Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh:
Kelompok 1
Budi Sutarjo
220110140105
Eka Komalasari
220110140004
Restu Paratama W
220110140057
Melia Rahmayanti
220110140091
Syifa Khoirunnisa
220110140083
Devi Kusniati
220110140071
Claudia Selvianti
220110140059
Efa Fatmawati
220110140048
Lia Masudah
220110140039
Twenty S Simanjuntak
220110140027
Eka Wahyu N
220110140015
A. Definisi
Coronary Artery Disease (CAD) adalah penyakit arteri koroner yang meliputi
berbagai kondisi patilogi yang menghambat aliran darah dalam arteri yang mensuplai
jantung, biasanya disebabkan oleh arterosklerosis yang menyebab kan insufisiensi
suplay darah ke miokard (Long, 1996).
Coronary Artery Disease (CAD) dapat dikarakteristikan sebagai akumulasi dari
plaq yang semakin lama semakin membesar, menebal dan mengeras di dalam
pembuluh darah artery (Naettina, 2005).
Gangguan vaskular yang membuat sumbatan dan penyempitan pembuluh darah
coronary artery dan menyebabkan berkurangnya aliran darah dan supply oksigen ke
otot jantung disebut sebagai CAD ( McCance & Huether, 2005)
B. Etiologi
Penyebab tersering adalah :
1.
Penyempitan lumen progresif akibat pembesaran plak.
2.
Perdarahan pada plak ateroma
3.
Pembentukan trombus yang diawali agregrasi trombosit
4.
Embolisasi trombus / fragmen plak
5.
Spsme arteria koronaria
C. Faktor Resiko Terjadinya CAD
1. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi
a.
b.
Jenis kelamin
c.
d.
b.
c.
d.
e.
f.
Inaktivitas fisik
g.
Stress
h.
i.
Menopause
j.
k.
Asidosis
Fungsi ventrikel terganggu :
Serabut-serabut memendek
Merangsang Katekolamin
Perubahan hemodynamic
Gangguan rasa
nyaman nyeri
Vasokontriksi Perifer
Penurunan
curah jantung
F. Manifestasi Klinis
1.
Intoleransi
aktifitas
MRS
Kurang
pengetahuan
ANSIETAS
Nyeri
Nyeri dada yang tiba-tiba dan berlangsung terus menerus, terletak dibagian
bawah sternum dan perut atas, adalah gejala utama yang biasanya muncul. Nyeri
akan terasa semakin berat sampai tidak tertahankan. Rasa nyeri yang tajam dan
berat, biasa menyebar kebahu dan lengan biasanya lengan kiri. Tidak seperti nyeri
angina, nyeri ini muncul secara spontan (bukan setelah kerja berat atau gangguan
emosi) dan menetap selama beberapa jam sampai beberapa hari dan tidak akan
hilang dengan istirahat maupun nitrogliserin. Pada beberapa kasus nyeri bisa
menjalar ke dagu dan leher.
Pasien dengan diabetes mellitus mungkin tidak merasa nyeri berat bila
menderita infark miokardium, karena neuropati yang menyertai diabetes
mempengaruhi neuroseptor, sehingga menumpulkan nyeri yang dialaminya.
2.
b.
3.
Diaporesis
Pada fase awal infark miokard terjadi pelepasan katekolamin yang
meningkatkan stimulasi simpatis sehingga terjadi vasokonstriksi pembuluh darah
perifer sehingga kulit akan menjadi lembab, dingin, dan berkeringat.
4.
Demam
Temperatur mungkin saja meningkat pada 24 jam pertama dan berlangsung
paling selama satu minggu. Hal ini disebabkan karena ada sel yang nekrotik yang
menyebabkan respon infamasi.
5.
Normal pada saat istirahat, tetapi bisa depresi pada segmen ST. Gelombang
T inverted menunjukkan iskemia, gelombang Q menunjukkan nekrosis
b.
6.
CKMB, isoenzim yang ditemukan pada otot jantung meningkat antara 4-6
jam, memuncak dalam 12-24 jam dan kembali normal dalam 48-72 jam.
b.
LDH meningkat dalam 12-24 jam, memuncak dalam 48-72 jam dan
kembali normal dalam 7-14 hari.
c.
7.
Pemeriksaan Jantung
Biasanya tidak memperlihatkan kelainan, kecuali bunyi jantung dapat terdengar
redup. Bunyi jantung S4 sering terdengar pada penderita dengan irama sinus,
biasanya terdengar pada daerah apeks dan parastenal kiri. bunyi jantung S3 dapat
timbul bila terjadi kerusakan miokard yang luas. Kelainan paru bergantung pada
beratnya AMI, yang diklasifikasikan menurut Killip I-IV:
Killip I : Penderita AMI tanpa S3 dan ronkhi basah
Killip II : Ditemukan ronkhi pada kurang dari setengah lapang paru, dengan atau
tanpa S3
Kllip III : Ronkhi pada lebih dari setengah lapang paru, biasanya dengan oedema
paru
Kllip IV : Penderita dengan syok kardiogenetik
G. Penatalaksanaan Klinik
1.
Istirahat total dalam waktu 24 jam pertama atau masih ada keluhan nyeri
atau keluhan lainnya. Hal ini berguna untuk mengurangi beban kerja jantung dan
2.
3.
intravena.
4.
Pemberian morfin 2,5-5 mg IV atau petidin 25-50 mg IV, untuk
menghilangkan rasa nyeri . Bila dengan pemberian ISDN nyeri tidak berkurang
atau tidak hilang.
5.
Sedatif seperti Diazepam 3-4x, 2 mg per oral.
6.
Diet
Diet yang diberikan adalah diet jantung I-IV sesuai dengan keadaan klien.
7.
Diet Jantung I
: makanan saring
Diet Jantung II
: bubur
: nasi tim
Diet Jantung IV
: nasi
pemeriksaan APTT tiap 12 jam, target pencapaian APTT yaitu 1,5-2x APTT base
line.
H. Pengkajian
1.
Aktivitas dan istirahat
Kelemahan, kelelahan, ketidakmampuan untuk tidur (mungkin di dapatkan
2.
Tachycardia dan dispnea pada saat beristirahat atau pada saat beraktivitas).
Sirkulasi
a. Mempunyai riwayat IMA, Penyakit jantung koroner, CHF, Tekanan darah
tinggi, diabetes melitus.
b. Tekanan darah mungkin normal atau meningkat, nadi mungkin normal atau
terlambatnya capilary refill time, disritmia.
c. Suara jantung tambahan S3 atau S4 mungkin mencerminkan terjadinya
kegagalan jantung/ventrikel kehilangan kontraktilitasnya. Murmur jika ada
merupakan akibat dari insufisensi katub atau muskulus papilaris yang tidak
berfungsi.
d. Heart rate mungkin meningkat atau menglami penurunan (tachy atau bradi
cardia). Irama jantung mungkin ireguler atau juga normal.
e. Edema: Jugular vena distension, odema anasarka, crackles mungkin juga
respirasi, pucat atau cyanosis, suara nafas crakcles atau wheezes atau juga
vesikuler. Sputum jernih atau juga merah muda/ pink tinged.
9.
Interaksi sosial
Stress, kesulitan dalam beradaptasi dengan stresor, emosi yang tak terkontrol.
10.
Pengetahuan
Riwayat di dalam keluarga ada yang menderita penyakit jantung, diabetes, stroke,
hipertensi, perokok.
I. Pemeriksaan Penunjang
1.
Pemeriksaan EKG
a.
Normal pada saat istirahat tetapi bisa depresi pada segmen ST, gelombang T
inverted menunjukkan iskemia, gelombang Q menunjukkan nekrosis
b.
Lead
V1-V4
V1-V3
V1-V6
V1-V2
I, aVL, V5-v6
I, II, aVF
V4R, V5R
Perubahan EKG
ST elevasi, gelombang Q
ST elevasi, gelombang Q
ST elevasi, gelombang Q
ST depresi, gelombang R tinggi
ST elevasi, gelombang Q
ST elevasi, gelombang Q
ST elevasi, gelombang Q
3.
Pemeriksaan laboratorium
a.
LDH meningkat dalam 14-24 jam, memuncak dalam 48-72 jam dan
kembali normal dalam 7-14 hari
b.
c.
Analisa gas darah dan laktat miokard, mungkin meningkat selama serangan
angina.
d.
4.
5.
Echokardiografi
Digunakan untuk mengkaji fraksi ejeksi, gerakan segmen dinding, volume sistolik
dan diastolik ventrikel, regurgitasi katup mitral karena disfungsi otot papiler dan
untuk mendeteksi adanya thrombus mural, vegetasi katup, atau cairan pericardial.
J. Farmakologi
Berbagai obat-obatan membantu pasien dengan penyakit arteri jantung. Yang paling
umum diantaranya:
1.
Aspirin / Klopidogrel / Tiklopidin.
Obat-obatan ini mengencerkan darah dan mengurangi kemungkinan gumpalan
darah terbentuk pada ujung arteri jantung menyempit, maka dari itu mengurangi
resiko serangan jantung.
2.
Beta-bloker (e.g. Atenolol, Bisoprolol, Karvedilol).
Obatan-obatan ini membantu untuk mengurangi detak jantung dan tekanan darah,
sehingga menurunkan gejala angina juga melindungi jantung.
3.
Nitrates (e.g. Isosorbide Dinitrate).
Obatan-obatan ini bekerja membuka arteri jantung, dan kemudian meningkatkan
aliran darah ke otot jantung dan mengurangi gejala nyeri dada. Bentuk nitrat
bereaksi cepat, Gliseril Trinitrat, umumnya diberikan berupa tablet atau semprot di
bawah lidah, biasa digunakan untuk penghilang nyeri dada secara cepat.
4.
(seperti
Fenofibrat,
Simvastatin,
Atorvastatin, Rosuvastatin).
Obatan-obatan ini menurunkan kadar kolesterol jahat (Lipoprotein DensitasRendah), yang merupakan salah satu penyebab umum untuk penyakit jantung
koroner dini atau lanjut. Obat-obatan tersebut merupakan andalan terapi penyakit
jantung koroner.
K. Diagnosa yang Mungkin Muncul
1.
Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan menurunnya suplai
oksigen miokardial.
2.
Gangguan difusi gas berhubungan dengan oedem paru
3.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
oksigen miokard dan kebutuhan oksigen.
4.
Gangguan rasa aman : cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
5.
tentang penyakitnya.
Resiko terjadinya gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan
penurunan curah jantung
L. Analisa Data
No
1
Data
DS :
- Klien mengatakan
nyeri di area dada
DO :
- Skala nyeri
-
meningkat (0-10)
Klien tampak
gelisah
TTV meningkat
Etiologi
Aterosklerosis
Masalah
Nyeri
DS:
- Klien mengeluh
sesak nafas
DO :
- RR meningkat
- Batuk (+)
- Rhonkhi +/+
- Saturasi O2 turun
DS :
- Klien mengeluh
lemas
DO :
- Kondisi umum
klien tampak
-
lemah
Klien beraktivitas
minimal
Kekuatan otot
turun
Nyeri
Aterosklerosis
Transudasi ke paru
Edema paru
Gangguan difusi
gas
Intoleransi
aktivitas
DS:
- Klien mengatakan
kurang paham
perawatan di rumah
DO:
- Klien menanyakan
tentang pantangan
yang harus dihindari
- Klien menanyakan
kegunaan obat-obat
yang diminum
- Klien tampak bingung
DS : -
Metabolisme anaerob
2
Ikatan O oleh Hb di paru
terhambat
fatigue
Intoleransi aktivitas
Aterosklerosis
Klien dipulangkan
Cemas
Aterosklerosis
Cemas
Risiko gangguan
DO :
- Urine kuning
-
pekat
Gambaran EKG
tidak normal
TTV tidak stabil
Hipoksia seluler
Kontraktilitas turun
perfusi jaringan
O. PERENCANAAN
KEPERAWATA
Q. TUJUAN
R. INTERVENSI
S. RASIONAL
N
1. Gangguan
nyaman:
rasa
U. Tupen :
nyeri
V. Setelah
berhubungan dengan
tindakan
menurunnya
suplai
oksigen miokardial.
T.
laporkan :
merupakan
keperawatan selama
nyeri
dada
1 x 24
jam klien
lokasi,
radiasi,
mengalami
nyeri
tidak
a.
b.
tidak
mengeluh
dan
meliputi
durasi
faktor
a.
yg
garis
dasar
untuk
dengan
nyeri
dada,
mempengaruhi nyeri
perfusi
hemodinamik
nyeri dada
kardiovaskuler
terhadap
b.
Infark
mikard
menurunkan
dapat beristirahat
AD.
AE.
mengakibatkan
W. TD : 110-120/60-80
AF.
perfusi
mmHg
AG.
jantung
dapat
X. RR : 16-20 x/mnt
AH.
mekanisme
Y. HR : 60-100 x/mnt
AI.
Z. T : 36,5 37,5 0C
2. Monitoring EKG
2.
tekanan
darah
dan
meningkat
sebagai
kompensasi
untuk
Mengetahui
adanya
AJ.
perubahan
AK.
komplikasi AMI
AA.
3. Monitoring TTV
AB.
3.
AL.
AC.
menandakan
Therapi
O2
dapat
selama
nyeri
dada
timbul
7. Berikan
tenang,
AO.
AP.
lingkungan
aktivitas
yang7.
perlahan
Menurunkan konsumsi O2
therapy
sesuai8.
program :
nitrat
berguna
a. Nitrogliserin : ISDN
mengontrol
nyeri
b. Bisoprolol
vasodilatasi
coroner
AN.
aliran
darah
dengan
coroner
untuk
efek
meningkatkan
dan
perfusi
miokard
b. Merupakan beta bloker yang efektif
untuk
angina
dengan
mengurangi
AS.
Tupan :
AT.Setelah
dilakukan
pernapasan,
catat
tindakan
penggunaan
otot-otot
keperawatan selama
aksesori,
5 x 24 jam masalah
ketidakmampuan berbicara.
difusi
gas
bibir,
30o.
Tupen :
AV.Setelah
tindakan
AW.
BG.
klien
disertai
AX.
menunjukan
ventilasi
AY.
oksigenasi
AZ.
menunjukan
perbaikan
dan
BF.
dilakukan
keperawatan
penyakit.
teratasi
AU.
napas
jaringan
adekuat 5. Evaluasi
bingung
disfungsi
atau
somnolen
cerebral
yang
toleransi
pasien
secara
total
tidak
mampu
bebas
aktivitas
dari
gejala
distress pernapasan
pasien,
dorong
program
pengobatan,
namun
program
Mungkinkan
pasien
ketahanan
bertahap
dan
tingkatkan
TTV
dan
irama
7. Kolaborasi
pemeriksaaan
aktivitas berhubungan
CE.
Tupan :
CF.Kebutuhan aktivitas
dengan
terpenuhi
ketidakseimbangan
dilakukan
suplai
oksigen
keperawatan selama
miokard
dengan
4 x 24 jam
kebutuhan
CG.
setelah
menurun
sehingga
hipoksia
BC.
BD.
memperbaiki
atau
mencegah
hipoksia
kelelahan
dan
kelemahan
tindakan 2. Anjurkan
Tupen :
biasanya
AGD
BE.
Intoleransi
tanpa
BB.
3.
kekuatan
meningkatkan kesehatan
jantung
BH.
dan
klien
CP.
untuk2.
mempertahankan bedrest.
3. Bantu kebutuhan klien yang3.
tidak
boleh
dilakukan,
BI.
CH.
Setalah
CR.
dilakukan
CS.
BJ.
dilakukan
BK.
keperawatan :
BL.
BM.
BN.
batas normal
BO.
CI. TD:110-120/60-80
BP.
mmHg
BQ.
bertahap
BR.
CK.
kemampuan klien.
BS.
x/menit
BT.
CL.
BU.
37,5 0C
diaporesis,
BV.
melakukan aktivitas.
aktivitas.
BW.
warna
BX.
kelembaban
BY.
CM.
BZ.
CN.
CA.
tindakan
makan,
minum.
CT.
RR:
16-20
7.
kulit
: 36,5
Monitor
takikardi,
dengan
7.
8.
9.
Kolaborasi dalam
pemberian laxadine
disritmia,
atau CO.
Indikator
dari
penurunan
suplay
O2
penurunan
pada
saat
defekasi
akan
CB.
CC.
aritmia.
CD.
CU.
4. Gangguan rasa
aman :
DS.
Tupen :
DT.
Setelah
DY.
1.
Berikan
dan
tindakan
keperawatan selama
sehat.
kurangnya pengtehuan
2x24
Hipertensi, Stress,
tentang penyakitnya.
menunjukkan :
CV.
berhubungan
cemas
dengan
dilakukan
jam
klien
DZ.
2. Berikan
CW.
dukungan emosional:
CX.
tenang
CY.
CZ.
mengetahui
DA.
menyebutkan
DB.
tentang
DC.
DD.
pencegahan
DE.
perawatannya.
EA.
dan
kembali
penyakit
yang
dan
3. Jelaskan setiap
dapat
mencegah
dan
lebih
EF.
2. Klien akan merasa dihargai
EG.
3. Dengan mengetahui prosedur klien dan
keluarga
akan
berpartisipasi
dalam
keluarga.
4. Meningkatkan
keluarga
EC.
4. Berikan
penjelasan tentang
EH.
DU.
EI.
DG.
DV.
EJ.
DH.
DW.
Pengaruh CAD
EK.
DI.
DX.
Proses penyembuhan
EL.
DJ.
Jenis-jenis pengobatan
EM.
DK.
Pengaruh obat-obatan
EN.
pengetahuan
sehingga
EO.
klien
keluarga
DF.
DL.
keluarga
dan
dapat
DM.
kolesterol
DN.
DO.
aerobik
EP.
EQ.
5. Untuk
mengetahui
dan
mengevaluasi
DP.
Merokok stop
DQ.
Manajemen stress
telah dilakukan
DR.
cemas
ER.
5.
Resiko
ES.Tupen :
terjadinya gangguan
perfusi
1.
ET.Setelah dilakukan
jaringan
tindakan
EU.
berhubungan dengan
keperawatan selama
penurunan
tanda penurunan TD
jantung
EV.
membaik/stabil,
EW.
dengan kriteria :
EX.
normal lagi.
curah
jantung
2.
EE.
Pertahankan tirah baring 1. Posisi terlentang meningkatkan filtrasi
3.
adanya edema
edema.
4.
EZ.
FA.
fungsi jantung
5.
FB.
mengurangi ketidaknyamanan
FC.
6.
FE.
FF.
gambaran EKG
7.
Pertahankan
sesuai
advis
(Aspilet,
Captopril)
FG.
TD meningkat
8.
defekasi
Laxadine)
FH.
(gunakan
FK.
FL.
Jakarta : EGC.
FM. Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medical Bedah. Bandung : Pajajaran.
FN. Price and Wilson. (2005). Patofisiologi. Konsep Klinik Proses-Proses Penyakit.
FO.
FP.
FQ.