Professional Documents
Culture Documents
id
digilib.uns.ac.id
SKRIPSI
Oleh:
SUTINO
K7107055
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Oleh:
Sutino
K7107055
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan
Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Ilmu Pendidikan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK
Sutino. K7107055. PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA
DENGAN MENGGUNAKAN METODE ROLE PLAYING PADA SISWA
KELAS V SDN PANDAK I SIDOHARJO SRAGEN TAHUN AJARAN
2010/2011. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta, April 2011.
Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil
keterampilan berbicara dengan menggunakan metode role playing pada siswa kelas
V SDN Pandak I Sidoharjo Sragen tahun ajaran 2010/2011.
Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek yang
digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Pandak I Sidoharjo
Sragen tahun ajaran 2010/2011 berjumlah 21 siswa yang terdiri dari 7 siswa laki-laki
dan 14 siswa perempuan. Sumber data yang digunakan adalah informasi dari
narasumber yaitu guru kelas V dan siswa, hasil pengamatan proses dan data
pembelajaran berbicara dengan menggunakan metode role playing, dan dokumen
resmi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, tes,
dan kajian dokumen. Untuk menguji validitas data, peneliti menggunakan triangulasi
sumber data dan triangulasi metode. Teknik analisis data yang digunakan adalah
model analisis interaktif meliputi tiga buah komponen yaitu reduksi data, sajian data,
dan penarikan simpulan atau verifikasi. Proses penelitian dilaksanakan dalam dua
siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2)
pelaksanaan tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi.
Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa metode role playing dapat
meningkatkan kualitas proses dan hasil keterampilan berbicara pada siswa kelas V
SDN Pandak I Sidoharjo Sragen tahun ajaran 2010/2011. Hal ini dapat dibuktikan
dengan meningkatnya persentase sikap siswa pada aspek minat, keaktifan, kerja
sama, dan kesungguhan pada siklus I dan siklus II. Pada siklus I persentase klasikal
sikap siswa adalah minat 61,9%, keaktifan siswa 71,42%, kerja sama 71,42%, dan
kesungguhan 57,14%. Pada siklus II persentase klasikal sikap siswa meningkat
menjadi: minat 90,47%, keaktifan siswa 80,95%, kerja sama 76,19%, dan
kesungguhan 80,95%. Kualitas hasil dibuktikan dengan diperoleh nilai rata-rata
hasil tes awal sebelum tindakan (prasiklus) yaitu 61,14 dengan ketuntasan klasikal
38,1%. Pada siklus I nilai rata-rata kelas meningkat mencapai 66,09 dengan
ketuntasan klasikal 71,42%. Setelah tindakan pada siklus II nilai rata-rata kelas
meningkat menjadi 73,33 dengan ketuntasan klasikal 85,71%.
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Sutino. K7107055. IMPROVING THE SPEAKING SKILL WITH THE USE OF
ROLE PLAYING METHOD IN THE FIFTH GRADE STUDENT OF SDN
PANDAK I SIDOHARJO SRAGEN ON THE ACADEMIC YEAR OF
2010/2011. Skripsi: The Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret
University, Surakarta, April 2011.
The purpose of this research is to improve the process and result quality of
speaking skill with the use of role playing method in the fifth grade student of SDN
Pandak I Sidoharjo Sragen on the academic year of 2010/2011.
This research has the form of Classroom Action Research (CAR). Subject
used in this research is the fifth grade student of SDN Pandak I Sidoharjo Sragen on
the academic year 2010/2011 amount to 21 students consist of 7 man students and 14
woman students. The data sources of the research were informant, that is the class V
teacher and students, the result of observation process and data on the learning
speaking skill with the use role playing method, and official documents. The data
collecting technique used is observation, in-depth interview, test, and learn
document. The validity of the data was tested by using a data source triangulation
and a method triangulation. The data analysis technique applied is interactive
analysis model having three components, that are data reduction, data presentation,
and drawing conclusion or verification. The research process consisted of two cycles
and each cycle comprised four phases, namely: (1) planning, (2) implementation, (3)
observation, and (4) reflection.
Based on the results of the research, a conclusion is drawn that the use of
role playing can improve the process and result quality of speaking skill in the fifth
grade student of SDN Pandak I Sidoharjo Sragen on the academic year of
2010/2011. This can be proved by the increasing percentage of students' attitudes on
aspects of interest, liveliness, cooperation, and seriousness in cycle I and cycle II. In
cycle I, percentage classical attitudes of the students is an interest of 61,9%, 71,42%
students' activeness, cooperation 71,42%, and the earnestness is 57,14%. In cycle II
percentage classical attitudes of the students improve be an interest of 90,47%,
80,95% students' activeness, cooperation 76,19%, and the earnestness is 80,95%.
The result quality be proved by the preliminary average score of the achievement test
prior to the treatment is 61,14 and the classical learning completeness is 38,1%. In
cycle 1, the average score of the achievement test improve becomes 66,09 and the
classical learning completeness is 71,42%. After the treatment of cycle II, the
average score of the achievement test becomes 73,33 and the classical learning
completeness is 85,71%.
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Sesungguhnya sesudah kesulitan akan datang kemudahan, maka kerjakanlah
urusanmu dengan sungguh-VXQJJXKGDQKDQ\DNHSDGD$OODKNDPXEHUKDUDS
(QS. Al-Insyirah:6-8)
+DLRUDQJ-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan
PHQRORQJPXGDQPHQHJXKNDQNHGXGXNDQPX
(QS. Muhammad: 7 )
$OODKPHQ\XNDLSHNHUMDDQ\DQJGLODkukan terus-menerus walaupun pekerjaan itu
NHFLODWDXVHGLNLW
(HR. Bukhari dan Muslim)
.HWDKXLODKSHUWRORQJDQLWXDGDEHUVDPDGHQJDQNHVDEDUDQMDODQNHOXDULWXDNDQ
VHODOXEHULULQJDQGHQJDQFREDDQGDQEHUVDPDNHVXOLWDQLWXDGDNHPXGDKDQ
(HR. Tirmidzy)
%HUV\XNXUDWDVVHVXDWX yang kita miliki dan bersabar atas ujian adalah kunci
kebahagiaan menjalani kehidupan
(Penulis)
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Orang tuaku,
Almh. ibu Tuginah yang memberikan arti tulusnya kasih sayang tanpa
mengharap balas jasa dan aku selalu mendoakan semoga beliau diampuni
dosanya serta dimasukan ke dalam surga-Nya. Amiin.
Bapak Sasmo Dimejo yang telah memberikan motivasi, perhatian, kasih sayang
dengan tulus ikhlas, bekerja keras tanpa mengenal lelah untuk mencukupi
kebutuhan keluarga, dan mendoakan aku dalam setiap langkahku. Terima kasih
ayah.
Kakak-kakakku (Mas Tukidi, Mas Tugiman, Mas Sartono, Mas Suparjo, Mas
Slamet, Mas Tugimin, Mbak Sumarmiyati, dan Mbak Suwarti) yang telah
memberikan dukungan dan membantu biaya kuliahku.
Teman-temanku SI PGSD angkatan 2007 terkhusus untuk kelas VIIIB dan
adik-adik tingkatku PGSD FKIP UNS yang telah banyak membantu dan
mendoakanku.
Keluarga besar FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta dan almamaterku
tercinta tempatku menimba ilmu berkarakter kuat dan cerdas untuk masa
depan yang cerah.
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan nikmat dan karunia-Nya kepada kita. Atas kehendak-Nya pula skripsi
dengan judul 3eningkatan Keterampilan Berbicara dengan Menggunakan Metode
Role Playing pada Siswa Kelas V SDN Pandak I Sidoharjo Sragen Tahun Ajaran
2010/2011 ini dapat terselesaikan dengan baik sebagai persyaratan untuk
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini telah melibatkan berbagai
pihak. Maka dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima
kasih dan penghargaan setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuannya. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada yang terhormat :
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. Rusdiana Indianto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas sebelas Maret Surakarta.
3. Drs. Kartono, M.Pd selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas sebelas Maret Surakarta.
4. Prof. Dr. Retno Winarni, M.Pd selaku pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan, kepercayaan, dukungan, saran, dan kemudahan yang sangat
membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Drs. Hasan Mahfud, M.Pd selaku Sekretaris Program Studi PGSD Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas sebelas Maret Surakarta dan
pembimbing II skripsi penulis yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan
dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
6. Bapak dan Ibu dosen program studi PGSD FKIP UNS yang telah memberikan
motivasi dan pengarahan kepada penulis.
7. Ibu B. Any Handayani, S. Pd selaku Kepala Sekolah SDN Pandak I yang telah
memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.
8. Bapak Sri Kuncoro, Ama. Pd selaku guru kelas V SDN Pandak I yang dengan
senang hati membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian.
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9. Guru-guru SDN Pandak I yang telah memberikan motivasi dan sebagai informan
terhadap penyusunan skripsi ini.
Penulis telah berupaya untuk berbuat yang terbaik dalam penyusunan skripsi
ini. Namun demikian, disadari hasilnya masih jauh dari kesempurnaan. Semua ini
tidak lain karena keterbatasan penulis baik pengatahuan dan pengalaman. Oleh
karena itu, segala saran dan kritik membangun sangat diharapkan.
Akhirnya, penulis tetap berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca budiman. Semoga kebaikan dan bantuan dari semua pihak tersebut di
atas mendapat pahala dan imbalan dari Allah.
Penulis
S.
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
JUDUL ...........................................................................................................
PENGAJUAN ................................................................................................
ii
PERSETUJUAN ...........................................................................................
iii
PENGESAHAN .............................................................................................
iv
ABSTRAK .....................................................................................................
ABSTRACT ...................................................................................................
vi
MOTTO ..........................................................................................................
vii
PERSEMBAHAN .........................................................................................
viii
ix
xi
xiv
xv
xvi
BAB I
PENDAHULUAN .......................................................................
11
13
14
15
17
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
25
25
27
28
30
31
34
35
42
44
46
47
47
47
C. %HQWXNGDQ6WUDWHJL3HQHOLWLDQ
D. Sumber Data ............................................................................
48
49
50
51
H. Indikator .HWHUFDSDLDQ
I. Prosedur Penelitian .................................................................
54
64
64
69
69
70
72
c. Observasi ........................................................................
77
d. Refleksi ...........................................................................
82
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
84
85
87
c. Observasi ........................................................................
92
d. Refleksi ..........................................................................
93
97
100
106
A. Simpulan .................................................................................
106
B. Implikasi .................................................................................
106
C. Saran .......................................................................................
107
109
LAMPIRAN ..................................................................................................
112
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
17
21
Tabel 3. 5XEULN3HQLODLDQ.HWHUDPSLODQ%HUELFDUD
22
36
53
66
68
79
80
93
Tabel 11. Data Frekuensi Nilai Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SDN
Pandak I Sragen pada Siklus II.......................................................
94
98
commit to user
xiv
99
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
33
Gambar 2.
46
Gambar 3.
52
Gambar 4.
54
Gambar 5.
Gambar 6.
Gambar 7.
79
Gambar 9.
68
Gambar 8.
67
81
Grafik Penilaian Proses (Sikap Siswa) Pembelajaran Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SDN 3DQGDN,SDGD6LNOXV,,
93
95
98
commit to user
xv
100
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
113
/DPSLUDQ'HVNULSVL:DZDQFDUD6HEHOXP7LQGDNDQ 114
Lampiran 3.
Lampiran 4.
Lampiran 5.
Lampiran 6.
0DWHUL'LVNXVL.HORPSRN6LNOXV, 135
Lampiran 7.
0DWHUL'LVNXVL.HORPSRN6LNOXV,, 140
Lampiran 8.
/HPEDU+DVLO'LVNXVL.HORPSRN 141
Lampiran 9.
3HWXQMXN7HV8QMXN.HUMD.HWHUDPSLODQ%HUELFDUD6LNOXV,
142
149
150
151
167
169
171
173
commit to user
xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
produktif, artinya
suatu
secara
lisan,
berbicara secara baik dan benar. Oleh karena itu, pembelajaran keterampilan
berbicara seharusnya mendapat perhatian dalam pembelajaran keterampilan
berbahasa di pendidikan formal khususnya di sekolah dasar. Keterampilan berbicara
di SD merupakan inti dari proses pembelajaran bahasa di sekolah, karena dengan
commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menyederhanakan pikiran, perasaan, dan ide kepada orang lain secara lisan.
Berdasarkan hasil observasi di SDN Pandak I Sidoharjo Sragen, terlihat
bahwa keterampilan berbicara di sekolah dasar tersebut kurang begitu diperhatikan.
Penekanan pembelajaran berbahasa umumnya masih terletak pada keterampilan
menyimak, membaca, dan menulis. Keterampilan berbicara lebih dikesampingkan
sehingga tidak jarang masih terdapat siswa yang tidak bisa menyampaikan
pesan/informasi dalam bahasa lisan secara baik. Hal ini juga menunjukkan bahwa
masih banyak siswa sekolah dasar yang kurang mampu mengekpresikan diri lewat
kegiatan berbicara atau dengan kata lain keterampilan berbicara siswa masih rendah.
Siswa sering kali malu ketika diminta berbicara atau bercerita di depan kelas. Siswa
masih merasa takut berdiri dan berbicara di hadapan teman sekelasnya. Bahkan tidak
jarang beberapa siswa berkeringat dingin, brdiri kaku, lupa segalanya jika berdiri di
depan kelas untuk berbicara. Kondisi ini dimungkinkan karena rendahnya
penguasaan siswa akan topik yang dibahas sehingga siswa tidak mampu
memfokuskan hal-hal yang ingin diucapkan. Akibatnya, arah pembicaraan menjadi
kurang jelas sehingga inti dari bahasan tersebut tidak tersampaikan.
Permasalahan rendahnya keterampilan berbicara tersebut juga terjadi pada
siswa kelas V SD Negeri Pandak I Sidoharjo Sragen. Data yang diperoleh dari hasil
pembelajaran keterampilan berbicara oleh guru kelas V pada kondisi awal hari Senin,
14 Februari 2011 menunjukkan bahwa hanya terdapat 8 siswa atau 38,1% dari 21
siswa yang mendapat nilai 62 ke atas (batas KKM), sedangkan sisanya 13 siswa atau
61,9% mendapat nilai di bawah 62. Kenyataan yang demikian dapat diindikasikan
bahwa keterampilan berbicara siswa di sekolah dasar masih rendah khususnya pada
kelas V SDN Pandak I. Kondisi ini dapat dijadikan sebagai landasan yang
melatarbelakangi adanya upaya peningkatan pembelajaran keterampilan berbicara
pada siswa kelas V SD Negeri Pandak I Sidoharjo Sragen.
commit to user
2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Bertolak dari observasi awal dan hasil wawancara dengan guru kelas V SD
Negeri Pandak I dapat diidentifikasi beberapa faktor yang melatarbelakangi masalah
rendahnya keterampilan berbicara pada siswa diantaranya adalah (1) siswa kurang
berminat dan termotivasi dalam kegiatan berbicara. Setiap ada pembelajaran terkait
kemampuan bebicara siswa kurang antusias dan tidak memperhatikan dengan baik.
(2) Sikap siswa ketika berbicara dalam kegiatan berbicara terlihat tegang dan kurang
rileks. Pada umumnya siswa merasa takut dan malu ketika harus berbicara di depan
kelas. Kondisi tersebut akan mempengaruhi kualitas tuturan siswa dan siswa masih
kesulitan dalam mengucapkan bahasa lisan yang akan disampaikan. (3) Kurangnya
latihan keterampilan berbicara yang diterapkan dalam pembelajaran. Keadaan ini
mengakibatkan siswa tidak terbiasa terlatih kemampuan bicaranya terutama di depan
kelas dan ketepatan siswa dalam mengunakan bahasa masih kurang. Siswa kurang
mampu mengorganisasi perkataannya sehingga pembicaraan ternilai kurang runtut
(sistematis) dan masih terbata-bata. (4) Proses pembelajaran keterampilan berbicara
yang diterapkan guru masih menggunakan metode yang konvensional sehingga
mengurangi minat dan antusias bagi siswa. Biasanya guru hanya terpaku pada buku
pelajaran dan menggunakan metode penugasan berbicara individu yang menyita
banyak waktu serta menurunkan mental siswa di depan kelas. Metode mengajar guru
yang masih konvensional membuat pembelajaran berbahasa pada keterampilan
berbicara menjadi sesuatu yang membosankan bagi siswa.
Beberapa faktor penyebab rendahnya keterampilan berbicara tersebut jika
tidak segera diatasi akan berdampak pada rendahnya keterampilan berbicara siswa
yang berkelanjutan. Keadaan tersebut juga menyebabkan siswa kurang terampil
berbicara terutama pada saat tampil berbicara di depan kelas sehingga siswa tidak
bisa mendapatkan nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah
ditetapkan oleh sekolah. Di lingkungan kehidupannya, siswa kurang bisa
berkomunikasi dan bersosialisasi dengan baik. Akhirnya dampak ini akan meluas
yang mengakibatkan rendahnya mutu atau kualitas pendidikan di Indonesia
khususnya pada keterampilan berbicara.
Sebagai salah satu solusinya, seorang guru dituntut kemampuannya untuk
menggunakan metode pembelajaran secara tepat. Metode dalam pembelajaran
commit to user
3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
memang banyak dan baik tetapi tidak semua metode tepat digunakan dalam
pencapaian tujuan pembelajaran tertentu. Metode pembelajaran merupakan cara yang
digunakan guru agar timbul proses belajar mengajar sehubungan dengan strategi
yang digunakan oleh guru. Kegiatan belajar mengajar di kelas diperlukan
menggunakan metode pembelajaran yang tepat agar tercipta kondisi pembelajaran
yang menyenangkan bagi siswa dan materi tersampaikan secara efektif sehingga
tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai dengan optimal. Salah satu
bentuk metode yang dapat diterapkan secara tepat dan melibatkan siswa aktif untuk
meningkatkan keterampilan berbicara siswa sekolah dasar adalah metode role
playing.
Penilitian ini menggunakan metode role playing sebagai metode
pembelajaran keterampilan berbicara. Adapun alasan pemilihan metode role playing
adalah dengan pertimbangan bahwa metode ini dirasa lebih tepat yaitu lebih efektif
dan lebih efisien untuk diterapkan dalam pembelajaran keterampilan berbicara.
Metode role playing diterapkan untuk menjawab permasalahan berbagai penyebab
rendahnya keterampilan berbicara siswa. Metode role playing dikatakan efektif
karena penerapan metode bermain peran akan lebih menghemat waktu, hal ini
disebabkan karena siswa dapat tampil praktik berbicara secara berkelompok. Selain
itu, siswa dapat menghilangkan perasaan takut dan malu karena mereka dapat tampil
dan bekerja sama dengan anggota kelompoknya. Sedangkan dikatakan efisien,
dimungkinkan karena proses belajar di SD lebih banyak dilakukan dengan bermain
sambil belajar atau belajar sambil bermain. Permainan adalah hal paling menarik
untuk anak-anak usia sekolah dasar.
Martinis Yamin (2005:76) menyatakan bahwa metode bermain peran (role
playing) adalah metode yang melibatkan interaksi antara dua siswa atau lebih tentang
suatu topik atau situasi. Siswa melakukan peran masing-masing sesuai dengan tokoh
yang diperankannya. Sejalan dengan pendapat tersebut, menurut Abdul Azis Wahab
(2009: 109) role playing yaitu berakting sesuai dengan peran yang telah ditentukan
terlebih dahulu untuk tujuan-tujuan tertentu. Dari kedua pendapat tersebut dapat
disimpulkan bahwa metode role playing (bermain peran) merupakan salah satu
metode pembelajaran yakni peserta didik melakukan kegiatan memainkan peran
commit to user
4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tokoh lain dengan penuh penghayatan dan kreativitas berdasarkan peran suatu kasus
yang sedang dibahas sebagai materi pembelajaran pada saat itu. Melalui penerapan
metode ini diharapkan siswa mampu memfokuskan pikiran, kemampuan, dan
pengetahuan yang mereka miliki ke dalam perannya sehingga siswa akan lebih
mudah mengorganisasikan ide-ide dan gagasannya dalam bahasa lisan. Selain itu,
dengan penerapan metode role playing diharapkan siswa mampu memerankan dari
karakter tokoh yang diperankannya.
Bertolak dari uraian di atas, maka peneliti akan mengadakan upaya
peningkatan keterampilan berbicara melalui penilitian dengan judul Peningkatan
Keterampilan Berbicara dengan Menggunakan Metode Role Playing pada Siswa
KelDV96'1HJHUL3DQGDN,6LGRKDUMR6UDJHQ7DKXQ$MDUDQ
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berkut:
1. Apakah penggunaan metode role playing dapat meningkatkan kualitas proses
keterampilan berbicara pada siswa kelas V SD Negeri Pandak I Sidoharjo Sragen
tahun ajaran 2010/2011?
2. Apakah penggunaan metode role playing dapat meningkatkan kualitas hasil
keterampilan berbicara pada siswa kelas V SD Negeri Pandak I Sidoharjo Sragen
tahun ajaran 2010/2011 ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Meningkatkan kualitas proses keterampilan berbicara dengan menggunaan metode
role playing pada siswa kelas V SD Negeri Pandak I Sidoharjo Sragen tahun
ajaran 2010/2011.
2. Meningkatkan kualitas hasil keterampilan berbicara dengan menggunakan metode
role playing pada siswa kelas V SD Negeri Pandak I Sidoharjo Sragen tahun
ajaran 2010/2011.
commit to user
5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Secara teoretis, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan
metode inovatif yaitu penggunaan metode role playing dalam pembelajaran
keterampilan berbicara di sekolah dasar demi kemajuan siswa.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa :
1) Meningkatkan
minat
dan
keaktifan
siswa
dalam
pembelajaran
keterampilan berbicara.
2) Siswa akan merasakan pembelajaran yang menyenangkan dan inovatif
dengan bermain peran (role playing).
3) Meningkatkan keterampilan berbicara sehingga hasil belajar akan
meningkat secara signifikan.
b. Bagi Guru :
1) Guru dapat menerapkan metode role playing dalam meningkatkan
pembelajaran keterampilan berbicara.
2) Guru dapat termotivasi agar bisa menerapkan variatif metode
pembelajaran yang menyenangkan demi tercapainya tujuan pembelajaran.
c. Bagi Sekolah :
1) Meningkatkan perbaikan dan keberhasilan proses pembelajaran di
sekolah yaitu terkait pembelajaran keterampilan berbicara dengan role
playing.
2) Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam upaya pengadaan
inovasi metode pembelajaran di sekolah.
3) Hasil penelitian juga dapat meningkatkan kualitas pendidikan sekolah
yang semakin maju.
commit to user
6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II
LANDASAN TEORI
Pembahasan pada bab II ini berkaitan dengan: (A) Tinjauan Pustaka, (B)
Penelitian yang Relevan, (C) Kerangka Berpikir, dan (D) Hipotesis Tindakan.
A. Tinjauan Pustaka
1. Hakikat Keterampilan Berbicara
a. Pengertian Keterampilan
Keterampilan seseorang di dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau
bidang tertentu jelas berbeda-beda. Keterampilan itu hanya dapat diperoleh
melalui
proses
belajar
dan
latihan
yang
berkesinambungan.
Dengan
keterampilan, seseorang akan mampu menghasilkan suatu pola pikir dan karya
inovatif dengan penyelesaian yang efektif dan efisien.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007:1180) mengartikan terampil adalah
cakap
cekatan.
Sedangkan,
commit to user
7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Pengertian Berbicara
Berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa. Dalam
kehidupan sehari-hari kita lebih sering memilih berbicara untuk berkomunikasi.
Komunikasi akan lebih efektif jika dilakukan dengan berbicara. Oleh karena itu,
berbicara memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari.
Berbicara (KBBI, 2007:148) adalah berkata, bercakap, berbahasa, dan
melahirkan pendapat dengan perkataan. Berbicara itu mengutarakan isi pikiran
atau melisankan sesuatu yang dimaksudkan.
Beberapa ahli bahasa telah mendefinisikan pengertian berbicara, di
antaranya adalah H.G Tarigan (2008:16) menyatakan bahwa berbicara adalah
kemampuan seseorang dalam mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata
yang bertujuan untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan
pikiran, gagasan, dan perasaan orang tersebut. Berbicara merupakan sistem
tanda-tanda yang audible (dapat didengar) dan visible (dapat dilihat) dengan
memanfaatkan otot dan jaringan tubuh manusia untuk menyampaikan maksud
dan tujuan, gagasan atau ide-ide yang dikombinasikan.
Djago Tarigan (1992:132) berpendapat bahwa berbicara adalah
keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. Dikemukakan pula
commit to user
8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bahwa kaitan antara pesan dan bahasa lisan sebagai media penyampaian sangat
erat. Pesan yang diterima oleh pendengar tidaklah dalam wujud asli, melainkan
dalam bentuk lain yakni bahasa. Pendengar kemudian mencoba mengalihkan
pesan dalam bentuk bunyi bahasa itu menjadi seperti semula.
Sejalan dengan pendapat di atas, St. Y. Slamet (2008:33) mengungkapkan
bahwa berbicara merupakan suatu penyampaian maksud bisa berupa gagasan,
pikiran, isi hati seseorang kepada orang lain. Selain itu, dijelaskan juga berbicara
merupakan bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik,
psikologi, neurologis, semantik, dan linguistik sehingga dapat dianggap sebagai
alat manusia yang paling penting terutama bagi kontrol sosial.
Menurut Mulgrave (dalam H. G. Tarigan, 2008:16) berbicara bukan
sekedar pengucapan bunyi-bunyi atau kata-kata tetapi berbicara merupakan suatu
alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun sesuai dengan
kebutuhan
pendengar.
Melalui
berbicara
seseorang
berusaha
untuk
mengungkapkan pikiran dan perasaannya kepada orang lain secara lisan. Tanpa
usaha untuk mengungkapkan dirinya, orang lain tidak akan mengetahui apa yang
dipikirkan dan dirasakannya. Tanpa berbicara, seseorang akan mengucilkan diri
sendiri dan akan terkucilkan dari orang di sekitarnya.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa
berbicara adalah suatu kegiatan mengujarkan bunyi-bunyi bahasa untuk
menyampaikan pesan berupa ide, gagasan, maksud atau perasaan kepada orang
lain secara lisan yang bersifat aktif dan produktif. Berbicara merupakan kegiatan
berbahasa yang aktif dari seorang pemakai bahasa, yang menuntut prakarsa nyata
dalam penggunaan bahasa untuk mengungkapkan diri secara lisan.
commit to user
9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
suatu ragam yang luas bunyi artikulasi, tekanan, nada, kesenyapan, dan lagu
bicara. Keterampilan ini juga didasari oleh kepercayaan diri untuk berbicara
secara wajar, jujur, benar, dan bertanggungjawab dengan menghilangkan masalah
psikologis seperti rasa malu, rendah diri, ketegangangan, berat lidah, dan lainlain.
Sabarti
Akhadiah,
dkk
(1991/1992:153)
mengungkapkan
bahwa
commit to user
10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d. Tujuan Berbicara
Berbicara tentu memiliki tujuan yang ingin disampaikan kepada lawan
bicaranya. Agar tujuan itu dapat tersampaikan dengan baik dan efektif, maka
pembicara harus memahami hal yang akan disampaikan dan menguasai aspek
keterampilan berbicara. Dalam hal ini, pendengar akan memaknai informasi atau
pesan yang disampaikan oleh pembicara.
H. G. Tarigan (2008:16) mengungkapkan bahwa kegiatan berbicara
memiliki tujuan utama untuk berkomunikasi. Untuk menyampaikan pikiran
secara efektif, berbicara harus memahami makna sesuatu hal yang akan
dikomunikasikan. Dia juga harus dapat mengevaluasi efek komunikasinya
terhadap para pendengar dan harus mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari
segala situasi pembicaraan, baik secara umum maupun perorangan.
Gorys Keraf (dalam St. Y. Slamet, 2008:37) berpendapat bahwa tujuan
berbicara adalah (1) mendorong pembicara untuk memberi semangat, (2)
meyakinkan pendengar, (3) berbuat atau bertindak, (4) memberitahukan, (5)
menyenangkan atau menghibur.
Sejalan dengan pendapat Gorys Keraf, Djago Tarigan (1992:134)
mengemukakan bahwa tujuan orang berbicara adalah untuk :
1) Menghibur
commit to user
11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menjadi
persahabatan,
dan
akan
dapat
meyakinkan
pendengarnya.
4) Menggerakkan pendengarnya
Satu lagi tujuan orang berbicara yaitu untuk menggerakkan pendengarnya.
Menggerakkan
dimaksudkan
sebagai
upaya
untuk
membuat
atau
pembicara.
Melalui
kepiawaian
berbicara,
kecakapan
commit to user
12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dapat
nonkebahasaan,
meliputi:
(1)
keberanian/semangat,
(2)
kelancaran, (3) kenyaringan suara, (4) pandangan mata, (5) gerak-gerik dan
mimik, (6) keterbukaan, (7) penalaran, dan (8) penguasaan topik. Aspek-aspek
kebahasaan dan nonkebahasaan di atas diarahkan pada pemakaian bahasa yang
baik dan benar.
Menurut Sabarti Akhadiah, dkk (1992:154-160) faktor-faktor penunjang
keefektifan berbicara seseorang adalah (1) faktor kebahasaan yang meliputi
pelafalan bunyi, penempatan tekanan, nada, jangka, intonasi, dan ritme, serta
penggunaan kata dan kalimat. (2) Faktor nonkebahasaan meliputi sikap
berbicara, pandangan mata kepada lawan bicara, kesediaan menghargai pendapat
orang lain, keberanian, mimik dan pantomimik, kenyaringan suara, kelancaran,
dan santun berbicara.
commit to user
14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berinteraksi dan menjalin hubungan dengan orang lain secara lisan. (Depdikbud,
1994: 2).
Pembelajaran keterampilan berbicara di kelas V semester II SD sesuai
KTSP Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) mencakup dua kompetensi
dasar, yaitu (1) mengomentari persoalan faktual disertai alasan yang mendukung
dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa dan (2) memerankan
tokoh drama dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat. Sesuai kompetensi
dasar yang kedua yaitu berkaitan dengan memerankan tokoh drama maka dapat
diterapkan metode bermain peran (role playing) sebagai metode pembelajaran
commit to user
15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
drama yang tepat. Selain itu, masih terdapat kompetensi dasar berbahasa lainnya
yang juga harus dikuasai dan saling mendukung atau berkaitan.
Pembelajaran keterampilan berbicara di SD dapat dilakukan dengan
banyak cara. Pembelajaran keterampilan berbicara sangat terkait dengan
pembelajaran keterampilan berbahasa lainnya. Puji santosa, dkk (2008:6.38)
mengemukakan bahwa tujuan keterampilan berbicara di SD adalah melatih siswa
dapat berbicara dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Untuk mencapai
tujuan pembelajaran tersebut, guru dapat menggunakan bahan pembelajaran
membaca atau menulis, kosakata, dan sastra sebagai bahan pembelajaran
berbicara. Misalnya, menceritakan pengalaman yang mengesankan, menceritakan
kembali cerita yang pernah dibaca dan didengar, mengungkapkan pengalaman
pribadi, bermain peran (role playing), dan berpidato. Pengamatan guru terhadap
aktivitas berbicara siswa dapat direkam dengan menggunakan format yang telah
dipersiapkan sebelumnya. Faktor-faktor yang diamati adalah lafal kata, intonasi
kalimat, kosakata, tata bahasa, kefasihan berbicara, dan pemahaman.
Melihat pentingnya tujuan pembelajaran keterampilan berbicara di
SD, maka seharusnya pembelajaran tersebut lebih dioptimalkan dengan
mengingat bahwa keterampilan berbicara bukanlah sesuatu yang dapat
diajarkan melalui uraian atau keterangan guru saja. Melainkan siswa harus
dihadapkan pada aneka bentuk teks lisan ataupun kegiatan-kegiatan nyata yang
mempergunakan bahasa sebagai alat komunikasi. Keberhasilan pembelajaran
tersebut juga tidak lepas dari bagaimana cara atau metode yang diterapkan oleh
guru dalam menjalankan tugas pembelajaran keterampilan berbicara. Metode
pembelajaran adalah teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar
atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas agar
pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami dan digunakan siswa dengan
baik.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
keterampilan
berbicara
di
SD
berperan
penting
dalam
meningkatkan
keterampilan berbahasa lainnya, sehingga perlu diterapkan cara atau metode yang
tepat dalam pembelajarannya. Salah satu penerapan metode yang dapat dipilih
commit to user
16
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Komponen
Fonologi
Ortografi
Struktur
Kosa kata
Kecepatan
kelancaran
umum
Menyimak
v
v
v
Keterampilan
Berbicara
Membaca
v
v
v
v
v
v
commit to user
17
Menulis
v
v
v
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
faktor
yang
harus
diperhatikan
dalam
mengevaluasi
commit to user
19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
20
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Nama
Jumlah
Nilai
II
III
IV
Skor
Akhir
Ketuntasan
1.
2.
3.
4.
5.
Jumlah
Nilai rata-rata
Nilai di bawah 62
Nilai di atas atau sama dengan 62
Ketuntasan Klasikal
Keterangan :
Aspek yang dinilai:
I. Lafal
II. Intonasi
III. Kelancaran
IV. Ekspresi berbicara
V. Pemahaman Isi
Petunjuk penilaian :
1) Nilai setiap aspek yang dinilai dalam berbicara berskala 1 sampai 5.
2) Jumlah skor atau total nilai diperoleh dari menjumlahkan nilai setiap aspek
penilaian yang diperoleh siswa.
3) Nilai akhir yang diperoleh siswa diolah dengan menggunakan rumus:
Jumlah Skor
25
commit to user
21
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
= Nilai Rata-Rata
Persentase
Ketuntasan
Klasikal
X 100% =
2.
3.
4.
5.
Aspek yang
Deskriptor
Dinilai
Lafal
a. Pelafalan sangat jelas
b. Pelafalan jelas
c. Pelafalan cukup jelas
d. Pelafalan kurang jelas
e. Pelafalan tidak jelas
Intonasi
a. Intonasi kata/suku kata sangat tepat
b. Intonasi kata/suku kata tepat
c. Intonasi kata/suku kata cukup tepat
d. Intonasi kata/suku kata kurang tepat
e. Intonasi kata/suku kata tidak tepat
Kelancaran a. Berbicara sangat lancar
b. Berbicara dengan lancar
c. Berbicara cukup lancar
d. Berbicara kurang lancar
e. Berbicara tidak lancar
Ekspresi
a. Ekspresi berbicara sangat tepat
berbicara
b. Ekspresi berbicara tepat
c. Ekspresi berbicara cukup tepat
d. Ekspresi berbicara kurang tepat
e. Ekspresi berbicara tidak tepat
Pemahaman a. Sangat memahami isi pembicaraan
Isi
b. Memahami isi pembicaraan
c. Cukup memahami isi pembicaraan
d. Kurang memahami isi pembicaraan
e. Tidak memahami isi pembicaraan
commit to user
22
Skor
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
5
4
3
2
1
Keterangan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lafal
Kemampuan melafalkan bunyi kata dijelaskan sebagai berikut:
a. Lafal sangat jelas: mengucapkan kata maupun kalimat dengan sangat jelas
yaitu benar-benar dapat dibedakan bunyi konsonan dan vokal (hampir tidak
ada kesalahan).
b. Lafal jelas: mengucapkan kata maupun kalimat dengan jelas yaitu dapat
dibedakan bunyi konsonan dan vokal (artikulasi jelas tetapi sesekali
melakukan kesalahan).
c. Lafal cukup jelas: cukup kesulitan mengucapkan bunyi konsonan dan vokal
dengan jelas tetapi masih dapat dipahami pendengar.
d. Lafal kurang jelas: melafalkan kata-kata yang susah sekali dipahami karena
masalah pengucapan yaitu bunyi konsonan dan vokal kurang jelas untuk
dibedakan sehingga memaksa pendengar harus mendengarkan dengan teliti
ucapannya.
e. Lafal tidak jelas: kesulitan (tidak jelas) melafalkan bunyi konsonan dan vokal
sehingga kesalahan dalam pelafalan terlalu banyak menyebabkan bicaranya
tidak dapat dipahami dan salah pengertian.
II. Intonasi
Kemampuan memberikan intonasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Intonasi sangat tepat: penempatan tekanan kata/suku kata sangat tepat
sehingga berbicaranya tidak terkesan datar dan membosankan.
b. Intonasi tepat: sedikit sekali kesalahan penempatan tekanan kata/suku kata,
pembicaraan juga tidak terkesan datar.
c. Intonasi cukup tepat: terkadang membuat kesalahan dalam penempatan
tekanan kata/suku kata sehingga cukup terkesan datar.
d. Intonasi kurang tepat: sering tidak memberikan tekanan kata/suku kata yang
seharusnya mendapatkan intonasi dan cukup membosankan lawan bicara.
e. Intonasi tidak tepat: sama sekali tidak ada tekanan kata/suku kata dalam
pembicaraannya dari awal sampai akhir sehingga membosankan lawan bicara
dan keseluruhan bicaranya terkesan datar.
commit to user
23
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
III. Kelancaran
Kemampuan kelancaran berbicara dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Berbicara sangat lancar: berbicara dengan sangat lancar, tidak terputus-putus,
GDQWLGDNWHUGDSDWVLVLSDQEXQ\LHH dan sejenisnya.
b. Berbicara lancar: sedikit sekali berbicara dengan terputus tetapi tidak terdapat
VLVLSDQEXQ\LHHGDQsejenisnya.
c. Berbicara cukup lancar: terkadang berbicara dengan terputus-putus dan
WHUGDSDWVLVLSDQEXQ\LHHGDQVHMHQLVQ\D
d. Berbicara kurang lancar: berbicara sering terputus-putus dan menyisipkan
EXQ\LHHGDQVHMHQLVQ\D.
e. Berbicara tidak lancar: berbicara selalu terputus-putus, banyak pengucapan
VLVLSDQEXQ\LHHGDQVHMHQLVQ\DGDQVDQJDWPHPERVDQNDQODZDQELFDUD
IV. Ekspresi Berbicara
Kemampuan ekspresi berbicara dijelaskan sebagai berikut:
a. Ekspresi
berbicara
sangat
tepat:
hampir
keseluruhan
terdapat
commit to user
24
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pembelajaran
memegang peranan
yang sangat
guru
yang dapat
commit to user
25
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
http://krisna1.blog.uns.ac.id/2009/10/19/
membantu
peserta
didik
agar
dapat
belajar
dengan
baik.
(http://krisna1.blog.uns.ac.id/pengertian-dan-ciri-ciri-pembelajaran/).
Bertolak dari beberapa pendapat tersebut di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa metode pembelajaran
yang dibuat oleh guru secara sadar dan bersistem untuk memudahkan
pelaksanaan suatu proses pembelajaran yang membuat siswa agar belajar. Hal
ini, diharapkan terjadi perubahan tingkah laku pada diri siswa dan perubahan itu
didapatkan dengan kemampuan baru dalam waktu yang relatif lama dan adanya
usaha.
commit to user
26
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dua
atau lebih
individu
saling
tukar
pengalaman, informasi,
memecahkan masalah semua aktif; (b) Metode kerja kelompok, yaitu cara
mengajar guru dengan membagi siswa menjadi
menyelesaikan tugas;
(c)
Metode
penemuan,
beberapa
kelompok untuk
(i) Metode
bermain
peran
dan
sosiodrama,
yaitu
siswa
telah dijelaskan di
atas, memang
commit to user
27
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sehingga pada hakikatnya metode yang paling tepat untuk setiap mata
pelajaran sukar ditentukan. Begitu juga guru sukar menggunakan metode yang
bervariasi, mengkombinasikan dengan metode lain yang sesuai dan saling
menunjang. Namun, dapat disimpulkan bahwa setiap metode pembelajaran
itu dikatakan baik apabila memenuhi kriteria sebagai berikut: (1) Sesuai dengan
tujuan; (2) Dapat dilakukan sesuai dengan kemampuan guru; (3) Tergantung
dengan kemampuan siswa; (4) Sesuai dengan besarnya kelompok; (5)
Melihat waktu pengumuman; (6) Melihat fasilitas yang ada. Metode
yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode bermain peran (role playing)
yaitu cara penguasaan bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi, daya
ekspresi, dan penghayatan siswa dalam memainkan tokoh drama.
c. Pengertian Metode Role Playing
Role playing merupakan pementasan drama yang sangat sederhana. Peran
diambil dari kehidupan sehari-hari (bukan imajinatif). Role playing merupakan
langkah awal dalam pengajaran drama. Dari role playing dapat dicapai aspek
perasaan, sikap, nilai, persepsi, keterampilan pemecahan masalah, dan
pemahaman terhadap pokok permasalahan.
Martinis Yamin (2005:76) menyatakan bahwa metode bermain peran
(role playing) adalah metode yang melibatkan interaksi antara dua siswa atau
lebih tentang suatu topik atau situasi. Siswa melakukan peran masing-masing
sesuai dengan tokoh yang dilakoninya. Mereka berinteraksi dan melakukan peran
terbuka. Siswa diberikan kesempatan seluas luasnya untuk memerankan
sehingga menemukan masalah yang akan dihadapi dalam pelaksanaan
sesungguhnya.
Menurut Oemar Hamalik (2003:199) role playing adalah teknik teknik
simulasi yang umumnya digunakan untuk pendidikan social dan hubungan
antarinsani. Para siswa berpartisipasi sebagai pemain dengan peran tertentu atau
sebagai pengamat bergantung dari tujuan-tujuan dari penerapan metode tersebut.
Treffinger (dalam Herman J. waluyo, 2002:189) mngungkapkan bahwa
role playing is the acting of roles decided upon in advanced, for such purpose as
commit to user
28
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
recreating historical scenes of the past, possible event of the future, significant
current events, or imaginary situations at any place or time. Dapat diartikan
bahwa bermain peran adalah memerankan dari suatu keputusan peraturan yang
teratur, untuk tujuan seperti menciptakan kembali adegan sejarah dari peristiwa
masa lalu, memungkinkan peristiwa yang akan datang, peristiwa nyata yang
signifikan, atau situasi imajiner di setiap tempat atau waktu.
Mulyani Sumantri dan Johar Permana (2006:56) berpendapat bahwa
metode role playing termasuk dalam kelompok model interaksi sosial. Bermain
peran adalah siswa mengkaji masalah-masalah hubungan manusia dengan
memerankan situasi -situasi masalah kemudian mendiskusikannya. Siswa dapat
menjelajah dan mengkaji perasaan, sikap, nilai, dan strategi pemecahan masalah.
Bruce Joyce dan Marsha Weil (1996:91), mengemukakan bahwa In role
playing, students explore human relations problems by enacting problem
situations and then discussing the enactments. Diartikan bahwa dalam metode
role playing, siswa mengeksplorasi masalah-masalah tentang hubungan antar
manusia dengan cara memainkan peran dalam situasi permasalahan kemudian
mendiskusikan
peraturan-peraturan.
Role
playing
merupakan
metode
commit to user
29
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
30
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pengulangan
yaitu pemeran
dapat
commit to user
31
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
32
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
playing
adalah
Analisis tentang
nilai dan perlaku
personal
Strategi dalam
memecahkan
masalah
interpesonal
Metode
role
playing
keterpaduan
Kenyamanan
berpendapat
Keterampilan
bernegosiasi
PENGIRING
Gambar 1. Dampak-dampak Instruksional dan Pengiring dalam Metode Role
Playing
(Sumber: Bruce Joyce, Marsha Weil, dan Emily Calhoun, 2009:345)
commit to user
33
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dapat
meningkatkan
kemampuannya
dalam
mengenali
dan
commit to user
34
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
35
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tahap Kedua
Memilih Partisipan
- Menganalisis peran
- Memilih pemain yang akan melakukan
peran
Tahap Keempat
Mempersiapkan Peneliti
- Memutuskan apa yang akan dicari
- Memberikan tugas penagamatan
Tahap Keenam
Berdiskusi dan Mengevaluasi
- Mereview pemeranan (kejadian, posisi,
kenyataan)
- Mendiskusikan fokus-fokus utama
- Mengembangkan pemeranan selanjutnya
Tahap Kedelapan
Diskusi Dan Evaluasi
- Sebagaimana dalam tahap enam
Tahap Ketujuh
Memerankan Kembali
- Memainkan peran yang diubah, memberi
masukan atau alternatif perilaku dalam langkah
selanjutnya.
Tahap Kesembilan
Berbagi dan Menggeneralisasi Pengalaman
Menghubungkan situasi yang bermasalah dengan kehidupan di dunia nyata serta masalahmasalah yang baru muncul. Menjelaskan prinsip umum dalam tingkah laku.
Sumber : berdasar buku Fannie Shafthel dan George Shaftel, Role Playing of Social Value
(Englewood Cliffs, N. J. ; Prentice-Hall,Inc.1967)
commit to user
36
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
37
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang
harus
dipertimbangkan
oleh
guru
sebelum
guru
mengenal
siswa,
maka
akan
semakin
besar
Jumlah siswa
(2) Apa yang diketahui siswa tentang materi pada saat itu
(3) Pengalaman terdahulu tentang role playing
(4) Kelompok umur
(5) Latar belakang peserta
(6) Minat dan kemampuan siswa
(7) Kemampuan peserta untuk berkolaborasi
(8) Menentukan tujuan pembelajaran
b) Mengetahui kapan role playing digunakan
c) Memahami pendekatan role playing
Sebagai
suatu metode
role
pembelajaran,
playing mempunyai
siwa,
dengan
membagi
siswa
secara
berpasangan,
playing
tipe
ini
merupakan
role
playing
berbasis
commit to user
38
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Jadi,
kita
dapat
bertanya
peran mana
yang
paling
role
playing
dimulai,
guru
harus mempertimbangkan
apakah ruangan cukup luas, apakah kursi dan mejanya bisa dipindah,
dan apakah tidak akan membuat bising tetangga kelas. Semua itu harus
dipertimbangkan dan dicari jalan untuk mengatasinya.
h) Merencanakan waktu yang baik
commit to user
39
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
rencana
ke
dalam
aksi,
dapat
mengikutsertakan
siswa
dalam
permainan
peran
ini,
commit to user
40
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
hanya dapat
diperoleh
dengan
cara
berpartisipasi di dalamnya.
sangat
pengalokasian
mengenal/mengetahui
peran
kunci
karakteristik
diberikan
pada
siswanya,
siswa
yang
maka
paling
role
playing,
guru
mempunyai
peranan
yang
penting.
commit to user
41
perpustakaan.uns.ac.id
memberi
digilib.uns.ac.id
kode tertentu
(sesuai
kesepakatan)
jika
waktu
sudah
berakhir.
3) Refleksi dan Evaluasi
Refleksi dan evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses role
playing. Guru biasanya melakukan refleksi di antara interaksi atau diakhir
interaksi. Di dalam
refleksi
biasanya
mengandung
beberapa
aspek
dimainkannya,
belajar yang
telah
2) meminta
siswa mengekspresikan
diperolehnya
secara
individual,
3)
commit to user
42
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
penelitian
ini,
yaitu
penelitian Nurhatim
Playing
untuk
(2009) yang
Meningkatkan
berjudul
Kemampuan
0HQFHULWDNDQ,VL&HUSHQ6LVZD.HODV;60$'DUXO4XUDQ6LQJRVDUL-HQLV
penelitian
dengan
tujuan
untuk
mengetahui
peningkatan
kemampuan berbicara siswa dalam hal menceritakan isi cerpen melalui penerapan
metode role
playing. Adapun
aspek-aspek
yang
ditingkatkan,
commit to user
43
yaitu:
(1)
mencakup
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Kerangka Berpikir
Keterampilan berbicara merupakan salah satu keterampilan yang harus
diajarkan dan dikuasai oleh siswa dalam kegiatan belajar dan mengajar di Sekolah
Dasar (SD), karena keterampilan berbicara bermanfaat bagi siswa (khususnya siswa
SD)
untuk
meningkatkan
kemampuan
berkomunikasi
dengan
baik
dan
commit to user
44
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bermain
pembelajaran
ini,
commit to user
45
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kondisi
Awal
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori, penelitian yang relevan, dan kerangka berpikir di
atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas sebagai berikut:
1. Penggunaan
metode
role
playing
dapat
meningkatkan
kualitas
proses
commit to user
46
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri Pandak I Sidoharjo, Sragen
tahun ajaran 2010/2011, dengan jumlah siswa 21 siswa yang terdiri dari 7 siswa lakilaki dan 14 siswa perempuan dengan bapak Sri Kuncoro, Ama. Pd bertindak sebagai
guru kelas V. Di kelas tersebut kondisi siswa heterogen (berbeda-beda
kemampuannya).
commit to user
47
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
memperbaiki
dan
meningkatkan
kualitas
dan
kuantitas
proses
pembelajaran di kelas.
Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah strategi tindakan model
siklus. Rancangan penelitiannya (Suhardjono dalam Suharsimi Arikunto dkk, 2006:
74) adalah sebagai berikut:
1) Perencanaan atau planning
2) Tindakan atau acting
3) Pengamatan atau observing
4) Refleksi atau reflecting
commit to user
48
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
49
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
F. Validitas Data
Semua data yang dikumpulkan hendaknya mencerminkan apa yang
sebenarnya diukur atau diteliti. Untuk memperoleh data yang valid dalam penelitian
ini, peneliti menggunakan teknik triangulasi. Menurut Iskandar (2009:84) triangulasi
merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang
lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap suatu
data. Dapat diartikan bahwa untuk menarik simpulan yang mantap dan bisa diterima
commit to user
50
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kebenarannya, peneliti perlu mengkajinya dari berbagai sudut pandang. Teknikteknik uji validitas yang dilakukan peneliti adalah sebagi berikut:
1) Triangulasi sumber data, teknik ini digunakan untuk menguji kebenaran data
yang diperoleh dari satu informan dengan informan yang lain. Data yang sama
atau sejenis, akan lebih valid kebenarannya bila digali dan dikomparasikan dari
beberapa sumber data yang berbeda. Dalam hal ini, kegiatan yang dilakukan
peneliti adalah membandingkan data/informasi terkait pembelajaran keterampilan
berbicara yaitu sumber data yang diperoleh dari: guru kelas dan beberapa siswa
kelas V, hasil observasi pembelajaran keterampilan berbicara dengan role
playing, data nilai keterampilan berbicara saat tindakan. Hasil perbandingan data
dari sumber data yang berbeda tersebut kemudian disimpulkan.
2) Triangulasi metode, peneliti mengumpulkan data sejenis dengan menggunakan
metode/teknik pengumpulan data yang berbeda. Kegiatan yang dilakukan peneliti
yakni membandingkan data yang telah diperoleh dari beberapa teknik
pengumpulan data yang berbeda, kemudian dapat ditarik simpulan data yang
lebih kuat validitasnya. Peneliti membandingkan data yang terkumpul dari teknik
observasi, wawancara, dan tes unjuk kerja keterampilan berbicara, kemudian
ditarik simpulan sehingga data benar-benar mendekati kevalidan.
penyederhanaan, dan abstraksi data dari fieldnote. Selama proses reduksi data
peneliti dapat melanjutkan meringkas, mengkode, menemukan tema, reduksi data
berlangsung selama penelitian di lapangan sampai pelaporan penelitian selesai. (2)
Display data atau penyajian data, merupakan penyajian data ke dalam sejumlah
matriks atau daftar kategori setiap data yang didapat, penyajian data biasanya
digunakan berbentuk teks neratif. Kemudian seluruh hasil analisis yang terdapat
commit to user
51
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dalam reduksi data maupun penyajian data diambil suatu simpulan. (3) Penarikan
simpulan tentang peningkatan yang terjadi dilaksanakan secara bertahap.
Interaksi ketiga komponen utama tersebut dapat divisualisasikan pada gambar
3 sebagai berikut:
Penyediaan
Data
Display Data
Reduksi Data
Data Collection
commit to user
52
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3) Penarikan simpulan/verifikasi
Simpulan dalam penelitian ini ditarik berdasarkan reduksi dan sajian data.
Penarikan simpulan dilakukan sebagai proses pengambilan intisari dan sajian
data yang telah terorganisasi tersebut dalam bentuk pernyataan kalimat yang
singkat dan padat, tetapi mengandung pengertian yang luas.
H. Indikator Ketercapaian
Indikator ketercapaian merupakan rumusan indikator ketercapaian yang akan
dijadikan acuan atau tolok ukur dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan
penelitian (Sarwiji Suwandi, 2009: 61). Hal yang dijadikan sebagai indikator
ketercapaian dalam penelitian ini adalah meningkatnya kualitas proses dan hasil
keterampilan berbicara pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Pandak I melalui
metode bermain peran (role playing).
Untuk mengukur ketercapaian tujuan penelitian, dirumuskan indikatorindikator pada tabel 5 sebagai berikut:
Tabel 5. Indikator Ketercapaian Tujuan Penelitian
No.
1.
2.
Persentase
Pencapaian
Tiap tiap
aspek sikap
siswa
tersebut
mencapai
ketuntasan
75% dari
jumlah siswa.
80% dari
jumlah siswa
mendapat
nilai lebih
dari atau
sama dengan
62
commit to user
53
Cara Mengukur
Diamati saat
pembelajaran dengan
menggunakan lembar
observasi penilaian
proses siswa kemudian
dihitung dari jumlah
siswa yang menunjukkan
sikap: minat, keaktifan,
kerja sama, dan
kesungguhan untuk
dibuat persentase dari
jumlah siswa yang ada.
Diamati saat
pembelajaran dengan
menggunakan lembar
penilaian tes unjuk kerja
kemudian dihitung dari
jumlah skor yang didapat
siswa dari aspek
berbicara: lafal, intonasi,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kelancaran, ekspresi
berbicara dan
pemahaman isi drama
yang disajikan. Dihitung
juga dari jumlah siswa
yang mendapat nilai
lebih dari atau sama
dengan 62.
komunikatif mencakup
mimik/pantomimik.
e. Pemahaman terhadap isi
drama yang diperankan
I. Prosedur Penelitian
Penelitian ini berbentuk penelitian tindakan kelas, sehingga mekanisme
kerjanya diwujudkan dalam bentuk siklus (direncanakan 2 siklus), yang dalam setiap
siklusnya tercakup 4 kegiatan, yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan (tindakan), (3)
observasi, dan (4) refleksi. Hal tersebut diperkuat dengan pendapat Suhardjono
(dalam Suharsimi Arikunto dkk, 2006: 74) bahwa penelitian tindakan kelas
merupakan proses pengkajian sistem berdaur dalam suatu siklus. Sistem prosedur
penelitian ini digambarkan pada gambar 4 sebagai berikut:
Permasalahan
Perencanaan
tindakan I
Siklus
Refleksi I
Permasalahan
baru hasil
refleksi
Perencanaan
tindakan II
Siklus II
Apabila
permasalahan
belum
terselesaikan
Refleksi II
Pelaksanaan
tindakan I
Pengamatan/
pengumpulan
data I
Pelaksanaan
tindakan II
Pengamatan/
pengumpulan
data II
Dilanjutkan ke siklus
berikutnya
commit to user
54
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mengucapkan
salam
dilanjutkan
mengkondisikan
kelas
commit to user
55
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pemaparan
membimbing
diskusi
masalah).
kelompok
Guru
siswa,
melakukan
pendekatan
Masing-masing
dan
kelompok
Pertemuan II
Kegiatan awal :
Guru mengucapkan salam dilanjutkan mengkondisikan kelas (tindakan
preventif). Berdoa bersama kemudian presensi kehadiran siswa. Guru
menjelaskan tujuan pembelajaran. Apersepsi dengan bernyanyi dan tanya
jawab materi drama.
Kegiatan Inti:
a) Eksplorasi
Tanya jawab siswa dengan guru: Apakah cara berbicara dalam
memerankan tokoh drama menentukan penilaian atau keberhasilan drama?
Siswa berpikir terkait hal-hal yang perlu diperhatikan saat bermain peran
dalam drama.
commit to user
56
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b) Elaborasi
Melalui demonstrasi, siswa dijelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan
saat bermain peran dalam drama, diantaranya faktor-faktor penunjang
keefektifan berbicara. Siswa dibentuk sesuai kelompok sebelumnya dan
diberikan waktu untuk mempersiapkan setting bermain peran (Tahap
menentukan setting). Guru mempersiapkan kelompok tertentu sebagai
pengamat role playing (Tahap mempersiapkan pengamat). Masing-masing
kelompok memainkan peran (role playing) drama pendek yang sudah dibuat
sebelumnya (Tahap bermain peran). Dengan lembar penilaian, dilakukan
penilaian keterampilan berbicara siswa oleh guru secara individu. Kelompok
pengamat memberikan tanggapan dari kelompok yang sudah bermain peran.
c) Konfirmasi
Pemberian reward (penguatan) kepada masing-masing kelompok dan
pemberian hadiah kepada kelompok terbaik. Siswa diberikan kesempatan
untuk menyatakan kesulitan yang dihadapi. Guru memberikan konfirmasi
hasil belajar siswa dalam bermain peran drama (Tahap evaluasi). Siswa
dimotivasi agar lebih semangat dan berpartisipasi aktif.
Kegiatan Akhir :
Siswa bersama guru mengevaluasi (refleksi) hasil pembelajaran. Siswa
diberikan tugas rumah untuk belajar kelompok berlatih memainkan peran
(role playing) agar semakin terbiasa sehingga penampilan berikutnya akan
lebih baik lagi. Penyampaian pesan-pesan moral dari guru. Salam penutup.
c. Tahap Observasi
Observasi dilakukan oleh guru kelas V terhadap pelaksanaan tindakan
oleh
peneliti
dalam
pembelajaran
keterampilan
berbicara
dengan
commit to user
57
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
58
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Siklus II
a. Tahap Perencanaan
Peneliti merencanakan tindakan, meliputi: (1) menganalisis kekurangan
yang terdapat pada siklus I untuk menentukan suatu perbaikan, (2)
penyusunan RPP sesuai SK dan KD yang ditetapkan dengan menggunakan
metode role playing, (2) menyiapkan sarana pendukung seperti ruang kelas,
materi, sumber, dan media pembelajaran, (3) menyiapkan instrumen tes
keterampilan berbicara, dan (4) mempersiapkan lembar observasi siswa dan
guru.
Perbaikan tindakan yang akan dilakukan dari hasil refleksi siklus I
yaitu:
1) Guru meningkatkan kulitas proses dari aspek minat, keaktifan, kerjasama,
dan kesungguhan di dalam proses pembelajaran dengan menciptakan
kondisi pembelajaran yang menyenangkan dan memotivasi siswa untuk
belajar.
2) Memperbaiki naskah drama pendek yang sudah dibuat pada siklus I
dengan melakukan diskusi kelompok kembali. Siswa yang belum aktif
berdiskusi, perlu dibangkitkan semangatnya sehingga diskusi yang
dilaksanakan bermanfaat untuk menyempurnakan hasil kerjanya.
3) Guru lebih memotivasi siswa agar berani dan percaya diri tampil berbicara
di depan kelas dengan cara penguatan verbal dan pemberian hadiah bagi
aktor dan aktris pemeran drama terbaik
commit to user
59
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
60
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b) Elaborasi
Siswa dijelaskan kelebihan dan kekurangan (kesalahan) dari naskah
drama yang sudah dibuat dari pertemuan sebelumnya. Melalui pengamatan
cerita bergambar .HKLGXSDQ 1HOD\DQ EHVHUta teks naskah dramanya, siswa
diminta membacakan naskah drama pendek tersebut. Siswa dibagi ke dalam 5
kelompok. Diberikan cerita bergambar, siswa diminta memperbaiki naskah
drama yang sudah dibuat dari pertemuan sebelumnya (Tahap pemaparan
masalah). Guru membimbing diskusi kelompok siswa. Masing-masing
kelompok membacakan hasil perbaikan naskah drama di depan kelas dan
memantapkan pembagian peran (Tahap pembagian peran). Siswa yang lain
menanggapi pembacaan naskah drama kelompok yang maju.
c) Konfirmasi
Pemberian reward (penguatan) kepada masing-masing kelompok. Siswa
diberikan kesempatan untuk menyatakan kesulitan yang dihadapi. Guru
memberikan konfirmasi hasil belajar siswa dalam menyusun naskah drama.
Siswa dimotivasi agar lebih semangat dan berpartisipasi aktif.
Kegiatan Akhir:
Siswa bersama guru mengevaluasi hasil pembelajaran (refleksi). Siswa
diberikan tugas untuk memainkan peran (role playing) kedua dari drama yang
telah diperbaiki tersebut. (tindak lanjut). Penyampaian pesan-pesan moral dari
guru. Salam penutup.
Pertemuan II
Kegiatan awal:
Guru mengucapkan salam dilanjutkan mengkondisikan kelas (tindakan
preventif). Berdoa bersama kemudian presensi kehadiran siswa. Menjelaskan
tujuan pembelajaran secara singkat dan jelas. Apersepsi : tepuk drama bersama
dan tanya jawab terkait materi drama.
Kegiatan inti:
commit to user
61
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a) Eksplorasi
Tanya jawab siswa dengan guru : 1) Hal-hal apa saja yang perlu
diperhatikan saat bermain peran dalam drama?, 2)Sebutkan faktor-faktor
penunjang keefektifan berbicara? 3) Mengapa cara berbicara dalam
memerankan tokoh drama menentukan penilaian atau keberhasilan drama ?
b) Elaborasi
Melalui demonstrasi, siswa dijelaskan kembali hal-hal yang perlu
diperhatikan saat bermain peran dalam drama. (difokuskan pada faktor-faktor
penunjang keefektifan berbicara). Siswa diperlihatkan video drama anak
dengan durasi pendek. Siswa dikondisikan dalam kelompok belajar. Siswa
diberi kesempatan mempersiapkan setting bermain peran (Tahap menentukan
setting). Guru mempersiapkan kelompok pengamat bermain peran (Tahap
mempersiapkan pengamat). Masing-masing kelompok memainkan peran
(role playing) drama pendek yang sudah diperbaiki sebelumnya (Tahap
bermain peran). Dengan lembar penilaian, dilakukan penilaian keterampilan
berbicara siswa oleh guru secara individu. Siswa (pengamat) memberikan
tanggapan dari kelompok yang sudah bermain peran.
c) Konfirmasi
Pemberian reward (penguatan) kepada masing-masing kelompok dan
pemberian hadiah pemain peran terbaik. Siswa diberikan kesempatan untuk
menyatakan kesulitan yang dihadapi. Guru memberikan konfirmasi hasil
belajar siswa dalam bermain drama (Tahap evaluasi). Siswa dimotivasi agar
lebih semangat dan berpartisipasi aktif.
Kegiatan Akhir:
Siswa bersama guru mengevaluasi hasil pembelajaran sebagai refleksi.
(Tahap generalisasi). Siswa diarahkan agar selalu melatih keterampilan
berbicaranya dalam kehidupan sehari-hari (tindak lanjut). Penyampaian pesanpesan moral dari guru. Guru mengucapkan terima kasih dilanjutkan salam
penutup.
c. Tahap Observasi
commit to user
62
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
peneliti
dalam
pembelajaran
keterampilan
berbicara
dengan
commit to user
63
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab IV ini akan dikemukakan tentang: (A) Deskripsi kondisi awal
(prasiklus), (B) Pelaksanaan tindakan (siklus), (C) Hasil penelitian, dan (D)
Pembahasan hasil penelitian. Penelitian tindakan dilakukan dalam 2 siklus dengan
empat tahap dalam setiap siklusnya. Tahapan tersebut meliputi: perencanaan,
pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.
kondisi
awal (prasiklus)
dilakukan
untuk
mengetahui
commit to user
64
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
gambaran
keterampilan berbicara di
kelas
masih
banyak
terdapat
kekurangan, antara lain: (1) guru menggunakan RPP yang sudah ada (lama) tanpa
adanya inovasi RPP sesuai saat ini yakni belum ada eksplorasi, elaborasi, dan
konfirmasi yang tesusun jelas. (2) Siswa kurang tertarik dengan pembelajaran karena
guru menggunakan metode yang
konvensional
commit to user
65
dalam
pembelajaran. Metode
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
konvensional yang dipakai guru adalah ceramah. Siswa cenderung pasif di dalam
pembelajaran dan kurang tertarik dengan pembelajaran dari guru kelas. Materi
yang disampaikan guru terlihat sangat menjenuhkan siswa, akibatnya selama
pembelajaran berbicara terdapat beberapa siswa yang tidak memperhatikan. (3)
Posisi guru saat mengajar lebih banyak di depan dan kurang memberikan perhatian
kepada siswa yang duduk paling belakang. (4) Proses pembelajaran keterampilan
berbicara kurang efektif dan efisien yang masih bersifat individu seperti pada
umumnya. Padahal dalam kenyataannya penerapan pembelajaran keterampilan
berbicara memerlukan waktu yang lama dan sangat ditunjang oleh faktor
nonkebahasaan seperti keberanian siswa. Pada umumnya siswa takut jika harus maju
dan berbicara sendiri di depan kelas.
Berdasarkan observasi awal penilaian proses siswa oleh peneliti terkait sikap
siswa yaitu: minat, keaktifan, kerja sama, dan kesungguhan siswa di dalam proses
pembelajaran diperoleh data penilaian proses prasiklus siswa. Hasil penilaian proses
prasiklus secara detail dapat dilihat pada lampiran 23. Selanjutnya, data penilaian
proses prasiklus dapat dimasukkan ke dalam tabel 6 di bawah ini :
Tabel 6. Data Penilaian Proses (Sikap Siswa) Pembelajaran Keterampilan Berbicara
kelas V SDN Pandak I pada Kondisi Awal (Prasiklus)
No.
Sikap Siswa
Frekuensi (siswa)
Persentase (%)
Minat
10
47,62
Keaktifan
13
61,9
Kerja sama
42,86
Kesungguhan
33,33
commit to user
66
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
berbicara sebanyak 7 siswa (33,33%). Data dalam tabel 6 tersebut dapat disajikan
dalam grafik pada gambar 5 sebagai berikut :
14
61,9%
12
Frekuensi
10
47,62%
42,86%
33,33%
6
4
2
0
Minat
Kerja sama
Keaktifan
Kesungguhan
Sikap Siswa
commit to user
67
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 7. Data Frekuensi Nilai Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SDN Pandak I
pada Kondisi Awal (Prasiklus)
No
Nilai
Frekuensi
Presentase (%)
Keterangan
1
2
3
4
5
44-52
53-61
62-70
71-79
80-88
4
9
3
5
0
19,05
42,86
14,29
23,81
0
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
21
100
Jumlah
Frekuensi
7
6
5
4
3
2
1
0
44-52
53-61
62-70
71-79
80-88
Interval Nilai
Gambar 6. Grafik Nilai Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SDN Pandak I pada
Kondisi Awal (Prasiklus)
Nilai keterampilan berbicara prasiklus pada tabel 7 dan gambar 6 di atas
menunjukkan bahwa siswa yang mendapat nilai dalam interval 44-52 sebanyak 4
commit to user
68
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
siswa (19, 05%), interval nilai 53-61 terdapat 9 siswa (42,86%), interval nilai 62-70
sejumlah 3 siswa (14,29%), terdapat 5 siswa (23,81%) mendapat nilai dalam interval
71-79, dan tidak ada yang mendapat interval nilai 80-88 (0%). Nilai rata-rata kelas
adalah 61,14 dengan ketuntasan klasikal sebanyak 8 siswa (38,1%) dari jumlah
siswa. Hasil ini menunjukkan kualitas hasil keterampilan berbicara pada kondisi
awal masih rendah sehingga perlu diupayakan peningkatan.
Berdasarkan kondisi awal tersebut, selanjutnya guru dan peneliti melakukan
diskusi untuk mencari solusi permasalahan yang terdapat dalam pelaksanaan
pembelajaran keterampilan berbicara, sehingga dicapailah kesepakatan bahwa
peneliti akan melakukan penelitian tindakan kelas bersama guru kelas V sebagai
kolaborator
dengan
Berbicara
dengan
commit to user
69
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Perencanaan Tindakan
Peneliti dan guru kelas V mendiskusikan rencana tindakan yang akan
dilakukan dalam proses penelitian siklus I ini untuk mendapatkan hasil yang
optimal sesuai harapan bahwa target yang akan dicapai adalah meningkatnya
kualitas proses pembelajaran dan sebesar 70 % siswa tuntas dari hasil tes unjuk
kerja keterampilan berbicara. Tahap-tahap perencanaan pada siklus I meliputi
kegiatan sebagai berikut :
1)
Pembelajaran
(RPP) disusun
berdasarkan
penilaian.
commit to user
70
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
media
pembelajaran,
media
pembelajaran
yang
proses
pelaksanaan
siswa
commit to user
71
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan
pertama dilaksanakan pada hari Rabu, 16 Februari 2011 dan pertemuan kedua
pada hari Jumat, 18 Februari 2011. Pelaksanaan tindakan tersebut dilaksanakan di
ruang kelas V SD Negeri Pandak I.
Dalam pelaksanaan tindakan I ini, peneliti bertindak sebagai guru/ pengajar
proses kegiatan pembelajaran keterampilan berbicara dengan menggunakan
metode role playing, sedangkan guru kelas V (bapak Sri Kuncoro, Ama. Pd)
melakukan observasi atau pengamatan terhadap jalannya proses pembelajaran.
Peneliti bertindak sebagai partisipan aktif yang mengendalikan dan mengamati
jalannya pembelajaran keterampilan berbicara di dalam kelas.
Deskripsi pelaksanaan tindakan siklus I adalah sebagai berikut:
Pertemuan I (2x35 menit)
Pada pertemuan pertama yang diajarkan kepada siswa kelas V terlebih
dahulu adalah mengenai materi cara menyusun naskah drama pendek yang
meliputi: penjelasan materi drama, cara membuat kerangka drama dari cerita
bergambar, dan mengembangkan kerangka menjadi naskah drama pendek.
Kegiatan awal menghabiskan waktu kurang lebih 10 menit. Kegiatan yang
guru (peneliti) lakukan yakni membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam
dilanjutkan
dengan
mengkondisikan
kelas
sebagai
tindakan
preventif
commit to user
72
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
memiliki gambaran arah yang jelas pula hal yang akan dipelajarinya. Tujuan
pembelajaran pada pertemuan pertama yaitu siswa mampu menyebutkan cara
menyusun naskah drama dengan benar dan siswa mampu menyusun naskah drama
pendek dengan baik berdasarkan permasalahan cerita bergambar. Setelah itu, guru
memberikan apersepsi sebagai upaya meningkatkan motivasi belajar siswa dan
menyamakan pandangan tentang materi drama yang akan dipelajari siswa.
Apersepsi
diberikan
dengan
dua
cara,
pertama
dengan
bersama-sama
menyanyikan lagu berlirikkan materi drama dengan nada seperti lagu naik-naik ke
puncak gunung, lagunya sebagai berikut :
0DULNDZDQEHUPDLQGUDPDVXQJJXKDV\LNVHNDOL
0DULNDZDQEHUPDLQGUDPDVXQJJXKDV\LNVHNDOL
%DJDLPDQDEHUPDLQGUDPDDNXLQJLQPHQJHUWL
%DJDLPDQDEHUPDLQGUDPDDNXLQJLQPHQJHUWL
Apersepsi yang kedua dengan cara tanya jawab seputar lagu tersebut. Misalnya,
'DULODJXWHUVHEXWNLWDDNDQPHPSHODMDULDSDDQDN-DQDN"
Langkah selanjutnya masuk pada inti pembelajaran dengan durasi waktu
sekitar 50 menit. Kegiatan yang dilakukan guru dalam inti pembelajaran terdapat
tiga (3) bentuk tindakan nyata yakni eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Secara
sistematika awal inti pembelajaran dilakukan tindakan eksplorasi agar siswa
mampu menggali pemahaman awal yang ada pada dirinya. Guru mengadakan
tanya jawab dengan siswa seperti berikut :
- Anak-DQDNVLDSD\DQJSHUQDKPHQRQWRQSHUWXQMXNDQGUDPD"'LPDQD"
- Apa saja yang anak-anak lihat dari pertunjukan drama itu ?
Siswa selanjutnya ditanya tentang pengertian drama agar siswa lebih
berpikir tentang pengertian drama yang mereka ketahui. Tindakan selanjutnya
yaitu elaborasi dengan pendalaman materi kerja sama timbal balik dalam
pembelajaran antara guru dan siswa. Dalam kegiatan elaborasi ini siswa
menyimak penjelasan dari guru tentang materi yang berkaitan dengan drama, cara
merancang kerangka naskah drama, dan kemudian menyusun naskah drama
dengan mengembangkan dari kerangka yang telah dibuatnya. Secara ringkas, isi
materi pada pertemuan pertama dapat dilihat pada bagian RPP Siklus I lampiran 4.
commit to user
73
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
74
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kepada siswa berupa motivasi untuk giat belajar dan bersikap yang baik dalam
kehidupan. Terakhir, guru menutup proses pembelajaran dengan salam.
Pertemuan 2 (2x35 menit)
Pertemuan kedua materi yang disampaikan berkaitan dengan cara bermain
peran (role playing) dari naskah drama yang dibuat pada pertemuan I. Tujuan
utama pembelajaran yang akan dicapai pada pertemuan II ini yaitu siswa mampu
memainkan peran sesuai karakter tokoh dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang
tepat.
Kegiatan awal pembelajaran menghabiskan waktu kurang lebih 5 menit.
Kegiatan awal yang guru (peneliti) lakukan tidak berbeda jauh dari pertemuan I
karena dimulai awal masuk sekolah (jam pertama) yakni membuka pembelajaran
dengan mengucapkan salam, dilanjutkan dengan mengkondisikan kelas sebagai
tindakan
preventif
(pencegahan)
terhadap
penghambat
jalannya
proses
pembelajaran. Kemudian berdoa bersama yang dipimpin oleh ketua kelas dan
diadakan presensi kehadiran siswa untuk lebih memahami dan mengetahui jumlah
siswa yang masuk maupun yang tidak masuk pada hari itu. Jumlah siswa yang
hadir lengkap ada 21 siswa. Guru juga menjelaskan tujuan pembelajaran yang
akan dicapai siswa secara singkat dan jelas sehingga anak akan memiliki
gambaran arah yang jelas pula hal yang akan dipelajarinya. Tujuan pembelajaran
yang akan dicapai yaitu siswa mampu menjelaskan hal-hal yang harus
diperhatikan bermain peran (role playing) dalam drama secara tepat dan mampu
memainkan peran tokoh drama pendek dengan lafal, intonasi, penghayatan, dan
ekspresi yang sesuai karakter tokoh secara tepat. Setelah itu, guru memberikan
apersepsi sebagai upaya meningkatkan motivasi belajar siswa dan menyamakan
pandangan tentang materi drama yang akan dipelajari siswa. Apersepsi diberikan
dengan tepuk drama bersama-sama sebagai berikut :
6LDSDVXNDGUDPDWHSXNWDQJDQ
6LDSDVXNDGUDPDWHSXNEDKX
6LDSDVXNDGUDPDWHSXNSDKD
6LDSDVXNDGUDPDGDQVXNDVHPXDQ\D
6LDSDVXNDGUDPDVHPXDQ\D
commit to user
75
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kemudian guru mengadakan tanya jawab setelah tepuk drama tersebut untuk
mengetahui tingkat kepekaan siswa.
Langkah selanjutnya masuk pada inti pembelajaran dengan durasi waktu
sekitar 55 menit. Kegiatan yang dilakukan guru dalam inti pembelajaran terdapat
tiga (3) bentuk tindakan yakni eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Secara
sistematika awal inti pembelajaran dilakukan tindakan eksplorasi agar siswa
mampu menggali pemahaman awal yang ada pada dirinya. Guru mengadakan
tanya jawab dengan siswa seperti berikut :
- Anak-DQDNVXGDKVLDSEHUPDLQ drama seperti yang bapak tugaskan kemarin?
- Siapa yang pernah bermain peran, misalnya dalam kegiatan drama ?
- Apakah keterampilan berbicara dalam memerankan tokoh drama menentukan
penilaian atau keberhasilan dalam drama ?
Siswa memberikan feedback berupa jawaban dari pertanyaan yang
diberikan oleh guru. Untuk memperdalam kegiatan berpikir, siswa diberikan
pertanyaan dengan memancing jawaban siswa terkait cara melakukan role playing
dengan memperhatikan keterampilan berbicara yang benar dan baik.
- Bagaimana cara kita bermain peran yang baik dan benar agar mendapat nilai
baik dan menghibur? (siswa berpikir)
Tindakan selanjutnya yaitu elaborasi dengan melakukan proses kerjasama
dalam pembelajaran antara guru dan siswa. Dalam kegiatan elaborasi siswa
dijelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan saat bermain peran dalam drama,
diantaranya faktor-faktor penunjang keefektifan berbicara. Penjelasan dilakukan
dengan menggunakan metode demonstrasi yaitu memperagakan tentang materi
yang disampaikan. Secara ringkas, isi materi pada pertemuan kedua ini dapat
dilihat pada bagian RPP siklus I lampiran 4. Sebelum siswa mencoba memainkan
peran dari tokoh drama pendek, guru menanyakan kejelasan dari materi yang
sudah dijelaskan. Kemudian, guru mengkondisikan tempat duduk seperti
pelaksanaan diskusi pada pertemuan I dengan duduk saling berhadapan sesuai
dengan kelompoknya masing-masing. Siswa diberikan waktu 5 menit untuk
mempersiapkan diri dengan kelompoknya sebelum maju bermain peran (role
playing). Kegiatan selanjutnya adalah masing-masing kelompok siswa maju
commit to user
76
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
memerankan dari naskah drama pendek yang sudah dipersiapkan siswa. Kegiatan
bermain peran ini penilaiannya hanya difokuskan pada keterampilan berbicara.
Tugas guru yaitu bertindak sebagai fasilitator dan memberikan penilaian. Dengan
lembar penilaian, dilakukan penilaian keterampilan berbicara siswa oleh guru
secara individu. Kegiatan konfirmasi, guru memberikan reward (penguatan)
kepada masing-masing kelompok dan pemberian hadiah kepada kelompok
terbaik. Siswa diberikan kesempatan untuk menyatakan kesulitan yang dihadapi.
Guru memberikan konfirmasi hasil belajar siswa dalam bermain peran drama.
Siswa dimotivasi agar lebih semangat dan berpartisipasi aktif.
Kegiatan akhir kurang lebih menghabiskan waktu 10 menit. Siswa bersama
guru menyimpulkan hasil pembelajaran sebagai bentuk refleksi yang dilakukan
guru. Siswa diberikan tugas rumah untuk belajar kelompok berlatih memainkan
peran (role playing) agar semakin terbiasa sehingga penampilan berikutnya akan
lebih baik lagi. Hal ini merupakan tindak lanjut yang diberikan guru mengingat
penampilan bermain peran siswa masih kurang memuaskan. Guru juga
menyampaikan pesan-pesan moral kepada siswa berupa motivasi untuk giat
belajar, hidup rukun, membantu orang tua, dan bersikap yang baik dalam
kehidupan. Terakhir, guru menutup proses pembelajaran dengan salam.
c. Observasi
Tahap observasi siklus I pada hari Rabu dan Jumat, 16-18 Februari 2011
yaitu dilakukan pengamatan terhadap kegiatan guru
dan
siswa
selama
commit to user
77
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
gambaran tentang hasil dan jalannya pembelajaran dari mata pelajaran Bahasa
Indonesia tentang keterampilan berbicara siswa dengan menggunakan metode
role playing sebagai berikut:
1) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran guru
Pengamatan terhadap rencana pelaksanaan pembelajaran yang digunakan
guru dalam mengajar sangat penting karena sebagai prosedur mengajar guru di
dalam kelas. RPP guru (peneliti) dinilai oleh guru kelas V dengan lembar
pengamatan RPP yang sudah dipersiapkan. Hasil penilaian RPP siklus I dapat
dilihat pada lampiran 19. RPP yang digunakan oleh peneliti sudah termasuk
kategori sangat baik dengan rata-rata nilai 3,7. Secara garis besar RPP yang
disusun sudah relevan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ada
dengan sistematika yang runtut dan tujuan pembelajaran yang jelas mencakup
ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
2) Penilaian Proses (Sikap Siswa)
Hasil pengamatan terhadap sikap siswa pada siklus I dapat dilihat pada
lampiran 24 . Di dalam proses pembelajaran siswa sudah terlihat lebih aktif dan
bersungguh-sungguh dibandingkan dengan kondisi awal. Secara klasikal terdapat
peningkatan terhadap minat, keaktifan, kerjasama, dan kesungguhan pada diri
siswa. Data penilaian proses siswa pada siklus I dapat dimasukkan ke dalam tabel
8 sebagai berikut :
commit to user
78
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sikap Siswa
Frekuensi (siswa)
Persentase (%)
1.
Minat
13
61,90
2.
Keaktifan
15
71,42
3.
Kerja sama
15
71,42
4.
Kesungguhan
12
57,14
16
14
71,42%
61,9%
57,14%
Frekuensi
12
10
8
6
4
2
0
Minat
Keaktifan
Kerjasama
Kesungguhan
Sikap Siswa
commit to user
79
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Nilai
44-52
53-61
62-70
71-79
80-88
Jumlah
Frekuensi
Persentase (%)
Keterangan
3
3
7
6
2
21
14,29
14,29
33,33
28,57
9,52
100
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
commit to user
80
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Frekuensi
6
5
4
3
2
1
0
44-52
53-61
62-70
71-79
80-88
Interval Nilai
commit to user
81
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sebanyak 6 siswa, dan pada kelas 80-88 terdapat sebanyak 2 siswa. Dengan
jumlah keseluruhan 21 siswa, masih terdapat 6 siswa yang belum tuntas KKM.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ketuntasan hasil keterampilan
berbicara VLVZD\DQJPHPSHUROHKQLODL62 (KKM) pada siklus I belum mencapai
80%, sehingga pembelajaran akan dilanjutkan untuk siklus II.
d. Refleksi
Berdasarkan
hasil
observasi,
dapat
disimpulkan
bahwa
kualitas
commit to user
82
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
83
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5) Sebagian siswa masih kurang terampil berbicara di depan kelas, masih terlihat
diam karena lupa apa yang akan dikatakan.
6) Guru jarang menegur atau memperingatkan siswa yang tidak fokus terhadap
proses pembelajaran yang sedang berlangsung.
7) Pada umumnya siswa belum dapat memanfaatkan waktu. Hal ini karena siswa
tidak memikirkan betapa terbatasnya waktu yang tersedia sehingga mereka
kurang bisa memanfaatkan waktu dengan baik.
2. Siklus II
Tindakan pada siklus II dilaksanakan 2 kali pertemuan. Setiap pertemuan
terdiri dari 2 jam pelajaran (2x35 menit). Siklus II dilaksanakan pada hari Senin, 21
Februari 2011 (pertemuan 1) dan Rabu, 23 Februari 2011 (pertemuan 2).
Bertolak dari hasil refleksi pada siklus I, maka peneliti bersama guru kelas V
yang sekaligus bertindak sebagai observer, berdiskusi mengenai cara yang tepat
untuk memperbaiki kekurangan yang ada pada siklus I. Tahap ini dilakukan pada
hari Sabtu, 19 Februari 2011 di ruang kelas V SDN Pandak I setelah
dilaksanakannya siklus I. Proses pembelajaran keterampilan berbicara pada siklus II
ini, rencananya akan dilakukan dengan beberapa langkah perbaikan dari tindakan
siklus I, yaitu:
1) Guru meningkatkan kulitas proses dari aspek minat, keaktifan, kerjasama, dan
kesungguhan di dalam proses pembelajaran dengan menciptakan kondisi
pembelajaran yang menyenangkan dan memotivasi siswa untuk belajar.
2) Memperbaiki naskah drama pendek yang sudah dibuat pada siklus I dengan
melakukan diskusi kelompok kembali. Siswa yang belum aktif berdiskusi, perlu
dibangkitkan semangatnya sehingga diskusi yang dilaksanakan bermanfaat untuk
menyempurnakan hasil kerjanya.
3) Guru lebih memotivasi siswa agar berani dan percaya diri tampil berbicara di
depan kelas dengan cara penguatan verbal dan pemberian hadiah bagi aktor dan
aktris pemeran drama terbaik
4) Guru menciptakan setting panggung bermain peran seperti keadaan sebenarnya
dengan perlengkapan sederhana seperti meja dan kursi serta menyarankan siswa
commit to user
84
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pembelajaran
(RPP) disusun
berdasarkan
penilaian.
commit to user
85
perpustakaan.uns.ac.id
2)
digilib.uns.ac.id
media
pembelajaran,
media
pembelajaran
yang
commit to user
86
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pelaksanaan
siswa
kompetensi dasar yang ingin dicapai. Rubrik penilaian tes unjuk kerja
keterampilan berbicara siswa terdapat pada lampiran 12. Untuk instrumen
nontes dinilai berdasarkan hasil observasi kegiatan siswa yang dilakukan
oleh peneliti dengan berdasarkan lembar penilaian proses pembelajaran
berbicara yang meliputi: (a) minat, (b) keaktifan, (c) kerja sama, dan (d)
kesungguhan siswa selama pembelajaran berlangsung. Lembar penilaian
proses dapat dilihat pada lampiran 18.
b. Pelaksanaan Tindakan
Tindakan siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Pertemuan
pertama dilaksanakan pada hari Senin, 21 Februari 2011 dan pertemuan kedua
pada hari Rabu, 23 Februari 2011. Pelaksanaan tindakan tersebut dilaksanakan di
ruang kelas V SD Negeri Pandak I Sidoharjo.
Deskripsi pelaksanaan tindakan siklus II adalah sebagai berikut:
Pertemuan I (2x35 menit)
Pada pertemuan pertama siklus II yang diajarkan kepada siswa kelas V
terlebih dahulu adalah mengulang kembali mengenai materi drama dan
memperbaiki dalam penyusunan naskah drama pendek.
Kegiatan awal menghabiskan waktu kurang lebih 5 menit. Kegiatan yang
guru (peneliti) lakukan yakni membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam
dilanjutkan
dengan
mengkondisikan
kelas
commit to user
87
sebagai
tindakan
preventif
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(pencegahan). Kemudian berdoa bersama yang dipimpin oleh ketua kelas dan
diadakan presensi kehadiran siswa untuk mengetahui jumlah kehadiran siswa.
Jumlah siswa yang hadir pada pertemuan I lengkap yaitu 21 siswa. Guru juga
menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai siswa secara singkat dan
jelas. Tujuan pembelajaran pada pertemuan pertama yaitu siswa mampu
menyebutkan cara menyusun naskah drama dengan benar dan siswa mampu
menyusun naskah drama pendek dengan baik berdasarkan permasalahan cerita
bergambar. Setelah itu, guru memberikan apersepsi sebagai upaya meningkatkan
motivasi belajar dan membuka wawasan siswa tentang drama. Apersepsi
diberikan dengan bersama-sama menyanyikan lagu berlirikkan materi drama
dengan nada seperti lagu naik-naik ke puncak gunung, lagunya masih sama
dengan pertemuan pertama pada siklus I.
Langkah selanjutnya masuk pada inti pembelajaran dengan durasi waktu
sekitar 55 menit. Kegiatan yang dilakukan guru dalam inti pembelajaran terdapat
tiga (3) bentuk tindakan nyata yakni eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Secara
sistematika, awal inti pembelajaran dilakukan tindakan eksplorasi agar siswa
mampu menggali pemahaman awal yang ada pada dirinya. Guru mengadakan
tanya jawab dengan siswa seperti berikut :
- Anak-DQDNVLDSD\DQJPDVLKLQJDWSHQJHUWLDQGUDPD"
- Unsur-unsur apa saja yang terdapat dalam drama ?
Siswa juga diminta menyebutkan contoh drama yang pernah dilihatnya.
Tindakan selanjutnya yaitu elaborasi, dalam kegiatan elaborasi siswa menyimak
penjelasan dari guru tentang materi yang berkaitan dengan drama, cara merancang
kerangka naskah drama, dan kemudian menyusun naskah drama dengan
mengembangkan dari kerangka yang telah dibuatnya. Guru juga menjelaskan
kelebihan dan kesalahan dalam naskah drama yang dibuat siswa sebelumnya.
Secara ringkas, isi materi pada pertemuan pertama dapat dilihat pada bagian RPP
siklus II pada lampiran 5. Guru menjelaskan materi ini dengan menggunakan
media cerita bergambar EHUMXGXO .HKLGXSDQ 1HOD\DQ EHVHUWD WHNV QDVNDK
dramanya. Guru memperlihatkan media tersebut kepada siswa dan empat siswa
PDMX XQWXN PHPEDFDNDQ WHNV QDVNDK GUDPD .HKLGXSDQ 1HOD\DQ VHVXDL WRNRK
commit to user
88
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
89
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
90
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
isi materi pada pertemuan kedua ini dapat dilihat pada bagian RPP siklus II
lampiran 5. Sebelum siswa mencoba memainkan peran dari tokoh drama pendek,
guru memperlihatkan video drama pendek anak SD. Kemudian, guru
mengkondisikan tempat duduk seperti pelaksanaan diskusi pada pertemuan I
dengan duduk saling berhadapan sesuai dengan kelompoknya masing-masing.
Siswa diberikan waktu 5 menit untuk mempersiapkan setting dengan
kelompoknya sebelum maju bermain peran (role playing).
Selanjutnya, masing-masing kelompok siswa maju memerankan dari
naskah drama pendek yang sudah diperbaiki pada pertemuan I. Kegiatan bermain
peran ini penilaiannya hanya difokuskan pada keterampilan berbicara. Tugas guru
yaitu bertindak sebagai fasilitator dan memberikan penilaian. Guru membantu
menciptakan setting bermain peran sesuai tema drama masing-masing kelompok
sehingga siswa lebih bisa berekspresi. Dengan lembar penilaian, dilakukan
penilaian keterampilan berbicara siswa oleh guru secara individu. Siswa yang
tidak maju diberikan tugas sebagai pengamat untuk memberikan tanggapan dari
kelompok yang sudah bermain peran.
Kegiatan konfirmasi, yaitu pemberian reward (penguatan) kepada masingmasing kelompok dan pemberian hadiah pemain peran terbaik. Siswa diberikan
kesempatan untuk menyatakan kesulitan yang dihadapi. Guru memberikan
konfirmasi hasil belajar siswa dalam bermain drama. Siswa dimotivasi agar lebih
semangat dan berpartisipasi aktif. Untuk kelompok terbaik dalam bermain peran
drama juga diberikan hadiah oleh guru yang sudah dipersiapkan.
Kegiatan akhir kurang lebih menghabiskan waktu 10 menit. Siswa bersama
guru menyimpulkan hasil pembelajaran sebagai bentuk refleksi yang dilakukan
guru. Hasil pembelajaran sudah menunjukkan peningkatan dari bermain peran
yang sebelumnya. Guru mengucapkan terimakasih atas perhatian, kerjasama, dan
kesungguhan siswa. Guru juga menyampaian pesan-pesan moral kepada siswa.
Kemudian guru menutup pembelajaran dengan salam.
commit to user
91
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Observasi
Tahap observasi siklus II pada hari Senin dan Rabu, 21-23 Februari 2011
dilakukan pengamatan
dan
siswa
selama
proses
commit to user
92
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
diri siswa. Data pengamatan sikap siswa pada siklus II dapat dimasukkan ke
dalam tabel 10 sebagai berikut :
Tabel 10. Data Penilaian Proses (Sikap Siswa) Pembelajaran Keterampilan
Berbicara Kelas V SDN Pandak I pada Siklus II
No.
Sikap Siswa
Frekuensi (siswa)
Persentase (%)
1.
Minat
19
90,47
2.
Keaktifan
17
80,95
3.
Kerja sama
16
76,19
4.
Kesungguhan
17
80,95
Frekuensi
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0
90,47%
80,95%
Minat
76,19%
Kerjasama
Keaktifan
Sikap Siswa
80,95%
Kesungguhan
commit to user
93
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Nilai
44-52
53-61
62-70
71-79
80-88
Jumlah
Frekuensi
Presentase (%)
Keterangan
0
3
6
5
7
21
0
14,29
28,57
23,81
33,33
100
Tidak Tuntas
Tidak Tuntas
Tuntas
Tuntas
Tuntas
commit to user
94
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dari tabel 11 di atas dapat dilihat persentase siswa yang belum dan
sudah tuntas KKM. Dari 21 siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Pandak I
Sidoharjo, hanya terdapat sebesar 14,29% siswa belum tuntas KKM yang terbagi
dalam kelas 44-52 sebesar 0%, dan pada kelas 53-61 sebesar 14,29%.
Sisanya sebesar 85,71% siswa sudah tuntas KKM yang terbagi pada kelas 6270 sebesar 28,57%, pada kelas 71-89 sebesar 23,81%, dan interval kelas 80-88
terdapat 33,33%. Dari tabel 11 tersebut juga dapat diketahui ketuntatasan hasil
belajar siswa pada siklus II mencapai 85,71% atau 15 siswa sudah tuntas.
Sedangkan siswa yang belum tuntas 14,29% atau 3 siswa.
Berdasarkan data pada tabel 11 maka hasil pembelajaran keterampilan
berbicara setelah diadakan tindakan siklus II pada siswa kelas V SDN Pandak I
dapat disajikan dalam grafik pada gambar 10 dibawah ini :
8
7
Frekuensi
6
5
4
3
2
1
0
44-52
53-61
62-70
71-79
80-88
Interval Nilai
Gambar 10. Grafik Nilai Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SDN Pandak I
pada siklus II
Pada gambar 10 di atas ditunjukkan frekuensi dari masing-masing kelas.
Pada kelas 44-52 terdapat 0 siswa, pada kelas 53-61 terdapat sebanyak 3
siswa, pada kelas 62-70 terdapat sebanyak 6 siswa, pada kelas 71-79 terdapat
sebanyak 5 siswa, dan pada interval kelas 80-88 terdapat 7 siswa. Dengan
jumlah keseluruhan 21 siswa, hanya terdapat 3 siswa yang belum tuntas KKM.
commit to user
95
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi, peneliti menyimpulkan bahwa kualitas proses
dan hasil pembelajaran berbicara siklus II ini telah menunjukkan adanya
peningkatan yang signifikan dari siklus I.
Keberhasilan proses pembelajaran berbicara siklus II dapat dilihat dari
beberapa indikator berikut ini:
1) Minat
Minat siswa terhadap pembelajaran berbicara dengan penerapan metode
bermain peran di siklus II, secara klasikal telah menunjukkan peningkatan dari
siklus I dari 61,9% menjadi sebesar 90,47% pada siklus II. Siswa lebih antusias
mengikuti pembelajaran dengan metode bermain peran, sehingga perhatian
siswa pun lebih terfokus pada pelajaran.
2) Keaktifan
Keaktifan siswa dalam pembelajaran meningkat. Siswa terlihat lebih aktif
untuk bertanya dan mengungkapkan gagasan ketika berdiskusi, aktif
melakukan kegiatan bermain peran. Keaktifan klasikal siswa meningkat
menjadi 80,95% atau sebanyak 17 siswa.
3) Kerja sama
Siswa yang menunjukkan sikap kerjasama yang baik selama mengikuti
pembelajaran berbicara sebesar 76,19% atau sebanyak 16 orang, sedangkan
23,81% atau 5 orang sisanya tampak belum mampu melakukan kerja sama
yang baik dengan anggota kelompoknya.
4) Kesungguhan
Siswa yang menunjukkan kesungguhan dalam mengikuti pembelajaran
berbicara sebayak 17 siswa atau sebesar 80,95%, sedangkan 4 siswa lainnya
atau sebesar 19,05% menunjukkan sikap kurang serius selama mengikuti
commit to user
96
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
umum
semua
kelemahan
yang
ada
dalam
proses
kompak.
Selain
itu,
peningkatan
kualitas
hasil
keterampilan
C. Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini akan disajikan dalam bentuk peningkatan dari hubungan
antarsiklus. Untuk hasil penelitian persiklus sudah disajikan pada tahap observasi
(pengamatan) pada masing-masing siklus. Berdasarkan pengamatan dari analisis data
yang ada, dapat dilihat adanya peningkatan kualitas proses dan hasil siswa kelas V
SDN Pandak I Sragen dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada aspek
keterampilan berbicara dengan metode role playing.
Peningkatan kualitas proses ditunjukkan dari sebaran frekuensi sikap siswa
meliputi minat, keaktifan, kerjasama, dan kesungguhan siswa yang semakin besar
(meningkat) seperti pada tabel 12 berikut ini :
commit to user
97
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 12. Data Frekuensi Penilaian Proses (Sikap Siswa) Pembelajaran Keterampilan
Berbicara Kelas V SDN Pandak I pada Prasiklus, Siklus I dan II
Frekuensi
No.
Sikap Siswa
Prasiklus
Siklus I
Siklus II
1.
Minat
10
13
19
2.
Keaktifan
13
15
17
3.
Kerja sama
15
16
4.
Kesungguhan
12
17
Siklus I
Siklus II
20
Frekuensi
15
10
5
0
Minat
Keaktifan
Kerjasama
Kesungguhan
Sikap Siswa
commit to user
98
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pemahaman isi yang semakin besar (meningkat) pada interval nilai di atas KKM (62)
seperti pada tabel 13 berikut ini :
Tabel 13. Data Frekuensi Nilai Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SDN Pandak
I pada Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II
Frekuensi
No.
Interval Nilai
Prasiklus
Siklus I
Siklus II
1.
44-52
2.
53-61
3.
62-70
4.
71-79
5.
80-88
Jumlah Siswa
21
21
21
13
15
18
61,14
66,09
73,33
Ketuntasan Klasikal
38,1%
71,42%
85,71%
commit to user
99
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Siklus I
Siklus II
10
9
8
Frekuensi
7
6
5
4
3
2
1
0
44-52
53-61
62-70
71-79
80-88
Intrval Nilai
Gambar 12. Grafik Frekuensi Nilai Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SDN
Pandak I pada Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II
Dari gambar 12 tersebut terlihat bahwa prasiklus (merah) lebih mendominasi
pada interval nilai rendah, siklus I (kuning) mendominasi interval nilai sedang, dan
siklus II (hijau) dominasi pada interval nilai tinggi.
commit to user
100
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
masih
menggunakan
cara
konvensional
yaitu
siswa
diminta
terkesan
membosankan
karena
siswa
masih
bingung
siswa
yang
commit to user
101
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Siklus I
Berdasarkan tindakan yang sudah dilaksanakan pada siklus I terbukti adanya
peningkatan kualitas proses dan hasil keterampilan berbicara siswa. Dalam proses
pembelajaran berbicara siklus I ini peneliti menggunakan metode role playing,
siswa bermain peran dari tokoh drama pendek yang dibuat oleh siswa secara
berkelompok. Proses pembelajaran terkesan lebih hidup dan menyenangkan
meskipun hasilnya belum maksimal karena siswa baru pertama kali bermain
peran. Siswa lebih berminat dan terlihat aktif dalam pembelajaran terutama ketika
praktik berbicara secara berkelompok melalui bermain peran. Kerjasama dan
kesungguhan siswa sangat jelas terlihat karena metode role playing ini dilakukan
secara kelompok yang mengutamakan kerjasama dan keseriusan dari anggota
kelompoknya. Peningkatan kualitas proses berbicara ini dibuktikan dengan nilai
persentase kualitas proses klasikal yaitu minat 61,9%, keaktifan 71,42%,
kerjasama 71,42%, dan kesungguhan 57,14%.
Pada siklus I kualitas hasil keterampilan berbicara yang ingin dicapai adalah
70% siswa dapat tuntas KKM. Hal ini berarti dalam siklus I diharapkan
sebanyak 15 siswa memperoleh nilai di atas KKM. Dilihat dari banyaknya siswa
yang tuntas KKM diketahui tepat sebanyak 15 siswa atau 71,42% sudah tuntas
dan masih terdapat 6 siswa atau 28,58% yang belum tuntas KKM. Dengan
jumlah ketuntasan seperti itu dapat dikatakan indikator kinerja siklus I telah
tercapai. Akan tetapi, pada siklus I nilai siswa belum memuaskan. Karena
kebanyakan siswa hanya memperoleh nilai pada interval nilai sedang.
Pengamatan dari tindakan pada siklus I ditemukan beberapa hal yang
terkait faktor-faktor penilaian keterampilan berbicara siswa yaitu: pertama, ratarata siswa menggunakan lafal dan intonasi yang cukup jelas dalam berbicaranya
karena siswa cukup percaya diri dan tidak merasa takut ketika penampilannya
dilihat teman-temannya. Kedua, kelancaran siswa pada siklus I rata-rata cukup
lancar dan dari segi pemahaman isi drama juga sudah baik. Namun, untuk ekspresi
berbicara siswa rata-rata nilainya masih kurang memuaskan, terkadang siswa
berbicara tidak melihat kepada teman atau lawan bicaranya. Gerakan-gerakan
commit to user
102
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tubuh belum begitu terlihat pada siklus I sehingga kegiatan berbicara siswa masih
terkesan kaku dan monoton.
Peningkatan kualitas proses dan hasil pada siklus I belum memuaskan dan
masih terdapat kekurangan yang harus diperbaiki dan diharapkan keterampilan
berbicara siswa semakin meningkat. Oleh karena itu, penelitian ini dilanjutkan ke
siklus II.
c. Siklus II
Pada tindakan siklus II terjadi peningkatan kualitas proses dan hasil yang
signifikan dari tindakan sebelumnya. Dilihat dari proses pembelajaran
keterampilan berbicara dengan metode role playing, siswa semakin berminat yang
ditandai dengan banyaknya siswa yang lebih antusias dan memperhatikan
jalannya proses pembelajaran berbicara. Persentase minat siswa secara klasikal
mencapai 90,47%. Keaktifan klasikal siswa meningkat menjadi 80,95% ditandai
dengan banyaknya siswa yang lebih aktif bertanya dan berpendapat ketika diskusi
kelompok serta bermain peran. Kerja sama dari siswa dalam kelompoknya juga
semakin meningkat menjadi 76,19%, dalam hal ini siswa lebih bertanggung jawab
sebagai bagian dari kelompoknya. Pengamatan dari segi kesungguhan siswa juga
terjadi peningkatan menjadi 80,95% ditandai siswa lebih serius untuk melakukan
diskusi dan bermain peran (role playing).
Kualitas hasil keterampilan berbicara siklus II terjadi peningkatan. Indikator
ketercapaian kualitas hasil pada siklus II adalah 80% atau sebanyak 17 siswa
mampu tuntas KKM dalam pembelajaran keterampilan berbicara. Dari 21 siswa
kelas V setelah diadakan tindakan siklus II terdapat 18 siswa atau 85,71%
tuntas KKM dan 3 siswa atau 14,29% belum tuntas KKM. Hal ini dibuktikan
dengan naiknya jumlah frekuensi pada tiap kelas interval. Dari 21 siswa kelas V
ditunjukkan pada kelas 44-52 saat siklus I terdapat 3 siswa meningkat menjadi
tidak ada. Setelah tindakan siklus II nilai terendah terdapat pada kelas 53-61
sebanyak 3 siswa atau 14,29%, pada kelas 62-70 sebanyak 6 siswa atau
28,57%, pada kelas 71-79 sebanyak 23,81%, dan pada kelas 80-88 sebanyak 7
siswa atau 33,33%. Dilihat dari nilai rata-rata klasikal siswa juga terdapat
commit to user
103
perpustakaan.uns.ac.id
peningkatan. Nilai
digilib.uns.ac.id
commit to user
104
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kualitas hasil keterampilan berbicara ditandai dengan meningkatnya aspekaspek penilaian berbicara yang secara garis besar dijelaskan sebagai berikut :
1) Siswa mampu berbicara dengan lafal yang sudah jelas. Secara klasikal siswa
dapat melafalkan bunyi atau artikulasi bahasa dengan baik dan jelas.
2) Siswa berbicara dengan intonasi yang tepat. Ketepatan memberikan tekanan
dalam berbicara siswa secara klasikal dalam kategori baik dan tepat.
3) Siswa berbicara dengan lancar. Hal ini ditunjukkan ketika berbicara siswa
WLGDNPHQJJXQDNDQNDWDHHGDQKDQ\DVHGNLt siswa yang kurang lancar.
4) Siswa mampu berbicara dengan ekspresi yang terbilang baik. Secara umum
siswa sudah berbicara menggunakan kontak mata sebagai syarat keefektifan
berbicara dan kadang disertai gerakan tubuh (pantomimik).
5) Siswa sudah berbicara sesuai isi atau tema drama yang diperankannya. Hal ini
ditunjukkan dengan arah pembicaraan siswa dalam bermain peran yang sudah
sesuai topik drama yang ditentukan.
commit to user
105
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan
dalam dua siklus dengan menggunakan metode role playing dalam pembelajaran
keterampilan berbicara pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Pandak I Sidoharjo
Sragen dapat disimpulkan bahwa :
1. Penggunaan metode role playing dapat
meningkatkan
kualitas
proses
keterampilan berbicara pada siswa kelas V SDN Pandak I Sidoharjo Sragen tahun
ajaran 2010/2011. Hal ini ditandai dengan meningkatnya persentase minat,
keaktifan, kerjasama, dan kesungguhan dalam proses pembelajaran. Pada siklus
I persentase klasikal minat siswa sebesar 61,9%, keaktifan 71,42%, kerja sama
71,42%, dan kesungguhan 57,14%. Pada siklus II terjadi peningkatan yaitu
persentase klasikal minat siswa menjadi 90,47%, keaktifan 80,95%, kerja sama
76,19%, dan kesungguhan 80,95%.
2. Penggunakan metode role playing dapat meningkatkan
kualitas hasil
B. IMPLIKASI
Penggunaan
metode
bermain
peran
(role
playing)
terbukti
dapat
commit to user
106
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang disusun oleh siswa sendiri. Kegiatan dan keberhasilan belajar siswa sangat
ditentukan oleh kemampuan siswa sendiri dalam menguasai materi dan
mengungkapkan ide serta gagasannya dalam bentuk praktik berbicara sambil
berperan di depan kelas. Oleh karena itu, siswalah yang menjadi pusat kegiatan
pembelajaran. Peran guru di sini hanya sebagai mediator, motivator, dan fasilitator
belajar siswa.
Metode role playing ini lebih efektif dan efisien dibanding dengan metode
konvensional yang pada umumnya masih sering digunakan guru dalam pembelajaran
keterampilan berbicara. Dikatakan efektif karena penerapan metode role playing
akan lebih menghemat waktu, hal ini disebabkan karena siswa dapat tampil praktik
berbicara secara berkelompok. Sedangkan dikatakan efisien, dimungkinkan karena
proses belajar di SD lebih banyak dilakukan dengan bermain sambil belajar atau
belajar sambil bermain.
Penelitian ini membuktikan bahwa dengan penggunaan metode bermain
peran (role playing) dapat membuat siswa lebih aktif, berminat dalam mengikuti
pembelajaran berbicara, dan pembelajaran lebih hidup serta menyenangkan. Selain
itu, meode ini dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaran berbicara yang
ditandai dengan meningkatnya rata-rata nilai siswa dan persentase ketuntasan pada
tiap siklusnya.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diimplikasikan bahwa metode role
playing dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan acuan bagi guru dalam
kegiatan pembelajaran keterampilan berbicara. Di samping itu, metode pembelajaran
ini dapat digunakan sebagai metode alternatif yang menyenangkan, kreatif, dan
inovatif dalam pembelajaran berbicara di tingkat SD.
C. SARAN
Berdasarkan simpulan dan implikasi penelitian di atas, peneliti dapat
mengajukan saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi Siswa
a. Siswa seharusnya memahami bahwa keterampilan berbicara merupakan hal
penting yang harus dikuasai, untuk itu siswa perlu mengikuti pembelajaran
commit to user
107
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
108