You are on page 1of 33

A.

PENGERTIAN AKTIVA
Aktiva ialah kekayaan perusahaan yang berwujud dan tidak berwujud, serta pengeluaran
yang belum dialokasikan atau biaya yang masih harus dialokasikan pada penghasilan yang akan
datang. Pengertian aktiva menurut beberapa orang ahli sebagai berikut : Menurut Dra. Lanita Winata,
Akuntan (1994, hal 55) menjelaskan : Aktiva ialah Sejumlah kekayaan atau sumber-sumber
ekonomi yang dimiliki oleh suatau perusahaan berupa uang, barang dan hak yang timbul dari
transaksi-transaksi yang terjadi di masa lampau dan dapat memberikan manfaat di masa yang akan
datang. Menurut Standar Akuntansi Keuangan, dalam kerangka dasar penyusunan dan penyajian
laporan keuangan (2002, hal 13, paragraf 49) menjelaskan : Aktiva ialah Sumber daya yang dikuasai
oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa
depan diharapkan akan diperoleh oleh perusahaan.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa, Aktiva ialah Kekayaan atau sumber-sumber daya yang
dimiliki dan dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari transaksi-transaksi yang terjadi di masa
lampau dan diharapkan akan memberi manfaat di masa depan.
Aktiva Lancar ialah aktiva yang berupa kas dan mempunyai jangka waktu yang pendek.
Yang termasuk dalam aktiva lancar ialah :
a) Kas, uang tunai untuk membiayai operasional perusahaan. Investasi jangka pendek, investasi
yang sifatnya sementara hanya untuk memanfaatkan uang yang belum dibutuhkan dalam
operasi.
b) Piutang wesel, tagihan perusahaan kepada pihak lain yang dinyatakan dalam perjanjian yang
diatur dalam undang-undang.
c) Piutang dagang, tagihan kepada pihak lain sebagai akibat penjualan barang dagangan secara
kredit.
d) Persediaan, baik persediaan barang mentah, barang dalam proses maupun barang jadi.
e) Piutang penghasilan, penghasilan yang sudah menjadi hak perusahaan tetapi belum diterima
pembayarannya.
f) Persekot/uang muka/biaya dibayar di muka, pengeluaran untuk memperoleh jasa atau prestasi
dari pihak lain. Pengeluaran itu belum menjadi biaya periode sekarang melainkan pada
periode berikutnya.
Aktiva tidak lancar ialah aktiva yang tidak berupa kas dan mempunyai jangka waktu yang panjang.
Yang termasuk aktiva tidak lancar ialah:

a) Investasi jangka panjang, investasi ini dilakukan jika perusahaan mempunyai kekayaan lebih
dari yang dibutuhkan.
b) Aktiva tetap, kekayaan yang dimiliki perusahaan yang secara fisik tampak dan berperan
dalam operasi perusahaan secara permanen, selain itu juga mempunyai umur ekonomis lebih
dari satu periode dalam kegiatan perusahaan.
c) Aktiva tetap tidak berwujud, kekayaan perusahaan yang secara fisik tidak tampak tetapi
merupakan suatu hak yang mempunyai nilai dan dimiliki oleh perusahaan untuk digunakan
dalam kegiatan perusahaan.
d) Beban yang ditangguhkan, transaksi yang menunjukkan adanya pengeluaran atau biaya yang
mempunyai manfaat jangka panjang.
e) Aktiva lain-lain, item ini menunjukkan kekayaan atau aktiva perusahaan yang tidak dapat atau
belum dapat dimasukkan dalam klasifikas-klasifikasi yang telah diuraikan sebelumnya.
B. PENGERTIAN AKTIVA TETAP
Aktiva tetap ialah aktiva tetap berwujud yang mempunyai nilai guna ekonomis jangka
panjang, dimiliki perusahaan untuk menjalankan operasi guna menunjang perusahaan dalam
mencapai tujuan dan dimiliki perusahaan tidak untuk dijual kembali agar diperoleh laba atas
penjualan tersebut. Pengertian aktiva tetap berwujud dikemukakan oleh beberapa orang ahli sebagai
berikut :
Menurut Zaki Baridwan (1992, hal 271) menjelaskan : Aktiva tetap berwujud yang sifatnya relatif
permanen (menunjukkan sifat bahwa aktiva yang bersangkutan dapat digunakan dalam jangka waktu
yang relatif cukup lama) yang digunakan dalam kegiatan perusahaan.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2002, Nomor 16.2 Paragraf 05) Aktiva tetap adalah
aktiva tetap berwujud yang digunakan dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun terlebih dahulu
yang digunakan dalam operasi perusahaan. Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan
normal

perusahaan

dan

mempunyai

masa

manfaat

lebih

dari

satu

tahun.

Dari definisi diatas dapat disimpulkan sifat-sifat tetap berwujud digunakan dalam operasional
perusahaan, tidak untuk diperdagangkan, umur ekonomi lebih dari satu tahun yang sifatnya relatif
tetap atau permanen dan berwujud fisik artinya dapat dilihat dan dirasakan dengan panca indera.

C. SIFAT AKTIVA TETAP


Meskipun semua aktiva memiliki beberapa ciri dasar yang umum, aktiva tetap memiliki ciriciri tambahan sebagai berikut :
Aktiva tetap merupakan barang-barang fisik yang dimiliki untuk memperlancar/ mempermudah
produksi barang-barang lain atau untuk menyediakan jasa-jasa bagi perusahaan atau para
pelanggannya

dalam

kegiatan

normal

perusahaan.

Semua aktiva tetap memiliki usia terbatas, pada akhir usianya harus dibuang atau diganti.
Nilai aktiva tetap berasal dari kemampuannya untuk mengesampingkan pihak lain dalam
mendapatkan hak - hak yang sah atas penggunanya dan bukan dari pemaksaan dari suatu kontrak.
Aktiva tetap seluruhnya nonmoneter : manfaatnya diterima dari penggunaan atau

penjualan jasa-

jasa dan bukan dari pengubahannya menjadi sejumlah uang tertentu.


Pada umumnya jasa yang diterima dari ativa tetap meliputi suatu periode yang lebih panjang
dari satu tahun atau satu siklus operasi perusahaan. Akan tetapi terdapat terkecualian. Misalnya suatu
bangunan atau peralatan tidak klasifikasikan kembali sebagai aktiva lancar bilamana sisa manfaatnya
kurang dari satu tahun. Dalam beberapa kasus seperti halnya,beberapa unsur memiliki usia asli yang
lebih pendek dari pada satu siklus operasi perusahaan.
Unsur-unsur aktiva tetap mempunyai ciri umum dan memiliki beberapa tujuan pelaporan keuangan
yang sama. Salah satu tujuan ini di dasarkan kepada keseragaman mereka dalam proses akuntansi.
Aktiva tetap dimiliki untuk mendapatkan jasa-jasanya di masa mendatang :
karena itu aktiva tetap dibebankan sebagai biaya usia manfaatnya dengan cara yang sama seperti
biaya di bayar dimuka (prepaid expense). Perbedaan pokok antara biaya dibayar dimuka dan aktiva
tetap terletak pada usia aktiva tersebut. Biaya dibayar dimuka biasanya di bebankan sebagai ongkos
selama siklus kegiatan berjalan atau satu tahun,tergantung mana yang lebih lama,sedangkan aktiva
tetap di bebankan sebagai biaya selama satu periode yang lebih panjang. Tetapi jika keseragaman
dalam proses akuntansi itu di anggap sebagai tujuan utama klasifikasi maka pos-pos tidak berwujud
yang usianya terbatas mungkin harus di sertakan pula di dalamnya tetapi klasifikasi menurut proses
akuntansi bukanlah tujuan yang relevan.
Tujuan kedua dalam penguraian dan pengukuran pos-pos aktiva tetap adalah memberikan
indikasi jumlah fisik atau kapasitas produksi yang dimiliki perusahaan dan juga beberapa petunjuk
mengenai usia relatifnya serta taksiran masa pakainya yang akan datang. Semua informasi itu tidak
mungkin terpenuhi dengan sejumlah angkadalam rupiah. Namun demikian untuk aktiva atau aktiva

tertentu mungkin lebih relevan jika digunakan basis penilaian input daripada nilai likuidasinya : dan
suatu penilaian yang di dasarkan pada tafsiran nilai barang atau jasa atau arus kas di masa mendatang
tidak mungkin di pergunakan sebagai pengukur baik secara teoritis maupun praktis. Suatu jumlah
akumulasi penyusutan yang di kurangkan dari suatu nilai input tidak dapat menghasilkan gambaran
yang cukup tentang kondisi atau usia relatif aktiva tetap tersebut.
Tujuan ketiga adalah tujuan yang penting dari klasifikasi dan penilaian aktiva tetap untuk menyajikan
suatu gambaran mengenai kegiatan suatu perusahaan sebagaimana pengelompokkan moneter dan
aktiva lancar menunjukkan informasi mengenai kegiatan perusahaan, demikian pula halnya dengan
pengelompokkan investasi dalam pos-pos modal. Jumlah relatif modal yang di tanamkan dalam
aktiva tetap merupakan informasi yang relevan bagi penanam modal dan para kreditur, karena hal itu
mungkin dapat menambah informasi untuk membantu meramal arus kas di masa depan dan
memberikan petunjuk mengenai periode sebelum perusahaan berkesempatan menanamkan kembali
sumber dayanya untuk penggunaan yang sama atau penggunaan lainnya tanpa adanya keharusan
likuidasi (forced liquidation). Dalam perusaan Public Utility (pelayanan umum seperti PLN,
TELKOM, GAS, dll) dan dalam berbagai perusahaan jasa lainnya, jumlah yang ditanamkan sebagai
pos-pos modal jangka panjang merupakan kelompok terpenting sebagai sumber daya penghasilan di
masa mendatang. Karena alasan inilah maka sebagian besar public utility menyajikan pos-pos aktiva
tetap pada bagian pertama dalam neraca, mendahului aktiva lancar.
Pos-pos aktiva tetap non-operasional biasanya disajikan di neraca dalam kelompok yang terpisah,
meskipun masalah penilaian dan penyusutanya sama dengan aktiva tetap operasi. Karena itu sebagian
besar uraian berikut akan dikaitkan baik dengan unsur-unsur aktiva tetap operasional maupun non
operasional.
D. PENGGOLONGAN AKTIVA TETAP
1) AKTIVA TETAP BERWUJUD
Adalah aktiva-aktiva yang berwujud yang sifatnya relatif permanen yang digunakan dalam kegiatan
perusahaan yang normal. Istilah relatif permanen menunjukan sifat dimana aktiva yang bersangkutan
dapat digunakan dalam jangka waktu yang relatif cukup lama.
AkitIva tetap berwujud yang dimiliki oleh suatu perusahaan dapat mempunyai macam-macam bentuk
seperti tanah, bangunan, mesin-mesin dapat alat-alat, kendaraan, mebel dan lain-lain. Dari macam-

macam aktiva tetap berwujud di atas untuk tujuan akutansi dilakukan pengelompokan sebagai berikut
:
a) Aktiva tetap yang umurnya tidak terbatas seperti tanah untuk letak perusahaan, pertanian dan
peternakan.
b) Aktiva tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa penggunaannya bias
diganti dengan aktiva yang sejenis.
c) Aktiva tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa penggunaannya tidak dapat
diganti dengan aktiva yang sejenis.
Klasifikasi aktiva tetap berdasarkan jenisnya biasanya digolongkan menjadi empat kelompok, yaitu:
a) Tanah, seperti tanah yang digunakan sebagai tempat berdirinya gedung-gedung perusahaan.
b) Perbaikan tanah, seperti jalan-jalan diseputar lokasi perusahaan yang dibangun oleh
perusahaan, tempat parkir, dan pagar.
c) Gedung, seperti kantor, toko, pabrik, dan gudang.
d) Peralatan, seperti peralatan kantor, peralatan pabrik, mesin-mesin, kendaraan, dan mebel.
Aktiva tetap dapat dibagi 2 Sudut:
a) Sudut Substansi

Tangible Assets atau Aktiva berwujud seperti Lahan, Mesin, Gedung dan Peralatan.

Intangible Assets atau Aktiva yang tidak berwujud seperti HGU, HGB, Goodwill, Patents,
Copyright, Hak Cipta, Franchise, dan lain-lain.

b) Sudut Disusutkan Atau Tidak

Depreciated Plant asset yaitu aktiva tetap yang disusutkan seperti Building (Bangunan),
Equipment (Peralatan), Machinary (Mesin), Inventaris dan lain-lain.

Undepreciated Plant Asset yaitu aktiva yang tidak dapat disusutkan seperti Land (Lahan).

2) AKTIVA TETAP TIDAK BERWUJUD


Aktiva tidak berwujud adalah aktiva tetap perusahaan yang secara fisik tidak dapat
dinyatakan. Contoh Aktiva tidak berwujud adalah hak paten, hak cipta hak merek, biaya riset dan
pengembangan biaya ditangguhkan serta hak pengusahaan sumber alam. Aktiva tidak berwujud dapat
diperoleh melalui pembelian atau dikembangkan sendiri oleh perusahaan.
Apabila suatu aktiva tidak berwujud diperoleh dengan membeli dari pihak luar, maka disamping
harga beli yang termasuk sebagai harga perolehan (cost) adalah biaya biaya tambahan untuk

mendapatkannya seperti biaya yang dibayarkan kepada pemerintah dan notaries serta biaya
administrasi yang berhubungan. Apabila suatu aktiva tidak berwujud diperoleh dengan jalan
mengembangkan sendiri ,maka termasuk dalam harga perolehan adalah biaya-biaya bahan, peralatan,
dan fasilitas, biaya gaji dan upah dan biaya tidak langsung misalnya alokasi biaya administrasi dan
umum.
Aktiva tidak berwujud mungkin timbul dari:
1. Pemerintah-seperti hak paten, hak cipta, frenchis, merek dagang, dan nama dagang.
2. Perusahaan lain, misalnya pembelian yang mencakup pembayaran untuk goodwill.
3. Perjanjian tertentu-seperti frenchise dan lease.
Ciri- ciri aktiva tetap tidak berwujud
Dapat dipisahkan, yaitu kemampuannya untuk menjadi terpisah atau terbagi dari BPR dan dapat
dijual, dialihkan, dilisensikan, disewakan atau ditukarkan melalui suatu kontrak terkait
aset atau kewajiban secara individual atau secara bersama.
Muncul dari hak kontraktual atau hak hukum lainnya, terlepas apakah hak tersebut dapat dialihkan
atau dapat dipisahkan dari BPR atau dari hak dan kewajiban lainnya.
Aset Tidak Berwujud dapat diperoleh secara eksternal melalui perolehan secara terpisah dan
pertukaran aset, atau dihasilkan secara internal.
Aset Tidak Berwujud hanya dapat diakui apabila berasal dari eksternal. Sedangkan biaya penelitian
dan pengembangan yang terkait dengan upaya menghasilkan aset tidak berwujud secara internal tidak
dapat diakui sebagai Aset Tidak Berwujud, kecuali merupakan bagian dari perolehan aset lain.
E. AKTIVA TETAP BERWUJUD
1. AKTIVA TETAP BERWUJUD (PEROLEHAN, PENYUSUTAN DAN PELAPORAN)
Kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan disebut aktiva atau harta ( assets ). Aktiva menunjukan
bentuk kekayaan yang dimiliki perusahaan yang merupalan sumber daya (resources) bagi perusahaan
untuk melakukan usaha. Setiap perusahaan memiliki laporan keuangan .Laporan keuangan adalah
laporan yang dirancang untuk para pembuat keputusan, terutama pihak diluar perusahaan, mengenai
posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan. Laporan keuangan terdiri dari neraca, laporan laba rugi
dan laporan arus kas. Neraca adalah laporan keuangan yang dapat memberi informasi tentang

sumber-sumber daya yang dimiliki perusahaan dan sumber pembelanjaan untuk memperolehnya.
Laporan ini menyajikan posisi keuangan perusahaan yang didalamnya terdiri dari tiga komponen
penting yaitu aktiva, kewajiban dan modal. Aktiva dapat dibedakan menjadi dua, yaitu aktiva lancar
dan aktiva tetap.
Aktiva Tetap
Aktiva tetap adalah aktiva yang jangka waktu pemakaiannya lama digunakan dalam kegiatan
perusahaan, dimiliki tidak untuk dijual kembali dalam kegiatan normal perusahaan serta nilainya
cukup besar. Aktiva ini digolongkan menjadi aktiva tetap berwujud (tangible fixed assets ) dan aktiva
tidak berwujud ( intangible assets ). Tidak ada criteria standar mengenai jangka waktu pemakaian
minimal untuk membedakan aktiva tetap dengan aktiva lainnya. Walaupun demikian, pemakaian
lebih dari satu tahun, pada umumnya digunakan sebagai pedoman. Kriteria lain adalah aktiva tersebut
harus dipakai dalam kegiatan perusahaan dan tidak untuk dijual kembali. Hanya aktiva yang nilainya
tinggi saja yang biasanya dikelompokan sebagai aktiva tetap.

Harga Perolehan : Semua biaya yang terjadi untuk memperoleh suatu aktiva tetap sampai tiba
ditempat dan siap dipakai harus dimasukkan sebagai bagian dari harga perolehan (cost) aktiva
yang bersangkutan.

Perolehan Dengan Angsuran : Ada kalanya aktiva tetap dibeli secara angsuran. Dalam hal
demikian kontrak pembelian dapat menyebutkan bahwa pembayaran akan dilakukan dalam
sekian kali angsuran dan terhadap saldo yang belum dibayar dikenakan bunga.

Penyusutan : Semua jenis aktiva tetap kecuali tanah, akan semakin berkurang kemampuannya
untuk memberikan jasa bersamaan dengan berlalunya waktu. Beberapa faktor yang
mempengaruhi menurunnya kemampuan ini adalah pemakaian, keausan, ketidakseimbangan
kapasitas yang tersedia dengan yang diminta dan keterbelakangan teknologi. Berkurangnya
kapasitas berarti berkurangnya nilai aktiva tetap yang bersangkutan dan hal ini perlu dicatat dan
dilaporkan. Pengakuan adanya penurunan nilai aktiva tetap berwujud ini disebut penyusutan
( depreciation) . Ayat jurnal yang perlu dibuat untuk mencatat penyusutan dalah debit biaya
penyusutan dan kredit akumulasi penyusutan. Perkiraan akumulasi penyusutan digunakan untuk
mencatat secara akumulatif jumlah penyusutan yang telah dilakukan .Selisih antara harga
perolehan dengan akumulasi penyusutan merupakan bagian dari harga perolehan yang belum
disusutkan. Selisih ini disebut nilai buku (book value) aktiva tetap.

Metode Penyusutan :

Ada dua faktor yang mempengaruhi besarnya penyusutan yaitu nilai aktiva tetap yang digunakan
dalam penghitungan penyusutan (dasar penyusutan) dan taksiran manfaat. Dasar penyusutan dapat
berupa : harga perolehan dan nilai buku. Untuk menghitung penyusutan, taksiran manfaat dinyatakan
dalam tarif penyusutan dan dapat dihitung dengan rumus :
a. Metode garis lurus ( Straight line ), biaya penyusutan dialokasikan berdasarkan berlalunya
waktu ,dalam jumlah yang sama,sepanjang masa manfaat aktiva tetap.
Biaya penyusutan = Tarif penyusutan x Dasar penyusutan
Dasar penyusutan = Harga perolehan nilai sisa
b. Metode saldo menurun ( Declining balance ), biaya penyusutan akan merata sepanjang umur
aktiva tetap dan biaya penyusutan makin menurun dari tahun ke tahun selama taksiran masa
manfaat dikarenakan semakin tua, kapasitas aktiva dalam memberikan jasanya juga akan
semakin menurun.
Biaya penyusutan = Tarif penyusutan x Dasar penyusutan
Dasar penyusutan = Nilai buku awal periode
c. Metode jumlah angka tahun akan menghasilkan jadwal penyusutan yang sama dengan metode
saldo menurun. Jumlah penyusutan akan makin menurun dari tahun ke tahun.
Biaya penyusutan = Tarif penyusutan x Dasar penyusutan
Dasar penyusutan = Harga perolehan nilai sisa
d. Metode unit produksi,dalam metode unit produksi taksiran manfaat dinyatakan dalam
kapasitas produksi yang dapat dihasilkan.Kapasitas produksi itu sendiri dapat dinyatakan
dalam bentuk unit produksi, jam pemakaian, kilometer pemakaian atau unit unit kegiatan
yang lain. Harga perolehan dikurangi nilai sisa merupakan dasar penyusutan.
Penilaian dan pelaporan
Aktiva tetap dinilai sebesar nilai bukunya, yaitu harga perolehan dikurangi dengan akumulasi
penyusutan. Tetapi apabila manfaat ekonomi dari suatu aktiva tetap tidak lagi sebesar nilai bukunya,
maka aktiva tersebut dinyatakan sebesar jumlah yang sepadan dengan nilai manfaat ekonomi yang
tersisa. Penurunan nilai kegunaan aktiva tersebut dicatat sebagai kerugian. Dalam laporan keuangan,
aktiva tetap dirinci menurut jenisnya, seperti tanah, gedung, mesin-mesin, peralatan dan lain-lain.
Buku Aktiva Tetap

Perkiraan aktiva tetap dibuku besar perlu dibuatkan rinciannya dalam buku aktiva tetap (fixed assets
subsidiary ledger). Buku tambahan ini merinci aktiva tetap dibuku besar menurut jenisnya.
2. AKTIVA TETAP BERWUJUD ( PENARIKAN )

Penjualan

Aktiva tetap yang sudah tidak terpakai lagi dapat ditarik dari pemakaian. Penarikan (retirements)
dapat dilakukan dengan dijual, ditukarkan dengan aktiva lain atau dibuang begitu saja
(dihapuskan). Ayat jurnal yang harus dibuat untuk ketiga macam transaksi tersebut sedikit
berbeda, namun yang pasti, nilai buku aktiva yang bersangkutan harus dikeluarkan dari
pembukuan. Hal ini dilakukan dengan mengkredit harga perolehan dan mendebit akumulasi
penyusutannya. Suatu aktiva tetap tidak boleh dikeluarkan dari pembukuan hanya karena telah
habis disusutkan. Harga perolehan maupun akumulasi penyusutan aktiva tetap yang telah habis
disusutkan tetap disajikan, walaupun kalau dinettokan, nilai bukunya sama dengan nol.
Apabila suatu aktiva tetap dijual, niai bukunya dihitung sampai dengan tanggal penjualan. Nilai
buku ini kemudian dibandingkan dengan hasil penjualan yang diterima. Selisih yang diperoleh
merupakan keuntungan atau kerugian karena penjualan aktiva tetap.
a) Aktiva Tetap Bernilai Kecil
Salah satu kriteria untuk dapat dikategorikan sebagai aktiva tetap adalah nilainya yang besar.
Aktiva tetap yang nilai per unitnya kecil, dapat langsung dibebankan sebagai biaya pada saat
perolehan. Manajemen perusahaan perlu menetapkan atau untuk pengeluaran yang harus
dikapitalisir sebagai aktiva tetap dan pengeluaran yang harus dibebankan sebagai biaya. Apabila
pengeluaran untuk aktiva aktiva tetap yang nilainya kecil misalnya suku cadang, dikapitalisir,
maka pencatatannya dapat dikelompokan menjadi satu. Penyusutan secara regular tidak dihitung.
Pembebanan ke biaya dilakukan dengan menghitung secara phisik aktiva tetap yang masih tersisa.
Harga perolehan aktiva yang masih ada ditaksir kemudian selisih antara saldo menurut perkiraan
dengan nilai taksiran dibebankan ke perkiraan biaya.

Pengeluaran modal
Pengeluaran-pengeluaran aktiva tetap seperti biaya pemeliharaan (maintenance), penambahan

(additions), penggantian (replacement) atau perbaikan (repairs) dapat dikategorikanmenjadi


pengeluaran modal (capital expenditures) and pengeluaran pendapatan ( renevue expenditures).

Pengeluaran modal adalah pengeluaran-pengeluaran yang harus dicatat sebagai aktiva


(dikapitalisir ).
Pengeluaran-pengeluaran yang akan mendatangkan manfaat lebih dari satu periode akutansi
termasuk dalam kategori ini. Misalnya, penambahan satu unit AC dalam sebuah mobil merupakan
pengeluaran modal. Demikian juga halnya dengan pengeluaran pengeluaran yang menambah
efisiensi memperpanjang umur aktiva atau meningkatkan kapasitas atau mutu produksi.
Pengeluaran modal dicatat sebagai debit pada perkiraan : aktiva ataupun akumulasi penyusutan.
Pengeluaran pengeluaran untuk penambahan dan penggantian, pada umumnya dicatat dalam
perkiraan aktiva sedangkan untuk perbaikan besar-besaran yang akan memperpanjang umur aktiva
dicatat sebagai debit pada perkiraan akumulasi penyusutan.

Pengeluaran pendapatan
Pengeluaran pendapatan adalah pengeluaran-pengeluaran yang hanya mendatangkan manfaat

untuk tahun dimana pengeluaran tersebut dilakukan. Oleh karena itu pengeluaran-pengeluaran
akan dibebankan sebagai biaya. Biaya pemeliharaan dan perbaikan rutin merupakan contoh dari
jenis pengeluaran ini. Biaya pemeliharaan adalah biaya-biaya yang terjadi agar aktiva tetap selalu
berada dalam keadaan baik. Biaya perbaikan adalah biaya-biaya untuk mengembalikan aktiva
tetap dalam keadaan baik.
PENGELUARAN PENGELUARAN MODAL DAN PENDAPATAN
Perlakuan akuntansi terhadap pengeluaran-pengeluaran yang berhubungan dengan perolehan dan
penggunaan aktiva tetap dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
Pengeluran modal adalah pengeluran-pengeluran untuk memperoleh suatu manfaat yang akan
dirasakan lebih dari satu periode akutansi pengeluaran-pengeluaran.
Pengeluran pendapatan adalah pengeluran-pengeluran untuk memperoleh suatu manfaat yang hanya
dirasakan dalam periode akuntansi yang bersangkutan. Oleh karena itu pengeluaran-pengeluran
seperti ini dicatat dalam rekening biaya.
PRINSIP PENILAIAN AKTIVA TETAP BERWUJUD
Adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang diberikan
untuk memperoleh suatu aktiva pada saat perolehan atau konstruksi sampai dengan aktiva tersebut
dalam kondisi dan tempat yang siap untuk digunakan.
HARGA PEROLEHAN AKTIVA TETAP BERWUJUD

Untuk menentukan besarnya harga perolehan suatu aktiva, berlaku prinsip yang menyatakan bahwa
semua pengeluaran yang terjadi sejak pembelian sampai aktiva itu siap dipakai harus dikapitalisasi.
Karena jenis aktiva itu macam-macam maka masing-masing jenis mempunyai masalah-masalah
khusus yang akan dibicarakan berikut ini :
a) Tanah
Tanah yang dimiliki dan digunakan sebagai tempat berdirinya perusahaan dicatat dalam
rekening tanah. Apabila tanah itu tidak digunakan dalam usaha perusahaan maka dicatat
dalam rekening investasi jangka panjang. Harga perolehan tanah terdiri dari berbagai elemen
seperti :Harga beli, Komisi pembelian, Bea balik nama, Biaya penelitian tanah, Iuran-iuran
(pajak-pajak) selama tanah belum dipakai, Biaya merobohkan bangunan lama, Biaya perataan
tanah pembersihan dan pembagian, Pajak-Pajak yang jadi beban pembelian pada waktu
pembelian.
b) Bangunan
Gedung yang diperoleh dari pembelian, harga perolehannya harus dialokasikan pada tanah
dan gedung. Biaya yang dikapitalisasi sebagai harga perolehan gedung adalah : Harga beli,
Biaya Perbaikan sebelum gedung itu dipakai, Komisi pembelian, Bea balik nama, Pajak-Pajak
yang menjadi tanggungan pembeli pada waktu pembelian
c) Mesin dan peralatan
Yang merupakan harga perolehan mesin dan peralatan adalah : Harga beli, Pajak-pajak yang
menjadi beban pembeli, Biaya angkut, Asuransi selama dalam perjalanan, Biaya pemasangan,
Biaya-biaya yang dikeluarkan selama masa percobaan mesin
d) Kendaraan
Seperti halnya peralatan, maka kendaraan yang dimiliki juga harus dipisahkan untuk setiap
fungsi yang berbeda.
e) Tempat Barang yang Dapat Dikembalikan Adalah barang-barang yang dipakai sebagai tempat
dari produk yang dijual.
CARA CARA PEROLEHAN AKTIVA TETAP
Aktiva tetap dapat diperoleh dengan berbagai cara, dimana masing-masing cara perolehan akan
mempengaruhi penentuan harga perolehan berikut ini akan dibahas tetang harga perolehan.
a) Pembelian Tunai

Aktiva tetap berwujud yang diperoleh dari pembelian tunai dicatat dalam buku-buku dengan
jumlah sebesar uang yang dikeluarkan.
b) Pembelian secara gabungan
c) Harga perolehan dari setiap aktiva yang diperoleh secara gabungan ditentukan dengan
mengalokasikan harga gabungan tersebut berdasarkan perbandingan nilai wajar setiap aktiva
yang bersangkutan.
d) Perolehan Melalui Pertukaran
Ditukar dengan Surat-surat Berharga : Aktiva tetap yang diperoleh dengan cara ditukar
dengan saham atau Obligasi perusahaan, dicatat dalam buku sebesar harga pasar saham atau
obligasi yang digunakan sebagai penukar
-

Ditukar dengan aktiva tetap yang lain

Banyak pembelian aktiva tetap dilakukan dengan cara tukar-menukar atau sering disebut
tukar tambah. Dimana aktiva lama digunakan untuk membayar harga aktiva baru ada dua
jenis pertukaran yaitu :
-

Pertukaran aktiva tetap yang tidak sejenis

Pertukaran aktiva tetap yang sejenis

e) Pembelian angsuran
f) Apabila aktiva tetap diperoleh dari pembelian angsuran, maka dalam harga perolehan aktiva
tetap tidak boleh termasuk bunga.
g) Diperoleh dari Hadiah atau Donasi
h) Aktiva tetap yang diperoleh dari hadiah atau donasi, pencatatannya bisa dilakukan
menyimpang dari prinsip harga perolehan.
i) Aktiva yang Dibuat sendiri
Perusahaan mungkin membuat sendiri aktiva tetap yang diperlukan seperti gedung, alat-alat
dan perabotan. Pembuatan aktiva ini biasanya dengan tujuan untuk mengisi kapasitas atau
pegawai yang masih diam.
BIAYA BIAYA SELAMA MASA PENGGUNAAN AKTIVA
Aktiva tetap yang dimiliki dan digunakan dalam usaha perusahaan akan memerlukan pengeluaranpengeluaran yang tujuannya adalah agar dapat memenuhi kebutuhan perusahaan. Pengeluaranpengeluaran tersebut dapat dikelompokan menjadi :

Reparasi dan Pemeliharaan


Biaya reparasi dapat merupakan biaya yang jumlahnya kecil jika reparasinya bisa dan jumlahnya
cukup besar jika reparasinya besar. Reparasi besar biasanya terjadi setelah beberapa tahan, sehingga
dapat dikatakan bahwa manfaat reparasi seperti ini akan dirasakan dalam beberapa periode. Oleh
karena itu biaya reparasi besar dikapitalisasi dan pembebanannya sebagai biaya dilakukan dalam
periode-periode yang menerima manfaat.
a) Penggantian adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengganti aktiva atau suatu bagian aktiva
dengan unit yang baru yang tipenya sama.
b) Perbaikan adalah penggantian suatu aktiva dengan aktiva baru untuk memperoleh kegunaan
yang lebih besar.
c) Penambahan adalah memperbesar atau memperluas fasilitas suatu aktiva seperti penambahan
ruang dalam bangunan ruang parker dan lain-lain.
Penyusunan Kembali aktiva tetap
Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam penyusunan kembali aktiva atau perubahan route produksi atau
untuk mengurangi biaya produksi, jika jumlahnya cukup berarti dan manfaat penyusunan kembali itu
akan dirasakan lebih dari satu periode akuntansi maka harus di kapitalisasi.
MEMBERHENTIKAN AKTIVA
Aktiva tetap bisa dihentikan pemakaiannya dengan cara dijual, ditukarkan, maupun karena rusak.
Pada waktu aktiva tetap dihentikan dari pemakian maka semua rekening yang berhubungan dengan
aktiva tersebut dihapuskan.
ASURANSI BERSAMA
Syarat asuransi bersama adalah syarat menyatakan bahwa apabila harta benda diasuransikan
(dipertanggung jawabkan) dengan jumlah yang lebih rendah dari pada suatu persentase tertentu dari
pasar benda tersebut pada saat terjadinya kebakaran, maka perusahan yang mempertanggungkan akan
memikul kerugian karena kebakaran sebanding dengan selisih jumlah pertanggungan dengan
persentase tertentu dari harga pasar harta tersebut Jumlah kerugian yang akan diganti oleh perusahaan
asuransi adalah yang paling rendah dari jumlah berikut :
jumlah yang dibebankan kepada perusahaan asuransi yang dihitung dengan cara asuransi bersama
jumlah pertanggungan dalam polis jumlah kerugian yang sebenarnya.

POLIS GABUNGAN
Apabila perusahaan mengasuransikan beberapa aktiva dalam satu polis, maka polis itu akan
menunjukkan syarat alokasi yang dasarnya adalah harga pasar aktiva-aktiva tersebut pada saat
terjadinya kebakaran.
AKTIVA TETAP TIDAK BERWUJUD
Aktiva tak berwujud adalah aktiva tetap perusahaan yang secara fisik tidak dapat dinyatakan.
Contoh Aktiva tidak berwujud adalah hak paten, hak cipta, hak merek, biaya riset dan pengembangan
biaya ditangguhkan serta hak pengusahaan sumber alam. Aktiva tidak berwujud dapat diperoleh
melalui pembelian atau dikembangkan sendiri oleh perusahaan. Apabila suatu aktiva tidak berwujud
diperoleh dengan membeli dari pihak luar, maka disamping harga beli yang termasuk sebagai harga
perolehan (cost) adalah biaya biaya tambahan untuk mendapatkannya seperti biaya yang
dibayarkan kepada pemerintah dan notaries serta biaya administrasi yang berhubungan. Apabila suatu
aktiva tidak berwujud diperoleh dengan jalan mengembangkan sendiri, maka termasuk dalam harga
perolehan adalah biaya-biaya bahan, peralatan, dan fasilitas, biaya gaji dan upah dan biaya tidak
langsung misalnya alokasi biaya administrasi dan umum.
Hak paten adalah hak yang diberikan oleh pemerintah (Direktorat Paten) kepada perusahaan atau
seseorang atas suatu penemuan baru. Hak ini diberikan dalam jangka waktu 17 tahun.
Hak Cipta adalah hak yang diberikan oleh pemerintah ( Direktorat Paten) kepada perusahaan atau
seseorang atas karya-karya tulisan dan seni yang dihasilkan. Hak ini diberikan untuk selama
penciptanya masih hidup ditambah 50 tahun setelah meninggal dunia. Hak merek juga dikeluarkan
oleh Direktorat Paten. Ketentuan mengenai merek diatur melalui undang-undang No. 21 tahun 1961.
Merek menurut ketentuan undang-undang ini adalah tanda yang digunakan untuk membedakan
barang-barang produksi atau barang-barang perniagaan seseorang atau perusahaan lain.
Biaya yang ditangguhkan adalah biaya-biaya yang tidak dapat dibebankan dala periode terjadinya
karena memberikan manfaat di masa datang misalnya biaya operasi, biaya emisi saham dan biaya
pendirian. Biaya pendirian adalah biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan usaha
mendirikan perusahaan yang termasuk biaya ini adalah biaya untuk memperoleh izin usaha, izin
penanaman modal dan lain-lain. Biaya emisi saham adalah biaya-biaya yang terjadi sehubungan
dengan penjualan saham kepada masyarakat.

Biaya pra operasi (preoperating cost ) adalah biaya biaya yang terjadi mulai dari saat mendirikan
sampai dengan saat perusahaan menghasilkan pendapatan. Biaya administrasi, umum, penjualan dan
produksi, dikapitalisir sebagai biaya pra operasi.
Amortisasi
Pengurangan nilai suatu aktiva tak berwujud yang seara berkala dibebankan sebgai biaya disebut
amortisasi (amortization). Amortisasi aktiva tak berwujud pada umumnya dilakukan dengan
menggunakan metode garis lurus. Dipandang dari sudut kemungkinan amortisasinya, aktiva tak
berwujud dapat digolongkan sebagai :
a) Aktiva tak berwujud yang adanya dibatasi dengan undang-undang, peraturan atau
persetujuan, misalnya hak paten, hak cipta dan hak merek.
b) Aktiva tidak berwujud yang tidak terbatas waktunya dan pada waktu perolehannya tidak ada
petunjuk mengenai usianya yang terbatas, misalnya biaya pendirian dan biaya pra operasi.
Harga perolehan aktiva tak berwujud kategori :
(a) Diamortisasikan selama jangka waktu yang dinyatakan dalam ketentuan. Bila ternyata jangka
waktu kegunaannya lebih lama atau lebih singkat dari perkiraan semula, maka dapat dilakukan
koreksi seperlunya. Aktiva yang termasuk dalam kategori
(b) Diamortisasikan sesuai pertimbangan perusahaan, asalkan amortisasi tersebut layak dan masuk
akal. Amortisasi aktiva tak berwujud dicatat dengan mendebit perkiraan biaya amortisasi dan
mengkredit perkiraan akumulasi amortisasi atau langsung ke perkiraan aktiva yang bersangkutan.
Hak Penguasaan Sumber Alam
Suatu perusahaan mungkin memperoleh hak untuk melakukan eksplorasi dan eksploitasi sumber
alam tertentu. Biasanya untuk memperoleh hak eksploitasi sumber-sumber alam tersebut perusahaan
harus membayar sejumlah uang. Biaya-biaya untuk memperoleh hak penguasaan sumber-sumber
alam dicatat sebagai aktiva tetap dan diamortisasikan.
Seperti halnya aktiva tak berwujud, biaya-biaya sehubungan dengan penguasaan sumber-sumber
alam juga akan makin berkurang nilainya yang disebabkan oleh tambangnya sumber tersebut.
Pengurangan nilai itu secara berkala dibebankan dalam perhitungan rugi laba, yang dalam hal
sumber-sumber alam disebut deplesi. Deplesi pada hakekatnya dapat disamakan dengan penyusutan
pada aktiva tetap berwujud dan pada umumnya deplesi dihitung berdasarkan metode unit produksi.

Aktiva Lain-Lain

Pos-pos yang tidak dapat secara layak digolongkan dalam aktiva lancar investasi /penyertaan, aktiva
tetap maupun aktiva tidak berwujud, seperti mesin-mesin yang tidak digunakan, disajikan dalam
kelompok aktiva lain-lain.
Aktiva tetap tidak berwujud (intangible assets) adalah aktiva yang umur ekonomisnya panjang dan
memberikan manfaat bagi operasi perusahaan, tetapi tidak mempunyai bentuk fisik. Aktiva ini
berupa hak-hak istimewa atau pemilikan posisi yang menguntungkan perusahaan dalam memperoleh
pendapatan. Bukti pemilikan aktiva tidak berwujud bisa berupa kontrak, lisensi atau dokumen lain.
Contoh Aktiva Tetap Tidak Berwujud (Intangible Asset)
Berikut adalah contoh-contoh Aktiva Tetap Tidak Berwujud yang lumrah kita temui dalam dunia
usaha adalah :
a) Hak Sewa (Lease Hold) Adalah hak yang diperoleh atas suatu sewa aktiva tertentu (sewa tempat
usaha, sewa gedung, sewa mesin) yang biasanya menggunakan kurun waktu tertentu, disahkan
oleh pejabat pembuat akte (notaris). Hak sewa dinyatakan sebagai aktiva tetap (tak berwujud)
karena dua alasan :
Hak sewa memberikan kontribusi nyata bagi perusahaan, atau dengan kata lain, atas sumber daya
(dana) yang dikeluarkan diharapkan hak sewa akan memberikan manfaat kembali (berpotensi
menghasilkan kas atau manfaat) di masa yang akan datang.
Manfaat yang akan diterima oleh perusahaan atas kepemilikan hak sewa, akan dinikmati oleh
perusahaan untuk periode waktu lebih dari satu tahun buku.
Melihat batasan (bisa dikatakan syarat) di atas, maka kita dapat memilah-milah atas kejadian sewa,
apakah dibukukan sebagai aktiva tetap tak berwujud atau sebagai biaya sewa.
b) Organization Cost Adalah pengeluaran-pengeluaran perusahaan yang terjadi sehubungan dengan
set-up perusahaan sebelum beroperasi, contohnya : pembayaran kepada notaris. Pengeluaran ini
diakui sebagai perolehan aktiva tak berwujud, karena atas pengeluaran tersebut perusahaan akan
memperoleh manfaat yang lebih dari satu tahun buku juga, yaitu selama perusahaan masih
beroperasi.
c) Perijinan (Permit & Licences) adalah hak perusahaan yang diperoleh dari pihak pemerintah baik
daerah maupun pusat untuk melakukan suatu aktivitas tertentu terkait dengan bidang usahanya.
Ijin-ijin perusahaan tentu ada jangka waktunya, dan jika masa berlakunya telah habis maka ijin
tersebut harus diperpanjang atau diperbaharui. Namun demikian ijin usaha atau aktivitas tertentu

atas terkait dengan usaha biasanya memiliki jangka waktu 3 sampai 30 tahun, yang artinya lebih
dari satu tahun buku. Untuk itu izin diakui sebagai aktiva tetap tidak berwujud.
d) Hak Patent adalah hak yang diperoleh atas suatu penemuan tertentu. Dimana atas penemuan
tersebut, penemu akan memperoleh manfaat tertentu untuk kurun waktu tertentu dan dapat
diperpanjang. Penemuan tersebut bisa berupa suatu produk, atau rekayasa, atau formula, atau
system, atau cara tertentu.
e) Merk Dagang (Trade Mark) yang biasa disingkat TM, adalah hak yang diperoleh atas suatu merk
komersial tertentu. Hak ini bisa berupa logo, tulisan, bentuk, symbol, atau kombinasinya, yang
mewakili suatu organisasi/perusahaan tertentu.
f) Hak Penggandaan (Copyright) adalah hak yang berikan atas suatu penulisan, baik itu berupa
karya ilmiah, puisi, novel, maupun lyric lagu, notasi lagu/irama tertentu, script atau scenario film
tertentu. Copyright meliputi hak untuk memperbanyak dan mengedarkannya.
g) Franchise Adalah hak yang diperoleh untuk melakukan suatu usaha tertentu, atau memasarkan
produknya, sekaligus mengikuti pola usaha, cara pengelolaan, penggunaan logo maupun
penggunaan alat usaha tertentu yang aslinya dimiliki oleh perusahaan yang memberikan hak
franchise.
h) Goodwill Adalah kelebihan-kelebihan, keistimewaan tertentu yang dimiliki oleh perusahaan,
yang oleh karenanya menjadi dinilai lebih oleh pihak lain. Kelebihan/keisitimewaan tersebut bisa
karena perusahaan memiliki reputasi manajemen yang sangat bagus, menghasilkan suatu produk
unggul yang sulit dicari pesaingnya, letaknya strategis, dan lain-lain.
Catatan penting :
Goodwill hanya diakui (dibuatkan perkiraan) jika terjadi suatu transaksi, yang mana dalam transaksi
tersebut perusahaan dinilai lebih oleh pihak lain. Transaksi yang dimaksudkan bisa berupa :
penjualan perusaahaan, bergabung/berhentinya sekutu (anggota persero) baru, merger atau akuasisi.

II. KONSEP AKTIVA DAN PERMASALAHANNYA


I. KONSEP AKTIVA
A. Karakteristik Aktiva

Karakteristik aktiva tersebut berhubungan dengan definisi aktiva. Aktiva perlu didefinisikan karena
definisi tersebut akan digunakan untuk mengidentifikasikan peristiwa ekonomi yang harus diukur,
diakui dan dilaporkan dalam neraca. Karakteristik aktiva tersebut yaitu:
a) Adanya karakteristik manfaat di masa mendatang (pemakaian dapat berbeda-beda seperti
b)
c)
d)
e)
f)

potensi jasa dan sumber-sumber ekonomi)


Adanya pengorbanan ekonomi untuk memperoleh aktiva.
Berkaitan dengan entitas tertentu.
Menunjukan proses akuntansi
Berkaitan dengan dimensi waktu.
Berkaitan dengan karakteristik keterukuran

Definisi yang dikemukakan oleh APB menunjukan bahwa aktiva merupakan sumber ekonomi
perusahaan yang diakui berdasarkan prinsip akuntansi berterima umum (di USA). APB lebih
menekankan pengertian tersebut pada sisi prosedur yang menunjukan jumlah sumber-sumber
ekonomi yang dicatat dalam neraca dan dengan tujuan utama perhitungan laba periodik.
Perubahan mendasar dibuat oleh FASB yang memandang aktiva dari sisi semantik (interpretasi).
FASB (1980) mendefinisikan aktiva sebagai berikut:
Aktiva adalah manfaat ekonomi yang mungkin terjadi dimasa mendatang yang diperoleh atau
dikendalikan oleh suatu entitas tertentu sebagai akibat transaksi atau peristiwa masa lalu
Dari definisi di atas dapat diketahui bahwa definisi aktiva memiliki tiga karakteristik utama yaitu:
a) Memiliki manfaat ekonomi di masa mendatang.
b) Dikuasai oleh suatu unit usaha.
c) Hasil dari transaksi masa lalu.
1) Memiliki Manfaat Ekonomi di Masa Mendatang
Sesuatu dikatakan sebagai aktiva apabila memiliki manfaat/ potensi jasa yang cukup pasti di masa
mendatang, artinya sesuatu tersebut memiliki kemampuan baik secara individu atau bersama-sama
dengan aktiva lain untuk menghasilkan aliran kas masuk di masa mendatang. SFAC No.6
menyebutkan bahwa manfaat ekonomi merupakan esensi sebenarnya dari aktiva, artinya aktiva harus
memiliki kemampuan bagi suatu entitas untuk ditukar dengan sesuatu yang lain yang memiliki nilai,
atau digunakan untuk menghasilkan sesuatu yang bernilai atau digunakan untuk melunasi utang. Jadi
manfaat ekonomi masa mendatang yang melekat pada aktiva merupakan potensi dari aktiva tersebut

untuk memberikan sumbangan, baik langsung maupun tidak langsung, arus kas dan setara kas kepada
perusahaan. Praktisnya, manfaat ekonomi tersebut dapat mengalir ke perusahaan dengan cara seperti
(IAI, 1994)
a) Dapat digunakan baik sendiri maupun bersama aktiva lain dalam produksi barang dan jasa
yang dijual oleh unit usaha.
b) Dapat dipertukarkan dengan aktiva lain.
c) Dapat digunakan untuk melunasi hutang.
d) Dapat dibagikan kepada pemilik perusahaan.
Menurut Paton (1962), aktiva merupakan kekayaan (properties) baik berbentuk fisik atau bentuk
lainnya yang memiliki nilai bagi suatu unit usaha, sedangkan menurut Sprague (1907), aktiva adalah
persediaan atau potensi yang akan diterima atau dinikmati oleh suatu unit usaha, sedangkan Vatter
(1947) mendefinisikan aktiva sebagai manfaat ekonomi masa yang akan datang dalam bentuk potensi
jasa yang dapat diubah, ditukar, atau disimpan.
APB (1970) dalam statement No.4 memberikan contoh sumber ekonomi perusahaan sebagai berikut:
a) Sumber-sumber ekonomi yang produktif:
Bahan baku, tanah, peralatan, paten, dan sumber-sumber lain yang digunakan dalam

b)
c)
d)
e)

produksi.
Hak kontrak untuk menggunakan sumber-sumber ekonomi milik unit usaha lain seperti

hak guna bangunan dan sebagainya.


Produk, yaitu barang yang siap untuk dijual atau barang yang masih dalam proses produksi.
Uang
Klaim untuk menerima uang
Hak pemilikan pada perusahaan lain

Untuk mengatasi perbedaan tersebut definisi yang mungkin lebih tepat untuk aktiva adalah sebagai
sumber-sumber ekonomi yang dapat memberikan manfaat ekonomi di masa mendatang, yang
diperoleh/ dikendalikan dikuasai oleh unit usaha tertentu sebagai akibat peristiwa transaksi masa lalu
(Kam, 1992).
2) Diperoleh dan Dikuasai Oleh Unit Usaha
Sesuatu dapat dikatakan sebagai aktiva bila unit usaha tertentu dapat menggunakan manfaat aktiva
tersbut dan menguasainya sehingga dapat mengendalikan akses pihak lain terhadap aktiva

tersebut. Penguasaan dan pengendalian terhadap suatu aktiva dapat diperoleh suatu unit usaha
melalui pembelian, pemberian, penemuan, perjanjian, produksi, penjualan, dan pertukaran.
Perlu diperhatikan bahwa pemilikan bukan merupakan kriteria utama untuk mengakui suatu aktiva.
Pemilikan umumnya dibuktikan dengan dokumen-dokumen yang sah menurut hukum terhadap suatu
barang. Hal ini disebabkan akuntansi tidak memusatkan pada substansi ekonomi suatu transaksi yang
mempengaruhi posisi keuangan atau hasil usaha suatu perusahaan (economic substance over legal
form).
Pemilikan hanya merupakan karakteristik pendukung untuk mengakui aktiva karena ada hak yuridis
yang pasti untuk menguasainya. Bentuk fisik juga bukan faktor penentu dari aktiva. Misalnya, Paten
dan Hak Cipta merupakan aktiva meskipun kedua elemen tersebut tidak memiliki bentuk fisik. Hal
ini disebabkan kedua elemen tersebut memiliki manfaat ekonomi di masa mendatang, dikuasai oleh
perusahaan dan berasal dari transaksi masa lalu.
3) Hasil Transaksi Masa Lalu
Suatu unit usaha dapat mengakui suatu aktiva apabila telah menjadi transaksi atau peristiwa lain yang
menyebabkan suatu entitas memiliki hak atau pengendalian terhadap manfaat dari aktiva tersebut.
Misalnya suatu mesin dapat diklasifikasikan sebagai aktiva apabila mesin tersebut benar-benar telah
dibeli dari transaksi yang benar-benar sah. Apabila mesin tersebut baru akan diperoleh sesuai dengan
anggaran yang ditetapkan (masih dianggarkan), maka mesin tersebut tidak dapat dipandang sebagai
aktiva, karena belum ada transaksi yang dilakukan.
Meskipun definisi FASB tersebut dapat diterima secara umum, banyak kritikan yang ditujukan ke
FASB. Hal ini disebabkan dalam definisinya, FASB mengabaikan faktor exchangeability, yang
artinya suatu pos dapat dipisahkan dari entitas dan memiliki nilai jual yang terpisah. Mac Neal (1939)
mengatakan bahwa suatu barang yang kehilangan faktor exchangeability berarti kehilangan nilai
ekonomi karena pembelian atau penjualannya tidak memungkinkan untuk dilakukan sehingga tidak
ada nilai pasar yang melekat pada barang tersebut.
B. Konsep Pengukuran

Pengukuran aktiva dalam akuntansi adalah proses penentuan jumlah rupiah untuk menentukan makna
ekonomi dari suatu aktiva yang akan disajikan dalam Neraca.
1) Tujuan Pengukuran
Adapun tujuan pengukuran/penilaian aktiva adalah sebagai berikut:
a)
b)
c)
d)

Sebagai salah satu langkah dalam pengukuran laba


Sebagai salah satu langkah dalam proses penyajian posisi keuangan
Memenuhi kebutuhan informasi yang ingin dicapai dalam pelaporan keuangan
Memenuhi kebutuhan informasi khusus yang memerlukan penilaian untuk

kepentingan

manajemen
e) Dasar Pengukuran
Hendriksen (1982) menyebutkan bahwa ada dua jenis nilai pertukaran yang dapat digunakan yaitu
ukuran keluaran (output values) dan ukuran masukan (input values). Ukuran keluaran menunjukan
aliran dana (kas) yang diperkirakan akan diterima perusahaan dimasa mendatang sesuai dengan harga
pertukaran output/ produk yang dihasilkan perusahaan, sedangkan Ukuran masukan menunjukan
jumlah rupiah yang harus dikeluarkan perusahaan untuk memperoleh aktiva yang akan digunakan
dalam kegiatan operasi perusahaan.
Ukuran Keluaran
Ukuran keluaran didasarkan pada jumlah kas atau penghargaan lain (non kas) yang diterima suatu
unit usaha bila suatu aktiva/ potensi jasa akhirnya keluar dari unit usaha tersebut karena suatu
pertukaran.
Discounted Future Cash Receipts or Service Potential, yaitu nilai sekarang kas masa mendatang yang
akan diterima perusahaan seandainya aktiva dijual. Dasar ini dapat digunakan apabila harapan
penerimaan kas/ setaranya dapat ditaksir cukup pasti dan jangka waktu penerimaan cukup panjang,
tetapi saat/ tanggal penerimaannya pasti. Konsep penilaian tersebut memerlukan adanya taksiran
terhadap jumlah yang akan diterima, faktor diskonto, dan periode waktu penerimaan. Meskipun dasar
penilaian ini memiliki validitas dalam penilian bagi investor, namun penerapannya memiliki
beberapa kelemahan, terutama bila diterapkan untuk aktiva individual. Alasannya adalah sebagai
berikut:

a) Penerimaan kas yang diharapkan umumnya tergantung pada distribusi probabilitas yang
bersifat subyektif dan tidak dapat diuji kebenarannya.
b) Meskipun tingkat diskonto dapat diperoleh, tetapi penyesuaian terhadap preferensi diskonto
memerlukan evaluasi khusus bagi manajemen dan mungkin sulit diterima oleh pihak-pihak
yang berkepentingan.
c) Apabila ada dua faktor atau lebih termasuk sumber daya manusia (yang dianggap sebagai
aktiva fisik) memberikan kontribusi pada produk perusahaan yang pada akhirnya
menghasilkan aliran kas, namun alokasi yang logis untuk memisahkan faktor potensi jasa
secara individu sulit dilakukan.
d) Nilai diskontoan dari aliran kas yang berbeda untuk masing-masing aktiva tidak dapat
ditambahkan bersama untuk memperoleh nilai perusahaan secara keseluruhan.
e) Harga Keluaran Sekarang (Current Output Price )
Apabila produk perusahaan umumnya dijual dipasar yang teroganisir, harga pasar sekarang
merupakan dasar yang rasional untuk menilai besarnya harga jual di masa mendatang.
Ada beberapa kelemahan yang melekat pada dasar penilaian ini:
1) Dasar penilaian tersebut hanya dapat diterapkan untuk aktiva yang pemiliknya dimaksudkan
untuk dijual seperti persediaan, surat berharga, peralatan dan tanah yang tidak memiliki
manfaat lagi untuk kegiatan operasi perusahaan.
2) Dasar penilaian ini merupakan pengganti harga jual masa mendatang sehingga relevansi
pemakaiannya menimbulkan masalah. Harga jual sekarang menunjukan jumlah yang akan
dibayar pembeli dan tidak perlu menunjukan jumlah yang akan dibayar di masa mendatang
kecuali dalam keadaan ceteris paribus.
3) Semua aktiva dapat dinilai atas dasar harga jual sekarang, sehingga metode penlaian yang
berbeda harus digunakan untuk menilai aktiva yang berbeda pula.

Nilai Setara Kas Sekarang (Current Cash Equivalent )


Nilai setara kas sekarang menunjukan jumlah kas atau daya beli umum yang dapat diperoleh dengan
menjual setiap aktiva berdasarkan keadaan perusahaan normal. Nilai setara kas sekarang dianggap
relevan karena menunjukan kondisi perusahaan dalam hubungannya dengan penyesuaian keadaan
lingkungan. Kesulitan utama dari konsep ini adalah perlunya penyesuaian untuk memisahkan pos
yang tidak memiliki harga pasar sekarang, misalnya peraltaan khusus yang tidak dapat dijual seperti

aktiva tidak berwujud. Kelemahan kedua adalah nilai setara kas sekarang tidak memiliki sifat yang
dapat ditambahkan.
Nilai Likuidasi (Liquidation Value)
Nilai likuidasi sama dengan harga jual sekarang/ nilai setara kas sekarang, dengan perbedaan bahwa
nilai keluarannya diperoleh dari kondisi pasar yang berbeda.
Ukuran Masukan
Ukuran masukan dapat menunjukan ukuran maksimum perusahaan atau produk perusahaan tidak
memiliki harga pasar sehingga tidak mungkin untuk memperoleh ukuran keluaran.
Dasar pengukuran yang dapat digunakan untuk ukuran masukan adalah sebagai berikut:
1. Cost Historis
Cost menunjukan semua pengorbanan ekonomi dalam bentuk unit moneter yang dikeluarkan dalam
rangka memperoleh barang/ jasa sampai siap digunakan untuk operasi perusahaan.
Kebaikan:
Bahwa cost dapat diuji kebenarannya (verifiable), karena merupakan harga kesepakatan antara
pembeli dan penjual dalam kondisi yang bebas.
Kelemahan:
1. Bahwa nilai aktiva akan berubah sepanjang waktu sehingga cost tersebut tidak dapat
menunjukan nilai yang sebenarnya dari aktiva yang bersangkutan.
2. Cost historis tidak menunjukan adanya pengakuan untung atau rugi pada periode tertentu
yang benar-benar terjadi.
3. Cost Masukan Terkini (Current Input Cost)
Cost masukan terkini menunjukan harga pertukaran yang harus dikorbankan pada saat sekarang
untuk memperoleh aktiva yang sejenis dalam kondisi yang sama. Dasar ini dapat digunakan apabila
ada bukti pendukung yang kuat untuk menentukan besarnya cost masukan terkini. Cost masukan
terkini menjadi dasar penilaian yang penting terutama dalam penyajian informasi yang menunjukan
pengaruh inflasi terhadap perusahaan.

2. Discounted Future Cost


Dasar penilaian ini menunjukan nilai sekarang pengorbanan ekonomi di masa mendatang seandainya
potensi jasa tertentu diperoleh sekaligus pada saat sekarang. Syarat utama digunakannya penilian ini
adalah adanya kepastian tentang harga potensi jasa di masa mendatang atau setidaknya dapat ditaksir
dengan cukup pasti.
3. Standart Cost
Cost standar menunjukan cost sekarang dalam kondisi perusahaan beroperasi pada tingkat efisiensi
dan kapasitas produksi normal. Dasar penilian ini dapat diterapkan pada persediaan barang jadi dan
beberapa fasilitas fisik yang dibangun sendiri. Jumlah rupiah yang akan dicatat untuk suatu potensi
jasa adalah jumlah rupiah yang seharusnya terjadi pada kondisi efisien dan kapasitas produksi
perusahaan yang diharapkan.
Kelemahan utamanya terletak pada jenis cost standar yang digunakan dan cara untuk
menerapkannya. Pemakaian dasar ini nantinya akan menyebabkan aktiva dinilai terlalu rendah karena
adanya usaha untuk mengeluarkan cost yang berasal dari inefisiensi dan kapasitas mengganggur.
C. Tujuan Pengukuran
Pemiihan suatu dasar pengukuran tertentu dipengaruhi oleh tujuan-tujuan pengukuran aktiva. Karena
dalam proses akuntansi diperlukan bentuk penilaian tertentu, tujuan penilaian, sebagian besar sama
dengan tujuan akuntansi.
Tujuan Sintaksis
1. Pengukuran dan penandingan
Dalam pendekatan ini, tujuan pengukuran aktiva adalah mendapatkan suatu dasar bagi
perhitungan marjin operasi kotor serta penghasilan dari semua transaksi. Dengan demikian
aktiva moneter harus diukur dengan nilai masukan sampai aktiva itu dialokasikan pada beban
dan ditandingkan dengan pendapatan produk atau dibebankan pada periode tertentu.
2. Pengukuran dan akresi
Menurut konsep akresi (pertumbuhan nilai), perusahaan memperoleh penghasilan jika nilai
aktiva bertambah (atau nilai kewajiban menurun) tanpa adanya transaksi modal. Contohnya
adalah pinjaman berbunga.

Tujuan Semantik
Laporan keuangan menyajikan dengan jelas pengukuran interpretif sumber daya dan
kewajiban perusahaan pada waktu tertentu dan juga memungkinkan pengukuran interpretif
perubahan-perubahan dalam posisi keuangan dari waktu ke waktu. Salah satu cara untuk mencapai
tujuan semantik adalah dengan memastikan bahwa semua ukuran yang digunakan dalam akuntansi
itu akan menghasilkan penyajian yang jujur.
Tujuan Pragmatis
Tujuan pragmatis berfokus pada kegunaan atau relevansi akuntansi. Relevansi didefinisikan
dalam kerangka dasar konseptual sebagai kapasitas informasi untuk menimbulkan perbedaan dalam
suatu keputusan, dengan membantu pemakai membentuk prediksi tentang hasil akhir dari peristiwa
masa lalu, masa sekarang, dan masa depan atau menegaskan atau mengoreksi harapan sebelumnya.
D. Pengakuan Aktiva
Pengakuan merupakan pencatatan suatu jumlah rupiah ke dalam struktur akuntansi (sistem
pembukuan) sehingga jumlah tersebut pada akhirnya akan memperngaruhi posisi keuangan dan hasil
usaha perusahaan. FASB (1984) dalam Statement Of Financial Accounting Concepts No. 5
menyatakan pengakuan suatu pos didasarkan pada empat kriteria sebagai berikut:
1. Definisi (Definition)
Suatu Pos akan masuk dalam struktur akuntansi apabila memiliki definisi elemen laporan keuangan
2. Keterukuran (Measurebility)
Suatu Pos harus memiliki makna tertentu yang relevan dan dapat diukur jumlahnya dengan reabilitas
yang tinggi.
3. Relevansi (Relevance)
Informasi yang terdapat (terkandung) dalam pos tersebut memiliki kemampuan untuk membuat suatu
perbedaan dalam keputusan yang diambil pemaki laporan keuangan.
4. Reliabilitas (Reability)

Informasi yang dihasilkan harus sesuai dengan keadaan yang digambarkan atau direpresentasikan,
dapat diuji kebenarannya (Verifiable) dan netral.
Penerapan definisi dalam dunia nyata melibatkan sejumlah kondisi yang dinamakan aturan
pengakuan (recognized rules). Aturan tersebut diciptakan sesuai keinginan akuntan untuk
memperoleh bukti dalam kondisi ketidakpastian. Beberapa aturan secara informal diwujudkan dalam
bentuk konversi atau hal lain yang secara formal di rancang oleh badan yang berwenang.
Contoh aturan menurut konversi adalah piutang dagang dicatat bila penjualan kredit dilakukan dan
peralatan dicatat saat pembelian. Kemudian contoh aturan yang didasarkan pada keputusa badan
berwenang adalah Capital Lease. Dalam SFAS No. 13 Accounting for Lease disebutkan bahwa
kapitalisasi lease (sewa guna usaha) hanya dilakukan bila salah satu atau lebih kriteria berikut
dipenuhi:
a. Adanya Tranfer hak milik kepada pembeli (lessee)
b. Kontrak menyebutkan adanya hak boleh pilih (option) untuk membeli dengan syarat yang
menguntungkan pembeli.
c. Jangka waktu leasing 75% atau lebih dari sisa taksiran umur ekonomi pada saat kontrak
ditandatangani.
d. Nilai sekarang dari pembayaran sewa minimum sama dengan 90% dari nilai pasar yang wajar
dari aktiva yang disewa terhitung sejak kontrak dimulai.

Praktek menunjukan bahwa banyak aturan yang digunakan untuk mengidentifikasi aktiva tertentu
yang dapat diuraikan menjadi beberapa kriteria. Oleh karena itu perlu dibuat perbedaan antara aturan/
ketentuan pengakuaan (rocognition rules) dengan kriteria pengakuan (rocognition criteria). Aturan
pengakuan menunjukan aturan khusus yang digunakan untuk mengindentifikasi aktiva tertentu.
Sedang kriteria pengakuan merupakan pedoman umum yang digunakan untuk memformulasikan
aturan pengakuan. Ada beberapa kriteria yang diajukan oleh Kam sebagai berikut:
1. Didasarkan pada hukum
Pengakuan terhadap aktiva tergantung pada konsep legal dari aktiva yang bersangkutan. Kriteria ini
berhubungan dengan informasi akuntansi yang relevan dan reliable.

2. Pemakain Prinsip Konservatif


Prinsip konservatif mensyaratkan perlunya mengantisipasi kerugian dari pada keuntungan.
3. Makna/ Substansi Ekonomi Suatu Transaksi
Apabila suatu transaksi ditinjau dari makna ekonominya telah terjadi, maka suatu pos dapat segera
divatat dan dilaporkan dalam laporan keuangan. Kriteria ini dimaksudkan untuk menentukan makna
ekonomi dari suatu transaksi yang berhubungan dengan pelaporan informasi yang relevan dengan
tetap mempertahankan faktor materialitas.
4. Kemampuan mengukur nilai aktiva
Jika akuntan tidak dapat mengukur nilai aktiva baik dengan cara arbitree maupun cara lain maka
aktiva tersebut tidak boleh dicatat. Keterukuran ini berhubungan dengan reliabilitas informasi

Permasalahan-permaasalahan dalam konsep aktiva.


Masalah-masalah Khusus
Ada beberapa masalah dalam konsep aktiva:
1. Beban Tangguhan (Deffered Charges)
Beban tangguhan sering menjadi masalah dalam penentuan jenis aktiva. Menurut Commitee on
Terminology yang dituangkan dalam Accounting Terminology Bulletin No.1 (1953) disebutkan bahwa
sesuai definisi aktiva, beban tangguhan bukan merupakan aktiva dalam arti umum. Akan tetapi jika
beban tersebut dimaksudkan untuk ditandingkan dengan pendapatan masa mendatang, maka dalam
struktur akuntansi, beban tersebut dapat diklasifikasikan sebagai aktiva dalam neraca. Beban
tangguhan tidak hanya menyangkut cost dalam bentuk fisik tetapi termasuk juga cost jasa dalam
bentuk lain selama memenuhi kriteria sebagai beban tangguhan. Kriteria umum yang dapat dijadikan
dasar untuk menentukan beban tangguhan adalah sebagai berikut:
a. Apakah cost jasa tersebut merupakan pengeluaran yang sah dan wajar?
b. Apabila cost jasa yang dikeluarkan sifatnya sah dan wajar maka cost tersebut tidak dapat
diperlakukan sebagai rugi meskipun mugnkin dapat menjadi biaya pada periode terjadinya?

c. Apakah cost jasa tersebut merupakan suatu faktor yang manfaatnya di masa mendatang dapat
diantisipasi dengan mudah?
Apabila cost jasa tersebut memiliki manfaat di masa mendatang maka dapat diperlakukan sebagai
beban tangguhan, meskipun dapat juga dibebankan secara langsung.
d. Apakah cost jasa tersebut merupakan jenis pengeluaran yang terjadi berulang-ulang setiapn
periode?
Apabila terjadinya berulang-ulang maka, umumnya cost tersebut dapat dibebankan langsung sebagai
biaya pada periode terjadinya, kecuali untuk persediaan barang dan biaya dibayar dimuka (prepaid
expense).
Atas dasar kriteria diatas jelas bahwa apabila cost jasa dikeluarkan secara sah dan wajar dan memiliki
manfaat di masa mendatang maka cost tersebut dapat ditangguhkan pembebannanya dan dilaporkan
sebagai aktiva.
2. Kaplitalisasi Bunga
Kapiltalisasi bunga sering menjadi masalah dalam strutur akuntansi. Masalah ini muncul terutama
bila perusahaan sedang membangun fasilitas fisik yang dibiayai dengan dana pinjaman dan jangka
waktunya cukup lama. Ada beberapa perlakuan akuntansi terhadap bunga tersebut yaitu,
(Hendriksen, 1982) yaitu:
a. Bunga tidak dikapitalisasi
Alasannya yaitu bunga merupakan cost pendanaan dan bukan elemen cost. Dilihat dari konsep
kesatuan usaha, bunga merupakan pembagian laba bukan merupakan upaya untuk memperoleh
pendapatan.
b. Bunga dikapitalisasi dan dimasukkan sebagai elemen cost fasilitas fisik yang dibangun sendiri.
c. Alasanya yang mendukung perlakuan ini:
1. Definisi cost menunjukan seluruh pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh barang dan
jasa. Dengan demikian bunga merupakan elemen cost fasilitas fisik yang dibangun.
2. Bila fasilitas fisik tersebut tidak dibangun sendiri maka jumlah yang dibayar pada kontraktor
termasuk juga bagian untuk menutup bunga yang dibayar oleh kontraktor tersebut.

3. Pembebanan bunga sebagai beban pendapatan pada tahun terjadinya justru akan menimbulkan
distorsi laba. Dengan demikian perlakuan ini tidak sesuai dengan konsep matching.
4. Bunga dikapitalisasi tetapi tidak dimasukkan sebagai elemen cost fasilitas fisik yang dibangun.
Alasannya yaitu bahwa bunga merupakan biaya pendanaan. Oleh karena itu, untuk menghindari
distorsi laba yang dapat mengakibatkan kesan yang salah terhadap prestasi perusahaan terutama bila
pendapatan tidak dapat menutup bunga konstruksi tersebut, maka bunga tidak dapat dimasukkan
sebagai elemen cost fasilitas fisik.
Apabila manfaat yang diperoleh dari kapitalisasi lebih besar dibandingkan dengan mengurangkan
secara langsung sebagai biaya periode, maka kapitalisasi merupakan pilihan yang paling baik. Bunga
hanya dapat dikapitalisasi untuk aktiva yang memenuhi syarat.
3. Aktiva Yang Memenuhi Syarat
Kapitalisasi bunga dapat dilakukan untuk aktiva berikut ini:
a. Aktiva yang dibangun/ diproduksi untuk digunakan sendiri oleh perusahaan.
b. Aktiva yang dibangun/ diproduksi dengan tujuan untuk dijual sebagai unit/ proyek yang berdiri
sendiri.
Atas dasar ketentuan di atas maka ada aktiva yang tidak dapat dijadikan obyek kapitalisasi yaitu:
a. Aktiva yang bersangkutan sudah siap digunakan sesuai dengan tujuan pembangunan atau sedang
digunakan dalam kegiatan menghasilkan pendapatan.
b. Aktiva yang bersangkutan belum digunakan untuk tujuan menghasilkan pedapatan dan juga tidak
sedang mengalami penyeleseian/ perbaikan atau aktivitas lain yang diperlukan untuk menjadikan
aktiva tersebut siap digunakan lagi dalam operasi.
Besarnya Kapitalisasi
Besarnya bunga yang dikapitalisasi secara teoritis adalah tambahan bunga yang diperkirakan terjadi
selama satu periode akibat adanya konstruksi. Bunga tersebut adalah bunga yang dapat dihindari
seandainya konstruksi tidak dilaksanakan.
Besar tarif kapitalisasi ditentukan sebagai berikut:

a. Apabila dana rata-rata yang tertanam dalam konstruksi tidak melebihi dana pinjaman, maka tarif
yang digunakan adalah tingkat bunga pinjaman untuk konstruksi tersebut.
b. Apabila dana rata-rata tertanam dalam konstruksi melebihi besarnya dana pinjaman untuk
konstruksi tersebut, maka tarif kapitalisasi untuk kelebihan dana yang tertanam tersebut adalah
rata-rata tertimbang dari tingkat bunga sumber dana lainnya.
Periode Kapitalisasi
Kapitalisasi bunga dapat terus dilakukan setiap periode selama ketiga syarat berikut dipenuhi:
a. Uang muka untuk konstruksi telah dibayar.
b. Kegiatan konstruksi tetap berlangsung dan tidak terhenti cukup lama selama periode
bersangkutan
c. Cost bunga telah terhimpun atau terjadi bersamaan dengan berjalannya pembangunan konstruksi.
d. Penyajian dan pengungkapan
Agar laporan keuangan tetap informatif, ada beberapa hal yang harus diungkapkan dalam laporan
keuangan. Antara lain sebagai berikut:
1. Total bunga yang terjadi selama periode
2. Bagian dari total bunga yang dikapitalisasi
3. Total bunga yang dibebankan ke periode bersangkutan kalau selama periode tersebut tidak ada
bagian bunga yang dikapitalisasi.
4. Pengeluaran Kapital/ Untuk Aktiva (Capital Expenditure)
Capital Expenditure adalah pengorbanan sumber ekonomik yang berkaitan dengan obyek jasa
(fasilitas fisik) baik saat diperoleh maupun saat digunakan dalam operasi.
Adapun aturan umum yang digunakan untuk menentukan pengorbanan ekonomi sebagai pengeluaran
kapital adalah:
a. Untuk aktiva non moneter yang baru diperoleh/dibeli, suatu pengeluaran akan dikapitalisasi jika
pengeluaran tersebut dimaksudkan untuk memperoleh aktiva sampai aktiva yang bersangkutan
siap digunakan untuk operasi perusahaan.
b. Untuk aktiva yang telah dipakai (aktiva lama), pengeluaran akan dikapitalisasi bila memenuhi
syarat sebagai berikut:
1) Menambah kapasitas produksi aktiva yang bersangkutan
2) Menambah umur ekonomi
3) Menambah nilai aktiva

4) Aktiva Donasi/Sumbangan
Masalah khusus lainnya yang sering timbul adalah apabila perusahaan memperoleh suatu aktiva
tanpa harus mengeluarkan/mengorbankan sumber ekonomi. Oleh karena itu, kativa yang berasal dari
sumbangan memiliki manfaat untuk menghasilkan pendapatan, maka aktiva tersebut harus ditentukan
nilai wajarnya. Pengukuran semacam ini dimaksudkan untuk menentukan secara tepat kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba.
Transaksi Aktiva Non Moneter
Masalah lain timbul apabila pengorbanan ekonomi untuk memperoleh suatu aktiva bukan berupa kas
tetapi berbentuk aktiva non moneter. Pengukuran yang umum digunakan untuk menentukan aktiva
non moneter tersebut adalah jumlah rupiah uang tunai yang akan diperoleh seandainya aktiva non
moneter tersebut dijual lebih dahulu secara tunai di pasar umum.
Apabila aktiva yang diterima adalah aktiva yang tidak sejenis, aktiva tersebut dinilai atas dasar nilai
wajarnya.
Sedang untuk aktiva yang sejenis, penilaian dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Jika ada unsur rugi dalam transaksi tersebut, maka nilai aktiva yang diterima adalah nilai wajar
dari aktiva yang diserahkan ditambah sejumlah kas tertentu yang dikeluarkan.
b. Jika ada unsur untung dalam transaksi tersebut, nilai aktiva yang diterima adalah nilai buku aktiva
yang diserahkan ditambah sejumlah kas tertentu yang dikeluarkan.
c. Jika ada untung dan diterima sejumlah kas, maka nilai aktiva yang diterima adalah nilai buku
aktiva yang diserahkan dikurangi proporsi tertentu dari nilai buku aktiva yang dijual.

Kesimpulan
Setelah kita mengupas beberapa masalah seputar aktiva tetap berwujud dan tidak berwujud, dapat
disimpulkan bahwa aktiva tetap berwujud adalah aktiva-aktiva yang berwujud yang sifatnya relatif
permanen yang digunakan dalam kegiatan perusahaan yang normal. Seperti, mesin, peralatan, tanah,
dan lain-lain. Sedangkan aktiva tetap tidak berwujud adalah aktiva tetap perusahaan yang secara fisik

tidak dapat dinyatakan, tetapi berpengaruh terhadap kontinuitas perusahaan, seperti hak paten, merk
dagang, hak cipta, dan lain-lain.
Adapun perbedaan yang menonjol dari keduanya antara lain :
1. Bentuk nyata atau bentuk fisik
2. Nilai aktiva
3. Usia atau umur aktiva
Perlakuan akuntansi aktiva tak berwujud menyangkut masalah yang tidak berbeda dengan perlakuan
akuntansi terhadap aktiva tetap, diantaranya adalah penentuan nilai perolehan, perlakuan akuntansi
selanjutnya terhadap nilai perolehan tersebut dalam kondisi usaha normal (amortisasi), dan perlakuan
akuntansi atas penurunan nilai aktiva tak berwujud yang material dan permanen. Kesulitan yang
dihadapi dalam pemecahan masalah perlakuan akuntansi aktiva tak berwujud pada umumnya
disebabkan oleh sifat aktiva tersebut, seperti tidak adanya wujud fisik yang menyebabkan bukti
keberadaannya kabur, dan kesulitan dalam penentuan nilai perolehan serta masa manfaat
keekonomiannya.

Daftar Pustaka
Hendriksen, S. Eldon.,dan Nugroho W. Teori Akuntansi. Edisi 4. Jakarta: Erlangga.
Ikhsan, Arfan. 2015. Teori Akuntansi. Edisi 1. Medan: Citapustaka Media
Jusup, Al. Haryono. 1993. Dasar-Dasar Akuntansi 2. Edisi 4. Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIE
YKPN.
Liar, Yimu. 2013. Teori Akuntansi: Konsep Aktiva.
Tuanakotta, M. Theodorus. Teori Akuntansi 2. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
http://yimuliar.blogspot.com/2013/03/teori-akuntansi-konsep-aktiva.html

You might also like