You are on page 1of 18

Interpretasi Hasil Analisa Gas Darah (AGD)

Oleh Rahmat Setiadi

Pengambilan Darah Arteri

Interpretasi Hasil Analisa Gas Darah (AGD)


Interpretasi Hasil Analisa Gas Darah (AGD) dilakukan untuk evaluasi pertukaran
oksigen dan karbon dioksida dan untuk mengetahui status asam basa. Pemeriksaan
dan Interpretasi Hasil Analisa Gas Darah (AGD) ini dapat dilakukan pada pembuluh
darah arteri untuk melihat keadaan pH, paCO2, paO2, dan SaO2.
Indikasi Umum :
1. Abnormalitas Pertukaran Gas
o Penyakit paru akut dan kronis
o Gagal nafas akut
o Penyakit Jantung
o Pemeriksaan Keadaan Pulmoner (rest dan exercise)
2. Gangguan Asam Basa
o Asidosis metabolik
o Alkalosis metabolik

Interpretasi Hasil Analisa Gas Darah (AGD)


A. Interpretasi Hasil Pemeriksaan pH

Serum pH menggambarkan keseimbangan asam basa dalam tubuh. Sumber ion


hidrogen dalam tubuh meliputi asam volatil dan campuran asam (seperti asam
laktat dan asam keto).
Nilai normal pH serum :

Nilai normal

: 7.35 - 7.45

Nilai kritis

: < 7.25 - 7.55

Implikasi Klinik
1. Umumnya nilai pH akan menurun dalam keadaan asidemia (peningkatan
pembentukan asam)
2. Umumnya nilai pH meningkat dalam keadaan alkalemia (kehilangan asam)
3. Bila melakukan evaluasi nilai pH, sebaiknya PaCO2 dan HCO3 diketahui juga
untuk memperkirakan komponen pernafasan atau metabolik yang
mempengaruhi status asam basa
B. Interpretasi Hasil Tekanan Parsial Karbon Dioksida (PaCO2 )
PaCO2 menggambarkan tekanan yang dihasilkan oleh CO2 kyang terlarut dalam
plasma. Dapat digunakan untuk menetukan efektifitas ventilasi dan keadaan asam
basa dalam darah.
Nilai Normal : 35 - 45 mmHg

SI

: 4.7 - 6.0 kPa

Implikasi Klinik :
1. Penurunan nilai PaCO2 dapat terjadi pada hipoksia, anxiety/ nervousness
dan emboli paru. Nilai kurang dari 20 mmHg perlu mendapatkan perhatiaan
khusus.
2. Peningkatan nilai PaCO2 dapat terjadi pada gangguan paru atau penurunan
fungsi pusat pernafasan. Nilai PaCO2 > 60 mmHg perlu mendapat perhatian
khusus.
3. Umumnya peningkatan PaCO2 dapat terjadi pada hipoventilasi sedangkan
penurunan nilai menunjukkan hiperventilasi.
4. Biasanya penurunan 1 mEq HCO3 akan menurunkan tekanan PaCO2 sebesar
1.3 mmHg.

C. Interpretasi Hasil Tekanan Parsial Oksigen (PaO2 )


PaO2 adalah ukuran tekanan parsial yang dihasilkan oleh sejumlah oksigen yang
terlarut dalam plasma. Nilai ini menunjukkan kemampuan paru-paru dalam
menyediakan oksigen bagi darah.
Nilai Normal (suhu kamar, tergantung umur) ; 75 - 100 mmHg

SI : 10 - 13.3 kPa

Implikasi Klinik
1. Penurunan nilai PaO2 dapat terjadi pada penyakit paru obstruksi kronik
(PPOK), penyakit obstruksi paru, anemia, hipoventilasi akibat gangguan fisik
atau neoromuskular dan gangguan fungsi jantung. Nilai PaO2 kurang dari 40
mmHg perlu mendapatkan perhatian khusus.
2. Peningkatan nilai PaO2 dapat terjadi pada peningkatan penghantaran O2
oleh alat bantu (contoh; nasal prongs, alat ventilasi mekanik) hiperventilasi
dan polisitemia (peningkatan sel darah merah dan daya angkut oksigen)
D. Interpretasi Hasil Saturasi Oksigen (SaO2)
Jumlah oksigen yang diangkut oleh hemoglobin, ditulis sebagai persentasi total
oksigen yang terikat pada hemoglobin.
Nilai Normal : 95 - 99 % O2
Implikasi Klinik
1. Saturasi oksigen digunakan untuk mengevaluasi kadar oksigenasi hemoglobin
dan kecakupan oksigen pada jaringan
2. tekanan parsial oksigen yang terlarut di plasma menggambarkan jumlah
oksigen yang terikat pada hemoglobin sebagai ion bikarbonat
E. Interpretasi Hasil Pemeriksaan Karbon Dioksida (CO2)
Dalam plasma normal, 95% dari total CO2 terdapat sebagai ion bikarbonat, 5%
sebagai larutan gas CO2 terlarut dan asam karbonat. Kandungan CO2 plasma
terutama adalah bikarbonat, suatu larutan yang bersifat basa dan diatur oleh
ginjal. Gas CO2 yang larut ini terutama bersifat asam dan diatur oleh paru-paru.
Oleh karena itu nilai CO2 plasma menunjukkan konsentrasi bikarbonat.
Nilai Normal Karbon Dioksida (CO2)

: 22 - 32 mEq/L

SI

: 22 - 32 mmol/L

Kandungan CO2 plasma terutama adalah bikarbonat, suatu larutan yang bersifat
basa dan diatur oleh ginjal. Gas CO2 yang larut ini terutama yang bersifat asam
dan diatur oleh paru-paru. oleh karena itu nilai CO2 plasma menunjukkan
konsentrasi
bikarbonat.

Implikasi Klinik :
1. Peningkatan kadar CO2 dapat terjadi pada muntah yang parah, emfisema,
dan aldosteronisme
2. Penurunan kadar CO2 dapat terjadi pada gagal ginjal akut, diabetik asidosis
dan hiperventilasi
3. Peningkatan dan penurunan dapat terjadi pada penggunaan nitrofurantoin
F.Anion Gap (AG)
Anion gap digunakan untuk mendiagnosis asidosis metabolik. Perhitungan
menggunakan elektrolit yang tersedia dapat membantu perhitungan kation dan
anion yang tidak terukur. Kation dan anion yang tidak terukur termasuk Ca+ dan
Mg2+. Anion yang tidak terukur meliputi protein, posfat sulfat dan asam organik.
Anion gap dapat dihitung menggunakan dua pendekatan yang berbeda.
Na+ - (Cl-

HCO3) atau Na + K - (Cl + HCO3) = AG

Nilai Normal Pemeriksaan Anion Gap : 13 - 17 mEq/L


Implikasi Klinik
1. Nilai anion gap yang tinggi (dengan pH tinggi) menunjukkan penciutan
volume ekstraseluler atau pada pemberian penisilin dosis besar.
2. Anion gap yang tinggi dengan pH rendah merupakan manifestasi dari
keadaan yang sering dinyatakan dengan singkatan "MULEPAK" yaitu akibat
asupan metanoll, uremia, asidosis laktat, etilen glikol, paraldehid,
intoksikasi aspirin dan ketoasidosis.
3. Anion gap rendah dapat terjadi pada hipoalbuminemia,
hipernatremia, hiperkalsemia yang terlihat atau toksisitas litium.

dilution,

4. Anion gap yang normal dapat terjadi pada metabolik asidosis akibat diare,
asidoses tubular ginjal atau hiperkalsemia.
Tag : Kimia Darah, Kimia Klinik

ANALISA GAS DARAH


BAB I
PENDAHULUAN
Analisa Gas Darah (AGD) merupakan pemeriksaan untuk mengukur keasaman
(pH), jumlah oksigen, dan karbondioksida dalam darah. Pemeriksaan ini digunakan untuk
menilai fungsi kerja paru-paru dalam menghantarkan oksigen ke dalam sirkulasi darah dan
mengambil karbondioksida dalam darah. Analisa gas darah meliputi PO2, PCO3, pH, HCO3,
dan saturasi O2.
Pada pemeriksaan Analisa Gas Darah (AGD) , cara pengambilan sampel
darah arteri harus diperhatikan, sebab pada pengambilan darah arteri resiko komplikasi lebih
berbahaya daripada pengambilan darah vena (venipuncture) maupun skinpuncture. Oleh
sebab itu seorang analis (plebotomis) harus mengerti tentang indikasi pengambilan darah
arteri, kontra indikasi pengambilan darah arteri, persiapan alat yang akan digunakan, Alat
Perlindungan Diri (APD) bagi plebotomis, dan yang paling penting adalah mengerti dimana
letak pengambilan darah arteri. Semua bagian tersebut akan dijelaskan pada bagian II tentang
pembahasan.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Analisa Gas Darah


Analisa Gas Darah adalah suatu pemeriksaan melalui darah arteri dengan tujuan
mengetahui keseimbangan asam dan basa dalam tubuh, mengetahui kadar oksigen dalam
tubuh dan mengetahui kadar karbondioksida dalam tubuh.
B. Indikasi Analisa Gas Darah

Indikasi dilakukannya pemeriksaan Analisa Gas Darah (AGD) yaitu :


1.

Pasien dengan penyakit obstruksi paru kronik

penyakit paru obstruktif kronis yang ditandai dengan adanya hambatan aliran udara pada
saluran napas yang bersifat progresif non reversible ataupun reversible parsial.
Terdiri dari 2 macam jenis yaitu bronchitis kronis dan emfisema, tetapi bisa juga gabungan
antar keduanya.
2.

Pasien dengan edema pulmo

Pulmonary edema terjadi ketika alveoli dipenuhi dengan kelebihan cairan yang merembes
keluar dari pembuluh-pembuluh darah dalam paru sebagai gantinya udara. Ini dapat
menyebabkan persoalan-persoalan dengan pertukaran gas (oksigen dan karbon dioksida),
berakibat pada kesulitan bernapas dan pengoksigenan darah yang buruk. Adakalanya, ini
dapat dirujuk sebagai "air dalam paru-paru" ketika menggambarkan kondisi ini pada pasienpasien.
Pulmonary edema dapat disebabkan oleh banyak faktor-faktor yang berbeda. Ia dapat
dihubungkan pada gagal jantung, disebut cardiogenic pulmonary edema, atau dihubungkan
pada sebab-sebab lain, dirujuk sebagai non-cardiogenic pulmonary edema.

3.

Pasien akut respiratori distress sindrom (ARDS)

ARDS terjadi sebagai akibat cedera atau trauma pada membran alveolar kapiler yang
mengakibatkan kebocoran cairan kedalam ruang interstisiel alveolar dan perubahan
dalarn jaring- jaring kapiler , terdapat ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi yang jelas
akibat-akibat kerusakan pertukaran gas dan pengalihan ekstansif darah dalam paru-.paru.
ARDS menyebabkan penurunan dalam pembentukan surfaktan , yang mengarah pada kolaps
alveolar . Komplians paru menjadi sangat menurun atau paru- paru menjadi kaku akibatnya
adalah penurunan karakteristik dalam kapasitas residual fungsional, hipoksia berat dan
hipokapnia ( Brunner & Suddart 616).
4.

Infark miokard

Infark miokard adalah perkembangan cepat dari nekrosis otot jantung yang disebabkan oleh
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen (Fenton, 2009). Klinis sangat
mencemaskan karena sering berupa serangan mendadak umumya pada pria 35-55 tahun,
tanpa gejala pendahuluan (Santoso, 2005).
5.

Pneumonia

Pneumonia merupakan penyakit dari paru-paru dan sistem dimana alveoli(mikroskopik udara
mengisi kantong dari paru yang bertanggung jawab untuk menyerap oksigen dari atmosfer)
menjadi radang dan dengan penimbunan cairan.Pneumonia disebabkan oleh berbagai macam
sebab,meliputi infeksi karena bakteri,virus,jamur atau parasit. Pneumonia juga dapat terjadi
karena bahan kimia atau kerusakan fisik dari paru-paru, atau secara tak langsung dari
penyakit lain seperti kanker paru atau penggunaan alkohol.
6.

Pasien syok

Syok merupakan suatu sindrom klinik yang terjadi jika sirkulasi darah arteri tidak adekuat untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme jaringan. Perfusi jaringan yang adekuat tergantung pada 3 faktor utama, yaitu curah
jantung, volume darah, dan pembuluh darah. Jika salah satu dari ketiga faktor penentu ini kacau
dan faktor lain tidak dapat melakukan kompensasi maka akan terjadi syok. Pada syok juga terjadi
hipoperfusi jaringan yang menyebabkan gangguan nutrisi dan metabolism sel sehingga seringkali
menyebabkan kematian pada pasien.
7.

Post pembedahan coronary arteri baypass

Coronary Artery Bypass Graft adalah terjadinya suatu respon inflamasi sistemik pada derajat
tertentu dimana hal tersebut ditandai dengan hipotensi yang menetap, demam yang bukan
disebabkan karena infeksi, DIC, oedem jaringan yang luas, dan kegagalan beberapa organ
tubuh. Penyebab inflamasi sistemik ini dapat disebabkan oleh suatu respon banyak hal, antara
lain oleh karena penggunaan Cardiopulmonary Bypass (Surahman, 2010).
8.

Resusitasi cardiac arrest

Penyebab utama dari cardiac arrest adalah aritmia, yang dicetuskan oleh beberapa
faktor,diantaranya penyakit jantung koroner, stress fisik (perdarahan yang banyak, sengatan
listrik,kekurangan oksigen akibat tersedak, tenggelam ataupun serangan asma yang berat),
kelainan bawaan, perubahan struktur jantung (akibat penyakit katup atau otot jantung) dan
obat-obatan.Penyebab lain cardiac arrest adalah tamponade jantung dan tension
pneumothorax. Sebagai akibat dari henti jantung, peredaran darah akan berhenti. Berhentinya
peredaran darahmencegah aliran oksigen untuk semua organ tubuh. Organ-organ tubuh akan
mulai berhenti berfungsi akibat tidak adanya suplai oksigen, termasuk otak. Hypoxia cerebral
atau ketiadaan oksigen ke otak, menyebabkan korban kehilangan kesadaran dan berhenti
bernapas normal.Kerusakan otak mungkin terjadi jika cardiac arrest tidak ditangani dalam
5 menit dan selanjutnyaakan terjadi kematian dalam 10 menit. Jika cardiac arrest dapat
dideteksi dan ditangani dengansegera, kerusakan organ yang serius seperti kerusakan otak,
ataupun kematian mungkin bisa dicegah.

C. Kontra Indikasi Analisa Gas Darah


1.

Denyut arteri tidak terasa, pada pasien yang mengalami koma (Irwin & Hippe,

2.

Modifikasi Allen tes negatif , apabila test Allen negative tetapi tetap dipaksa

2010).
untuk dilakukan pengambilan darah arteri lewat arteri radialis, maka akan terjadi thrombosis
dan beresiko mengganggu viabilitas tangan.
3.

Selulitis atau adanya infeksi terbuka atau penyakit pembuluh darah perifer pada

tempat yang akan diperiksa


4.

Adanya

koagulopati

(gangguan

pembekuan)

atau

pengobatan

denganantikoagulan dosis sedang dan tinggi merupakan kontraindikasi relatif.


D. Alat dan Bahan untuk Pengambilan Darah Arteri
Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk pengambilan darah arteri antara lain :
1.

Disposible Spuit 2,5 cc, jarum ukuran 23 G/ 25 G

2.

Penutup jarum khusus atau gabus

Mencegah kontaminasi dengan udara bebas. Udara bebas dapat mempengaruhi nilai O2 dalam
AGD arteri.
3.

Nierbeken/Bengkok

Digunakan untuk membuang kapas bekas pakai.


4.

Anticoagulant Heparin

Untuk mencegah darah membeku.


5.

Alcohol swabs ( kapas Alkohol )

Merupakan bahan dari wool atau kapas yang mudah menyerap dan dibasahi dengan antiseptic
berupa etil alkohol. Tujuan penggunaan kapas alkohol adalah untuk menghilangkan kotoran
yang dapat mengganggu pengamatan letak vena sekaligus mensterilkan area penusukan agar
resiko infeksi bisa ditekan.
6.

Plester

Digunakan untuk fiksasi akhir penutupan luka bekas plebotomi, sehingga membantu proses
penyembuhan luka dan mencegah adanya infeksi akibat perlukaan atau trauma akibat
penusukan.
7.

Kain pengalas

Untuk memberi kenyamanan pada pasien saat plebotomis melakukan pengambilan darah
vena.

8.

Tempat berisi es batu

Bila laboratorium jauh, maka specimen darah arteri harus dimasukkan kedalam tempat berisi
es batu sebab suhu yang rendah akan menurunkan metabolism sel darah yang mungkin
merubah nilai pH, PCO2, PO2, HCO3-.
9.

Tempat sampah khusus needle

Tempat untuk membuang needle yang sudah dipakai untuk mengurangi kontaminasi pasien
satu dengan pasien yang lain.
E. Antikoagulan yang Digunakan
Antikoagulan yang digunakan dalam pengambilan darah arteri adalah heparin. Pemberian
heparin yang berlebiham akan menurunkan tekanan CO 2.Antikoagulan dapat mendilusi
konsentrasi gas darah dalam tabung. Sedangkan pH tidak terpengaruh karena efek penurunan
CO2 terhadap pH dihambat oleh keasaman heparin.
F. Alat Perlindungan Diri (APD) untuk Petugas
Alat Perlindungan Diri (APD) yang harus digunakan seorang petugas (Plebotomis) yaitu
(Rohani, 2008) :
1.

Jas Laboratorium

Pemakaian utama dari jas laboratorium adalah untuk melindungi pakaian petugas pelayanan
kesehatan. Jas laboratorium diperlukan sewaktu melakukan tindakan, bila baju tidak ingin
kotor.
2.

Sarung Tangan (Handscoon)

Alat ini merupakan pembatas fisik terpenting untuk mencegah terjadi infeksi, tetapi harus
diganti setiap kontak dengan satu pasien ke pasien yang lainnya untuk mencegah kontaminasi
silang. Sarung tangan harus dipakai kalau menangani darah, duh tubuh, sekresi dan eksresi
(kecuali keringat). Petugas kesehatan (Plebotomis) menggunakan sarung tangan untuk tiga
alasan, yaitu:
a.

Mengurangi resiko petugas kesehatan terkena infeksi dari pasien.

b. Mencegah penularan flora kulit petugas kepada pasien.


c.

Mengurangi kontaminasi tangan petugas kesehatan dengan mikroorganisme yang dapat


berpindah dari satu pasien ke pasien lain.
3.

Masker

Masker digunakan untuk menahan cipratan yang keluar sewaktu petugas kesehatan atau
petugas bedah berbicara, batuk, bersin, dan juga mencegah ciprtan darah atau cairan tubuh
yang terkontaminasi masuk ke dalam hidung atau mulut petugas kesehatan.
4.

Sepatu Laboratorium

Alas kaki/sepatu laboratorium dipakai untuk melindungi kaki dari perlukaaan oleh benda
tajam atau dari cairan yang jatuh atau menetes kaki. Sepatu bot dari karet atau kulit lebih
melindungi, tapi harus bersih dan bebas dari kontaminasi darah atau cairan tubuh lainnya.
5.

Kap (penutup rambut)

Dipakai untuk menutup rambut dan kepala, tujuan utamanya adalah melindungi pemakainya
dari ciprtan darah dan cairan tubuh lainnya.
6.

Pelindung Mata

Pelindung mata melindungi petugas kesehatan dari cipratan darah atau cairan tubuh lainnya
yang terkontaminasi dengan pelindung mata.

G. Lokasi Pengambilan Darah Arteri


1.

Arteri Radialis dan Arteri Ulnaris (sebelumnya dilakukan allens test)

Test Allens merupakan uji penilaian terhadap sirkulasi darah di tangan, hal ini dilakukan
dengan cara yaitu: pasien diminta untuk mengepalkan tangannya, kemudian berikan tekanan
pada arteri radialis dan arteri ulnaris selama beberapa menit, setelah itu minta pasien unutk
membuka tangannya, lepaskan tekanan pada arteri, observasi warna jari-jari, ibu jari dan
tangan. Jari-jari dan tangan harus memerah dalam 15 detik, warnamerah menunjukkan test
allens positif. Apabila tekanan dilepas, tangan tetap pucat, menunjukkan test allens negatif.
Jika pemeriksaan negative, hindarkan tangan tersebut dan periksa tangan yang lain.
2.

Arteri Dorsalis pedis

merupakan arteri pilihan ketiga jika arteri radialis dan ulnaris tidak bisa digunakan.
3.

Arteri Brakialis

Merupakan arteri pilihan keempat karena lebih banyak resikonya bila terjadi obstruksi
pembuluh darah. Selain itu arteri femoralis terletak sangat dalam dan merupakan salah satu
pembuluh utama yang memperdarahi ekstremitas bawah.
4.

Arteri Femoralis

merupakan pilihan terakhir apabila pada semua arteri diatas tidak dapat diambil. Bila terdapat
obstruksi pembuluh darah akan menghambat aliran darah ke seluruh tubuh / tungkai bawah

dan bila yang dapat mengakibatkan berlangsung lama dapat menyebabkan kematian jaringan.
Arteri femoralis berdekatan dengan vena besar, sehingga dapat terjadi percampuran antara
darah vena dan arteri.
Selain itu arteri femoralis terletak sangat dalam dan merupakan salah satu pembuluh utama
yang memperdarahi ekstremitas bawah.
Arteri Femoralis atau Brakialis sebaiknya jangan digunakan jika masih ada alternative lain
karena tidak memiliki sirkulasi kolateral yang cukup untuk mengatasi bila terjadi spasme atau
thrombosis. Sedangkan arteri temporalis atau axillaris sebaiknya tidak digunakan karena
adanya resiko emboli ke otak.

DAFTAR PUSTAKA

Surahman, Pengaruh Cardiopulmonar Bypass Terhadap Jumlah Leukosit Pada


Operasi Coronary Artery Bypass Graft, Jurnal Kedokteran, Mei 2010, Universita
Diponegoro

Pratiwi Anggi (2010). Pemeriksaan Gas Darah Arteri (Analisa Gas Darah). Diambil
dari http://www.scribd.com//. 6 Oktober 2012

Yusuf Muhammad (2009). Pemeriksaan Analisa Gas Darah (ASTRUP). Diambil dari
http://ysupazmy.blogspot.com// . 6 Oktober 2012

Silviana (2005). IMA (Infark Miokard Akuta). Diambil dari http://www.scribd.com// .


6 Oktober 2012

Afri (2009). Analisa Gas Darah. Diambil dari http://www.scribd.com// . 6 Oktober


2012

Widjijati (2010). Analisa Gas Darah Arteri. Diambil dari http://www.scribd.com// . 6


Oktober 2012

6 LANGKAH MUDAH MEMBACA ANALISA GAS DARAH


SaatputarandibangsalDewasa/UmumseringkalisayamendapatihasilBGA(BloodGasAnalysis)
ataudalambahasaIndonesianyaAnalisaGasDarah.Karenabingungmembacanyasayabrowsingdi
internetdanketemu6langkahmudahmembacaanalisagasdarah
darihttp://www.ed4nurses.com/resources.Terimakasihsudahmengajarkannyakepadaku.Berikut6
langkahmudahtadi:
1.LihatpH
LangkahpertamaadalahlihatpH.pHnormaldaridarahantara7,357,45.JikapHdarahdibawah
7,35berartiasidosis,danjikadiatas7,45berartialkalosis.
2.LihatCO2
LangkahkeduaadalahlihatkadarpCO2.KadarpCO2normaladalah3545mmHg.Dibawah35
adalahalkalosis,diatas45asidosis.
3.LihatHCO3
LangkahketigaadalahlihatkadarHCO3.KadarnormalHCO3adalah2226mEq/L.Dibawah22
adalahasidosis,dandiatas26alkalosis.
4.BandingkanCO2atauHCO3denganpH
LangkahselanjutnyaadalahbandingkankadarpCO2atauHCO3denganpHuntukmenentukanjenis
kelainanasambasanya.Contohnya,jikapHasidosisdanCO2asidosis,makakelainannyadisebabkan
olehsistempernapasan,sehinggadisebutasidosisrespiratorik.ContohlainjikapHalkalosisdan
HCO3alkalosis,makakelainanasambasanyadisebabkanolehsistemmetabolik(atausistemrenal)
sehinggadisebutmetabolikalkalosis.
5.ApakahCO2atauHCO3berlawanandenganpH
LangkahkelimaadalahmelihatapakahkadarpCO2atauHCO3berlawananarahdenganpH.Apabila
adayangberlawanan,makaterdapatkompensasidarisalahsatusistempernapasanataumetabolik.
ContohnyajikapHasidosis,CO2asidosisdanHCO3alkalosis,CO2cocokdenganpHsehingga
kelainanprimernyaasidosisrespiratorik.SedangkanHCO3berlawanandenganpHmenunjukkan
adanyakompensasidarisistemmetabolik.
6.LihatpO2dansaturasiO2
LangkahterakhiradalahlihatkadarPaO2(nilainormal80100mmHg)danO2sat(nilainormal95
100%).Jikadibawahnormalmakamenunjukkanterjadinyahipoksemia.
UntukmemudahkanmengingatmanayangsearahdenganpHdanmanayangberlawanan,makakita
bisamenggunakanakronimROME.
RespiratoryOpposite:pCO2diatasnormalberartipHsemakinrendah(asidosis)dansebaliknya.

MetabolicEqual:HCO3diatasnormalberartipHsemakintinggi(alkalosis)dansebaliknya.
Penjelasanlangkahke5tentangkompensasi
KompensasiadalahusahatubuhuntukmenjagahomeostasisdenganmengoreksipH.Sistemyang
berlawananakanmelakukanhalini.
KomponensistempernafasanuntukmenyeimbangkanpHadalahCO2yangdiproduksimelaluiproses
selulerdandibuangolehparu.
KomponensistemrenaluntukmenyeimbangkanpHadalahbikabonat(HCO3)yangdihasilkanginjal.
GinjaljugamengontrolpHdenganmengeliminasiionhidrogen(H+).Keduasisteminiberinteraksi
melaluiformasicarbonicacid(H2CO3).
SistempernafasanmenyeimbangkanpHdenganmeningkatkanataumengurangirespiratoryrate
(RR),dengancaramemanipulasilevelCO2.NafascepatdandalamuntukmengeluarkanCO2,nafas
pelandandangkaluntukmenyimpanCO2.
JikapHimbalanskarenagangguansistempernafasan,makasistemrenalakanmengoreksinya,
demikianjugasebaliknya.Prosesinidisebutkompensasi.Kompensasimungkintidakselalukomplit.
KompensasiyangkomplitmengembalikankeseimbanganpHkenilainormal.Kadangkadang
imbalansterlalujauhuntukdikompensasimengembalikanpHmenjadinormal,inidisebutkompensasi
parsial.

Contohkasus:
HasilBGA:

1. pHasidosis
2. CO2asidosis
3. HCO3normal

4. CO2sesuaipHsamasamaasidosissehinggaimbalansberuparespiratoryacidosis
5. HCO3normalmakatidakadakompensasi
6. pO2danO2satrendahberartihypoxemia

pemeriksaan AGD (Astrup) adalah pemeriksaan beberapa gas yang terlarut


dalam darah arteri, bertujuan untuk mengetahui keseimbangan asam basa,
kadar oksigen, kadar karbondioksida dan sebagainya dalam tubuh. Darah arteri
biasanya diambil dari arteri radialis, brachialis atau femoralis.

Pemeriksaan gas darah arteri memungkinkan kita untuk mengetahui pH (dan


juga keseimbangan asam basa), oksigenasi, kadar karbondioksida, kadar
bikarbonat, saturasi oksigen, dan kelebihan atau kekurangan basa. Pemeriksaan
gas darah arteri dan pH sudah secara luas digunakan sebagai pegangan dalam
penatalaksanaan pasien-pasien penyakit berat baik yang akut maupun
menahun. Pemeriksaan gas darah juga dapat menggambarkan hasil berbagai
tindakan penunjang yang dilakukan, tetapi kita tidak dapat menegakkan suatu
diagnosa hanya dari penilaian analisis gas darah dan keseimbangan asam basa
saja. Karena itu hasil AGD harus dihubungkan dengan riwayat penyakit,
pemeriksaan fisik, dan data-data laboratorium lainnya.
Pada dasarnya pH atau derajat keasaman darah tergantung pada konsentrasi ion
H+ dan dapat dipertahankan dalam batas normal melalui 3 faktor, yaitu
mekanisme penyangga kimia, pernapasan dan ginjal. Mekanisme pernapasan
bekerja dengan menahan dalam darah atau melepas ke udara CO2 melalui
ekspirasi.

Proses perubahan pH darah ada dua macam, yaitu proses perubahan yang
bersifat metabolik (adanya perubahan konsentrasi bikarbonat [HCO3 -] yang
disebabkan gangguan metabolisme) dan yang bersifat respiratorik (adanya
perubahan tekanan parsial CO2 yang disebabkan gangguan respirasi).
Perubahan PaCO2 dan/atau HCO3- akan menyebabkan perubahan pH darah.
Asidosis (pH turun di bawah normal) akan terjadi jika PaCO2 meningkat dan/atau
bikarbonat menurun, sedangkan alkalosis terjadi bila sebaliknya.

Asidosis ada dua macam yaitu asidosis akut dan asidosis kronik, demikian juga
halnya dengan alkalosis. Penggolongan asidosis atau alkalosis akut berdasarkan
kejadiannya belum lama dan belum ada upaya tubuh untuk mengkompensasi
perubahan pH darah, sedangkan kronik jika kejadiannya telah melampaui 48 jam
dan telah ada upaya tubuh untuk mengkompensasi perubahan pH.

KESEIMBANGAN ASAM BASA


Satuan derajad keasaman adalah pH, nilainya berkisar antara 1,00 (asam)
sampai 14,00 (basa) dengan nilai normal atau netral sebesar 7,00. Dalam ilmu
kimia, nilai pH di bawah 7 disebut asidosis dan di atas 7 disebut alkalosis. Dalam

tubuh manusia nilai normal pH berkisar antara 7,35 7,45, sedikit berbeda
dengan ilmu kimia yang memasukkan nilai tersebut sebagai alkalosis. Disebut
nilai normal pada tubuh karena pada kisaran pH tersebutlah segala proses dalam
tubuh manusia bisa berjalan dengan normal. Agar pH bisa dipertahankan tetap
dalam kisaran normal maka keseimbangan asam basa dalam darah perlu
dikendalikan dengan akurat karena perubahan yang sangat kecilpun dapat
memberikan efek yang serius pada organ atau sistem.

Ada 3 mekanisme dalam


keseimbangan asam basa.

tubuh

kita

yang

berperan

mengendalikan

1. Ginjal berperan membuang kelebihan asam, sebagian besar dalam bentuk


amonia. Ginjal mampu menentukan jumlah asam atau basa yang dibuang,
biasanya berlangsung beberapa hari.
2. Tubuh memanfaatkan penyangga (buffer) pH dalam darah sebagai
pelindung terhadap perubahan pH yang terjadi mendadak. Penyangga pH
yang paling penting adalah bikarbonat. Bikarbonat (komponen basa)
berada dalam keseimbangan dengan CO2 (komponen asam). Jika lebih
banyak asam yang masuk ke dalam darah, maka akan dihasilkan lebih
banyak bikarbonat dan lebih sedikit CO2. Sedang jika lebih banyak basa
yang masuk ke aliran darah maka proses sebaliknya yang terjadi.
3. Pembuangan CO2. Proses metabolisme memproduksi CO2 yang akan
dibawa darah menuju paru untuk dibuang. Pusat pernapasan di otak
mengatur jumlah CO2 yang diekspirasi dengan cara mengendalikan
kecepatan dan kedalaman pernapasan. Jika jumlah CO2 yang dibuang
bertambah, kadar CO2 darah akan menurun dan selanjutnya pH menjadi
basa. Proses sebaliknya akan terjadi jika jumlah CO2 yang dibuang
berkurang dan pH bergeser ke arah asam. Pengaturan pengeluaran CO2
mampu mengatur pH darah dalam hitungan menit.

Bila terjadi kelainan pada satu atau lebih dari ketiga mekanisme tersebut maka
pH darah akan bergeser dan keluar dari nilai normal menjadi asidosis atau
alkalosis. Asidosis terjadi bila dalam darah terlalu banyak asam atau terlalu
sedikit basa sehingga pH berkurang, bila terjadi sebaliknya akan terjadi alkalosis.
Asidosis dan alkalosis bukan penyakit, namun akibat dari beberapa penyakit.
Terjadinya pergeseran pH merupakan petunjuk adanya masalah metabolisme
atau respirasi yang serius.

Asidosis dan alkalosis dikelompokkan menjadi metabolik dan respiratorik,


tergantung pada penyebab utamanya. Kelainan pH metabolik disebabkan oleh
ketidakimbangan pembentukan dan pembuangan asam dan basa oleh ginjal,
sedang kelainan pH respiratorik disebabkan oleh gangguan di paru atau saluran
napas.

You might also like