Professional Documents
Culture Documents
Nilai normal
: 7.35 - 7.45
Nilai kritis
Implikasi Klinik
1. Umumnya nilai pH akan menurun dalam keadaan asidemia (peningkatan
pembentukan asam)
2. Umumnya nilai pH meningkat dalam keadaan alkalemia (kehilangan asam)
3. Bila melakukan evaluasi nilai pH, sebaiknya PaCO2 dan HCO3 diketahui juga
untuk memperkirakan komponen pernafasan atau metabolik yang
mempengaruhi status asam basa
B. Interpretasi Hasil Tekanan Parsial Karbon Dioksida (PaCO2 )
PaCO2 menggambarkan tekanan yang dihasilkan oleh CO2 kyang terlarut dalam
plasma. Dapat digunakan untuk menetukan efektifitas ventilasi dan keadaan asam
basa dalam darah.
Nilai Normal : 35 - 45 mmHg
SI
Implikasi Klinik :
1. Penurunan nilai PaCO2 dapat terjadi pada hipoksia, anxiety/ nervousness
dan emboli paru. Nilai kurang dari 20 mmHg perlu mendapatkan perhatiaan
khusus.
2. Peningkatan nilai PaCO2 dapat terjadi pada gangguan paru atau penurunan
fungsi pusat pernafasan. Nilai PaCO2 > 60 mmHg perlu mendapat perhatian
khusus.
3. Umumnya peningkatan PaCO2 dapat terjadi pada hipoventilasi sedangkan
penurunan nilai menunjukkan hiperventilasi.
4. Biasanya penurunan 1 mEq HCO3 akan menurunkan tekanan PaCO2 sebesar
1.3 mmHg.
SI : 10 - 13.3 kPa
Implikasi Klinik
1. Penurunan nilai PaO2 dapat terjadi pada penyakit paru obstruksi kronik
(PPOK), penyakit obstruksi paru, anemia, hipoventilasi akibat gangguan fisik
atau neoromuskular dan gangguan fungsi jantung. Nilai PaO2 kurang dari 40
mmHg perlu mendapatkan perhatian khusus.
2. Peningkatan nilai PaO2 dapat terjadi pada peningkatan penghantaran O2
oleh alat bantu (contoh; nasal prongs, alat ventilasi mekanik) hiperventilasi
dan polisitemia (peningkatan sel darah merah dan daya angkut oksigen)
D. Interpretasi Hasil Saturasi Oksigen (SaO2)
Jumlah oksigen yang diangkut oleh hemoglobin, ditulis sebagai persentasi total
oksigen yang terikat pada hemoglobin.
Nilai Normal : 95 - 99 % O2
Implikasi Klinik
1. Saturasi oksigen digunakan untuk mengevaluasi kadar oksigenasi hemoglobin
dan kecakupan oksigen pada jaringan
2. tekanan parsial oksigen yang terlarut di plasma menggambarkan jumlah
oksigen yang terikat pada hemoglobin sebagai ion bikarbonat
E. Interpretasi Hasil Pemeriksaan Karbon Dioksida (CO2)
Dalam plasma normal, 95% dari total CO2 terdapat sebagai ion bikarbonat, 5%
sebagai larutan gas CO2 terlarut dan asam karbonat. Kandungan CO2 plasma
terutama adalah bikarbonat, suatu larutan yang bersifat basa dan diatur oleh
ginjal. Gas CO2 yang larut ini terutama bersifat asam dan diatur oleh paru-paru.
Oleh karena itu nilai CO2 plasma menunjukkan konsentrasi bikarbonat.
Nilai Normal Karbon Dioksida (CO2)
: 22 - 32 mEq/L
SI
: 22 - 32 mmol/L
Kandungan CO2 plasma terutama adalah bikarbonat, suatu larutan yang bersifat
basa dan diatur oleh ginjal. Gas CO2 yang larut ini terutama yang bersifat asam
dan diatur oleh paru-paru. oleh karena itu nilai CO2 plasma menunjukkan
konsentrasi
bikarbonat.
Implikasi Klinik :
1. Peningkatan kadar CO2 dapat terjadi pada muntah yang parah, emfisema,
dan aldosteronisme
2. Penurunan kadar CO2 dapat terjadi pada gagal ginjal akut, diabetik asidosis
dan hiperventilasi
3. Peningkatan dan penurunan dapat terjadi pada penggunaan nitrofurantoin
F.Anion Gap (AG)
Anion gap digunakan untuk mendiagnosis asidosis metabolik. Perhitungan
menggunakan elektrolit yang tersedia dapat membantu perhitungan kation dan
anion yang tidak terukur. Kation dan anion yang tidak terukur termasuk Ca+ dan
Mg2+. Anion yang tidak terukur meliputi protein, posfat sulfat dan asam organik.
Anion gap dapat dihitung menggunakan dua pendekatan yang berbeda.
Na+ - (Cl-
dilution,
4. Anion gap yang normal dapat terjadi pada metabolik asidosis akibat diare,
asidoses tubular ginjal atau hiperkalsemia.
Tag : Kimia Darah, Kimia Klinik
BAB II
PEMBAHASAN
penyakit paru obstruktif kronis yang ditandai dengan adanya hambatan aliran udara pada
saluran napas yang bersifat progresif non reversible ataupun reversible parsial.
Terdiri dari 2 macam jenis yaitu bronchitis kronis dan emfisema, tetapi bisa juga gabungan
antar keduanya.
2.
Pulmonary edema terjadi ketika alveoli dipenuhi dengan kelebihan cairan yang merembes
keluar dari pembuluh-pembuluh darah dalam paru sebagai gantinya udara. Ini dapat
menyebabkan persoalan-persoalan dengan pertukaran gas (oksigen dan karbon dioksida),
berakibat pada kesulitan bernapas dan pengoksigenan darah yang buruk. Adakalanya, ini
dapat dirujuk sebagai "air dalam paru-paru" ketika menggambarkan kondisi ini pada pasienpasien.
Pulmonary edema dapat disebabkan oleh banyak faktor-faktor yang berbeda. Ia dapat
dihubungkan pada gagal jantung, disebut cardiogenic pulmonary edema, atau dihubungkan
pada sebab-sebab lain, dirujuk sebagai non-cardiogenic pulmonary edema.
3.
ARDS terjadi sebagai akibat cedera atau trauma pada membran alveolar kapiler yang
mengakibatkan kebocoran cairan kedalam ruang interstisiel alveolar dan perubahan
dalarn jaring- jaring kapiler , terdapat ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi yang jelas
akibat-akibat kerusakan pertukaran gas dan pengalihan ekstansif darah dalam paru-.paru.
ARDS menyebabkan penurunan dalam pembentukan surfaktan , yang mengarah pada kolaps
alveolar . Komplians paru menjadi sangat menurun atau paru- paru menjadi kaku akibatnya
adalah penurunan karakteristik dalam kapasitas residual fungsional, hipoksia berat dan
hipokapnia ( Brunner & Suddart 616).
4.
Infark miokard
Infark miokard adalah perkembangan cepat dari nekrosis otot jantung yang disebabkan oleh
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen (Fenton, 2009). Klinis sangat
mencemaskan karena sering berupa serangan mendadak umumya pada pria 35-55 tahun,
tanpa gejala pendahuluan (Santoso, 2005).
5.
Pneumonia
Pneumonia merupakan penyakit dari paru-paru dan sistem dimana alveoli(mikroskopik udara
mengisi kantong dari paru yang bertanggung jawab untuk menyerap oksigen dari atmosfer)
menjadi radang dan dengan penimbunan cairan.Pneumonia disebabkan oleh berbagai macam
sebab,meliputi infeksi karena bakteri,virus,jamur atau parasit. Pneumonia juga dapat terjadi
karena bahan kimia atau kerusakan fisik dari paru-paru, atau secara tak langsung dari
penyakit lain seperti kanker paru atau penggunaan alkohol.
6.
Pasien syok
Syok merupakan suatu sindrom klinik yang terjadi jika sirkulasi darah arteri tidak adekuat untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme jaringan. Perfusi jaringan yang adekuat tergantung pada 3 faktor utama, yaitu curah
jantung, volume darah, dan pembuluh darah. Jika salah satu dari ketiga faktor penentu ini kacau
dan faktor lain tidak dapat melakukan kompensasi maka akan terjadi syok. Pada syok juga terjadi
hipoperfusi jaringan yang menyebabkan gangguan nutrisi dan metabolism sel sehingga seringkali
menyebabkan kematian pada pasien.
7.
Coronary Artery Bypass Graft adalah terjadinya suatu respon inflamasi sistemik pada derajat
tertentu dimana hal tersebut ditandai dengan hipotensi yang menetap, demam yang bukan
disebabkan karena infeksi, DIC, oedem jaringan yang luas, dan kegagalan beberapa organ
tubuh. Penyebab inflamasi sistemik ini dapat disebabkan oleh suatu respon banyak hal, antara
lain oleh karena penggunaan Cardiopulmonary Bypass (Surahman, 2010).
8.
Penyebab utama dari cardiac arrest adalah aritmia, yang dicetuskan oleh beberapa
faktor,diantaranya penyakit jantung koroner, stress fisik (perdarahan yang banyak, sengatan
listrik,kekurangan oksigen akibat tersedak, tenggelam ataupun serangan asma yang berat),
kelainan bawaan, perubahan struktur jantung (akibat penyakit katup atau otot jantung) dan
obat-obatan.Penyebab lain cardiac arrest adalah tamponade jantung dan tension
pneumothorax. Sebagai akibat dari henti jantung, peredaran darah akan berhenti. Berhentinya
peredaran darahmencegah aliran oksigen untuk semua organ tubuh. Organ-organ tubuh akan
mulai berhenti berfungsi akibat tidak adanya suplai oksigen, termasuk otak. Hypoxia cerebral
atau ketiadaan oksigen ke otak, menyebabkan korban kehilangan kesadaran dan berhenti
bernapas normal.Kerusakan otak mungkin terjadi jika cardiac arrest tidak ditangani dalam
5 menit dan selanjutnyaakan terjadi kematian dalam 10 menit. Jika cardiac arrest dapat
dideteksi dan ditangani dengansegera, kerusakan organ yang serius seperti kerusakan otak,
ataupun kematian mungkin bisa dicegah.
Denyut arteri tidak terasa, pada pasien yang mengalami koma (Irwin & Hippe,
2.
Modifikasi Allen tes negatif , apabila test Allen negative tetapi tetap dipaksa
2010).
untuk dilakukan pengambilan darah arteri lewat arteri radialis, maka akan terjadi thrombosis
dan beresiko mengganggu viabilitas tangan.
3.
Selulitis atau adanya infeksi terbuka atau penyakit pembuluh darah perifer pada
Adanya
koagulopati
(gangguan
pembekuan)
atau
pengobatan
2.
Mencegah kontaminasi dengan udara bebas. Udara bebas dapat mempengaruhi nilai O2 dalam
AGD arteri.
3.
Nierbeken/Bengkok
Anticoagulant Heparin
Merupakan bahan dari wool atau kapas yang mudah menyerap dan dibasahi dengan antiseptic
berupa etil alkohol. Tujuan penggunaan kapas alkohol adalah untuk menghilangkan kotoran
yang dapat mengganggu pengamatan letak vena sekaligus mensterilkan area penusukan agar
resiko infeksi bisa ditekan.
6.
Plester
Digunakan untuk fiksasi akhir penutupan luka bekas plebotomi, sehingga membantu proses
penyembuhan luka dan mencegah adanya infeksi akibat perlukaan atau trauma akibat
penusukan.
7.
Kain pengalas
Untuk memberi kenyamanan pada pasien saat plebotomis melakukan pengambilan darah
vena.
8.
Bila laboratorium jauh, maka specimen darah arteri harus dimasukkan kedalam tempat berisi
es batu sebab suhu yang rendah akan menurunkan metabolism sel darah yang mungkin
merubah nilai pH, PCO2, PO2, HCO3-.
9.
Tempat untuk membuang needle yang sudah dipakai untuk mengurangi kontaminasi pasien
satu dengan pasien yang lain.
E. Antikoagulan yang Digunakan
Antikoagulan yang digunakan dalam pengambilan darah arteri adalah heparin. Pemberian
heparin yang berlebiham akan menurunkan tekanan CO 2.Antikoagulan dapat mendilusi
konsentrasi gas darah dalam tabung. Sedangkan pH tidak terpengaruh karena efek penurunan
CO2 terhadap pH dihambat oleh keasaman heparin.
F. Alat Perlindungan Diri (APD) untuk Petugas
Alat Perlindungan Diri (APD) yang harus digunakan seorang petugas (Plebotomis) yaitu
(Rohani, 2008) :
1.
Jas Laboratorium
Pemakaian utama dari jas laboratorium adalah untuk melindungi pakaian petugas pelayanan
kesehatan. Jas laboratorium diperlukan sewaktu melakukan tindakan, bila baju tidak ingin
kotor.
2.
Alat ini merupakan pembatas fisik terpenting untuk mencegah terjadi infeksi, tetapi harus
diganti setiap kontak dengan satu pasien ke pasien yang lainnya untuk mencegah kontaminasi
silang. Sarung tangan harus dipakai kalau menangani darah, duh tubuh, sekresi dan eksresi
(kecuali keringat). Petugas kesehatan (Plebotomis) menggunakan sarung tangan untuk tiga
alasan, yaitu:
a.
Masker
Masker digunakan untuk menahan cipratan yang keluar sewaktu petugas kesehatan atau
petugas bedah berbicara, batuk, bersin, dan juga mencegah ciprtan darah atau cairan tubuh
yang terkontaminasi masuk ke dalam hidung atau mulut petugas kesehatan.
4.
Sepatu Laboratorium
Alas kaki/sepatu laboratorium dipakai untuk melindungi kaki dari perlukaaan oleh benda
tajam atau dari cairan yang jatuh atau menetes kaki. Sepatu bot dari karet atau kulit lebih
melindungi, tapi harus bersih dan bebas dari kontaminasi darah atau cairan tubuh lainnya.
5.
Dipakai untuk menutup rambut dan kepala, tujuan utamanya adalah melindungi pemakainya
dari ciprtan darah dan cairan tubuh lainnya.
6.
Pelindung Mata
Pelindung mata melindungi petugas kesehatan dari cipratan darah atau cairan tubuh lainnya
yang terkontaminasi dengan pelindung mata.
Test Allens merupakan uji penilaian terhadap sirkulasi darah di tangan, hal ini dilakukan
dengan cara yaitu: pasien diminta untuk mengepalkan tangannya, kemudian berikan tekanan
pada arteri radialis dan arteri ulnaris selama beberapa menit, setelah itu minta pasien unutk
membuka tangannya, lepaskan tekanan pada arteri, observasi warna jari-jari, ibu jari dan
tangan. Jari-jari dan tangan harus memerah dalam 15 detik, warnamerah menunjukkan test
allens positif. Apabila tekanan dilepas, tangan tetap pucat, menunjukkan test allens negatif.
Jika pemeriksaan negative, hindarkan tangan tersebut dan periksa tangan yang lain.
2.
merupakan arteri pilihan ketiga jika arteri radialis dan ulnaris tidak bisa digunakan.
3.
Arteri Brakialis
Merupakan arteri pilihan keempat karena lebih banyak resikonya bila terjadi obstruksi
pembuluh darah. Selain itu arteri femoralis terletak sangat dalam dan merupakan salah satu
pembuluh utama yang memperdarahi ekstremitas bawah.
4.
Arteri Femoralis
merupakan pilihan terakhir apabila pada semua arteri diatas tidak dapat diambil. Bila terdapat
obstruksi pembuluh darah akan menghambat aliran darah ke seluruh tubuh / tungkai bawah
dan bila yang dapat mengakibatkan berlangsung lama dapat menyebabkan kematian jaringan.
Arteri femoralis berdekatan dengan vena besar, sehingga dapat terjadi percampuran antara
darah vena dan arteri.
Selain itu arteri femoralis terletak sangat dalam dan merupakan salah satu pembuluh utama
yang memperdarahi ekstremitas bawah.
Arteri Femoralis atau Brakialis sebaiknya jangan digunakan jika masih ada alternative lain
karena tidak memiliki sirkulasi kolateral yang cukup untuk mengatasi bila terjadi spasme atau
thrombosis. Sedangkan arteri temporalis atau axillaris sebaiknya tidak digunakan karena
adanya resiko emboli ke otak.
DAFTAR PUSTAKA
Pratiwi Anggi (2010). Pemeriksaan Gas Darah Arteri (Analisa Gas Darah). Diambil
dari http://www.scribd.com//. 6 Oktober 2012
Yusuf Muhammad (2009). Pemeriksaan Analisa Gas Darah (ASTRUP). Diambil dari
http://ysupazmy.blogspot.com// . 6 Oktober 2012
MetabolicEqual:HCO3diatasnormalberartipHsemakintinggi(alkalosis)dansebaliknya.
Penjelasanlangkahke5tentangkompensasi
KompensasiadalahusahatubuhuntukmenjagahomeostasisdenganmengoreksipH.Sistemyang
berlawananakanmelakukanhalini.
KomponensistempernafasanuntukmenyeimbangkanpHadalahCO2yangdiproduksimelaluiproses
selulerdandibuangolehparu.
KomponensistemrenaluntukmenyeimbangkanpHadalahbikabonat(HCO3)yangdihasilkanginjal.
GinjaljugamengontrolpHdenganmengeliminasiionhidrogen(H+).Keduasisteminiberinteraksi
melaluiformasicarbonicacid(H2CO3).
SistempernafasanmenyeimbangkanpHdenganmeningkatkanataumengurangirespiratoryrate
(RR),dengancaramemanipulasilevelCO2.NafascepatdandalamuntukmengeluarkanCO2,nafas
pelandandangkaluntukmenyimpanCO2.
JikapHimbalanskarenagangguansistempernafasan,makasistemrenalakanmengoreksinya,
demikianjugasebaliknya.Prosesinidisebutkompensasi.Kompensasimungkintidakselalukomplit.
KompensasiyangkomplitmengembalikankeseimbanganpHkenilainormal.Kadangkadang
imbalansterlalujauhuntukdikompensasimengembalikanpHmenjadinormal,inidisebutkompensasi
parsial.
Contohkasus:
HasilBGA:
1. pHasidosis
2. CO2asidosis
3. HCO3normal
4. CO2sesuaipHsamasamaasidosissehinggaimbalansberuparespiratoryacidosis
5. HCO3normalmakatidakadakompensasi
6. pO2danO2satrendahberartihypoxemia
Proses perubahan pH darah ada dua macam, yaitu proses perubahan yang
bersifat metabolik (adanya perubahan konsentrasi bikarbonat [HCO3 -] yang
disebabkan gangguan metabolisme) dan yang bersifat respiratorik (adanya
perubahan tekanan parsial CO2 yang disebabkan gangguan respirasi).
Perubahan PaCO2 dan/atau HCO3- akan menyebabkan perubahan pH darah.
Asidosis (pH turun di bawah normal) akan terjadi jika PaCO2 meningkat dan/atau
bikarbonat menurun, sedangkan alkalosis terjadi bila sebaliknya.
Asidosis ada dua macam yaitu asidosis akut dan asidosis kronik, demikian juga
halnya dengan alkalosis. Penggolongan asidosis atau alkalosis akut berdasarkan
kejadiannya belum lama dan belum ada upaya tubuh untuk mengkompensasi
perubahan pH darah, sedangkan kronik jika kejadiannya telah melampaui 48 jam
dan telah ada upaya tubuh untuk mengkompensasi perubahan pH.
tubuh manusia nilai normal pH berkisar antara 7,35 7,45, sedikit berbeda
dengan ilmu kimia yang memasukkan nilai tersebut sebagai alkalosis. Disebut
nilai normal pada tubuh karena pada kisaran pH tersebutlah segala proses dalam
tubuh manusia bisa berjalan dengan normal. Agar pH bisa dipertahankan tetap
dalam kisaran normal maka keseimbangan asam basa dalam darah perlu
dikendalikan dengan akurat karena perubahan yang sangat kecilpun dapat
memberikan efek yang serius pada organ atau sistem.
tubuh
kita
yang
berperan
mengendalikan
Bila terjadi kelainan pada satu atau lebih dari ketiga mekanisme tersebut maka
pH darah akan bergeser dan keluar dari nilai normal menjadi asidosis atau
alkalosis. Asidosis terjadi bila dalam darah terlalu banyak asam atau terlalu
sedikit basa sehingga pH berkurang, bila terjadi sebaliknya akan terjadi alkalosis.
Asidosis dan alkalosis bukan penyakit, namun akibat dari beberapa penyakit.
Terjadinya pergeseran pH merupakan petunjuk adanya masalah metabolisme
atau respirasi yang serius.