You are on page 1of 57

PERCOBAAN I

Judul

: Metode Fitokimia

Tujuan

: (1) Untuk dapat mengidentifikasi awal tumbuh-tumbuhan yang


mengandung senyawa kimia aktif.
(2) Untuk mengetahui pereaksi spesifik yang digunakan dan cara
pembuatannya.

Hari/Tanggal : Rabu / 22 Maret 2006


Tempat: Laboratorium Kimia MIPA FKIP UNLAM Banjarmasin.

1. TEORI DASAR.
Tumbuh-tumbuhan adalah penghasil berbagai jenis senyawa metabolit
sekunder. Kelompok metabolit ini tidak memiliki kaitan langsung dengan
tumbuh-tumbuhan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan, tetapi memiliki
fungsi ekologis, seperti menangkal serangan organisme lain atau sebagai penarik
serangga untuk penyerbukan. Kelompok senyawa metabolit sekunder adalah
alkaloid, steroid, triterpen, flavonoid, saponin dan senyawa fenolik.
2.1 Senyawa Metabolit Pada Tumbuhan
2.1.1 Alkaloid
Alkaloid adalah kelompok besar senyawa organik alami dalam hampir
semua jenis organisme, seperti tumbuh-tumbuhan tingkat tinggi dan tingkat
rendah, binatang, serangga, mikroorganisme dan organisme laut. Berbagai efek
farmakologi yang ditimbulkannya seperti antikanker, anti-inflamasi dan antimikroba, juga dapat ditimbulkan oleh alkaloid.
Beberapa contoh alkaloid dapat dilihat pada gambar 1 berikut :

N
H

NMe
Koniina

Nikotina

57Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik II

Senyawa alkaloid banyak terkandung dalam akar, biji, kayu maupun daun
dari tumbuh-tumbuhan. Senyawa alkaloid dapat dipandang sebagai hasil
metabolisme dari
tumbuh-tumbuhan atau
dapat berguna sebagai cadangan bagi biosintesis protein. Kegunaan alkaloid bagi
tumbuhan ialah sebagai pelindung dari serangan hama, penguat tumbuhan dan
pengatur kerja hormon.
Alkaloid bersifat basa, di alam berada sebagai garam dengan asam-asam
organik. Adanya sifat basa ini, mempermudah memisahkan ekstrak total alkaloid
dari komponen lainnya. Demikian juga, adanya nitrogen dalam alkaloid
cenderung membentuk senyawa kopleks dengan ion-ion logam berat yang tidak
larut dalam air. Sifat ini dimanfaatkan dalam merancang cara uji yang cepat
dalam mendeteksi alkaloid dalam suatu ekstrak. Pereaksi tetes yang lazim
digunakan untuk maksud tersebut adalah pereaksi Dragendorff dan Meyer.
2.1.2 Steroid
Steroid merupakan komponen pembentuk membran tanaman. Yang
termasuk golongansteroid di antaranya senyawa-senyawa sterol, sapogenin, dan
hormon.

Struktur

senyawa

ini

pada

dasarnya

mempunyai

cincin

siklopentaperhidrofenantren.

Triterpen dan Saponin tersebar hanya dalam kelompok tanaman tertentu.


Karena keterbatasan penyebarannya, dapat dijadikan marker taksonomi
tumbuhan. Misalnya cimigenol (Cimicuuga dehurica), diosgenin (Dioscorea
hypoglauca), glychimizin (Glychimiza uralensis) adalah senyawa bioaktif.
Cimigenol telah dibuktikan mampu menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida
dalam darah, diogenin meningkatkan eksresi kolesterol dari cairan empedu dan

57Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik II

glychimizin memperlihatkan berbagai efek farmakologi seperti anti-inflamasi,


antiviral dan antikanker.
2.1.3 Triterpen
Triterpen adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan
isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon yaitu skualena yang
strukturnya berupa siklik kebanyakan berupa alkohol, aldehid atau asam karboksilat
Triterpenoid dapat dipilah menjadi sekurang kurang empat golongan senyawa
antara lain triterpen sebenarnya, steroid, saponin dan glikosida jantung. Senyawa
triterpen ini berfungsi sebagai pelindung untuk menolak serangga dan serangan
mikroba (Harbone. 1987). Triterpena tertentu terkenal karena rasanya terutama
karena kepahitannya. Contohnya limonin, suatu senyawa pahit yang larut dalam
lemak dan terdapat dalam buah jeruk. Citrus, senyawa termasuk dalam deret
triterpena penta siklik yang rasanya pahit serta dikenal sebagai limonoid dan
kuasinoid (Waterman dan Grundon, 1983). Kelompok triterpena pahit lainnya adalah
kukurbitasin, yang terdapat terbatas hanya dalam biji berbagai Cucurbitaceae,
meskipun dapat juga dideteksi pada suku lain termasuk Cruciferae (Curtis dan
Meade, 1971).
Adapun struktur beberapa triterpenoid antara lain :

Skualena
OH
Kolesterol

57Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik II

2.1.4 Saponin
Saponin adalah glikosida triterpena dan sterol yang telah terdeteksi dalam
lebih dari 90 suku tumbuhan (Tsehesche dan Wulff, 1973). Saponin merupakan
senyawa aktif

permukaan dan bersifat seperti sabun, serta dapat dideteksi

berdasarkan kemampuannya membentuk busa dan menghemolisis sel darah. Dari


segi ekonomi saponin penting juga karena kadang-kadang menimbulkan keracunan
pada ternak (misalnya saponin alfalfa, Medicago sativa) atau karena rasanya yang
manis (misalnya glisirizin dari akar manis, Glycyrrhiza glabra). Pola glikosida
saponin kadang-kadang rumit, banyak saponin yang mempunyai satuan gula sampai
lima dan komponen umum adalah asam glukuronat.
Saponin tersebar hanya dalam kelompok tanaman tertentu. Karena
keterbatasan penyebarannya, dapat dijadikan marker taksonomi tumbuhan. Misalnya
cimigenol (Cimicuga dehurica), diosgenin (Dioscorea hypoglauca), glychimizin
(Glychimiza uralensis) adalah senyawa boiaktif. Cimigenol telah dibuktikan mampu
menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida dalam darah, diogenin meningkatkan
eksresi kolesterol dari cairan empedu dan glychimizin memperlihatkan berbagai efek
farmakologi seperti anti-inflamasi, antiviral dan antikanker.
2.1.5 Flavonoid
Semua flavonoid menurut strukturnya merupakan turunan senyawa induk flavon
yang terdapat berupa tepung putih pada tumbuhan Primula, dan semuanya
mempunyai sejumlah sifat yang sama. Dikenal sekitar 10 kelas flavonoid.
Flavonoid terutama berupa senyawa larut dalam air. Mereka dapat diekstrak dengan
etanol 70 % dan tetap ada dalam lapisan air setelah ekstrak dikocok dengan eter
minyak bumi. Flavonoid berupa senyawa fenol, karena itu warnanya berubah bila
ditambah basa atau amonia. Falvonoid mengandung sistem aromatik yang
terkonjugasi, flavonoid terdapat dalam semua tumbuhan berpembuluh tetapi
beberapa kelas labih tersebar dari pada yang lainnya. Dalam tumbuhan flavonoid
terdapat dalam bentuk campuran.

57Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik II

II. ALAT DAN BAHAN


Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini antara lain :
Neraca analitik

Corong biasa

Lumpang dan alu

Kaca arloji 1 buah

Gelas kimia 100 mL;250 mL

Kertas saring

Tabung reaksi diameter 1.5 cm

Chamber KLT

Hot plate

Batang pengaduk

Termolin

Pisau

Erlenmeyer 250 mL

Plat tetes

Pengangas air
Pipet tetes
Bahan-bahan yang digunakan adalah :
Buah mengkudu

Kloroform

Lidah buaya

Kloroform-amonia

Daun pepaya

larutan Brusin

Tanaman Kaki kuda (pegagan)

Pereaksi Meyer

Tanaman Mahkota dewa

Perekasi Dragendorff

Bunga tapak dara

Kloroform-metanol

Tanaman temu ireng

Etanol

Lada hitam

H2SO4 pekat

Anhidrida asetat

HCl pekat

Aquadest

Bubuk Mg

NaOH 1%

57Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik II

III.PROSEDUR KERJA
1. Identifikasi Alkaloid
Ekstraksi Alkaloid
Dua atau empat gram daun, buah atau kilit batang sampel dipotongpotong menjadi potongan kecil dan digerus bersama-sama dengan kloroform (10
mL). Kemudian menambahkan kloroform-amonia (10 mL) mengaduk dan
menyaringnya ke dalam tabung reaksi. Ke dalam ekstrak kloroform-amonia
menambahkan 10 tetes larutan H2SO4 5%, mengocok dan membiarkan kedua
lapisan memisah. Mengambil lapisan air (ekstrak alkaloid total) dan menempatkan
pada 2 tabung reaksi.
Uji Alkaloid
Ke dalam salah satu ekstrak alkaloid dalam air, meneteskan 1-2 tetes
pereaksi Meyar. Apabila ekstrak tersebut mengandung alkaloid akan terjadi
endapan putih atau kuning muda. Ke dalam ekstrak lainnya, menambahkan
pereaksi Dragendorff, pengujian positif akan ditunjukkan dengan terjadinya
endapan jingga. Sebagai standar digunakan larutan brusin 0,05% dalam HCl 2 N.
endapan yang sangat.
Analisis Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Alkaloid
Menyiapkan plat KLT aluminium silika gel ukuran 2 x 7 cm, pipa
kapiler, chamber KLT untuk pengembangan dan pelarut pengembang (pengelusi)
kloroform-metanol (8:2). Membuat garis horizontal sekitar cm dari batas bawah
plat dan menandai dua titik pada garis tersebut. Mengambil ekstrak alkaloid dalam
kloroform dengan pipa kapiler dan menotolkannya pada plat KLT. Elusi plat KLT
yang telah mengandung pelarut kloroform-metanol (9:1) dan membiarkan sampai
posisi pelarut sampai batas teratas. Setelah selesai elusi, mengeluarkan plat KLT
dari dalam vchamber dan membiarkan beberapa saat sampai plat kering.
Menyemprot plat yang telah dikembangkan dengan pereaksi semprot Dragendorff
dan memanaskan hingga kering. Adanya alkaloid akan ditunjukkan oleh noda
pada plat yang berwarna jingga. Kemudian menentukan Rf masing-masing noda.

57Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik II

2.. Identifikasi triterpen, Steroid dan Saponin.


Ektraksi triterpen dan Steriod
Sekitar 5 gram buah, daun, kulit atau batang sampel, digerus dengan
mortar dan hasil gerusan dididihkan dalam labu erlenmeyer dengan etanol (25
mL, 15 menit) diatas penangas air. Menyaring larutan etanol panas ke dalam
cawan porselin dan menguapkan etanol hingga diperoleh ekstrak yang kering. Ke
dalam ekstrak kering menambahkan eter, mengaduk dan memisahkan ekstrak
yang larut dalam eter ke dalam tabung reaksi dan menempatkan ekstrak eter ke
dalam lubang-lubang plat tetes. Melakukan uji Liebermann-Burchart untuk
masing-masing ekstrak eter setelah kering.
Uji Liebermann-Burchard
Ke dalam ekstrak kering pada plat tetes, memasukkan beberapa tetes
anhidrida asetat dan mengaduk hingga merata. Meneteskan 1-2 tetes H2SO4 pekat
dan mengamati warna yang terbentuk. Sebagai standar triterpenoid digunakan biji
mahoni yang mengandung triterpenoid 0,05% (+++). Pembentukan warna ungu
terang, merah, atau merah muda yang kuat untuk triterpenoid dianggap (+++) dan
terbentuk warna biru atau biru kehijauan untuk steroid sebagai standar digunakan
kolesterol 1 mg (+++), pembentukan warna tersebut yang tidak begitu kuat
dianggap (++) dan warna yang lemah sebagai (+).
Uji Busa dengan Metode Siemes
Bagian yang tidak larut dalam eter dari pengerjaan bagian 2.1
dimasukkan ke dalam tabung dan menambahkan air 5 mL, mengocok kuat-kuat
dan membiarkan busa yang terbentuk. Sebagai standar digunakan daun lidah
buaya dengan korelasi tinggi busa relatif terhadap kadar saponin yaitu tinggi busa
3 cm sebagai (+++), antara 2-3 cm sebagai (++), tinggi busa sekitar 1-2 cm
sebagai (+) dan dinyatakan (-) bila tidak ada busa.
Analisis Kromatografi Lpis Tipis (KLT) Triterpen
Dalam percobaan ini digunakan ekstrak triterpen dalam diklorometan
yang telah disediakan. Menyiapkan plat KLT aluminiun silika gel ukuran 2 x 7
cm. Pipa kapiler chamber KLT untuk pengembangan dan pelarut pengembang

57Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik II

(pengelusi) heksan-etil asetat (7:3). Membuat garis horizontal sekitar cm dari


batas bawah plat dan menandai 2 titik pada garis tersebut. Mengambil ekstrak
triterpen dengan pipa kapiler dan menotolkan pada KLT (dengan sekecil mungkin
totolan). Melakukan hal yang sama untuk ekstra alkaloid di dalam chamber yang
telah mengandung pelarut heksan-etil asetat (7:3) dan membiarkan sampai posisi
pelarut pada batas teratas. Setelah selesai mengelusi, mengeluarkan plat KLT dari
dalam

chamber

dan

membiarkan

beberapa

saat

hingga

plat

kering.

Menyemprotkan plat yang telah dikembangkan dengan pereaksi semprot LB


disesuaikan (campuran H2SO4 pekat 1 mL, anhidrida asetat 20 mL dan kloroform
50 mL), dan setelah itu memanaskan sekitar 85 o-95oC selama 15 menit. Adanya
triterpen akan ditunjukkan oleh noda pada plat yang berwarna ungu atau biru.
Menghitung Rf masing-masing noda.

3. Uji Flavonoid
Dengan pereaksi Shinoda
Sebanyak 0,5 gram serbuk sampel diekstrak dengan 5 mL etanol
panas selama 5 menit didalam tabung reaksi. Selanjutnya hasil ekstrak disaring
dan filtratnya ditambahkan beberapa tetes HCl pekat lalu menambahkan 0,2 gram
bubuk Mg. Bila timbul warna merah muda atau orange menandakan sampel
mengandung flavonoid.
Dengan NaOH 1%
Menambahkan 2 tetes NaOH 10% ke dalam ekstrak metanol yang
diperoleh dengan cara di atas. Adanya flavonoid perubahan warna kuning-merah.

57Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik II

IV. HASIL PENGAMATAN


Alkaloid
(+++)

Kandungan senyawa bahan Alam


Triterpenoid Steroid Saponin
(+++)
(-)
(+)(+)(+)

flavonoid
(-)

Lidah buaya

(+++)

(-)

(+++)

(+)

(-)

Daun pepaya

(+++)

(+)

(+++)

(-)

(++)

Kaki kuda

(++)

(-)

(-)

(-)

(++)

Mahkota dewa

(-)

(+)

(-)

(+)

(-)

Daun tapak dara

(+++)

(-)

(+++)

(+)

(-)

Temu ireng

(+)

(+)

(-)

(-)

(+)

Lada hitam
Keterangan ;

(+++)

(+)

(-)

(-)

(+)

No

sampel

mengkudu

(+++)

: Kandungan kuat

(++)

: Kandungan sedang

(+)

: Kandungan sedikit

(-)

: Tidak mengandung

Buah mengkudu

Harga Rf hasil KLT


Alkaloid
Triterpen/ steroid
0,96 cm

Lidah buaya

0,88 cm

Daun pepaya

0,57 cm

Kaki kuda

0,92 cm

Mahkota dewa

Daun tapak dara

0,22 cm

Temu ireng

0,81 cm

Lada hitam

0,85 cm

No

Sampel

0,85 cm

V. ANALISA DATA
1. Identifikasi Alkaloid

57Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik II

Ekstraksi Alkaloid
Bahan atau sampel yang di uji pada percobaan kali ini ialah buah mengkudu,
daun lidah buaya, daun pepaya, pegagan (kaki kuda), buah mahkota dewa, bung
tapak dara, temu ireng dan lada hitam.
Pada percobaan uji ekstrak alkaloid ini,

masing-masing 4 ram sampel

dipotong-potong menjadikecil dan digerus hingga menghalus. Setelah itu,


menambahkan kloroform pada gerusan, kemudian ditambahkan lagi kloroformamoniak, mengaduknya dan menyaring ke dalam tabung reaksi. Setelah itu
ditambahkan 10 tetes larutan H2SO4 5% maka akanmenghasilkan 2 lapisan larutan,
dimana lapisan atas merupakan lapisan air dan lapisan bawah merupakan ekstrak
alkaloid. Hal ini menunjukkan bahwa senyawa ini tidak dapat bercampur yang
disebabkan perbedaan kepolaran.
Uji Alkaloid
Pada saat melakukan uji alkaloid, ke dalam masing-masing tabung yang
berisi ekstrak alkaloid, diteteskan pereaksi Meyer sebanyak 2 tetes. Pereaksi Meyer
merupakan pereaksi/ reagent yang digunakan untukmenguji adanya alkaloid dalam
sampel (tanaman). Pereaksi Meyer merupakan campuran dari pengenceran 1,36 gram
HgCl2 dalam 60 mL aquadest dan 5 gram KI dalam 10 mL aquadest.
Untuk mengetahui adanya kandungan alkaloid pada sampel, maka pada saat
penambahan pereaksi Meyer akan terbentuk endapan putih atau kuning muda. Untuk
sampel buah mengkudu, lidah buaya, daun pepaya, bunga tapak dara dan lada hitam
memiliki kandungan alkaloid yang banyak. Hal ini terlihat adanya endapan putih saat
penambahan pereaksi Meyer. Sedangkan sampel tanaman kaki kuda hanya
mengandung alkaloid yang tidak terlalu banyak (sedang) dan sampel temu ireng
mengandung paling sedikit alkaloid.
Selain pereaksi Meyer, ada pereaksi lain untuk mendeteksi adanya alkaloid
pada tanaman yaitu pereaksi Dragendoff. Pereaksi ini diperoleh dengan cara
mencampurkan hasil pengenceran dari 8 gram KI dalam 10 mL aquadest dan 0,85
gram Bismut subnitran [BiNO3(OH)2BiO(OH)] dalam 10 mL asam asetat glasial,
kemudian campuran ini diencerkan dengan aquadets hingga volume total 100 mL.

57Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik II

10

Penambahan perekasi dragendorff pada sampel bila menghasilkan endapan


berwarna jingga, itu berarti sampel mengandung alkaloid. Endapan ini terlihat sangat
banyak pada tanaman (sampel) buah mengkudu, lidah buaya,daun pepaya, bunga
tapak dara dan pada lada hitam. Pada tanaman kaki kuda, endapan jingganya tidak
terlalu banyak (sedang), sedangkan pada temu ireng hanya ditemukan sedikit
endapan. Pada percobaan uji alkaloid ini, hanya sampel mahkota dewa saja yang
tidak ada kandungan alkaloidnya. Hal itu terbukti saat menambahkan pereaksi
Dragendorff dan pereaksi Meyer, pada sampeltidak terbentuk endapan putih maupun
endapan jingga.
Alkaloid sesungguhnya diturunkan secara biosintesis dari asam amino dan
biasanya terdapat dalam tanaman sebagai garam asam organik. Adanya senyawa ini
didalam tanaman berperan sebagai pelindung dari serangan hama, penguat tumbuhan
dan pengatur kerja hormon.
Secara kimia, alkaloid sangat heterogen dan banyak jenisnya sehingga agak sukar
untuk mengidentifikasinya dari satu tumbuhan batu tanpa mengetahui kira-kira jenis
alkaloid yang dikandungnya.
Analisis Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Alkaloid
Kromatografi lapis tipis atau KLT merupakan kromatografi serapan, tetapi
dapat juga merupakan kromatografi partisi karena bahan penyerap dilapisi air dari
udara. Metode penampakan bercak terhadap alkaloid dilakukan dengan pereaksi
pengendapan maupun pereaksi warna. Pereaksi pengendapan didasarkan pada
kesanggupan alkaloid untuk bergabung dengan logam yang mempunyai berat atom
tinggi, seperti merkiri, bismut, tungsten dan iod. Pereaksi Meyer mengandung
Kalium Iodida dan merkuri klorida, sedangkan pereaksi Dragendorff mengandung
bismut nitrat dan merkuri klorida dalam asam nitrat berair.
Pereaksi dragendorff merupakan pereaksi bercak atau noda yang paling sering
digunakan. Sebagian besar alkaloid yang mengandung nitrogen tersier dan kuartener
bereaksi dengan pereaksi Dragendorff yang memberikan warna jingga. Sensitifitas
deteksi dgan pereaksi Dragendorff pada KLT adalah 0,5-3 g.

57Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik II

11

Pada percobaan kromatografi lapis tipis ini, yang bersifat sebagai fase diam
adalah aluminium silika gel pada plat KLT dan fase geraknya adalah kloroformmetanol. Proses percobaan KLT ini pertama-tama mengambil ekstrak alkaloid dalam
kloroform dengan menggunakan pipa kapiler kemudian menotolkannya pada plat
KLT dan langsung memasukkannya ke dalam chamber. Pada chamber (bejana
pengembang) tersebut diberi kertas saring pada sisi dinding bejana dan fase gerak
(kloroform-metanol) sampai kedalaman 0,5 cm supaya kedapat-ulanganya baik, jarak
antara permukaan fase gerak dan garis batas harus sama (1-2 cm). Harga Rf sering
tidak sama karena perbedaan kejenuhan.
Setelah dielusi, plat KLT dikeluarkan dari chamber dan membiarkan beberapa
saat hingga plat kering. Setelah plat kering, maka disemprotkan pereaksi Dragendorff
pada plat tersebut. Pereaksi Dragendorff memberikan warna cokelat atau orange
dengan alkaloid. Pada KLT, warna itu akan segera muncul selama penyemprotan dan
warna tidak stabil. Adanya alkaloid akan ditunjukkan dengan adanya bercak atau
noda yang berwarna orange.
Bilangan Rf merupakan jarak yang ditempuh senyawa pada kromatografi,
nisbi terhadap garis depan. Bilangan Rf diperoleh dengan mengukur jarak antara titik
awal dan pusat bercak yang dihasilkan senyawa,dan jarak ini kemudian dibagi jarak
antara titik awal dan garis depan (yaitu jarak yang ditempuh cairan pengembang).
Pada percobaan menggunakan KLT, diperoleh harga Rf dari masing-masing sampel,
sebagai berikut :
1. Buah mengkudu
Jn
Rf = Jp
2. Lidah Buaya

3. Tapak Dara

6,3
= 6,5

= 0,96

Jn
Rf = Jp

5,8
= 6,5

= 0,89

Jn
Rf = Jp

3
= 3,5

= 0,22

57Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik II

12

4. Daun Pepaya
Rf =

Jn
Jp

3,7
6,5

= 0,57

Rf =

Jn
Jp

6
6,5

= 0,92

= 5,5
Jp

= 0,85

5,3
6,5

= 0,81

5. Pegagan

6. Lada Hitam
Rf = Jn
Jp
7. Temu Ireng
Rf =

Jn
Jp

Keterangan :
Rf

: Factor Retensi yaitu derajat retensi pada kromatografi lempeng.

Jn

: Jarak noda / jarak yang ditempuh senyawa terlarut

Jp

: Jarak Pelarut

2. Identifikasi triterpen, Steroid dan Saponin


Ekstraksi triterpen dan Steroid
Antara triterpen dan steroid terdapat kesamaan yaitu system umum titian.
Adanya triterpen dalam tanaman ditunjukkan dengan adanya warna ungu terang,
merah dan merah muda yang kuat. Sedangkan untuk steroid ditunjukkan dengan
adanya warna biru atau biru kehijauan.
Dari berbagai macam perlakuan pada sample tanaman ekstraksi ini
dilakukan untuk mengambil senyawa yang diinginkan dari sample. Adapun
penggunaan pelarut etanol dan dilakukan pendidihan ini dimaksudkan untuk

57Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik II

13

mempercepat proses ekstraksi dan penyaringan dilakukan untuk memisahkan ekstrak


tanaman tersebut dari bagian padatnya.
Proses penguapan dapat membantu agar pelarut etanol menguap sehingga
terpisah dan tidak teridentifikasi pada pengujian senyawa.
Uji Liebermann-Burchart
Uji ini dilakukan untuk mengetahui adanya kandungan triterpen dan
steroid pada tanaman yang akan diujikan . Triterpen dan steroid merupakan salah
satu pembentukkan jaringan dalam biosintesisnya sama sama berasal dari koenzim
asetil yang melalui banyak tahapan akan terbentuk triterpen dan steroid. Jalur
biosintetik itu ialah sebagai berikut :
O
D
3CH3CSCoA

H3C
banyak tahapan

CH2CO2H
C
- H2O

CH2 - CO2

CH2OH

CH2OH
+
CH2OH

Asetil Koenzim A
Alkohol isopentenil

Asam mevalonat

CH2OH

CH2OH
CH2OH
geranol
Tarnesol

Limomena

Ke terpena & steroid yang lebih tinggi

57Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik II

14

Adanya warna yang nampak pada triterpena yaitu warna ungu terang,
merah atau merah muda kuat dan steroid yaitu warna biru, karena adanya rantai
jenuh sehingga ketika ditambahkan larutan atau pereaksi Liebermann Burchard
menghasilkan warna tertentu.
Sampel yang mengandung triterpen ialah buah mengkudu ( kandungan triterpennya
kuat yaitu menghasilkan warna merah), daun papaya, mahkota dewa, temu ireng dan
lada hitam mengandung sedikit triterpenoid. Triterpen tersusun atas isoprene kepala
dan ekor dimana pada bagian ujung terdapat cabang metil.
Rumus umum terpenoid :

CH2OH

Triterpen terbentuk dari 6 satuan isoprene yang rumusnya


CH3
CH2 = C-CH=CH2
Senyawa triterpen banyak diantaranya terdapat sebagai glikosida,ester dari
asam organic dan terdapat / terikat pada protein. Komposisi senyawa ini merupakan
kelipatan satuan lima atom karbon dan mempunyai kerangka isopentil. Triterpen
larut dalam lemak dan terdapat dalam sitoplasma sel tumbuhan. Keisomeran
merupakan hal yang umum pada triterpen dan pasangan isomer dapat terisolasi dari
tumbuhan. Kebanyakan senyawa terpen merupakan senyawa alisiklik, cincin
sikloheksan biasanya terpilin dalam bentuk kursi. Maka umumnya terdapat isomer
geometric yang berbeda tergantung pada cincinnya.
Steroid adalah senyawa yang mempunyai kerangka dasar karbon yang mengandung
system cincin terdiri dari 4 buah cincin dari 14 atom karbon. Termasuk gabungan ini
adalah steroid, sapogenin dan hormone. Struktur senyawa ini pada dasarnya
mempunyai cincin siklohidrofenantren.

57Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik II

15

Dari percobaan yang dilakukan ternyata lidah buaya, daun papaya dan daun
tapak dara mengandung steroid. Hal ini dibuktikan dengan adanya warna biru
kehijauan pada larutan ketika ditambahkan pereaksi Liebermann Burchard.
Uji Busa Dengan Metode Siemes
Uji busa dengan metode Simes ini dilakukan untuk mengetahui adanya
kandungan saponin pada sample (tanaman). Terbentuknya busa putih disebabkan
saponin adalah kelompok glikosida dengan 1 triterpenoid. SSAponin mirip dengan
sabun yang relative satbil jika dikocok saponin akan mudah tersuspensi dalam air
dan membentuk misel.
Rumus umum saponin ialah :
CH3

O
Gula
Berdasarkan sifat senyawa saponin yang melalui hidrolisis alkalis akan
menghasilkan sabun dan berlawanan dengan sifat senyawa triterpen dan steroid
maka lidah buaya, temu ireng, dan daun pegagan mengandung saponin sedangkan
pada mengkudu, lada hitam daun papaya dan daun tapak dara tidak mengandung
saponin karena dari pengujian menghasilkan pengujian negative.
Analisis Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Triterpen
Dalam percobaan KLT ini, yang berperan sebagai fase diam adalah plat KLT
aluminium silica gel ukuran 2 x 7 cm, dan fase geraknya ialah heksan etil asetat.
Pada uji KLT triterpen ini ternyata dapat dilihat bahwa daun papaya mengandung
triterpen hal ini terlihat dengan adanya noda biru pada plat KLT.

57Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik II

16

Harga Rf dari daun pepaya adalah


Jn
Rf =Jp

5,5
= 6,5

= 0,85

Sedangkan pada lidah buaya, tidak terdapat triterpen karena tidak terlihat
noda biru. Analisis ini hanya untuk senyawa yang mengandung triterpen.
Uji Flavonoid
Flavonoid mengandung C15 terdiri dari 2 inti fenolat yang dihubungkan
oleh tigasatuan karbon. Gambar kerangka dasar flavonoid :
C

Flavonoid mengandung system aromatic yang terkonjugasi yang


terdapat pada tumbuhan dalam bentuk kombinasi glikosida dan flavonoid terdapat
pada tumbuhan berpembuluh.
Dengan pereaksi Shinoda
Adanya flavonoid dalam jaringan tumbuhan dinyatakan dengan adanya warna
larutan yang berubah menjadi merah, merah muda atau orange. Warna ini merupakan
warna yang diserap oleh tumbuhan dan dipancarkan ketika ada pelarut tertentu yang
ditambahkan. Flavonoid dalam tumbuhan berfungsi sebagai pembentuk jaringan
tumbuhan.
Dalam percobaan ini sample tumbuhan / tanaman dihaluskan dan diekstrak
dengan etanol panas selama 5 menit, kemudian disaring dan filtratnya ditambahkan
larutan HCI pekat yang akan memberikan suasana asam pada filtrate. Serbuk Mg
ditambahkan sebagai indicator warna pada larutan. Dari ke 8 sampel, ternyata daun
papaya, pegagan, temu ireng dan lada hitam yang mengandung flavonoid. Terbukti
dengan adanya warna merah kekuningan pada larutan saat ditambahkan serbuk Mg.

57Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik II

17

Dengan NaOH 10%


Pada percobaan ini, ekstrak etanol yang telah diperoleh ditambahkan dengan
larutan NaOH, ternyata daun papaya, pegagan, temu ireng dan lada hitam yang
merupakan sample yang mengandung flavonoid. Hal ini terlihat adanya warna
orange pada larutan.
Flavonoid berupa senyawa fenol oleh karena itu warnanya berubah menjadi
orange ketika ditambahkan NaOH (basa).
VI. KESIMPULAN
1.Tanaman yang mengandung alkaloid antara lain :

Buah Mengkudu

Daun tapak dara

Lidah buaya

Kaki kuda

Daun pepaya

Lada hitam

Temu ireng

2.Alkaloid dapat diidentifikasi dengan cara antara lain :

Uji dengan pereaksi Meyer

Uji dengan pereaksi Dragendorf

Analisis Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Alkaloid

3.Tanaman yang mengandung Steroid antara lain :

Daun tapak dara

Kaki kuda

Lidah buaya

4.Tanaman yang mengandung Triterpen antara lain :

Mahkota dewa

Buah mengkudu

57Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik II

18

Daun pepaya

Lada hitam

Temu ireng

5.Steroid dan Triterpen pada tanaman dapat diidentifikasi antara lain:


Uji Liebermann Burchart
Analisis Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
6. Tanaman yang mengandung saponin antara lain :

Daun tapak dara

Mahkota dewa

Lidah buaya

Buah mengkudu

7.Saponin pada tanaman dapat diidentifikasi antara lain :


Uji Busa dengan metode Siemes
8.Tanaman yang mengandung Flavonoid antara lain :

Kaki kuda

Daun pepaya

Lada hitam

Temu ireng

9.Flavonoid pada tanaman dapat diidentifikasi antara lain :


Dengan pereaksi Shinoda
Dengan NaOH 10 %
Dengan keterangan hasil pada masing masing pengujian adalah sebagai berikut :

endapan yang sangat banyak dapat dinyatakan sebagai (+++)

57Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik II

19

endapan sedang (++)

endapan sedikit (+)

PERCOBAAN II
Judul

: Pemisahan dan Hidrolisis Piperin dari Lada Hitam.

Tujuan

: Dapat memisahkan dan menghidrolisis senyawa piperin dari lada


hitam.

Hari / Tanggal : Rabu, 29 Maret 2006


Tempat

: Laboratorium Kimia, FKIP UNLAM Banjarmasin

I. TINJAUAN PUSTAKA
Tumbuhan lada (Piper ningrum L) termasuk tumbuhan semak atau perdu dan
sering kali memanjat dengan akar-akar pelekat. Tumbuhan lada ini dikenal dengan
beberapa nama antara lain piper, lada, merica, dan sakang. Dari perlakuan
terhadap buah lada dapat diperoleh lada hitam atau lada putih. Lada hitam di
peroleh dari buah lada yang belum masak, dikeringkan bersama kulitnya hingga
kulitnya berkeriput dan berwarna hitam .Lada putih berasal dari buah yang masak
dan kulitnya sudah dihilangkan dan dikeringkan sehingga warnanya putih
(Anwar,dkk.1994).
Berdasarkan sistem klasifikasi dari Cronquist dalam Pasuki (1994), klasifikasi
tanaman lada adalah sebagai berikut:
Divisi

: Magndrophyta.

Kelas

: Magnolipisida.

Anak Kelas

: Magnolidae.

Bangsa

: Piperales.

Suku

: Piperaceae.

Marga

: Piper.

57Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik II

20

Spesies

: Piper Ningrum L.

Piperin (1piperilpiperidin ) C17H19O3N merupakan alkaloid dengan inti piperidin.


Piperin berbentuk kristal berwarna kuning dengan titik leleh 127-129,5 0C,
merupakan basa yang tidak optis aktif, dapat larut dalam alkohol, benzena, eter,
dan sedikit larut dalam air (Anwar,dkk.1994).
Piperin terdapat dalam beberapa spesies piper dan dapat dipisahkan baik dari lada
hitam maupun lada putih perdagangan piperin juga dapat ditemukan pada cabe
jawa. Kandungan piperin biasanya berkisar antara 5-92% (Anwar,dkk.1994).
Struktur piperin adalah sebagai berikut :

N
CH

CO

CH

CH

CH2

HC
Piperin dapat mengalami fotoisomerisasi
oleh Osinar membentuk isomer
isochavisin (trans-cis), isopiperin (cis-trans), chavisin (cis-cis) dan piperin (transtrans) (Anwar,dkk.1994).
O
O

O
O

H
H

H
H

H
O
N

O
N
Isopiperin
Isochavisin

57Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik II

21

O
O

H
H

H
H

H
Chavisin
H

N
O

Piperin

Piperin merupakan amida (R-CONH2). Reaksi hidrolisis amida dapat


dilakukan baik dalam suasana asam maupun basa. Dalam kedua kondisi ini, asam
dan basa berfungsi sebagai pereaksi dan bukan sebagai katalis. Dalam suasana asam,
terjadi penyerangan air terhadap amida sedangkan dalam suasana basa terjadi
penyerangan ion hidroksil terhadap atom karbon karbonil amida (Anwar,dkk.1994).
Reaksi hidrolisis amida dalam suasana basa dapat digambarkan sebagai
Oberikut:
O
O
R-C
+ OH
R C OH
+ NH3
R-C
O
NH2
NH2
Reaksi dalam suasana asam dapat digambarkan sebagai berikut:
+

OH

O
+ H+

R-C
NH2

R-C

OH
R- C +OH2

+ H2O
NH2

NH2

O
R-C
-

57Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik II

+ NH4+

22

Hidrolisis piperin dapat dilakukan dengan menggunakan larutan 10% KOH-Etanol


menjadi asam piperat. Reaksi hidrolisis piperin dapat digambarkan sebagai berikut
(Anwar,dkk.1994):

KOH

CO

CH3OH

CH
CH

CH2

CH
HC

Piperin
HOOC

CH

CH
CH

CH2

HC

Asam Piperat

Piperidin

Oksidasi asam piperat dengan memutuskan ikatan rangkap di dekat cincin


akan menghasilkan senyawa piperonal yang merupakan bahan dasar pembuatan
parfum (Anwar,dkk.1994).
HOOC

CH
CH

CH
HC

CH2

KMnO4

COOH

O
H2C

CHO

O
H2C

O
57Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik II

COOH

23

COOH

Asam Oksalat

Asam Piperonilat

Piperonal

II. ALAT DAN BAHAN


Alat-alat yang di gunakan antara lain :

Rangkaian Alat refluks

Neraca Analitik

Gelas Ukur (100 mL dan 10 mL)

Kaca Arloji

Gelas Kimia (250 mL)

Hot Plate

Corong Biasa (kecil dan besar)

Cawan Penguap

Kertas Saring Biasa

Alat Ekstraksi Sokhlet

Corong Buchner

Sendok (plastik)

Rotary Evaporator

Penangas Minyak ( 1 L )

Pipet Tetes

Pengaduk Magnet (kecil)

Spatula (kaca)

Benang ketapi (secukupnya)

Bahan-bahan yang di gunakan antara lain:

Serbuk lada hitam 80 gram

Vaselin (secukupnya)

KOH etanol 10% (50 mL)

Arang Aktif (0,1 gram)

Etanol 95% (teknis, secukupnya)

Minyak Goreng ( 1 L )

Air Panas (10 mL)

HCl 6 M (6 mL)

Etanol Absolut (250 mL)

Batu Didih (6 Butir)

Kapas(2Buah)

III. Cara Kerja

57Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik II

24

A. Pemisahan Piperin Dari Lada Hitam


1. Membersihkan lada hitam perdagangan dari

kotoran dan mengeringkan

kemudian melakukan penggilingan sampai menjadi serbuk lada.


2. Membungkus 80 gram serbuk lada dengan kertas saring dan memasukkan ke
dalam alat sokhlet.
3. Melakukan ekstraksi selama 5 jam dengan menggunakan pelarut etanol
absolut.
4. Menyaring ekstraktan dan melakukan evaporasi untuk memisahkan pelarut
etanol.
5. Memasukkan 30 mL larutan 10% KOH-etanol ke dalam residu dan
melakukan penyaringan.
6. Mendiamkan larutan basa etanol 1 malam kemudian memisahkan kristal yang
terbentuk dari larutannya.
7. Melakukan rekristalisasi dengan pelarut etanol 95% teknis.
8. Menimbang kristal yang dihasilkan.
A.

Hidrolisis Piperin
1. Melakukan refluks 1 gram piperin dan 20 ml larutan 10% KOH-Etanol
selama 3 jam.
2. Melakukan penguapan Etanol, mensuspensikan residu dengan air panas dan
menetralkan dengan HCl 6 M.
3. Menyaring larutan dengan penyaring buchner kemudian mencuci padatan
dengan air dingin.
4. Mengrekristalisasi padatan dengan pelarut etanol sampai mendapatkan titik
leleh yang konstan.

IV. HASIL PENGAMATAN

57Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik II

25

A. Pemisahan Piperin dari Lada Hitam

PERLAKUAN

HASIL PENGAMATAN

Memasukkan serbuk lada hitam ke dalam Serbuk lada hitam yang digunakan
kertas saring yang dibulatkan kemudian sebanyak 80 gram.
memasukkan ke dalam sokhlet.
Melakukan proses ekstraksi menggunakan Larutan lada hitam berwarna hijau
sokhlet dengan penangas minyak.
Siklus

terbentuknya

larutan

kekuningan.
hijau

23 menit

kekuningan adalah siklus:


1

37 menit

45 menit

53 menit

59 menit

65 menit

72 menit

79 menit

85 menit

93 menit

10

99 menit

11

106 menit

12

112 menit

13

119 menit

14

126 menit

15

132 menit

16

137 menit

17

146 menit

18

153 menit

19

166 menit

20

173 menit

21

180 menit

57Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik II

26

22

186 menit

23

192 menit

24

198 menit

25

203 menit

26

211 menit

27

217 menit

28

224 menit

29

229 menit

30

236 menit

31

242 menit

32

249 menit

33

262 menit

Melakukan evaporasi

Diperoleh pelarut etanol bening dan


larutan lada hitam berwarna hijau
lumut.
Larutan coklat kehitaman dan Filtrat

Larutan lada hitam + 30 mL KOH-Etanol berwarna cokelat dan terdapat endapan


10% kemudian Menyaringnya
setelah disaring.
Ada endapan cokelat berbentuk kristal
Mendiamkan selama 1 malam kemudian jarum bening.
menyaring larutan.

Kristal melarut.

Kristal + 30 mL etanol.

Sebagian pelarut menguap.

Memanaskan.

Larutannya berwarna lebih bening dari

Menyaring dengan corong Buchner + sebelumnya.


Labu penghisap.

Mulai terbentuk sedikit endapan dalam

Mendinginkan larutan dengan es batu.

larutan.
Terbentuk kristal kuning kecoklatan

Mendiamkan selama 1 malam dalam berbentuk jarum.


lemari es.

Massa kristal: 1,273 gram.

Menimbang
B. Hidrolisis Piperin

57Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik II

27

PERLAKUAN

HASIL PENGAMATAN

1 gram piperin + 20 mL larutan 10% Warna larutan hijau kekuning-kuningan


KOH-etanol
Merefluks selama 3 jam dengan alat Menghasilkan larutan + residu berwarna
refluks + batu didih + batang magnetik

hijau

muda.

Larutannya

menjadi

homogen.
Melakukan evaporasi.

Etanol terpisah dari larutan awal. pH


residu yang terpisah dari etanol adalah
14.

Memanaskan

pH = 13

Menetralkan dengan HCl 6 M.

1 tetes

pH = 13

2 tetes

pH = 13

4 tetes

pH = 13

6 tetes

pH = 13

10 tetes

pH = 13

15 tetes

pH = 13

20 tetes

pH = 13

25 tetes

pH = 13

30 tetes

pH = 13

35 tetes

pH = 4

Menyaring dengan corong Buchner

Padatan yang dihasilkan berwarna kuning


muda.

Mencuci

padatan

kemudian Massa kristal : 1,04 gram.

mengrekistalisasi dengan pelarut etanol,


mengeringkan dan menimbang padatan.

V. ANALISIS DATA
A. Pemisahan Piperin dari Lada Hitam

57Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik II

28

Pada percobaan ini, lada hitam yang sudah berbentuk serbuk sebanyak 80 gram
dimasukkan ke dalam kertas saring yang dibulatkan / dibentuk sedemikian rupa
agar dapat masuk ke dalam alat ekstraksi sokhlet. Serbuk ini dimasukkan ke
dalam kertas saring dan diikat dengan benang agar serbuk tidak pecah/keluar dari
kertas saring pada saat proses ekstraksi berlangsung.
Setelah itu, memasukkan kertas saring yang berisi serbuk lada hitam ke dalam alat
sokhlet (adaptor) kemudian memasukkan 250 mL etanol absolut ke dalam labu
bundar (labu penguapan) dan merangkai alat sokhlet tersebut serta melakukan
proses ekstraksi selama 4 jam 22 menit. Pada proses ekstraksi ini menggunakan
pelarut etanol karena sampel piperin dapat larut dalam pelarut ini selain eter dan
benzena. Juga menggunakan penangas minyak karena suhu yang diperlukan untuk
mendapatkan piperin cukup tinggi (lebih dari 1000C). Dalam percobaan / proses
ekstraksi ini juga digunakan batu didih yang digunakan untuk menjaga tekanan
dan suhu larutan supaya tetap stabil dan tidak terjadi letupan selama proses ini
berlangsung.
Proses yang terjadi selama berada dalam sokhlet adalah pelarut etanol yang berada
dalam labu didih tersebut mengalami pemanasan kemudian didinginkan
menggunakan kondensor yang berupa pendingin bola yang menyebabkan aliran
uap lebih turbulen sehingga efek pendinginan semakin baik. Uap tadi kemudian
mengembun dan bila volumenya mencukupi, pelarut etanol yang telah membawa
solut akan keluar melalui pipa kecil ke dalam labu. Proses ini berlangsung secara
terus menerus/kontinu (Anwar,dkk.1994).
Dalam proses pada alat sokhlet ini mengalami 33 siklus yang kontinu dan
menghasilkan larutan lada hitam atau ekstraktan yang berwarna hijau kekuningan.
Setelah itu, ekstraktan tadi melalui proses evaporasi yang bertujuan untuk
memisahkan pelarut etanol dari zat terlarut (ekstraktan dari lada hitam) yang
berwarna hijau lumut. Pada proses ini dihasilkan pelarut etanol kembali yang
bening.
Larutan lada hitam (ekstraktan) ditambahkan dengan 30 mL larutan KOH-Etanol
10% menghasilkan larutan yang berwarna cokelat kehitaman. Dengan

57Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik II

29

penambahan ini maka piperin yang dihasilkan terhidrolisis menjadi asam piperat
meskipun larutan ekstraktan tadi belum murni piprin karena masih mengandung
zat pengotor.
Setelah itu, menyaring menggunakan kertas saring menghasilkan filtrat yang
berwarna cokelat dan endapan (sedikit) berwarna hijau kekuningan namun masih
belum murni. Kemudian mendiamkan kembali selama 1 malam ternyata endapan
yang dihasilkan berwarna cokelat dan berbentuk kristal jarum bening. Hal ini
membuktikan bahwa pengendapan telah sempurna.
Kristal yang telah berhasil diperoleh tadi direkristalisasi untuk mendapatkan
kristal yang lebih murni. Pemurnian padatan/kristal dengan rekristalisasi ini
didasarkan pada perbedaan dalam kelarutannya dalam pelarut tertentu atau
campuran tertentu. Rekristalisasi ini dilakukan menggunakan pelarut etanol,
ternyata kristal yang dihasilkan tadi melarut dalam etanol kemudian memanaskan
larutan menggunakan cawan penguap sehingga sebagian pelarut menguap. Setelah
itu, menyaring larutan panas dari partikel bahan tak terlarut menggunakan corong
buchner maka larutannya berwarna lebih bening dari sebelumnya. Hal ini
dilakukan karena kristal yang dihasilkan sangat halus.
Mendinginkan larutan dengan mendiamkannya di dalam es batu ternyata mulai
terbentuk sedikit endapan dalam larutan dan setelah mendiamkan selama 1 malam
dalam lemari es terbentuk kristal berwarna kuning kecoklatan berbentuk jarum
yang dinamakan piperin sebanyak 1,273 gram.
Didalam proses rekristalisasi ini, juga menggunakan karbon aktif sebanyak 0,1
gram. Hal ini dikarenakan hasil suatu reaksi organik dapat mengandung pengotor
berwarna yang dapat dillihat dari warna larutan tempat kristal tersebut melarut.
Pada rekristalisasi ini, pengotor ini bisa larut dalam pelarut mendidih dan sebagian
di serap oleh kristal dan sebagian yang lain memisah pada pendinginan. Pengotor
ini dapat dipisahkan dengan mendidihkan zat dalam larutan dan sedikit arang
aktif. Arang aktif menyerap zat pengotor berwarna dan filtrat biasanya bebas dan
oleh sebab itu terjadi kristal murni. Hal ini dapat dilihat dari warna larutan yang

57Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik II

30

agak bening dibandingkan sebelumnya setelah proses pelarutan dengan etanol dan
arang aktif melalui pemanasan.
Berdasarkan hasil percobaan, kristal yang diperoleh dari 80 gram lada hitam
adalah 1,273 gram kristal piperin atau 1,59 %. Hal ini tidak sesuai dengan teori
yang menyatakan bahwa piperin yang terkandung dalam lada hitan sebanyak 5-92
%.
Hal ini disebabkan oleh kurangnya waktu yang digunakan selama proses ekstraksi
menggunakan sokhlet selama 4 jam 22 menit yang seharusnya adalah 5 jam
sehingga pemisahan

piperin belum benar-benar sempurna sehingga ekstrak

piperin yang diperoleh masih sedikit.


Berdasarkan hasil persentasi diatas maka percobaan ini dapat dikatakan kurang
berhasil, namun piperin yang dihasilkan sebanyak 1,273 gram tersebut sudah
mencukupi untuk dilakukan proses selanjutnya yaitu proses hidrolisis.

B. Hidrolisis Piperin
Pada percobaan ini dilakukan proses hidrolisis terhadap senyawa piperin yang
dihasilkan pada percobaan sebelumnya. Pada percobaan sebelumnya dihasilkan
senyawa piperin sebanyak 1,273 gram kemudian diambil sebanyak 1 gram untuk
dihidrolisis.
Pada proses hidrolisis piperin ini, piperin direaksikan dengan larutan KOH-Etanol
10% sebanyak 20 mL menghasilkan larutan berwarna. Hal ini merupakan proses
hidrolisis piperin dalam suasana basa.

Adapun reaksinya adalah sebagai berikut:

57Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik II

31

KOH

CH3OH
CH

CO

CH

CH

HC

CH2
O

Piperin
+

HOOC
N
H
Piperidin

CH
CH

CH
HC

CH2
O

Asam Piperat

Seperti pada reaksi diatas hidrolisis piperin menghasilkan senyawa piperidin dan
asam piperat yang merupakan asam karboksilat. Reaksi hidrolisis ini berlangsung
lebih sempurna setelah melalui proses pengrefluksan dengan pemanasan selama 3
jam.

Adapun tahapan reaksi lengkapnya adalah sebagai berikut:

57Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik II

32

O
N

CH

HC

HO +

O
N

CH
HC

HO-

O
NC
N

CH

O
N

CH

HC

O
N

CH2

HC

O
N
C

O
N

CH
HC

CH2

O
N

CH
HC

CH2
O
N

Asam Piperat

N
H
Piperidin

Dari tahapan-tahapan reaksi ini terlihat bahwa dalam suasana basa terjadi
penyerangan ion hidroksil (OH-) terhadap atom karbon karbonil amida dan dalam
kondisi ini, basa berfungsi sebagai pereaksi atau reaktan dan bukan sebagai
katalis.
Dalam proses pengrefluksan ini digunakan juga batu didih dan pengaduk
magnetik. Batu didih berfungsi

untuk menjaga suhu dan tekanan dalam ruang

alat refluks agar tetap konstan / stabil sehingga tidak terjadi letupan-letupan pada
saat reaksi berlangsung.

Sedangkan pengaduk magnetik berfungsi untuk

mengaduk larutan agar kedua pereaksi dapat bertumbukan lebih cepat sehingga
reaksi hidrolisis piperin ini dapat berlangsung lebih cepat dan sempurna.
Proses pengrefluksan ini bertujuan agar senyawa yang stabil tidak keluar dari
sistem dan pereaksinya dapat bereaksi secara sempurna.

57Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik II

33

Setelah pengrefluksan selama 3 jam, melakukan penguapan menggunakan


evaporasi

sehingga

pelarut

etanol

terpisah

dari

larutannya

kemudian

mensuspensikan residu dengan air panas. Hal ini dilakukan untuk mencuci residu
(hidrolisat) dan menghilangkan partikel-partikel zat lain yang masih terdapat
didalamnya. Setelah itu, menetralkannya dengan larutan HCl 6 M karena
hidrolisis ini berlangsung dalam keadaan basa. Jadi, harus dinetralkan. pH residu
yang terpisah dari etanol adalah 14. Ini menunjukkan bahwa zat tersebut bersifat
basa kuat yang merupakan piperidin. Sebelum menetralkan tersebut dilakukan
pemanasan terlebih dahulu menghasilkan pH larutan sebesar 13 kemudian
penetralan dengan HCl tetes demi tetes. Pada tetesan 1 sampai tetesan ke 30 pH
larutan tetap 13, namun pada saat 35 tetes HCl 6 M yang ditambahkan pH larutan
langsung turun menjadi 4. Pada percobaan ini menghasilkan larutan residu yang
bersifat asam bukan netral. Hal ini dikarenakan tetesan yang dilakukan terlalu
banyak sehingga terjadi lonjakan pH yang drastis, seharusnya praktikan lebih hatihati lagi dalam menambahkan larutan HCl 6 M dan sedikit demi sedikit.
Meskipun larutan dan residu yang dihasilkan dalam suasana asam tetap dilakukan
proses penyaringan padatan menggunakan corong buchner menghasilkan padatan
berwarna kuning muda. Penyaringan ini mengunakan corong buchner karena
butiran padatan yang dihasilkan sangat halus.
Setelah proses penyaringan, maka padatan yang dihasilkan seharusnya dicuci
kemudian direkristalisasi lagi menggunakan pelarut etanol, namun pada percobaan
kali ini hal tersebut tidak dilakukan sehingga kristal padatan yang dihasilkan
masih bercampur dengan pengotornya. Hal ini terlihat dari massa kristal yang
dihasilkan sebesar 1,04 gram, lebih besar dari 1 gram piperidin yang merupakan
bahan awalnya sehingga persentase piperidin yang dihasilkan sebesar 104%. Hasil
presentase ini lebih dari 100% seingga percobaan ini dapat dikatakan kurang
berhasil karena tidak mungkin persentase kristal lebih dari 100%. Hal ini
dikarenakan belum murninya padatan yang dihasilkan dan masih belum kering
(agak basah).

57Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik II

34

VI. KESIMPULAN
1. Pada percobaan pemisahan piperin dari lada hitam menghasilkan kristal
berbentuk jarum yang berwarna kuning merupakan senyawa piperin dan
hidrolisis piperin menghasilkan padatan asam piperat berwarna kuning muda.
2. Proses hidrolisis piperin dilakukan dalam suasana basa dimana OH - bertindak
sebagai pereaksi yang menyerang atom karbon karbonil amida.
3. Berdasarkan hasil percobaan dari pemisahan piperin dari lada hitam diperoleh
piperin sebanyak 1,273 gram dan persentasenya sebesar 1,59% dan pada
reaksi hidrolisis piperin diperoleh kristal sebanyak 1,04 gram dan
persentasenya sebesar 104%.
4. Persentase piperin yang diperoleh masih terlalu sedikit dibandingkan dengan
yang seharusnya karena waktu ekstraksi yang dilakukan dalam sokhlet masih
kurang dari 5 jam sehingga pemisahan belum begitu sempurna.
5. Asam piperat yang dihasilkan dari hidrolisis piperin mempunyai persentase
lebih dari 100% karena kristal yang ditimbang masih belum begitu kering.

57Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik II

35

VIII. LAMPIRAN
A. LAMPIRAN PERHITUNGAN
Perhitungan persentase piperin yang dihasilkan dari ekstraksi lada hitam adalah
sebagai berikut:
Massa Piperin

% Piperin Massa sampel (lada hitam) x100%


=

1,273 gram
x100%
80 gram

= 1,59 %
Perhitungan persentase padatan (kristal) piperidin yang dihasilkan adalah sebagai
berikut:
Massa Kristal

% Piperidin Massa Piperidin x 100%


=

1,04 gram
x 100%
1 gram

= 104 %

57Laporan Akhir Praktikum Kimia Organik II

36

PERCOBAAN III
Judul

: Isolasi Trimiristin dan Penyabunan Trimiristin menjadi Asam


Miristat

Tujuan

: 1. Mengisolasi trimiristin dari biji pala dengan metode ekstraksi


kontinu
2. Melakukan reaksi penyabunan dan hidrolisis trimiristin untuk
mendapatkan asam miristat

Hari / Tanggal : Rabu, 12 April 2006


Tempat
II.

: Laboratorium Kimia PMIPA FKIP UNLAM Banjarmasin

I. TINJAUAN PUSTAKA
Pala (Myrictica fragrans) termasuk family Myristicaceae yang merupakan
salah satu dari sekian banyak sumber daya hayati yang sudah dikenal. Bagi
masyarakat pala merupakan rempah-rempah yang juga bisa dimanfaatkan untuk
menyembuhkan kembung, mual-mual, pegal di pinggang, mula akibat haid dan
sebagai obat pembius (Soesino. 1990).
Pala merupakan tumbuhan yang banyak ditanam diperkebunan, antara lain di
Indonesia. Pala memiliki sifat yang khas yaitu menetralkan, hal inilah yang
menyebabkan pala sering digunakan sebagai obat.
Komponen yang terdapat pada pala yaitu Arilus : Minyak atsiri, minyak
lemak, zat samak dan zat pati, lemak, saponin, miristisin, elemesi, enzim lifase,
pektin, hars dan asam oleanolat. Kulit buat : Minyak atsiri dan zat samak. (IPTEKnet.
2005)
Senyawa trimiristin dapat diisolasi dari biji pala dengan metode ekstraksi
kontinu menggunakan sokhlet dan metode perkolasi. Asam miristat juga dapat
diperoleh dari trimiristin dengan reaksi penyabunan dan hidrolisis.
Pala merupakan tanaman yang sangat baik tumbuh di daerah tropis. Tanaman
ini berbentuk pohon, tinggi lebih kurang 10 meter, batang tegak, berkayu, warna
putih lonjong, ujung dan pangkal runcing, warna hijau mengkilap. Nama lokal
Simplisia yaitu Myristicae, Arillus, Macis ; kembang pala (selubung) pala dan

Myristicae fructus Cortex ; kulit buah pala. Karena pala memiliki sifat khas yaitu
menetralkan selain digunakan sebagai bumbu dapur dapat juga sebagai obat.
Komposisi kimia atau kandungan zat-zat pada biji pala yaitu :
1. Minyak atsiri sampai 10 %, berisi miristin (yang bersifat membius), sekitar 4
% pinen, 80 % kamper, 8 % dipente, 6 % safrol, 6 % alkohol, eugenol dan
iso-egenol.
2. Minyak lemak sekitar 40 % berupa gliserida dari asam miristat, asam oleat
dan asam linoleat.
3. Abu 4 %, zat putih telur 25 %, dan 40 % pati dan gula (Sudarmaji. 1989)
Adapun uraian makroskopik biji pala adalah sebagai berikut :
1.

Bentuk bulat telur, panjang sekitar 2 cm sampai 3 cm, sedangkan


lebarnya sekitar 1,5 cm sampai 2 cm.

2.

Warna permukaan biji pala coklat muda, beratur dangkal, banyak


bertitik-titik dan bergaris-garis kecil serta berwarna coklat muda.(IPTEKnet.
2005)

A.

Isolasi Trimiristin dari Biji Pala


Trimiristin adalah suatu gliserida (ester lemak) yang terbentuk dari gliserol

dan asam miristat. Gliserida ini terdapat dalam biji pala dengan kadar yang tinggi
tanpa bercampur dengan ester-ester yang lain.
Untuk mendapatkan trimiristin perlu dilakukan isolasi dari biji pala dengan
metode ekstraksi kontinu menggunakan pelarut non polar, misalnya eter atau nheksana dengan sokhlet dan dimurnikan dengan cara rekristalisasi ,menggunakan
aseton.
Ekstraksi padat-cair atau lazim disebut ekstraksi pelarut, dimana zat yang
akan diekstraksi terdapat dalam fasa padat. Cara ini banyak digunakan dalam isolasi
senyawa organik (padat) dari bahan alam. Senyawa akan larut dalam pelarut jika
kekuatan atraktif antara dalam pelarut polar dan sebaliknya. Jadi sifat kepolaran
senyawa, zat terlarut maupun pelarut, merupakan dasar paling penting dalam proses
ekstraksi. Efisiensi ekstraksi padat-cair ini ditentukan oleh besarnya ukuran partikel
zat padat yang mengandung zat organik, dan banyaknya kontak dengan pelarut. Oleh

karena itu dalam percobaan ini akan diperkenalkan metode ekstraksi kontinu
menggunakan sokhlet dan metode perkolasi. (Tim Dosen. 2006)
Karena sampel biji pala berupa padatan, maka ekstraktor yang paling populer
adalah sokhlet. Pelarut yang ada dalam labu didih dipanaskan kemudian mengembun.
Bila volumenya mencukupi pelarut yang telah membawa solut akan keluar melalui
pipa kecil ke dalam labu. Proses ini akan berlangsung terus menerus (kontinyu).
(Anwar, dkk. 1994)
Struktur Trimiristin adalah sebagai berikut :
O
CH2 O C (CH2)2 CH3
O
CH2 O C (CH2)2 CH3
O
CH2 O C (CH2)2 CH3
B.

Penyabunan Trimiristin menjadi Asam Miristat


Asam miristat merupakan asam lemak dengan rumus molekul H 3C

(CH2)2CO2H. Massa molekul 98 g/mol, komposisinya banyak terdapat pada lemak


hewan dan kelapa, titik disosiasinya 103 0C (Anwar, dkk. 1996).
Untuk mendapatkan Asam miristat dari Trimiristin perlu dilakukan realisasi
penyabunan dan hidrolisis menggunakan NaOH menghasilkan gliserol dan garam
natrium. Setelah dilakukan pengasaman dengan HCl maka terbentuklah kristal asam
miristat yang dapat dikumpulkan dengan cara penyaringan vakum.
Ekstraksi padat cair atau biasa disebut ekstraksi pelarut, dimana zat yang akan
diekstraksi terdapat dalam fasa padat. Cara ini banyak digunakan dalam isolasi
senyawa organik (padat) dari bahan alam. Senyawa akan alrut dalam pelarut jika
kelarutan aktraktif antara kedua molekul (zat terlarut dan pelarut) adalah sesuai.
Yang polar larut dalam pelarut polar dan non polar akan larut dalam senyawa non
polar pula. Jadi, sifat kepolaran senyawa, zat terlarut maupun pelarut merupakan
dasar paling penting dalam proses ekstraksi.

Efisiensi ekstraksi padat cair ini

ditentukan oleh dasarnya ukuran partikel zat padat yang akan mengandung zat
organik, dan banyaknya kontak dengan pelarut. Oleh karena itu, dalam percobaan ini

akan diperkenalkan metode ekstraksi kontinu menggunakan soxhlet dan metode


perkolasi.
Sabun merupakan salah atu produk yang diperoleh dari minyak. Reaksi
pembentukan sabun dari minyak dilakukan dengan mereaksikan suatu alkali (NaOH
atau KOH) dengan minyak. Reaksi ini dikenal dengan reaksi Saponifikasi
(Penyabunan). Di samping sebagai reaksi pembentukan sabun, reaksi ini dapat
berguna untuk menunjukkan adanya asam lemak yang berbeda dalam suatu minyak.
Persamaan

reaksi

penyabunan

dituliskan

sebagai

berikut

O
CH2-O-C-R1

R1CO2Na

CH2-OH

O
CH-O-C-R2

+ 3 NaOH

R2CO2Na

CH-OH

O
CH2-O-C-R3
Minyak

R3CO2Na
sabun

CH2-OH
glisrol

Sabun merupakan bahan surfaktan. Bahan ini dapat mengurangi


tegangan anta muka permukan larutan. Dengan adanya sifat ini, proses
pembentukan busa atau sifat emulsi akan meningkat.
Di tinjau dari strukturnya, sabun terdiri dari dua bagian, yaitu bagian
hidrofilik dan bagian hidrofobik. Bagian hidrofilik akan menuju ke lapisan air,
sedangkan bagian hidrofobik menuju ke lapisan udara. Dengan adanya kedua
bagian tersebut maka cairan minyak dalam air akan teremulsi sehingga sabun
dapat digunakan untuk membersihkan minyak dalam air.

Proses pembentukan emulsi air sabun-minyak digambarkan sebagai berikut :

minya
k

Trimiristin adalah suatu gliserida (ester lemak) yang terbentuk dari gliserol dan
asam miristat. Penyabunan trimiristin menggunakan NaOH menghasilkan gliserol
dan garam natrium dari asam miristat. Bila larutan basa ini diasamkan akan
menghasilkan asam miristat yang dapat dikumpulkan dengan cara penyaringan
vakum.
O
CH2-O-C-(CH2)12-CH3

CH2-OH

O
CH-O-C-(CH2)12-CH3

O
CH-OH + 3 Na+ -O-C-(CH2)12-CH3

O
CH2-O-C-(CH2)12-CH3

Natrium maristin

CH2-OH
HCl

trimiristin

O
3 HO-C-(CH2)12-CH3
asam miristat

II. ALAT DAN BAHAN


Alat-alat yang digunakan yaitu :
1.

Seperangkat alat Sokhlet

7.

Gelas Ukur 10 mL dan 200

2.

Corong Buchner

3.

Corong Kaca

8.

Kertas Saring Whatman

4.

Desikator

9.

Labu Dasar Bundar 250 Ml

5.

Evaporator

10.

Pipet tetes

6.

Gelas Kimia 250 mL

11.

Batang Pengaduk

mL

1.

12.

Lumpang dan Alu

15.

Pompa Vakum

13.

Kaca Arloji

16.

Termolyn Cimarec 3

14.

Neraca Analitik (Model AND

17.

Kertas Indikator

GR 200

18.

Seperangkat Alat Refluks

Bahan-bahan yang diperlukan yaitu :

III.

1.

Serbuk biji Pala

2.

Aquadest

3.

Aseton (merck. Pa)

4.

Batu didih

5.

n-heksana (merck. Pa)

6.

NaOH 6 M (merck. Pa)

7.

Etanol

8.

Es Batu

9.

HCl Pekat (merck. Pa)

CARA KERJA
i.

Isolasi Trimiristin dari Biji Pala


1. Serbuk biji pala sebanyak 83,2 gram datambahkan dengan 250 mL n-heksan.
Kemudian melakukan sokletasi dengan menggunakan penangas air.
2. Melakukan evaporasi dengan alat rotatori evaporator.
3. Hasil dari evaporasi ditambahkan dengan 45 mL aseton, kemudian
memanaskan dan menyaringnya ketika larutan masih panas.
4. Filtrat yang dihasilkan didinginkan
5. Menyaring dengan menggunakan corong Buchner, kristal yang dihasilkan
dicuci dengan aseton. Kemudian mengeringkan kristal yang dihasilkan

Penyabunan Trimiristin menjadi Asam Miristat


1.

mengambil 0,8 g trimiristin dan memasukkannya ke labu dasar bundar 250


mL

2.

menambahkan 12 mL NaOH 6 M, 12 mL etanol dan menambahkan batu


didih, lalu merefluks selama 1 jam

3.

mengambil larutan yang dihasilkan, menempatkan dalam gelas kimia 250


mL dan memasukkan ke wadah yang berisi air es

4.

menambahkan HCl pekat sebanyak 12 mL sedikit demi sedikit, sambil


mengaduk dengan hati-hati hingga larutan bersifat asam dan terbentuk
endapan (kristal)

5.

mengumpulkan kristal dengan corong buchner dan mencucinya dengan air


dingin sebanyak 10 mL

6.

mengeringkan kristal, menimbang kristal yang diperoleh dan menghitung


rendemennya, seta membandingkan dengan perhitungan secara teoritis

IV. HASIL PENGAMATAN


A. Isolasi Trimiristin dari Biji Pala
No.

Perlakuan

Hasil Pengamatan

83,2 g serbuk pala + 250 mL n.heksana


Mengekstraksi menggunakan sokhlet

Ekstrak berwarna kuning

dengan penangas air


Siklus penyokletan
1

39 menit

46 menit

53 menit

58 menit

65 menit

73 menit

80 menit

87 menit

93 menit

10

100 menit

11

108 menit

12

115 menit

13

123 menit

14

130 menit

15

137 menit

16

145 menit

17

152 menit

18

159 menit

19

165 menit

20

172 menit

21

179 menit

Mengevaporasi ekstrak

Larutan kuning jingga (berupa

Minyak pala + 45 mL aseton

minyak pala)
Diperoleh filtrat.

memanaskan dan menyaring panas4

panas
Mendinginkan filtrat

Terbentuk kristal Trimiristin

Menyaring dengan corong Buchner

berwarna orange.
Diperoleh kristal Trimiristin kering

mencuci kristal dengan aseton dan

sebesar 16,7 g

mengeringkan
B. Penyabunan Trimiristin menjadi Asam Miristat
No.
Perlakuan
1
0,8 g Trimiristin + 12 mL NaOH 6 M +

4
5

Hasil Pengamatan
Campuran berwarna coklat

12 mL etanol + batu didih

kekuningan dan homogen

Merefluks selama 1 jam


Campuran hasil refluks + 12 mL HCl

Menghasilkan uap dan terbentuk

pekat

endapan/kristal yang berwarna

Sambil mengaduk dan menempatkan

putih kekuningan dan setelah

dalam bak yang berisi es batu


Menambahkan HCl terus menerus

dikeluarkan dari es kristal mencair.


HCl yang ditambahkan sebanyak 6

sambil menguji dengan kertas indikator

mL pH larutan = 1

sampai larutan bersifat asam


Mendiamkan hingga terbentuk kristal

Terbentuk kristal yang berwarna

Menyaring dengan corong Buchner dan

putih
Diperoleh kristal Asam Miristat

mengeringkan

kering berwarna putih sebesar 1,3


gram

V. ANALISIS DATA
A. Isolasi Trimiristin dari Biji Pala
Pada percobaan ini, untuk mendapatkan trimiristin dengan ekstraksi kontinu;
terlebih dahulu sampel harus dihaluskan yang bertujuan agar zat-zat yang terkandung
dalam biji pala mudah melarut dalam pelarut. Pelarut yang digunakan dalam isolasi
trimiristin ini adalah n-heksana, karena trimiristin adalah trigliseraldehid yang bersifat
nonpolar sehingga mudah larut dalam pelarut non polar seperti n-heksana.
Dalam percobaan ini, sample (biji pala) yang digunakan harus dihaluskan terlebih
dahulu, supaya zat-zat yang terkandung dalam biji pala dapat mudah melarut dalam
pelarut dan agar hasil ekstraksi yang didapatkan akan lebih sempurna.

Adapun

pelarut yang digunakan ialah n-heksana, karena n-heksana bersifat non-polar,


bersama seperti zat yang terkandung dalam biji pala, sehingga mampu melarutkan.
Biji pala yang telah dihaluskan, kemudian ditimbang sebanya 83,2 gram dan
dibungkus dengan kertas saring dimana ujung atas dan bawah ditutup dengan kapas
dan diikat dengan benang gandir. Dibungkus dengn kertas saring dengan dinding
yang tipis agar lemaknya dapat dengan mudah diserap oleh pelarut.

n-heksana

merupakan pelarut yang paling non polar dibandingkan dengan pelarut organik
lainnya. Trimistin merupakan lipida (trigselida) yang terbentuk dari gliserol dan asam
miristat yang merupakan rantai hidrokarbon yang panjang, sehingga senyawa ini
bersifat non-polar. Dengan sifat yang sama ini, diharapkan lebih banyak trimistin
yang dapat larut dalam n-heksana akan semakin banyak pula yang dapat diisolasi.
Proses selanjutnya ialah mengisolasi trimistin dengan cara sokletasi menggunakan
soxhlet yang akan menghasilkan ekstraksi sempurna dalam 3 jam sampai dihasilkan
larutan bening pda saat larutan pada pipa kecil yang keluar membawa solut ke dalam
labu.
Setelah disokletasi, ekstrak (larutan) di evaporasi tujuannya untuk memisahkan
pelarut (n-heksana) dari trimiristin.

Proses evaporasi ini dilakukan berdasarkan

perbedaan titik didik kedua komponen campuran. karean titik didih n-heksana lebih
rendah dari titik didih minyak. n-heksana yang bening akan terpisah dari minyak
sehingga diperoleh trimiristin (minyak pala) yang berwarna orange.

Trimiristin yang merupakan minyak pala hasil evaporasi ditambahkan dengan 45


ml aseton untuk melarutkan zat yang masih terkandung dalam residu (trimiristin).
Dengan penambahan aseton, diperoleh larutan dengan 2 lapisan yaitu lapisan atas
yang bening dan lapisan bawah yang kekuningan. Kemudian larutan didinginkan;
maka terbentuklah kristal berwarna orange kristal ini disaring dengan menggunakan
corong buchner dan pompa vakum, setelah dicuci dengan aseton, kemudian kristal
dibiarkan mengering.
Kristal yang dihasilkan merupakan kristal krimiristin dengan berat 16,7 gram.
Dari data yang diperoleh, maka dapat dihitung kadar atau persentasi rendemen
trimiristin dari biji pala ini.
Berat asam miristat percobaan
% rendemen

x 100 %
Berat biji pala halus
16,7 gram

% rendemen

x 100 x
83,2 gram

= 20,1 %
B. Penyabunan Trimiristin menjadi Asam Miristat
Dalam percobaan ini, untuk mendapatkan asam miristat dengan pnyabunan digunakan
0,8 trimiristin hasil refluks kemudian ditambahkan dengan NaOH pekat 6 M dan
etanol serta batu didih yang berfungsi agar suhu larutan tetap konstan dan tidak
meledak-ledak. Kemudian campuran direfluks selama 1 jam, dan diperolh campuran
(larutan) yang berwarna coklat kekuningan.
Proses selanjutnya adalah melakukan penambahan HCl pekat panas pada
larutan dari hasil refluks. Penambahan HCl ini untuk memisahkan sabun dari gliserol.
Sabun dalam air akan membentuk koloid. Pada penambahan lautan HCl, gliserol dan
alcohol akan terikat pada larutan HCl, sedangkan sabun (asam miristat) mengendap.
Penyabunan dengan NaOH menghasilkan sabun yang keras. Sabunyang diperoleh
dengan logam Na dengan asam lemak tinggi pada umumnya mudah larut dalam air
panas. Hasil kelarutan ini menghasilkan larutan koloid yang berwarna putih susu.

Kristal yang diperoleh kemudian disaring dengan corong buchner dan


kemudian dikeringkn. Sebelum dikeringkan, kristal dicuci dengan air dingin terlebih
dahulu. Kristal yang dihasilkan sebanyak 1,3 gram dari 0,8 gram trimiristin. Asam
miristat yang diperoleh berupa kristal berwarna putih kekuningan.
Persamaan reaksi penyabunan ini adalah :
O
CH2-O-C-(CH2)12-CH3

CH2-OH

CH-O-C-(CH2)12-CH3 + 3 NaOH

CH-OH + 3 Na-O-C-(CH2)12-CH3

Natrium maristin

CH2-O-C-(CH2)12-CH3
Trimiristin

CH2-OH
CH-OH

CH2-OH
gliserol

O
+ 3 Na-O-C-(CH2)12-CH3 + HCl

O
3 HO-C-(CH2)12-CH3

CH2-OH

asam miristat

Gliserol

Dari hasil pengamatan yang diperoleh, dapat dihitung persentase rendemen dari asam
miristat :
%rendemen

1,3gram
x100% 162,5%
0,8 gram

Hasil yang diperoleh terlalu banyak, ini kemungkinan besar karena adanya
zat lain yang menyebabkan kristal masih basah, seperti adannya garam NaCl dan
gliserol yang merupakan hasil samping yang belum terpisah dari asam miristat.
Dari hasil teoritis, diperoleh harga asam miristat :
1 mol trimiristin ~ 3 mol asam miristat (dari reaksi)
maka ;
moltrimiristin

0,8 gram
1,11.10 3 mol
723 gram / mol

1,11.10-3 mol trimiristin ~ 3,33.10-3 mol asam miristat


maka ;
massa asam miristat = 3,33.10-3 mol x 228 g/mol
= 0,76 gram
% rendemen

0,76 gram
x100% 95%
0,8 gram

Dari perbedaan antara hasil teoritis dengan hasil eksperimen ini, dapat disimpulkan
bahwa masih terdapat pengotor atau zat lain yang mengakibatkan kristal asam
miristat masih basah (belum kering)

VI. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan dapat ditarik kesimpulan yaitu :
1.

Trimiristin dapat diisolasi dari biji pala dengan metode ekstraksi kontinu dengan
alat sokhlet menggunakan pelarut n-heksana.

2.

Dari 83,02 gram serbuk pala diperoleh dari rendemen trimiristin sebesar 16,7
gram atau 20,1 %.

3.

Asam Miristat diperoleh dari reaksi penyabunan dan hidrolisis trimiristin


menggunakan NaOH dengan hasil samping gliserol dan NaCl.

4.

Dari 0,8 gram trimiristin diperoleh rendemen asam miristat sebesar 1,3 gram atau
162,5 %

Reaksi penyabunan dikenal dengan reaksi Saponifikasi

6 Di tinjau dari strukturnya, sabun terdiri dari 2 bagian yaitu bgian hidrofilik dan
hidrofobik
7 Penyabunan dengan NaOH menghasilkan sabun yang keras
8 rendemen asam miristat yang diperoleh dari pemnyabunan adalah sebesar 162,5%
dengan berat 1,3 gram dari 0,8 gram trimiristin

PERCOBAAN IV
Judul

: Analisa Aspirin dan kafein dalam Tablet.

Tujuan

: Menentukan aspirin dan kafein dalam bermacam macam obat.

Hari/Tanggal : Rabu / 03 Mei 2006


Tempat: Laboratorium Kimia MIPA FKIP UNLAM Banjarmasin.

1. TEORI DASAR.
Asam salisilat terdapat dialam dalam bentuk senyawa ester sebagai glikoksida dan
sebagai komponen minyak atsiri. Didalam tubuh manusia, metil salisilat tersebut
dihidrolisa menjadi asam salisilat dan dikenal dengan nama salol, digunakan sebagai
antiseptik usus.

OH
+

+
H3C

OH

O
O

Asam Salisilat

OH

Anhidrida Asam

CH3
Aspirin

Aspirin membentuk senyawa kompleks dengan tembaga (II) yang berwarna biru.
Walaupun garam kompleks ini tidak memiliki nilai pengobatan, pembentukan senyawa
kompleks tersebut menggambarkan kemudahan dari senyawa senyawa asam hidroksi
benzoat dan ester esternya membentuk senyawa kompleks dengan kation kation
seperti Ca2+ dan Fe2+. Pembentukan senyawa ini diduga (dengan Ca 2+) melatar belakangi
sifat analgesik dari aspirin.
Aspirin dapat dibuat dari asam salisilat yang didestilasikan dengan asetil klorida
atau anhidrida asetat. Senyawa ini bersifat asam. Untuk mengetahui konsentrasi aspirin
dalam tablet, dilakukan titrasi dengan larutan NaOH standar. Dalam reaksi netralisasi ini

gugusan asetil lebih sukar dilepaskan daripada gugusan karbonil hingga terjadi reaksi
sebagai berikut :

OH

O
+ OH -

+ H2O

O
O

O
CH3

CH3

Kafein adalah senyawa alkaloid yang merupakan turunan dari putih. Nama lain
dari kafein adalah : 1,3,7 trimetil xantin. Kafein terdapat dalam biji kopi (1-2 %) dan
dalam daun the (2-4 %), mempunyai efek fisiologi yaitu sebagai perangsang syaraf
(stimulan).
Pada kafein terdapat ikatan rangkap yang dapat diisolasi / diadisi lod. Untuk
mengetahui kadar atau konsentrasi kafein, maka larutan yang mengandung kafein
ditambahkan larutan iod yang telah diketahui volume dan konsentrasinya secara
berlebihan. Kelebihan iod setelah terjadi reaksi adisi titrasi dengan larutan natrium
tiosulfat (Na2S2O3).
Titrasi diakhiri jika terjadi perubahan warna yang konstan selama satu menit dari
indikator fenolftalien.
II. ALAT DAN BAHAN.
Alat alat yang digunakan adalah :
-

Lumpang Porselen.

Butet.

Erlenmeyer.

Klem dan statif.

Gelas Kimia.

Pipet tetes.

Penangas air.

Neraca elektrik.

Bahan bahan yang diperlukan adalah :


-

Tablet (Aspelect dan panadol).

Indikator pp.

Alkohol teknis.

NaOH.

Amilum (Larutan kanji).

Na2S2O3.

Larutan lod.

III.PRODESUR KERJA.
A. Penentuan kadar Aspirin.
1. Menimbang berat tablet yang mengandung aspirin.
2. Memasukkan tablet kedalam lumpang porselinnya, menggerus sampai halus.
3. Memasukkan kedalam erlenmeyer 250 ml. Lumpang, membilasnya dengan 10 ml
alkohol hingga bersih dan memasukkannya kedalam erlenmeyer.
4. Menggoyang goyang erlenmeyer selama 5 menit, kemudian memanaskan hingga
mendidih diatas penangas.
5. Menambahkan 5 ml air suling dan 1-2 tetes indikator pp.
6. Menitrasi dengan NaOH 0,1 N sampai timbul warna merah jambu.
B. Penentuan kadar kafein.
1. Menimbang tablet yang mengandung kafein dengan neraca elektrik.
2. Menghaluskan 2 tablet yang akan dianalisa dengan menggunakan lumpang dan alu.
3. Memasukkan kedalam erlenmeyer 100 ml.
4. Mencuci lumpang porselinnya dengan 10 ml alkohol.
5. Memasukkan kedalam labu ukur ukur, menggoyang goyang labu ukur selama 10
menit.
6. Menambahkan 5 ml asam sulfat 10% dan 20 ml larutan lod 0,1 N.
7. Mengocok sampai larut dan membiarkan selama 10 menit, dan menyaring.
8. Mengambil 20 ml filtratnya dan memasukkan kedalam erlenmeyer 250 ml.
9. Menambahkan larutan kanji sebagai indikator.
10. Menitrasi dengan larutan Na2S2O3 sampai warna hilang.

IV. HASIL PENGAMATAN.


No

Percobaan
* Penentuan kadar Aspirin dalam tablet.
1.

Menimbang

aspirin

Pengamatan

(aspelect) - Berat tabut : 0,45 gram

berwarna kuning.
2.

Dihaluskan

dan

memasukkan - Larutan berwarna kuning dan belum

kedalam erlenmeyer + 10 ml etanol.

bercampur sempurna.

3.

Menggoyang selama 5 menit.

- Larutan bercampur sempurna.

4.

Memanaskan

- Larutan terdapat kristal.

5.

Menambahkan 5 ml aquadest.

- Larutan tetap kuning.

6.

Menambah indikator pp.

- Larutan homogen, tetap kuning.

7.

Menitrasi dengan NaOH.

- Larutan berwarna merah muda pada


volume NaOH : 8,9 ml dan ada endapan
putih.

* Penentuan kadar kafein dalam tablet.


1.

Menimbang 2 tablet panadol

Beratnya = 1,3 gram

berwarna putih.
2.

Memasukkan kedalam erlenmeyer


+ 10 ml etanol, menggoyang

Larutan keruh ada endapan endapan


kecil berupa serbuk tablet.

goyang selama 10 menit.


3.

Menambahkan H2SO4 5 ml 10%.

Larutan tambah keruh dan keabu abuan

4.

Menambahkan 20 ml larutan lod.

Larutan berwarna coklat tua.

Mendiamkan selama 10 menit.


5.

Menyaring dengan corong Buchrer. Larutan tetap berwarna coklat.

6.

Mengambil 20 ml fitrat + 5 tetes


larutan kanji.

7.

Larutan tetap

Menitrasi larutan dengan Na2S203.


Volume Na2S2O3 = 65 mL
Warna larutan coklat sangat muda

V. ANALISA DATA.
A. Penetuan kadar Aspirin dalam tablet.
Percobaan yang pertama menggunakan tablet yang mengandung aspelet (aspirin)
dengan tujuan untuk menentukan konsentrasi aspirin dalam tablet tersebut.
Untuk menentukan kadar aspirin ini, pertama dilakukan adalah menggerus tablet
tersebut sampai halus agar mudah menganalisanya dalam bentuk larutan, sehingga tablet
tersebut ditambahkan 10 ml alkohol yang berfungsi sebagai pelarut bagi serbuk aspirin
tersebut. Kemudian larutan dimasukkan dalam labu erlenmeyer kemudian mengaduk
aduk sampai benar benar terlarut semua serbuk. Dan untuk memudahkan dalam
pelarutan, dilakukan pemanasan. Penambahan air suling sebanyak 5 ml dimasukkan
untuk pengenceran.
Konsentrasi aspirin ini dalam tablet dapat diketahui dengan menitrasi dengan NaOH
tersebut yang standar, sampai warna larutan yang semula putih agak keruh menjadi merah
muda dengan menggunakan indikator pp.
Dalam reaksi netralisasi ini gugusan asetil lebih sukar dilepaskan dari pada gugusan
karbonil hingga terjadi reaksi sebagai berikut.
OH
+ OH-

+ H2O

O
O

O
CH3

CH3

Berat tablet aspirin adalah : 0,45 gram sehingga dengan mengetahui volume NaOH
yanh diperoleh yakni sebanyak 8,9 ml dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut :
Konsentrasi Aspirin

= V mL x 0,01802 x 100%
Berat tablet
= 8,9 mL x 0,01802 x 100 %
0, 45 gram
= 35,64 %

Atau

Konsentrasi Aspirin = V NaOH x 18,08 miligram dalam 1 tablet.


= 8, 9 mL x 18,08 = 160,9 mg / tablet.
B. Penentuan Kadar Kafein Dalam Tablet
Pada percobaan kedua ini perlakuan awal sama yakni tablet harus digerus sampai
halus agar mudah dilarutkan dan memudahkan dalam penitrasian. Adapun tablet yang
digunakan pada percobaan kali ini adalah panadol.
Adapun pelarut yang digunakan juga sama dengan pelarut pada percobaan
pertama yakni alkohol sebanyak 10 mL. Setelah dilarutkan dengan alkohol dalam labu
erlenmeyer, dilakukan penggoyangan yang bertujuan supaya cepat terjadi proses
pelarutan sehingga larutan menjadi homogen (bercampur dengan sempurna).
Penambahan H2SO4 10 % dimaksudkan agar larutan bebas dari pengotor yang
mungkin ada. Sedangkan penambahan

Iod bertujuan untuk mengetahui kadar atau

konsentrasi kafein dengan mengetahui volume dan konsentrasinya secara berlebihan.


Warna larutan yang dihasilkan setelah ditambahkan larutan Iod berwarna coklat tua, ini
menunjukkan terjadi pembentukkan iod dalam larutan.
Setelah didiamkan selama 10 menit agar larutan tersuspensi maka larutan
dilakukan penyaringan dan menghasilkan filtrat yang kemudian ditambahkan larutan
kanji sebagai indikator. Dan menitrasi dengan menggunakan Na 2S2O3 0,1 N sampai
warna hilang. Namun meskipun sudah mengalami penambahan sebanyak 65 mL Na2S2O3
tetap saja warna larutan tidak hilang, yang ada warna larutan coklat muda. Hal ini karena
kanji yang digunakan bukan kanji dari laboratorium tapi kanji dari pasar sehingga tidak
dapat dijamin keasliannya.
Reaksi yang terjadi dalam proses titrasi adalah sebagai berikut :
I2 + S2O3 2-

I - + S4O6 2-

Dari percobaan ini kita ketahui bahwa kafein adalah senyawa golongan alkaloid
yang merupakan turunan dari purin. Dengan nama lain adalah 1,3,7 trimetil xantin. Pada
kafein terdapat ikatan rangkap yang dapat diadisi dengan iod. Sehingga kadar kafein
dapat ditemukan atau ditentukan dengan titrasi iodometri seperti yang dilakukan pada
percobaan kali ini.

Adapun perhitungan untuk menentukan konsentrasi dalam tablet adalah sebagai


berikut :
Konsentrasi kafein

= (20 V Na2S2O3) x 0,00485 x 100 %


Berat tablet
= (20 65 mL ) x 0,00485 x 100 %
1,3 gram
= - 16,79 %

VI. KESIMPULAN
1. Aspirin atau asam salisilat dialam dalam bentuk senyawa ester sebagai glikoksida
yang dikenal dengan nama salol dan digunakan untuk antisepktik usus.
2. Kafein adalah senyawa golongan alkaloid yang merupakan turunan dari purin dengan
nama lainnya 1,3,7 trimetil

- Xantin. Kafein mempunyai efek fisiologi sebagai

perangsang syaraf.
3. Konsentrasi aspirin yang diperoleh dari penitrasian dengan NaOH adalah : 35,64 %

DAFTAR PUSTAKA
Achmad, AS. 1998. Kimia Organik Bahan Alam.Jakarta : Karunika
Agus, Kardinan.dkk.2003.Budi Daya Tanaman Obat Secara Organik. Agromedia Pustaka
: Tangerang.
Anwar, Chairil. Dkk, 1996, Pengantar Praktikum Kimia Oganik, Depdikbud, Jakarta.
Fessenden and Fessenden, 1982, Kimia Organik Jilid I dan II, Erlangga, Jakarta.
Harbone, J.B. 1987.Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. ITB : Bandung.
Harno Dwi Pranomo, dkk. 1996.Pengantar Praktikum Kimia Organik. Jakarta :
Depdikbud.
IPTEKnet.@2005. Tanaman Obat Indonesia.
Lisnawati, 2004, Isolasi dan Karakterisasi Piperin dan Lada Hitam, Skripsi sarjana,
FKIP UNLAM, Banjarmassin (Tidak Dipublikasikan).
Mursito, Bambang. 2002. Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Jantung. Penebar
Swadaya :Jakarta.
Sudjadi. 1988. Metode Pemisahan. Yogyakarta : Kanistus
Tim Dosen Kimia Organik. 2006.Petunjuk Praktikum Kimia Organik II. Laboratorium
Kimia FKIP Unlam Banjarmasin.
Slamet, Sudarmadji. 1989. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty. Yogyakarta.
Soesino. 1990. Jurnal Penelitian Sains dan Teknologi Vol 2 No. 3 Tahun 1996. Rineka
Cipta. Jakarta.
Tim Dosen Kimia Organik. 2006. Petunjuk Praktikum Kimia Organik II. FKIP UNLAM.
Banjarmasin.

You might also like