya, sabun terdiri dari 2 bagian yaitu bgian hidrofilik dan
hidrofobik
7 Penyabunan dengan NaOH menghasilkan sabun yang keras
8 rendemen asam miristat yang diperoleh dari pemnyabunan adalah sebesar 162,5%
dengan berat 1,3 gram dari 0,8 gram trimiristin
PERCOBAAN IV
Judul
Tujuan
1. TEORI DASAR.
Asam salisilat terdapat dialam dalam bentuk senyawa ester sebagai glikoksida dan
sebagai komponen minyak atsiri. Didalam tubuh manusia, metil salisilat tersebut
dihidrolisa menjadi asam salisilat dan dikenal dengan nama salol, digunakan sebagai
antiseptik usus.
OH
+
+
H3C
OH
O
O
Asam Salisilat
OH
Anhidrida Asam
CH3
Aspirin
Aspirin membentuk senyawa kompleks dengan tembaga (II) yang berwarna biru.
Walaupun garam kompleks ini tidak memiliki nilai pengobatan, pembentukan senyawa
kompleks tersebut menggambarkan kemudahan dari senyawa senyawa asam hidroksi
benzoat dan ester esternya membentuk senyawa kompleks dengan kation kation
seperti Ca2+ dan Fe2+. Pembentukan senyawa ini diduga (dengan Ca 2+) melatar belakangi
sifat analgesik dari aspirin.
Aspirin dapat dibuat dari asam salisilat yang didestilasikan dengan asetil klorida
atau anhidrida asetat. Senyawa ini bersifat asam. Untuk mengetahui konsentrasi aspirin
dalam tablet, dilakukan titrasi dengan larutan NaOH standar. Dalam reaksi netralisasi ini
gugusan asetil lebih sukar dilepaskan daripada gugusan karbonil hingga terjadi reaksi
sebagai berikut :
OH
O
+ OH -
+ H2O
O
O
O
CH3
CH3
Kafein adalah senyawa alkaloid yang merupakan turunan dari putih. Nama lain
dari kafein adalah : 1,3,7 trimetil xantin. Kafein terdapat dalam biji kopi (1-2 %) dan
dalam daun the (2-4 %), mempunyai efek fisiologi yaitu sebagai perangsang syaraf
(stimulan).
Pada kafein terdapat ikatan rangkap yang dapat diisolasi / diadisi lod. Untuk
mengetahui kadar atau konsentrasi kafein, maka larutan yang mengandung kafein
ditambahkan larutan iod yang telah diketahui volume dan konsentrasinya secara
berlebihan. Kelebihan iod setelah terjadi reaksi adisi titrasi dengan larutan natrium
tiosulfat (Na2S2O3).
Titrasi diakhiri jika terjadi perubahan warna yang konstan selama satu menit dari
indikator fenolftalien.
II. ALAT DAN BAHAN.
Alat alat yang digunakan adalah :
-
Lumpang Porselen.
Butet.
Erlenmeyer.
Gelas Kimia.
Pipet tetes.
Penangas air.
Neraca elektrik.
Indikator pp.
Alkohol teknis.
NaOH.
Na2S2O3.
Larutan lod.
III.PRODESUR KERJA.
A. Penentuan kadar Aspirin.
1. Menimbang berat tablet yang mengandung aspirin.
2. Memasukkan tablet kedalam lumpang porselinnya, menggerus sampai halus.
3. Memasukkan kedalam erlenmeyer 250 ml. Lumpang, membilasnya dengan 10 ml
alkohol hingga bersih dan memasukkannya kedalam erlenmeyer.
4. Menggoyang goyang erlenmeyer selama 5 menit, kemudian memanaskan hingga
mendidih diatas penangas.
5. Menambahkan 5 ml air suling dan 1-2 tetes indikator pp.
6. Menitrasi dengan NaOH 0,1 N sampai timbul warna merah jambu.
B. Penentuan kadar kafein.
1. Menimbang tablet yang mengandung kafein dengan neraca elektrik.
2. Menghaluskan 2 tablet yang akan dianalisa dengan menggunakan lumpang dan alu.
3. Memasukkan kedalam erlenmeyer 100 ml.
4. Mencuci lumpang porselinnya dengan 10 ml alkohol.
5. Memasukkan kedalam labu ukur ukur, menggoyang goyang labu ukur selama 10
menit.
6. Menambahkan 5 ml asam sulfat 10% dan 20 ml larutan lod 0,1 N.
7. Mengocok sampai larut dan membiarkan selama 10 menit, dan menyaring.
8. Mengambil 20 ml filtratnya dan memasukkan kedalam erlenmeyer 250 ml.
9. Menambahkan larutan kanji sebagai indikator.
10. Menitrasi dengan larutan Na2S2O3 sampai warna hilang.
Percobaan
* Penentuan kadar Aspirin dalam tablet.
1.
Menimbang
aspirin
Pengamatan
berwarna kuning.
2.
Dihaluskan
dan
bercampur sempurna.
3.
4.
Memanaskan
5.
Menambahkan 5 ml aquadest.
6.
7.
berwarna putih.
2.
4.
6.
7.
Larutan tetap
V. ANALISA DATA.
A. Penetuan kadar Aspirin dalam tablet.
Percobaan yang pertama menggunakan tablet yang mengandung aspelet (aspirin)
dengan tujuan untuk menentukan konsentrasi aspirin dalam tablet tersebut.
Untuk menentukan kadar aspirin ini, pertama dilakukan adalah menggerus tablet
tersebut sampai halus agar mudah menganalisanya dalam bentuk larutan, sehingga tablet
tersebut ditambahkan 10 ml alkohol yang berfungsi sebagai pelarut bagi serbuk aspirin
tersebut. Kemudian larutan dimasukkan dalam labu erlenmeyer kemudian mengaduk
aduk sampai benar benar terlarut semua serbuk. Dan untuk memudahkan dalam
pelarutan, dilakukan pemanasan. Penambahan air suling sebanyak 5 ml dimasukkan
untuk pengenceran.
Konsentrasi aspirin ini dalam tablet dapat diketahui dengan menitrasi dengan NaOH
tersebut yang standar, sampai warna larutan yang semula putih agak keruh menjadi merah
muda dengan menggunakan indikator pp.
Dalam reaksi netralisasi ini gugusan asetil lebih sukar dilepaskan dari pada gugusan
karbonil hingga terjadi reaksi sebagai berikut.
OH
+ OH-
+ H2O
O
O
O
CH3
CH3
Berat tablet aspirin adalah : 0,45 gram sehingga dengan mengetahui volume NaOH
yanh diperoleh yakni sebanyak 8,9 ml dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut :
Konsentrasi Aspirin
= V mL x 0,01802 x 100%
Berat tablet
= 8,9 mL x 0,01802 x 100 %
0, 45 gram
= 35,64 %
Atau
I - + S4O6 2-
Dari percobaan ini kita ketahui bahwa kafein adalah senyawa golongan alkaloid
yang merupakan turunan dari purin. Dengan nama lain adalah 1,3,7 trimetil xantin. Pada
kafein terdapat ikatan rangkap yang dapat diadisi dengan iod. Sehingga kadar kafein
dapat ditemukan atau ditentukan dengan titrasi iodometri seperti yang dilakukan pada
percobaan kali ini.
VI. KESIMPULAN
1. Aspirin atau asam salisilat dialam dalam bentuk senyawa ester sebagai glikoksida
yang dikenal dengan nama salol dan digunakan untuk antisepktik usus.
2. Kafein adalah senyawa golongan alkaloid yang merupakan turunan dari purin dengan
nama lainnya 1,3,7 trimetil
perangsang syaraf.
3. Konsentrasi aspirin yang diperoleh dari penitrasian dengan NaOH adalah : 35,64 %
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, AS. 1998. Kimia Organik Bahan Alam.Jakarta : Karunika
Agus, Kardinan.dkk.2003.Budi Daya Tanaman Obat Secara Organik. Agromedia Pustaka
: Tangerang.
Anwar, Chairil. Dkk, 1996, Pengantar Praktikum Kimia Oganik, Depdikbud, Jakarta.
Fessenden and Fessenden, 1982, Kimia Organik Jilid I dan II, Erlangga, Jakarta.
Harbone, J.B. 1987.Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. ITB : Bandung.
Harno Dwi Pranomo, dkk. 1996.Pengantar Praktikum Kimia Organik. Jakarta :
Depdikbud.
IPTEKnet.@2005. Tanaman Obat Indonesia.
Lisnawati, 2004, Isolasi dan Karakterisasi Piperin dan Lada Hitam, Skripsi sarjana,
FKIP UNLAM, Banjarmassin (Tidak Dipublikasikan).
Mursito, Bambang. 2002. Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Jantung. Penebar
Swadaya :Jakarta.
Sudjadi. 1988. Metode Pemisahan. Yogyakarta : Kanistus
Tim Dosen Kimia Organik. 2006.Petunjuk Praktikum Kimia Organik II. Laboratorium
Kimia FKIP Unlam Banjarmasin.
Slamet, Sudarmadji. 1989. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty. Yogyakarta.
Soesino. 1990. Jurnal Penelitian Sains dan Teknologi Vol 2 No. 3 Tahun 1996. Rineka
Cipta. Jakarta.
Tim Dosen Kimia Organik. 2006. Petunjuk Praktikum Kimia Organik II. FKIP UNLAM.
Banjarmasin.