Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Feni Indriyani
C11211224
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia memiliki 3000 jenis tanaman obat namun baru sekitar
450 saja yang sudah diketahui khasiatnya sehingga perkembangan obat di
Indonesia belum pesat. Obat tradisional belum bisa diterima sepenuhnya
oleh kalangan medis dan dunia kedokteran modern. Namun akhir-akhir ini
penelitian mengenai obat tradisional semakin banyak dilakukan baik oleh
kalangan akademis, medis maupun instansi swata dan pemerintah
(Prapanza dan Marianto, 2003).
Penggunaan obat zaman dahulu dan sekarang memang berbeda.
Dahulu obat tradisional dikonsumsi dalam keadaan segar dan diolah secara
sederhana. Zaman sekarang obat tradisional digunakan dalam bentuk
sediaan instan seperti jamu. Kendala utama ketika mengkonsumsi obat
tradisional adalah bahan baku dan proses peracikan yang dianggap
merepotkan. Selain bahan baku yang menjadi kendala obat tradisional
adalah pengetahuan dan informasinya. Tanaman obat hanya dikenal lewat
cara bertukar pengalaman, cerita dari mulut ke mulut atau kitab-kitab
zaman dahulu. Maka diperlukan cara untuk mempublikasikan khasiat dan
manfaat obat tradisional secara lebih luas misalnya melalui buku, media
massa dan hasil penelitian.
Penggunaan obat penambah stamina pada zaman sekarang ini
semakin meluas. Hal ini seiring dengan kebutuhan masyarakat yang
latar
belakang
tersebut
maka
yang
menjadi
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Tanaman Sambiloto (Andrographis paniculata, Nees.)
a. Ciri Fisik
Sambiloto termasuk dalam genus Andrographis. Genus ini
terdiri dari 28 spesies tetapi hanya sedikit yang berkhasiat obat dan
yang paling popular adalah Andrographis paniculata. Sambiloto
memiliki beberapa sinonim yakni Justicia paniculata, Burm., Justicia
stricta, Lamk., dan Justicia latebrosa, Russ. Tanaman yang
digolongkan
jenis
perdu
atau
semak
ini
termasuk
keluarga
ampadu
(Minangkabau),
sambiroto
(Bali)
(ITO
dan
(Andrographis
paniculata,
bahwa
Nees.)
tanaman
mengandung
terbakar. Resin ini juga tidak larut dalam air,tetapi larut dalam
alkohol dan lain-lain pelarut organik yang membentuk larutan yang
apabila di uapkan meninggalkan sisa yang berupa lapisan tipis
seperti vernis. (Nadjeebs blog)
6) Minyak Atsiri
Minyak atsiri lazim dikenal dengan nama minyak mudah
menguap atau minyak terbang. Definisi minyak atsiri yang ditulis
dalam Encyclopedia of Chemical Technology menyebutkan bahwa
minyak atsiri merupakan senyawa yang pada umumnya berwujud
cairan, yang diperoleh dari bagian tanaman, akar, kulit, batang,
daun, buah, biji maupun dari bungan dengan cara penyulingan
dengan uap. Meskipun kenyataannya untuk memperoleh minyak
atsiri dapat dapat juga diperoleh dengan cara lain seperti dengan
cara ekstraksi dengan menggunakan pelarut organik maupun
dengan cara dipres atau dikempa dan secara enzimatik. (minyak
atsiri, 2004)
Minyak atsiri dapat dibagi menjadi dua kelompok. Pertama
minyak atsiri yang dengan mudah dapat dipisahkan menjadi
komponen-komponen atau penyusun murninya. Komponenkomponen ini dapat menjadi bahan dasar untuk diproses menjadi
produk-produk lain. Contohnya minyak sereh dan minyak daun
cengkeh. Biasanya komponen utama yang terdapat dalam minyak
atsiri tersebut dipisahkan atau diisolasi dengan penyulingan
neoandgrographolid,
andrographolid,
yang
antara
lain
berfungsi
untuk
mencegah
dan
meningkatkan
produkdi antibodi.
Beberapa
efek
farmakologis
dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni. (Dirjen
POM, 1977 MMI Jilid 1)
b. Penanganan Simplisia
Tanaman obat yangmenjadi sumber simplisia nabati, merupakan
salah satu faktor yangdapat mempengaruhi mutu simplisia. Pada
umumnya pembuatan simplisia melalui tahapan sebagai berikut:
1. Pengumpulan Bahan Baku
Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbeda-beda
antara lain tergantung pada bagian tanaman yang digunakan,
umur tanaman atau bagian tanaman pada saat panen, waktu
panen dan lingkungan tempat tumbuh. Waktu panen sangat erat
hubungannya dengan pembentukan senyawa aktif di dalam
bagian tanaman yang akan dipanen
2. Sortasi Basah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran
kotoran atau bahan bahan asing lainnya dari bahan simplisia.
Misalnya pada simplisia pada simplisia yang dibuat dari akar
suatu tanaman obat, bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil,
rumput, batang, daun akar yang telah rusak, serta pengotor
lainnya harus dibuang.
3. Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan
pengotor lainnya yang melekat pada bahan simplisia.
Pencucian dilakukan dengan air bersih. Bahan simplisia yang
mengandung zat yang mudah larut di dalam air yang mengalir,
pencucian dilakukan dalam waktu sesingkat mungkin. Cara
perlu
mengalami
proses
proses
pengeringan,
pengepakan
dan
udara,
reaksi
kimia
intern,
dehidrasi,
penyerapan
air,
beberapa
hal
yang
dapat
mengakibatkan
yang
utama
adalah
air dan
kelembaban.
8. Pemeriksaan Mutu
Pemeriksaan mutu simplisia dilakukan pada waktu penerimaan
atau pembeliannya dari pengumpul atau pedagang simplisia.
(Cara pembuatan simplisia)
c. Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan
menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok,
diluar pengaruh cahaya matahari langsung. Ekstrak kering harus
mudah digerus menjadi serbuk. Ekstrak air dilakukan penyarian
dengan air dengan cara maserasi, perkolasi atau dapat pula dengan
penyeduhan dengan air mendidih (FI III)
3. Metode Penyarian
a. Penyarian
Penyarian adalah kegiatan penarikan zat yang dapat larut
dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Simplisia
yang disari mengandung zat aktif yang dapat larut dan zat yang
tidak larut seperti serat, karbohidrat, protein dan lain-lain. Faktor
Lama hidup
Umur dewasa
Umur kawin
Siklus estrus
Jumlah anak
Berat lahir
Pernapasan rate
Denyit jantung
denyut/menit
Rata-rata suhu normal dubur : 99,5oF
Perut dibagi menjadi bagian nonglandular proksimal dan bagian
distal kelenjar.
Paru-paru kiri terdiri dari satu lobus, sedangkan paru-paru kanan
780
obat-obatan
yang
dipercaya
mempunyai
kemampuan
yang
dihasilkan
bekerja
pada
korteks
yang
Kontrol
positif
Kontrol
negatif
Mengamati pengaruh
pemberian perlakuan
terhadap hewan uji
BAB 3
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmasi Peltekkes Bhakti Mulia
Sukoharjo.
2. Waktu
2. Variabel terikat
Variabel terikat (variable dependent) dalam penelitian ini yaitu efek
tonikum yang timbul pada mencit.
3. Variabel Kontrol
Variabel kontrol dalam penelitian ini yaitu sebagai control positifnya
kafein, dan control negatifnya CMC-Na 1%.
E. Definisi Operasional
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan
menyinari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, diluar
pengaruh cahaya matahari langsung. Ekstrak kering harus mudah digerus
menjadi serbuk. Ekstrak air dilakukan penyarian dengan air dengan cara
maserasi, perkolasi, atau dapat pula dengan penyeduhan dengan air mendidih.
Ekstrak etanolik adalah ekstrak kental yang dihasilkan dari suatu penyarian
zat aktif menggunakan penyari etanol dan kemudian diuapkan sampai hasil
penyarian menjadi kental dengan warna yang kehitaman.
Ekstrak etanol daun sambiloto (Andrographis paniculata, Nees.)
adalah ekstrak kental dari simplisia Andrographis paniculata, Nees. Dengan
cara mengekstraksi daun sambiloto(Andrographis paniculata, Nees.) dengan
pelarut etanol 90% dengan metode maserasi yang kemudian diuapkan.
Kontrol positif adalah bahan yang digunakan sebagai pembanding,
digunakan kafein yang dapat memberikan efek stimulan dan sebagai obat
perangsang susunan saraf pusat yang kuat.
(pyrex)
(lokal)
(lokal)
(pyrex)
(lokal)
(lokal)
(terumo)
(lokal)
(lokal)
Bahan sampel
keringkan
Bahan kimia
:
-
Hewan uji
Hewan uji yang digunakan adalah mencit jantan
Dosis pemberian
Dosis control positif (kafein)
: 100mg/kg BB
Dosis ekstrak
:
50mg/kg BB
100mg/kg BB
200mg/kg BB
Dosis control negatif (CMC-Na)
:
Volume peberian
Volume pemberian yang digunakan secara per oral adalah 1.0
ml.
J. Cara Kerja
1. Pengambilan Sampel
Sampel diambil dari daerah Pacitan, Jawa Timur yaitu daun
sambiloto yang segar, utuh tidak cacat. Kemudian dikeringkan.
2. Pengeringan dan pembuatan serbuk
Daun sambiloto yang akan digunakan disortasi, dicuci, dianginanginkan lalu dioven pada suhu 50oC sampai kering. Kemudian
dihaluskan dengan cara di blender hingga berbentuk serbuk.
3. Pembuatan ekstrak
a. Membersihkan simplisia daun sambiloto (Andrographis
b.
c.
d.
e.
paniculata, Nees.).
Menimbang bobot simplisia sebesar 200 gram.
Menghaluskan simplisia dan dimasukkan kedalam beker glass.
Menambahkan etanol 90% 1.000 ml kedalam beker glass.
Mendiamkan maserasi selama 18 jam kemudian mengaduknya
selama 6 jam. Lalu didiamkan lagi selama 18 jam.
waktu lelahnya.
h. Dihitung data efek toniknya (farmakologi, 2013).
K. Hipotesis Sintetik
H0 : ekstrak etanol daun sambiloto tidak memiliki efek tonikum
H1 : ekstrak etanol daun sambiloto memiliki efek tonikum
L. Jadwal Penelitian
No
1
Jenis Kegiatan
Pengajuan Judul
Penyusunan
2
3
4
5
Proposal
Ujian Proposal
Pengajuan Surat Ijin
Pengumpulan Data
Okt
2014
Nov Des
Jan
Feb
2015
Mar Apr
Mei
6
7
8
Analisis Data
Laporan Penelitian
Ujian Hasil